WILD LOVE????​ #8

Di tempat yang berselimutkan aroma wangi kamar mandi dengan tatapan tajam ke arah punggung wanita yang kemudian menghilang di belakang tembok. Aku masih terdiam di sini aku sendiri ditemani bayang-bayang sepi aku tanpamuuuuu huoooo masih tanpamu, waduh kenapa malah nyanyi???? Aku kemudian menarik kepalaku dari pandangan itu. Aku kemudian menatap langitbiru yang berhiaskan awan putih. Kenapa? Kenapa harus ajeng? Kenapa harus dia? Kepalaku jadi pusing benar-benar pusing. Aku masih beruntung tidak mengatakan segala rencana dan apa yang aku ketahui kepada mereka sahabat-sahabatku. Ternyata si MN (mahesa nico) sudah merambah sampai ke dalam kampus, gila benar-benar gila!)

“Ini semua terlalu rumit, terlalu rumit untuk di urai panjang” bathinku
Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang kalau berjalan prok prok prok.... bunyi ringtone incoming call. Ibu.... (yang bertuliskan italic adalah Ibu)

“Sugeng siang Ibu...”

“Pulanglah nak, jangan acuhkan Ibu terus, Ibu mohon....”
“Iya bu...”

“Biarkan Ibu mendengar sekali lagi kamu memanggil Ibu cinta... walau sekali saja”
“Iya cinta, cinta sebentar lagi pulang...”

“Ibu tunggu ya...”tuuuuuuuuuuuuut....
Aku kemudian kembali ke tempat dimana mereka semua teman-temanku berkumpul. Disana ada rahman dan Ajeng juga. Aku berteriak memanggil mereka, dan mereka semua menoleh ke arahku begitu pula ajeng. Ketika dia melihatku keluar dari arah dimana dia menerima telepon wajahnya tampak sedikit pucat dan terkejut melihatku. Aku tetap dengan santai bercanda dan bersendau gurau dengan mereka, tak terkecuali ajeng pun aku ajak bercanda. Hingga waktu menjelang siang kami semua mengakhiri kebersamaan kami. Aku pulang ketika itu aku berjalan bersama Rahman dan Ajeng, tampak dia menatapku dengan wajah yang sedikit pucat dan ketakutan. Aku tetap santai dalam menghadapi pandangan itu. Aku kemudian menaiki REVIA yang bersebelahan dengan motor Rahman.

“Hei, kang, itu ajeng kamu apakan? Kok kaya orang lihat hantu saja ha ha ha” candaku

“Habis mens paling wekekekekekkekekeke” canda Rahman

“Enak saja, lihat arya itu kaya ada yang ngikuti dibelakangnya ha ha ha” balas ajeng, mencoba untuk menakutiku padahal da sendiri yang ketakutan

Ya, hanya untuk melumerkan suasana saja daripada ajeng pikirannya tegang terus. Kami akhirnya berpisah, ketika aku melihat spion pun masih terlihat jika ajeng memandangku dengan tatapan penuh ketakutan. Aku hanya mengangkat tanganku sebagai salam perpisahan. Akhirnya aku pulang, mampir di toko buku untuk membeli komik kesukaanku yang katanya sudah terbit minggu ini. ku cari dan kucari akhirnya ketemu. DETETIVE CONAN, ya itu memang kesukaanku, analisa dari setiap kejahatannya bisa membantuku dalam mengarahkan jalan pikiranku. Dalam pikiranku yang terus berputar, nama Ajeng terus berjalan selangkah demi selangkah di otakku. Bagaimana mungkin seorang Ajeng bisa menjadi mata-mata om nico yang bajingan itu. Kenapa harus Ajeng, Rahman kemungkinan dalam bahaya. Aku harus segera mencegah agar tidak terjadi....

“Ehem... ehem... cowok jombloooo godain aku dong” suara wanita dari belakangku ketika aku hendak menuju kasir membuyarkan lamunanku mengenai Ajeng, Nico, dan Rahman. Ku menolehkan kepalaku ke belakang, langsung tepuk jidat.

“Bu dhe... Ah, bikin malu aku saja, tambah ndak laku aku nanti” ucapku seraya menuju ke arah bu dhe

“Bu Dhe apa kabar?” ucapku sembari salim ke Bu Dhe

“baik, bagaimana dengan kamu? Masih jomblo” ucap budhe sembari mencium pipi kanan dan kiriku

“iiih bu dhe apaan sich?! Malu dilihat orang”

“Bu dhe ngapain disini?” tanyaku kepada budhe

“Nyari material bangungan...”

“Ya jelas nyari bukulah jomblooooo....” ledeknya kepadaku

“Iiiih ntar tak pacarin lho budhe kalao bilang aku jomblo lagi” godaku

“yeee... mulai berani ya sama budhe tak bilangin pakdhe baru tahu rasa kamu” jawabnya

“kan bercanda budhe... he he he” jawabku

Obrolan hangat masih berlanjut hingga aku yang membeli komik malah di bayar sama budhe, rejeki nomplok ha ha ha. Aku kemudian diminta budhe untuk menemaninya sambil mencari buku kita mengobrol ngalor ngidul. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga waktu menunjukan pukul 14:00. Aku kemudian pamit ke budhe tapi aku malah dilarangnya pulang, diajaknya aku makan siang bareng disebuah tempat makan dalam mall yang harga makananya jika dinasi kucingkan untuk satu makanan bisa mencapai 20 nasi kucing. Memang tidak masalah bagiku pasti budhe yang bakal bayar itu semua. Budhe memilih tempat makan khusus smoking area di lantai tiga karena tahu aku suka merokok. Kami terlibat obrolan hangat sepanjang menunggu makanan datang. Ketika makanan datang aku langsung menyantapnya terlihat budhe hanya tersenyum melihatku makan. Aku makan dengan lahapnya sesekali melihat budhe memandang kosong ke arah kaca jendela yang langsung terlihat jalan raya. Semua ingatan dan memori mengenai ajeng, Nico dan Rahman buyar tak ada satupun mengenai mereka dalam pikiranku semua tergantikan oleh wajah kegelisahan budhe.

“Budhhemmm... adammm mapa?” ucapku sambil mengunyah makanan

“Sudah habiskan dulu makananmu, dasar jomblo kelaparan” ucapnya kepadaku, kemudian aku lanjutkan makanku dan segera kuselesaikan. Segera aku minum dan menyulut dunhillku, tak ku duga budhe kemudian mengambi sebatang dunhill dan disulutnya dihadapanku. Aku langsung mengambilnya ketika dunhill masih berada di bibir budhe dan ku matikan. Segera aku menyembunyikan dunhill ku

“Budhe kenapa sich? Arya paling tidak suka jika melihat perempuan merokok” ucapku, kulihat budhe hanya terdiam kemudian di tumpuknya kedua tangan diatas meja dan direbahkannya kepalanya di atas tumpukan tangan itu. Tampak sejuta pertanyaan di kepala budhe

“Pakdhemu Ar....” ucapnya lirih seakan mau menangis

“Budhe, kalau mau cerita, cerita saja arya bakal jaga rahasia tapi no smoking” ucapku, kemudian budhe mengangkat kepalanya dan memandangku. Ditatapnya mataku dengan tajam.

“Janji ya...” ucap budhe lirih, aku hanya mengangguk dihadapnya

“Pakdhemu itu selama ini belum bisa melupakan pacarnya terdahulu, dia masiih terus memikirkannya, budhe tahu selama ini karena pakdhemu itu sering sekali mengigau namanya....” ucap budhe

“mengigau?memang nama siapa yang keluar budhe?” tanyaku

“Ima, karima....” ucap budhe

Deg jantungku serasa copot aku kira pacar terdahulu adalah cewek lain kenapa harus tante ima. Gila ini gila, wah gaswat ini kalau aku langsung cabut sekarang bisa di tembak denga 1 miliar pertanyaan. Wajahku sedikit berubah, raut wajahku berubah menjadi wajah yang terkejut.

“Kenap kamu terkejut? Apakah kamu tahu sesuatu Arya?” ucapnya

“Gak.. gak tahu budhe, Cuma kaget saja nama ima kan nama.... nama temen kuliahku.. iya nama teman kuliahku, masa ya pacaran dengan teman kuliahku” jawabku sedikit gelagapan, Budhe kemudian menatapku dengan sangat tajam bak pisau yang baru diasah dan siap dihujamkan ke dalam dadaku

“Kamu menyembunyikan sesuatu dari budhe” bentak budhe dengan tatapan mata semakin tajam dan sangat membuatku merinding sekali, sekilas wajah Ibu tergambar di wajah budhe, teringat akan wajah marah Ibu waktu itu.

“Hmmmm.... Oke, budhe tahu kamu pasti tahu sesuatu tapi Dengan kamu bersikap seperti itu mending kamu pulang saja dan tidak menganggap aku sebagai budhe kamu” ucapnya sedikit membentakku. Dia kemudian mendiamkanku dan membuang mukaku, ah andai saja tadi aku tidak terlalu terkejut ketika mendengar nama tante ima mungkin aku tidak akan kaetakutan seperti ini. Aku yang ketakutan dengan ancaman budhe hingga akhirnya aku mengiyakan apa yang aku tahu tentang ima, karima itu. 

“Kamu tahu dan kamu tidak pernah bilang sama budhe, Arya?” ucapnya

“Ya kan Arya kira itu masa lalu, lagipula pakdhe kan tidak ngapa-ngapain budhe, Cuma mengigau saja” ucapku, sambil menaruh pipinya di atas tangan yang ditumpuk itu budhe melihat ke arah jendela lagi

“Bukan hanya mengigau...”

“Pamanmu itu, pernah budhe sediakan obat yang bisa membuat dia tak sadarkan diri alias mabuk dan dia seketika itu mabuk, itu rencana budhe, pas posisi paman kamu mabuk, budhe mulai bertanya-tanya mengenai ima, karima itu” jelas budhe, jelas saja budhe ngasih obat kaya gitu sama pakdhe, budhe kan dokter.

“Dan dia menceritakannya....” ucap budhe sambil mengangkat wajahnya dan memandangku

“Pakdhemu mengatakan pada budhe, kalau dia ingn bertemu dengan ima walau hanya sekali saja setelah itu dia tidak akan menemuinya lagi, dan dipagi hari ketika pamanmu sudah sadar budhe bertanya kepada pakdhemu Ar” seketika itu budhe menitikan air mata

“Budhe itu sayang sama pakdhemu, waktu itu hiks hiks paman kamu itu meminta maaf kepada budhe, kalau dia memang masih menyimpan rasa ingin bertemu dengan ima hiks hiks katanya bukan cinta, bukan cinta... bukan cinta Ar tapi dia masih menyimpan itu, jadi selama ini budhe itu apanya dia?” jelas budhe dengan mata sembab dan menangis . Untung di smoking area ini hanya ada aku dan budhe jadi tidak begitu malu ketika budhe menangis

“Budhe... sudah budhe jangan menangis malu dilihat orang budhe...” ucapku

“BAGAIMANA MUNGKIN DIA MENIKAH DENGANKU TAPI MASIH MEMIKIRKAN MANTAN PACARNYA?” bentaknya kepadaku, jantungku berdetak lebih kencang tubuhku melompat terkejut dengan bentakan budhe. Kucoba menenangkan diriku.

“Tapi waktu itu setelah suasana reda, pakdhe mengatakan pada budhe jika dia bertemu hanya akan mengucapkan kata selamat tinggal itu saja dan budhe menyanggupinya dengan catatan setelah itu dia harus kembali pada budhe seutuhnya dan menjadi suami yang budhe inginkan” jelasnya, aku tak sanggup berkata-kata dari penjelasan budhe itu. Akhirnya aku memberanikan diriku untuk mengatakan kepada budhe.

“Budhe....”

“Ima, karima itu yang biasa aku panggil tante ima, adalah ibu dari sahabatku...” jelasku kepada budhe. Budhe kemudian menatapku dengan tajam.

“Pertemukan mereka! Budhe mohon agar semuanya kembali normal lagi budhe sudah tidak tahan jika dia terus-terusan mengigau nama itu” mohon budhe padaku yang sangat tiba-tiba tampak dia tidak berpikir panjang

“Tidak budhe, tidak, aku sama saja menjerumuskan mereka dalam hubungan yang salah, kasihan budhe” ucapku

“Kasihan mana arya?! Melihat budhe tertekan dan terus tertekan seperti ini melihat orang yang dicintainya merindukan kekasih lamanya, biar nanti budhe yang ngomong sama pakdhemu, biar dia ketemu walau satu hari setelah itu biar dia yang memilih, budhe atau ima, ibu Sahabatmu itu” jelas budhe

“Kalau pakdhe ternyata memilih tante ima, budhe bagaimana?” ucapku

“huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa hiks hiks hiks hiks hiks.....” tangis budhe pecah beberapa pelanggan di bawah kami menoleh ke kanan ke kiri untuk mencari sumber suara

“Sudah budhe sudah.... makanya kalau minta sesuatu itu di pikir dulu” ucapku kepada budhe

“Hiks hiks.. budhe akan tanggung resikonya, kalaupun budhe harus sendiri masih ada kok yang nemenin budhe, nanti kita bakal sama-sama jomblo he he...” ucap budhe sembari mengusap air matanya dan mencoba tersenyum kepadaku. Tepuk jidatlah aku. Hadeeeeeeeeeehhhhh....

Akhirnya dari pembicaraan itu aku menyepakatinya, dengan catatan jika aku sudah bertemu dengan tante ima baru budhe akan bicara dengan pakdhe. Ya itulah kesepakatanku, entah akan berhasil atau tidak. Kemudian aku berjalan dengan budhe hingga tempat parkir, kuantar budhe hingga dipintu mobilnya. Budhe kemudian menoleh kekanan dan kekiri seperti seorang pencuri dan aku sedikit bingung dengan tingkah laku budhe. Dan cup... ciuman didaratkannya di bibirku.

“Hadiah buat kamu, sekali-kali biar merasakan rasanya dicium cewek mblo...” ucap budhe kemudian masuk dan meninggalkan aku. Ketika mobil berjalan baru sebentar budhe berhenti di sampingku dan membuka kaca mobilnya.

“Kalau nanti budhe jadi jomblo, budhe mau jadi pacar kamu, pacar gelapmu juga ndak papa mblooo hi hi hi” ucapnya yang kemudian ngeloyor pergi.

Aneh, sebenarnya aku pakai jimat apa sehingga banyak wanita setengah baya mengejarku. Kenapa juga bukan perawan ting-ting yang mengejarku. Aku kemudian menuju ke arah REVIA dan mengendarinya pulang. Ketika dalam perjalanan pulang itu hatiku mencaci maki aku sendiri sampai-sampai aku melamun dan hampit masuk got. Akhirnya aku sampai dirumah, aku melihat Ibu sedang mencuci piring di dapur, aku hanya melewatinya saja. Ibu hanya memandangku dengan senyuman manisnya tapi aku balas dengan senyum sebentarku. 

Malam hari setelah aku makan bersama Ibu karena Ayah sedang tidak dirumah atau bisa dibilang having fun diluar, aku berada dikamar mengerjakan revisi dari KTI Bu Dian. Segera aku selesaikan karena 2 hari lagi Bu Dian akan bertanding. Klek... Pintu kamarku terbuka Ibu membawa minuman hangat untukku.

“Serius banget cinta...” ucap Ibuku

“Ya...” jawabku ketus

“Ya sudah Ibu kebawah dulu, Ibu minta maaf kalau Ibu ada salah sama kamu” ucap Ibu sambil mengalungkan kedua tangannya di leherku dan mengecup pipi kananku. Ibu kemudian berlalu menghilang dari kamarku. Aku yang salah Ibu yang kena getahnya. Bodohnya aku ini, tugas dari bu dian selesai dan aku kemudian mengirimnya melalui emai serta aku konfirmasi melalui BBM.

Setelah perbincangan BBM itu aku kemudian turun untuk meminta maaf kepada Ibuku. kulihat wajah ngantuk Ibu yang sedang duduk dengan segelas teh di depannya. Aku kemudian mendekatinya tepat disampingnya dengan jarak 1 meteran. Aku membungkuk di samping Ibu.

“Arya, minta maaf bu....” ucapku, kemudian mengangkat tubuhku kembali tegak. Ibu hanya melihatku sebentar kemudian melihat kedepan kembali

“Seperti itu cara minta maaf sama cintanya?” ucap Ibu lirih, aku kemudian beridiri di belakang Ibu dan memeluknya, kepalaku berada dibahu kanan Ibu

“Maafin Arya bu... Arya itu kangen sama Ibu tapi Ibu malah menyambut Arya seperti itu, Arya jengkel, Arya kemarin itu pergi keluar kota untuk mencari pertanyaan yang membuat arya bingung...” ucapku lirih dengan nada sedikit akan menangis, 

“kamu itu.. hiks... tahu ndak towh hiks... Ibu itu juga kangen, kamu pergi hiks gak kabar-kabar, ibu itu khawatir banget hiks hiks... kalau kamu kenapa-napa” ucap Ibu dengan nada menagisnya, Ibu kemudian berdiri dan memelukku dengan sangat erat.

Ibu kemudian mengangkat kepalanya dan melihat kearahku yang juga berlinang air mata. Kudekatkan bibirku dan terjadilah ciuman hangat untuk kami berdua. Saling berciuman dan saling memeluk erat. Kugendong tubuh Ibu ke ruang keluarga dan kubaringkan di kasur lantai. Aku kemudian memeluk Ibu dari belakang.

“Ibu kangen banget....” ucap Ibu sambil mendekap erat tanganku yang diarahkannya ke susu Ibu

“Arya juga...” ucapku

“kamu kemana saja? Apa tidak ingin sama Ibu?” ucap Ibu

“melepas kangen tidak harus begitu bu, itu urusan nanti yang penting sekarang arya sedang memeluk orang yang arya sayangi”ucapku, Ibu hanya tertawa kecil mendengar kata-kataku. Kemudian Ibu berbalik menghadapku dan menciumku.

“Sudah sama siapa?” tanyanya

“mbak maya” jawabku jujur kepada Ibu, karena memang tidak ada yang aku tutup-tutupi

“Siapa dia?” tanya Ibu kembali

“Wanita di desa banyu abang” ucapku kepada ibu, yang membuat Ibu sedikit terhenyak dan kaget

“kenapa kamu bisa sampai sana?” tanya Ibu heran, kemudian Ibu dan aku bangkit

“Arya akan cerita semuanya tapi buatkan arya minuman hangat dulu cinta” ucapku, Ibu terlihat kecewa karena aku tidak menceritakan pada saat itu juga. Ibu kemudian membuatkan aku kopi hangat dan mengantarkannya ke pekarangan rumah dimana ada aku yang terlebih dahulu berpindah ke pekarangan rumah. Aku duduk di pinggiran lantai dengan kakai berselonjor ke tanah sambil menghisap dunhill mildku, Ibu meletakan segelas kopi di sebelahku dan duduk di kursi yang telah didekatkan tepat berada dibelakangku.

“Mbak maya itu siapa?” tanya Ibu

“Berarti Arya cerita dari mbak maya dulu?” tanyaku sambil menoleh kebelakang dan menyeruput kopi hangat, ibu mengangguk

Aku pun menceritakan bagaimana pertemuanku dengan mbak maya dan bagaimana aku bersetubuh dengan mbak maya. Ibu mendengarkannya dengan sedikit mencubit pinggangku sambil mengatakan kalau ceritakku membuat ibu kepengen begitu katanya. Semua tentang persetubuhanku dengan mbak maya aku ceritakan secara detail. 

“Ibu tidak marah?” ucapku

“kenapa marah, kamu sudah cerita lagian salah Ibu juga ndak kasih jatah kamu hi hi hi” jawabnya dengan senyuman nakal

“Tapi terangsang kan bu?” ucapku nakal

“Hmm.... gimana ya? Hi hi hi... Oia Terus apa tujuan cinta ke desa banyu abang?” tanya Ibu

“Menemui Kakek Wicak dan Nenek Mahesawati” ucapku dengan tenang yang membuat Ibu sedikit terkejut mendengarnya

“Kenapa kamu bisa tahu mengenai orang tua Ayahmu? Dan bagaimana kabar mereka? Ibu tidak pernah bertemu dengan mereka setelah pernikahan waktu itu, waktu kamu lahir saja mereka tidak menjenguk kamu, kadang Ibu berpikir kalau mereka itu tidak....” ucap Ibu terpotong ketika aku tiba-tiba berbalik dan berlutut dihadapan Ibu, memandangnya dan kemudian memeluknya erat sangat erat.

“Mereka baik bu mereka baik hiks hiks hiks hiks.... Ayah yang bajingan hiks hiks hiks...” tangisku pecah dalam pelukan Ibu, Ibu kaget dengan pernyataanku itu langsung melepas pelukanku dan memegang kedua lenganku. Ditatapnya mataku tajam.

“Apa, apa yang kamu ketahui? Dimana mereka sekarang?” tanya Ibu memburu

“Di dalam kuburan hiks hiks hiks hiks mereka sudah meninggal bu....” tangisku dihadapan Ibu

Ibu yang mendengar itu kemudian jatuh berlutut dihadapanku dengan tangan kirinya menutupi mulutnya. Ibu tidak akan menyangka jika mertuanya telah meninggal dunia tetapi suaminya tidak pernah memberi kabar mengenai itu semua. Aku kemudian menarik dan memeluk tubuh Ibu. Kupeluk dengan erat dan posisi kami sekarang berada dalam duka, yang terduduk dipinggir lantai dan kaki kami berada di atas tanah.

“Bagaimana mungkin mereka meninggal? Ayah kamu saja tidak pernah menceritakannya kepada Ibu” Ucap Ibu

Aku kemudian menceritakan semuanya kepada Ibu mengenai perjalananku hingga banyu abang. Dari pertemuanku dengan mbak maya, kemudian pak roto dan terakhir kakek. Aku menceritakan bagaimana sikap ayah terhadap kakek selama ini. kuceritakan sama persis dengan apa yang dikatakn oleh kakek wicak tanpa editing sekalipun. Kuceritakan secara detail bagaimana seorang anak yang tumbuh dan kemudian membuat kedua orang tuanya jatuh tersugkur. Dan kuceritakan pula perjodohan yang tidak seharusnya terjadi. Ibu menagis sejadi-jadinya ketika mendengar semua ceritaku. Dipeluknya aku sangat erat dan sangat erat. 

“Ibu tidak menyangka jika Ayahmu bisa sekejam itu hiks...” ucap Ibu dengan isak tangis dan air mata yang mengalir

“Arya juga tidak menyangka bu....” ucapku, aku dan Ibu masih dalam pelukan serta tangis yang belum bisa berhenti. Air mata seakan-akan terus mengucur dan tak mau sedikitpunb berhenti. Lama kami dalam pelukan, Ibu mencoba menenangkan aku dengan elusan lembut di punggungku.

“Kenapa kamu bisa sampai ditempat itu dan mencari kakekmu...?” tanya Ibu

“Aku... aku....”

“Baiklah bu, Ibu adalah cintaku jadi, seorang cinta harus menjaga rahasianya bukan?” ucapku sambil mengusap air mataku

“Ada apa? Adakah yang kamu sembunyikan?” ucap Ibu yang mengusap air matanya

“Tidak akan ada yang arya sembunyika asal Ibu mau terus merahasiakan ini semua, sampai aku , Arya menyelesaikan semuanya” ucapku

“Iya, Ibu akan menuruti semua kata-kata cinta, Ibu janji...” ucapnya

Suasana haru yang seketika itu reda menjadi suasana yang kembali tenang. Aku kemudian menceritakan semua tentang Ayah, dari yang aku dengar dari percakapan telepon. Telepon cerdas yang aku temukan, analisa hingga penjaga losmen dan apa yang terjadi pada penjaga losmen itu sekarang. Ibu tercekat mendengar itu semua, membuatnya terkejut setengah mati apalagi ketika aku ceritakan mengenai uang 750 juta yang aku dapatkan dari rekening Ayah. Aku kemudian menceritakan kembali semua dari awal secara detail mengenai analisaku.

“Ingat Ibu, harus pegang rahasia ini, jika Ibu membocorkannya berarti Ibu akan merasakan bagaiman kehilangan Arya” ucapku, Ibu hanya menggelengkan kepala dengan linangan air mata

“Kamu harus hati-hati, Ibu Cuma punya kamu...” ucap Ibu, kemudian Ibu memelukku dengan sangat erat

“tenang bu, selama kita bisa menjaga rahasia ini, aku pasti bisa menjatuhkannya, percaya pada Arya”ucapku kepada Ibu, Ibu kemudian bangkit dan mencium bibirku

“Oh ya ibu belum menceritakan semua yang ibu dengar dari percakapan Ayahmu, maklum Ibu suka nguping” ucap Ibu. Kemudian Ibu menceritakan setiap detail percakapan ayah, mulai dari pembunuhan, kehilangan uang dan juga tentang manipulasi keuangan di instansi Ayah bekerja. 

“Kamu pokoknya harus hati-hati ya” ucap Ibu

“Siap, pasti bu, yang penting Ibu harus jaga rahasia ini okay my love?” ucapku seraya mencium bibirnya

“mmmm... yes, my loveeee....” ucap Ibu dengan senyuman. Kami berdua kemudian bangkit dan berjalan menuju rumah, Ibu tepat berada dibelakangku. Tiba-tiba Ibu menarik tanganku. 

“Ibu telah kehilangan masa muda Ibu, Sekarang Ibu ingin kamu membawa Ibu merasakan masa muda itu lagi” ucapnya sembari mendekatiku dan menggenggam tanganku

“bagaimana kalau kita jalan-jalan malam ini bu?” 

“Tapi ganti pakaian dulu bu” ucapku, Ibupun mengangguk

Aku kemudian menuju kamarku mengenakan kaos oblong dengan jaker sport dan celana jeans yang sedikit cutbray. Aku kemudian turun kebawah menunggu Ibu di ruang keluarga, aku menunggu Ibu. Dan seketika itu Ibu keluar dari kamar sambil bergaya di hadapanku.

“Bagaimana cantik?” kata Ibuku dan aku hanya melongo meilhat Ibu. Wanita setengah baya ini sudah tidak kelihatan lagi kalau dia sudah berumur kepala tiga, dengan menggunakan kaos ketat layaknya ABG dengan belahan dada tidak terlalu rendah, pada bagian bawah mengenakan celana hita bukan jeans yang sedikit ketat. Susunya yang besar membusung kedepan sangat besar, membuat aku ingin meremasnya. Kemudian dengan jaket kain dipakainya di lengan kanan dan kiri Ibu tanpa menutupnya dibagian depan, sangat serasi dengan kulit Ibu. Kaos berwarna merah muda, celana berwarna hitam dan jaketnya berwarna putih. Aku kemudian bangkit dan menuju kearahnya.

“Bu, Boleh Arya meme.....emmmm...megang sebentar, kangennnn..” ucapku lirih

“Ya ndak boleh, yang boleh Cuma cintaku...” ucap Ibu, kemudian aku mengulangi perkataanku lagi

“Cinta, boleh aku megang sebentar” ucapku dengan senyuman, Ibu hanya mengangguk dan kemudian aku mencium bibir indah Ibu dan sedikit meremas tonjolan susu ibu itu dengan lembut. Lama kami berciuman dan akhirnya kami sudahi.

Malam hari tepat pukul 23:30 aku dan Ibu bersepeda motoran mengelilingi kota, dari daerah A hingga daerah Z. Ibu tampak sangat bahagia kala itu, dengan pelukan eratnya membuat aku semakin melambatkan motorku. Jalan-jalan yang sudah sepi membuat aku dan Ibu merasa seperti raja jalanan. Tak ada satupun orang yang memprotesnya.

“Wuiiiiiiiiiiiiiiii... Aku bahagia cintakuuuuuuuuu....”teriak Ibu di sela-sela kami mengendarai motor pada malam itu

Hingga waktu berlalu sampai pukul tiga aku terus mengedarai motorku, bahkan ketika aku mengisi bensin di SPBU banyak yang melihat Ibu, tapi Ibu selalu bersembunyi dibelakangku dengan helm yang tertutup rapat. Ya jelas mereka melihat kearah Ibu karena pakaian atasnya sangat seksi dan menonjol. Waktu menunjukan pukul 3 pagi, aku kemudian mengarahkan motorku pulang kerumah. Rumah dalam keadaan sepi ya jelas karena Ayah sedang dinas keluar kota. 

Ketika berada dalam rumah tepatnya di depan pintu garasi ini, aku kemudian memeluk Ibu dari belakang. Mendorongnya dan mengarahkannya berjalan ke atas. ketika sampai dikamar aku kemudian mencium bibir indahnya.

“ini kamarmu, ketika dia tidak dirumah” ucapku, Ibu hanya menganggukan kepalanya

“Kepengen ya?”ucap Ibuaku hanya mengangguk dan kemudian aku menciumnya dari belakang tubuh Ibu. Tanganku tak hanya diam, kedua tanganku meremas kedua susu Ibu yang selama ini aku inginkan. Kedua tangan Ibu memegang bagian belakang kepalaku dan mendorongnya kuat ketika kami berciuman, lama kami berciuman ibu melepaskan ciuman mesra itu.

“Dia baru pulang minggu depan” ucapnya lirih yang kemudian menekan kembali kepalaku semakin maju untuk menciumnya kembali. Matanya terpejam menikmati sensasi yang lebih dalam lagi.

Remasan pada susu Ibu semakin kasar beriringan dengan ciuman kami yang semakin panas. Tanganku menelusup di balik kaos ketat yang dikenakannya, kemudian menarik kaos ketatnya ke atas tepat diatas susu Ibu. Kuremas kembali susu Ibu yang terbungkus dengan BH dengan mulutku yang masih tersumpal oleh bibir indahnya. Hanya erangan yang aku dengar dari mulutnya setiap kali aku meremas sedikit kasar pada susunya itu. Kutarik BH Ibu itu ke atas ditempat yang sama dengan kaosnya, dan tersembul susu Ibu yang indah itu. Kuremas secara perlahan dengan sangat lembut susu Ibu. Lama kami berciuman, aku kemudian membalikan tubuh Ibu, segera aku posisikan Ibu duduk di pinggir tempat tidurku, kurebahkan kepalaku di susu Ibu.

“Ehmmmm.... terus cintaaahh... susuku sudah kangen kamu mainkan...” rintihnya menahan nikmat

Aku kulum dan kujilati setiap nano meter susu Ibu dengan sangat lembut dan buas. Sedotan-sedotan aku berikan langsung di kedua puting susu Ibu, semakin kuat aku menyedotnya semakin kuat Ibu menekan kepalaku ke arah susunya. Dengan masih mengenyot susu Ibu, kedua tanganku membuka resleting celana Ibu, dengan sedikit berdiri Ibu memudahkan aku melepas celana itu. Celana kutarik bersamaan dengan celana dalamnya. Kukangkangkan kedua paha Ibu dan langsung aku majukan kepalaku dengan lidah menjulur ke arah vagina Ibu. Kusapu vaginanya dari atas kebawa, aroma wangi vagina yang khas yang aku dambakan selama ini. ada sedikit aroma daun sirih wangi yang semebar dari vaginanya.

“Wangi” ucapku lirih

“Tentuhhh... ahhhhh... sajahhh... Ibu rawathhhh...ufthhh buat kamu.. aryahhhkuhhh ouwh....” rintihnya

Kujilati vagina Ibu dengan penuh semangat karena ini yang aku inginkan. Jilatan berhenti pada bagian klitorisnya dan kumainkan dengan lidahku terkadang aku menyedotnya dengan sedikit keras dan kasar.

“Itil... Ibu kangenhhh lidahhmuhh ouwh.... terussh dijilat sayangkuwhhh cintakuwhhhh”

“Terussshhh.... mainkan... Ibu suka lidahmu aishhhh ouefthhhh ah yah seperti itu...”

“Mainkan sesukamhhh... mainkan terusshhh ouwh.... yaahhh... jilati....”

Rintihan Ibu semakin membuatku panas, kumasukan jari tengahku dan kumainkan didalam vagina Ibu. Dengan sedikit kocokan perlahan diawal kemudian kocokan-kocokan semakin keras. Membuat tubuh Ibu kadang melengking, kadang pula kedua tangannya menekan kepalaku pada vaginanya. Membuat aku kesulitan bernafas tapi aku tetap mengocok dan memainkan klitorisnya walau aku sendiri mengalami kesulitan.

“Aissshhh... Oufthhh.... enakkk.... cintaaahhh ouwh... lebih dalam lagihhhh.....”

“terusshhh... sebentar lagi keluar.... aah aaahh yahhh begitu terus ouwh haaaahhhhaaaaishhhh”

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”

Ibu mencapai puncak kenikmatannya terasa air hangat mengalir dari vaginanya membasahi jari dan mulutku. Kutekan semakin kedalam mulutku untuk menghisap semua cairan kenikmatan Ibu.

“Yahhhh... sedot terus, minum cintahkuhhhh ouwhhhh....”

Aku kemudian berdiri dan menarik tubuh Ibu, kurebahkan tubuhnya di tempat tidurku dan langsuk aku memposisikan diriku ditengah-tengah selangkangan Ibu. Wajah Ayunya terlihat sendu, dengan kaos ketatnya yang tersingkap hingga bagian atas susunya. 

“Ibu pengen....” ucapnya terpotong, karena jari telunjukku menyilang pada bibirnya

“Arya ingin merasakannya sekarang...” ucapku disambuk dengan senyum dan anggukannya

Aku kemudian mulai memasukan dedek arya kedalam liang vagina Ibu, perlahan dan masih terasa sempit sekali. Sisa-sisa cairan dari kenikmatanya tidak tampak sekalipun membantuk dedek arya masuk.

“Ouwhhh.... bu sempit banget bu... outfthhhh enakkkh bangethhhhh...”

“Essttttttttt... ndak pernah dipakai ahhhhhhh terakhir kamuuuhhhhh....” rintih Ibu kenikmatan, aku mendengar itu sedikit senang karena Ibu tidak melakukannya lagi dengan Ayah. Aku kemudian mulai mendorongnya lagi perlahan.

“Pelaaaaaaaaaaaaannnn.... aahhhhhh.... jarang dimasuki kontol .... oufthhhhh....”

“Ini juga sudah pelan bu.... ehmmmmmmm aahhhhhh....”

Dengan usahaku, akhirnya dedek arya terbenam didalam vaginanya. Aku sangat bahagia, kupeluk Ibu dengan sangat erat. Kuciumi telinga dan pipinya, kemudian perlahan aku mulai menggoyangny. Terasa kenikmatan yang berbeda dari wanita-wanita yang sebelumnya aku nikmati. Sangat sempit dan sangat seret, menambah kenikmatan tersendiri. Membuatku semaki bahagia karena selama ini, inilah yang aku rindukan, inilah yang aku inginkan. Aku menggenjotnya dengan penuh semangat, aku masuk dan keluarkan dedek arya di vagina Ibu dengan luapan kebahagiaan.

“Enakkkhhh bu, enak sekali hiks hiks enaaak bangetttttt hiks hiksssss....” rintih nikmatku yang menggoyang pinggul sambil memeluk Ibu. Ibu mendengar itu kemudian mengapitkan keuda kakinya sehingga membuat aku tidak sanggup menggoyang. Ibu mengangkat tubuhku dengan kedua tangannya pada bahuku.

“Kenapa menangis? ehhhhhhhh” ucap Ibu 

“Enak bu, biarkan Arya menggenjot tempik Ibu, Arya sudah kangen hiks...” ucapku disertai air mata kebahagiaan. Ibu hanya tersenyum dan kemudian merenggangkan kedua kakinya dan aku mulai menggoyangnya.

“ENAK TEMPIK IBU ENAK AAAAAAAAAAAHHHHH"

“ARYA SUKA TEMPIK IBU, KONTOL ARYA KEENAKAN AAAAAHHHH YAAAAAHHH....” teriakku ketika aku merasakan nikmat yang selama ini aku dambakan

“Iya, ayo terush goyang lebih keras... masukan kontolmu di tempik Ibu... aaaahhhhh... lebih dalam lagi... ouwhhhh kontolmu sampe rahim Ibu owhhhh.... yaaaaahhhh.....”

“goyang terussshhh aaahh nikmati nikmati..... tempik Ibu buat kontol arya iyaaaahhhh...”

Aku semakin bersemangat menggoyang pinggulku dengan berpegangan pada pinggang Ibu. Susunya tampak naik dan turun dari atas kebawah membuat aku semakin dan lebih bersemangat menggoyangnya.

“Tempikmu enaaaakkk... yahhhhh.... lebih enak aaaahhhhh.....” rintihku 

“Iya, terusshhhh.... ibu keenakan... kontol kamu bikin Ibu keenakan... ouwghhh...Ibu sudah ”

“Bikin Ibu kangen terusshhhh aaahhhh terushhhh.... berikan pada Ibu semuanya.... semua yang kamu milikiiiiiii aaaaaahhhhh.. Kontol kamuwhhh bikin tempik Ibu keenakannnnhhhh ouwgghhhh... ” teriaknya, semakin lama aku semakin menggila membuat Aku semakin menggenjot keras pada vagina Ibu.

“Ibu aku ingin keluar.... yah aku ingin keluar di tempikmuuuuuu.....” teriakku

“keluarkanhhh aaahhh... ibu jugaaaaaahhhhh ah ah aaaaaaaaaaahhhhh” teriaknya membalas teriakanku

Croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot

Permainan ini akhirnya usai dengan ambruknya tubuhku diatas tubuh Ibu. Aku kemudian memluk Ibu, terasa cairan hangat mengalir dari vaginanya. Aku tersenyum dan mencium bibir indah Ibu. Tak ada sepatah kata keluar dari mulut kami berdua. Hingga kami terlelap dalam lelahnya pagi.




Pagi menjelang, sang raja panas telah terbit hingga 45 derajat dari tempatnya. Aku terbangun dan tak kudapati Ibu di sampingku, ku pakai celanaku dan kaos hitamku dari almariku tak lupa aku membawa dunhillku dan kumasukan ke dalam saku celana kolorku. Aku kemudian turun, tapi tetap tak kulihat keberadaan Ibu. Aku kemudian mandi dan bersih-bersih tubuhku. Aku kemudian keluar dari kamar mandi, kulihat Ibu sudah duduk dengan senyum manis memandangku. 

“Sini makan dulu....” ucapnya, wanita ini tampak begtu seksi dengan balutan kaos tanpa lengan dan belahan dada yang sangat rendah meruncing pada bagian belahan susunya. Rok pendek hingga lutut bagian atas berwarna coklat muda menutupi pinggangnya. Aku terpana dan menuju ke arah meja makan.

“Ibu tambah cantik... tumben pakai pakaian seminim tu bu?” pujiku terhadap Ibu

“Kan masih muda, pacarnya saja muda biar ndak kemana-mana hi hi hi” 

“Sudah makan dulu ya, Ibu mau nyapu ruang tamu dulu”ucapnya, sambil meninggalkanku, aku hanya mengangguk tersenyum kepadanya

Setelah aku selesai makan aku duduk dengan kaki selonjor didepan TV. Sofa empuk membuat akku sedikit merasakan kantuk, kulihat Ibu kembali dari ruang tamu. Kemudian Ibu berjongkok di hadapanku. Dan menarik celanaku dengan sangat paksa hingga celana dalamku juga terlepas.

“Ibu sudah kangen sama ini cinta... hmmmm...” ucapnya sambil memandang dedek arya, dan mengelus-elusnya pelan kemudian dikocoknya dengan lembut dedek arya.

“Arya juga kangen... tapi semalam lebih kangen kenthunya he he he” ucapku, yang hanya dipandang oleh Ibu yang dengan segera mengulum batang dedek arya. Dijilatinya setiap bagian dedek arya, dikulumnya dengan sangat lembut, perlakuan yang hanya aku dapatkan dari Ibu sampai dengan saat ini.

“ouwwhhhh.... ibu.... cintakuuuuhhhhh..... Ouwh terusssshhhh ehmmmm....”

“terus... kulum semua kontol arya aaaaaahhhh......”

Kuluman ibu semakin lama semakin menjadi, kemudian aku ambil dunhill dan aku sulut. Suatu sensasi tersendiri, aku yang terbaring bersandar di sofa dengan kaki selonjor dan dedek arya sedang dikulumi oleh Ibu. Kulirik Ibu masih memaju mundurkan kepalanya dengan tangan kanannya membantu mengocok dedek arya dan tangan kirinya memainkan zakarku. Air lirunya tampak mengalir dari mulut Ibu yang tersumpal dengan batang dedek arya. Sebatang dunhill telah habis dan aku kemudian duduk dan kupegang kepala Ibu.

“Arya sudah mau keluar... terushhhh aaahhhhh” rintihku

Crooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot

Kutahan kepala Ibu ketika spermaku keluar, Keluarlah semua sperma dalam mulut Ibu. Perlahan Ibu menelan semua sperma itu secara perlahan. Dan kemudian duduk disampingku dan direbahkannya kepalanya di dadaku.

“Segeralah hubungi tante ima agar budhe mendapat kejelasan dari kamu” ucap Ibu

“Heh maksud Ibu?” tanyaku kepada Ibu

“Tadi Ibu lihat sms kamu, katanya kamu mau mempertemukan pakdhe dengan tante ima, iya kan?”

“Kenapa kamu tidak cerita sama Ibu?” ucap Ibu

“Iya... Arya ceritakan tapi Ibu jangan marah ya?” ucapku, kemudian dijawab dengan anggukan dan senyumannya

Aku menceritakan kejadian bertemu dengan budhe dan semua keinginan budhe. Budhe yang ingin mempertemukan tante ima dan pakdhe, siap menerima segala resikonya jikalau nantinya budhe yang akan ditinggalkan. Ibu semula sedikit terkejut dengan cerita itu, kemudian aku menceritakan bahwa ku juga sudah menolaknya tapi budhe tetap memaksa. Ibu kemudian memberi penngertian kepadaku agar aku tetap bisa menjaga emosi budhe. Aku mengiyakan, karena Ibu juga ingin masalah ini cepat selesai pada hari itu juga aku hubungi tante ima untuk memberi kabar tentang rencana pertemuan itu. Tante ima mengiyakan dan akan mengikuti semua aturannya, tante imapun mengatakan kalau Rahman sedang camping bersama teman-teman rumahnya dan Om Nico ada dinas luar kota pulang minggu depan. Kondisi yang sangat cocok dengan apa yang aku inginkan, kemudian aku menghubungi budhe untuk mengabari hal itu. Ternyata budhe kemarin sepulang dari makan bersama denganku telah berbicara pada pakdhe untuk sekali saja mempertemukan pada hari ini. dan budhe sejak tadi pagi telah menyiapkan tempat pertemuan itu di hotel mawar, hotel di daerah pegunungan dekat dengan daerah rumahku.

“Kenapa di hotel budhe? Apa ndak ada tempat yang lain to budhe?” ucapku, Ibu yang disampingku juga ikut menguping dengan menempelkan telinga kirinya di telepon cerdasku yang aku tempelkan di telinga kanan. 

“Itu tempat yang aman, untuk berjaga-jaga agar suami ima tidak tahu keberadaan mereka”
“Nanti kalau mereka ngapa-ngapain bagaiman? Budhe jangan gila....”

“Sudah itu sudah keputusan budhe, 2 kamar sudah budhe siapkan, nanti kamu antar ima di kamar nomor 76, pak dhemu sudah budhe suruh menunggu di nomor 77 jadi jika nanti kamu sudah mengantar ima sampai dikamar 76 kamu beritahu pakdhemu yang di kamar nomor 77, oke begitu?”

“Okelah budhe jika itu mau budhe...”

“Kalau bisa jam 9 malam nanti sudah check in, dah jomblooooo”

“Iya, terima kasih buat sebutannya HUH!” tuuuuuuuuuuuuuut

Aku kemudian menoleh ke arah Ibu, dan Ibu pura-pura tidak tahu dan menonton TV. aku dekati Ibu dan kupeluk Ibu. Ibu hanya tersenyum dan memegang erat tanganku yang memeluk tubuhnya. 

“Ibu aku antar kerumah kakek ya?” ucapku

“Iya, Takut ya nanti kalau Ibu hilang hi hi hi....” ucapnya

“Bu....” 

Aku kemudian memeluknya erat dan mendaratkan ciuman pada bibir manisnya. Ibu kemudian membalasnya, kutarik tubuh Ibu hingga rebah di kasur lantai depan TV. Rebahnya tubuh Ibu langsung aku tindih dengan tubuhku. Kuciumi setiap wajah Ibu yang aku dengan Ibu hanya mendesah. Puas Aku menciumi bibirnya aku kemudian berdiri dan melepas kaosku, kini aku telanjang tanpa sehelai. Ibu tiba-tiba bangkit dan mendorongku hingga aku rebah. Ibu kemudian berdiri, satu persatu pakaian yang dia kenakan dilepasnya satu-satu dihadapanku. Sensasi tersendiri melihatnya melepas bajunya satu persatu. Ketika semua pakaiannya terlepas, dengan wajah malunya Ibu menutupi susu dan vaginanya.

“Kok dtutupi Bu?” ucapku

“Malu hi hi hi....” ucapnya kemudian menaruh kedua tanganya di belakang sambi memandang wajahku.

“Ini yang kamu inginkan?” ucapnya kubalas dengan menganggukan kepala, tubuh telanjangnya memang sangat berbeda dengan tante ima ataupun mbak maya. Benar-benar lebih padat dan kencang milik Ibu. Apalagi susunya wuiiiiii mantap pake z, mantapzzzz!

“Kamu ya... hi hi hi “ ucapnya sembari membungkukan tubuhnya kearahku dan membetet hidungku yang masih terbaring. Aku kemudian sedikit bangkit dan kutarik tubuhnya, kuposisikan selangkangan Ibu tepat di atas kepalaku. Aku kemudian mulai menjilati dan dan mengulumi klitoris Ibu. Kumasukan jari tengahku ke dalam vaginanya dan mulai mengocoknya. Ibu merintih nikmat membuat kedua kakinya yang menekuk itu tak kuat untuk menahan tubuhnya hingga Ibu roboh kedepan dengan bertumpu pada kedua tangannya.

“Terussshhh eehhhh jilati semua.... oghhh kocok yang kuatthhhh... oghhh... ibu kangen kamu... oghhh ibu rindu kamu.... owghhh tempik Ibu sangat ingin dikocok jari kamuwh... ouwhhh.... yahhhh...” rintih Ibu yang menggila karena mungkin terinspirasi dari ceritaku bersama mbak maya

“slurp... clk clk clk clk clk...” suara aku menyeruput vagina Ibu dan mengocok jariku

“Ahhhh.... ouwhhhh... Ibu.... Ibu..... aishhhhh..... kluarrrrr..... aaaaahhhhhhhhhh.....”

Cipratan air mani Ibu muncrat kewajahku dan mengalir di kedua jariku. Aku langsung mengangkat kepalaku agar lebih dekat lagi ke vaginanya. Aku kemudian langsung menyedot semua mani yang keluar dari vagina Ibu, terlihat tangan kiri Ibu memegangi kepalaku dan tangan kanannya masih bertumpu dilanati.

“Nikmati nakhhh aakhhhh... cairan cinta Ibuwh... owuhhh hmmmm....”

Aku masih dalam posisi menyedot-nyedot vaginanya, tak satupun dari cairan itu keluar dari mulutku. Setelah semua selesai aku kemudian berdiri, Ibu mengangkat satu kakiknya memberikan ruang agar aku bisa bangkit. Ibu sekarang dalam posisi menungging dan aku berlutut tepat dibelakangnya.

“Cinta pengen diapain?” ucapku sedikit nakal kepadanya

“Pengen dikenthu sama kamu cinta, pokoknya hari ini terserah kamu, dan harus lebih indah dari mereka berdua” ucap Ibu yang sedikit nakal dengan senyumannya 

“Ouwh... pasti sayangku, akan kuberikan yang terindah....” balasku yang kemudian mengangkat tubuh Ibuku. Ibuku terkejut dengan ulahku, karena yang dia tahu aku akan menusuknya pada saat itu juga. Kuangkat tubuhnya hingga berdiri dan aku peluk dari belakang. Tubuh telenjangnya aku dorong ke arah dapur, hingga di meja dapur aku mengangkatnya hingga nak di atasnya. Aku kemudian ikut naik keatas meja tersebut dan duduk di belakangnya. Aku menyuruhnya memasukan dedek arya di vaginanya dengan posisi membelakangiku

“Kamu itu ada-ada saja, masa didapur?” ucapnya yang menoleh dengan sedikit senyum nakal

“apa di ruang tamu bu? He he he....” jawabku selengekan, Ibu kemudian memiringkan badannya dan membetet hidungku. Perlahan dipegangnya dedek arya dengan tangan kirinya posisi Ibu sedikit membungkuk melihat kebawah ke araha tenggelamnya dedek arya di dalam vaginanya.

“eehhhhhhhh..... kontolmuwh beesssharrr naaaak oufthhhh... cintaaahhhhh ouwhhh.....” rintihnya yang kemudian merubah posisinya sedikit kebelakang dengan susu yang membusung ke depan.

“Ibu... tempikmu enaaaakkkkhhhh ehhmmmmmm..... kontol arya kejepittthhhhh aahhhhh....” ucapku

“Enak mana dibandinghhhh ima sama maya...?” ucapnya dengan rintihan khasnya

“Enak Ibu....” ucapku sedikit lirih, menikmati sensasi tenggelamnya dedek arya di dalam vaginanya. Dan bleesssss masuk semua dedek arya di dalam vaginanya. Ibu kemudian terdiam dan menoleh kebelakang

“Bohong....” ucapnya

“ehhhh.... ehmmmm... benar bu, arya berani sumpahhhh aaahhhh... sempit dan sesak punya Ibuhhh aryah sukahhh....” balasku dengan rintihan kennikmatan yang kurasakan dari dinding vagina Ibu yang seakan-akan meremas dedek arya

“Cinta, aku tidak mendengarnya... lebih keras lagi....”

“Tempik Ibu paling enak, aaahhhh lebih enakkkhhh dari maya dan ima...” ucapku sedikit teriak

“Lebih keras lagi, Lebih keras lagi, Ibu ingin mendengarnya darimuhhhh... ehhhhhh....” ucap Ibu sambil menaik turunkan pinggulnya membuat sensasi tersendiri, sensasi permainan di atas mejad dapur. Psikologisku di tekan oleh Ibu, dimana aku yang biasa menjadi dominan sekarang menjadi sangat resesif sekali disini. Ibu seakan-akan tidak terima dengan persetubuhan-persetubuhanku sebelumnya dengan mbak maya dan tante ima. Ibu menjadi sangat dominan mempermainkan otakku dimana dia tahu bahwa aku selalu merindunya.

“Oohhhhh... Ibu... oghhh... aku suka tempikmu.... aku suka kenthu sama Ibu.... ogghh aaaaahhhhh.... aku ingin kenthu sama Ibu terussshhhh aaahhhh enakkkkhhh bu... kontolku keenakannn.... aoughhhh... tempikmu hangatthhhh aaahhh sempithhh aah aah aah aah tubuhmu indah... langsing... susumu montok dan besarrhhhh bu... arya sukaaahhhh cinta samaah Ibuhhhh oueghhhhhhh” teriakku keras dengan tubuh yang masih bertumpu pada kedua tanganku.

“ya begituh... itu baru kekasihkuhhh ouwhh... Ibu dan kamu adalah sepasang kekasih danhhh... owghhhh... kamu dan mereaka adalah tuan dan lontehnyaahhhh aaaahhhh.... yahhh aaahhhhh” rintih Ibu yang mulai sedikit mengungkapkan isi hatinya

Aku yang merasakan nikmat dan sebuah pemandangan seorang wanita setengah baya sedang menggenjot dan menggenjot di depanku tertegun dengan apa yang diucapkannya. Memang rasa cemburu seakan-akan membakar setiap isi hatinya, tidak terima jika pasangannya diambil oleh orang yang tidak dia ijinkan.

“Kontolmu panjang besarrrhhhh cinta.... ouwhhhh memek Ibu penuh bangethhhh aaahhhh...ibu suka kontol kamuwhhhh.... oughhhh kenthu tempikkkkkhhhh ibu.... aiiiissshhhhh aaaaahhhh enaaaaakkkkhhhh enaaakkkkkhhh sekalliiiii ouwhhhh....” rintih Ibu yang semakin menjadi liar dan tidak terkendali. Aku hanya mampu mendesah dan merintih 

“Iyahhhh ouwhhhh tempik Ibu enaaakkhhh sempittthhh aaahhhh... Arya sukahhhh tempikmu buwhhhh.... ouwghhh... enakkkhh cintaaaahhhhh....” rintihku yang keras dengan kedua tanganku memegang pinggang Ibu yang sedang naik turun

“Kerashhh ucapkanhh lebih kerashh lagih... eeghhhhhh... katakan mereka lonthemu... ouwhhh... hah hash... emmmhhhhhhhhh.....” ucap Ibu yang memelankan goyangannya tanda dia ingin aku mengucapkan kata-kata yang barusan dia ucapkan

“MAYA LONTHEKU... argghhhhh... IMA LONTHEKU.... aiahhh ahhhh... IBU CINTAKU... AH AH AH AYO BU LEBIH KERAS LAGI BIAR KONTOL ARYA TAMBAH DALAM TAMBAH MEMBERI KEPUASAN PADA TEMPIKMU CINTAAAAHHHH....” teriakku lebih keras, lebih keras dari sebelumnya tanpa menghiraukan jika ada tetangga mendengar. Setiap ucapan dari Ibu membuatku semakin terangsang dan semakin membuat aku bernafsu. Aliran darahku semakin tidak terkendali, membuat dedek arya semakin menggila didalam sana. Gesekan-gesekan itu semakin membuatku merasakan sperma yang ingin muncrat. Aku kemudian memeluk Ibu lalu kualihkan kedua tanganku meremas susunya.

“Peluk Ibu ahhhh peluk Ibu remas susuku cintah aarggggghhhh... remash ahhh..... Ibu sebentar laig keluar cinta... argggghhh kontolmu masuk ke rahim Ibu ashhhh kontolmu buat ibu keenakan aarggghhhhh....” rintihnya

“sama-sama bu... kita samah samah keluarhhh arggghhhh tempik Ibu njeopit kontolku... enak...enaakkhhh sekali ashhh oufthhhhmmmmmmmm aaahhhhhh.....” rintihku nikmat

Goyangan Ibu semakin menggila, goyangannya pada dedek arya membuatku semakin merasakan spermaku ingin muncrat keluar. Dari samping aku melihat Ibu membuka mulutnya sambil mengeluarkan lidahnya seakan-akan nafas dari hidungnya tidak cukup untuk menyuplai oksigen ke dalam darahnya. Aku semakin keras meremas susu Ibu yang besar itu dan aku juga semakin menggila dengan jilatan-jilatan pada punggungnya.

“Ah ah ah Ibu mau keluar arggghhh kontolmu buat tempik ibu keluar arggghhhhh aggghhh hashhh...” rintih Ibu

“Aku jugahhh mauhhh keluuuarhhhh bu, arggghhhhhh...............” rintihku

Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot

Akhirnya luapan laharku keluar bersamaan dengan vagina Ibu yang mencair. Hentakan keras yang sangat dalam ke dalam vaginanya membuat sensasi yang lebih dalam. Dengan cepat Ibu mengangkat pinggulnya dan didorongnya kebelakang membuat aku rebah. Diposisikannya vagina Ibu tepat pada mulutku dan posisi kepala Ibu tepat di dedek arya.

“Jilat.. dan sedot kekasihku... buktikan padaku jika aku lebih baik dari lonthemu....” ucap Ibu yang terbakar api cemburu. Aku langsung menjilatnya dan menyedot setiap lelehan lahar vaginanya. Terasa sangat ngilu ketika baru saja dedek arya mengeluarkan sperma langsung dikulum dan dijilati oleh Ibu. Lama kami melakukan posisi yang biasa dsebut dengan 69 ini. Ibu kemudian bangkit dan merebahkan tubuhnya diatas tubuhku, kepalanya direbahkannya di dadaku.

“hosh Ibu tidak terima jika kamu menceritakan persetubuhanmu lagi hash hash...”

“jika hash persetubuhanmu itu layaknya kekasih, Ibu sangat cemburu....” ucapnya lirih sambil kedua matanya terpejam

“Arghhhh... hash hash hash hash arya harus bagaimana?” ucapku tersengal-sengal

“Perlakukan mereka seperti lonthe, atau Ibu tidak akan mau kamu sentuh lagi...” ucap Ibu lirih dan kemudian bangkit, wajahnya tepat di depan wajahku

“jika nanti ada kesempatan kamu bersetubuh dengan mereka lakukan seperti apa kata Ibu, hiks hiks hiks Ibu ndak mau kamu kepincut mereka hiks hiks pokoknya kalau buka calon istri kamu, Ibu ndak suka hiks hiks...” ucap Ibu sembari menangis, aku kemudian memluk kepalanya dan mencium keningnya

“hmmshhhh.... aku akan perlakukan mereka seperti yang Ibu katakan pasti” ucap u tersenyum

“Jika memang ada kesempatan itu, tapi jika tidak kontol arya Cuma buat Ibu...” ucapku, Ibu kemudian memelukku erat

“Janjiiii... hiks hiks hiks...” ucap Ibu disertai isak tangis

“Janji cinta....” ucapku

Lama kami berpelukan diatas meja dapur, hingga kami terlelap dalam kelelahan ini. Jam dinding semakin berdetak semakin kencang, aku masih dalam mimpiku diguncang-guncang oleh Ibu. Aku terbangun dan kemudian bangkit melihat sesosok wanita dengan pakaian lengan panjangnya berwarna pink dengan belahan dada yang tidak rendah berpadu dengan rok warna krem hingga menutupi lututnya. Kaos yang dikenakannya begitu longgar sehingga sedikit tekana susu ibu keluar walau begitu tetap terlihat akan besarnya buah dada Ibu. Ibu kemudian menyuruhku mandi dan bersiap-siap kerumah tante ima. Aku segera melaksanakan perintah Ibu dengan membawa tas berisi uang untuk berjaga-jaga beserta alat penyamaran seadanya agar jika sampai dihotel aku bisa menjadi orang lain. Aku yang telah siap turun dari kamarku menuju ke ruang keluarga dimana Ibu sudah ada di situ aku kemudan duduk disebelahnya.

“Bu... Ayo berangkat” ucapku sambil memeluknya dan mencium pipinya

“Iya, ingat lho janjinya...” ucap Ibu kepadaku

“Iya” ucapku dengan senyuma

“Pokoknya harus gitu, Ibu ndak mau kamu mainnya kelepasan hiks...”ucap Ibu sedikit parau dengan mata yang kemudian menggenang

“Iya bu..cuuup...” ucapku sembari mencium bibirnya dengan lemah lembut. Berpelukan dan berciuman agak lama membuatku bernafsu kembali tetapi Ibu dapat mencegahnya. 

“Bu... itu sebenarnya ukurannya berapa to?”Ucapku sedikit nakal kepada Ibu sembari kami berdiri menuju ke garasi dan mengeluarkan REVIA

“Gede ya?”tanya Ibu sedikit menggodaku dengan membusungkan dadanya ke arahku. Aku hanya mengangguk dan sedikit meras dadanya

“Awwww... nakal ya”

“Ibu ndak tahu, ukur saja sendiri hi hi hi” ucap Ibu dengan tertawa cengingisan sambil menutup gerbang rumah

“telapak tangan aku aja ndak cukup bu” ucapku, padahal telapak tanganku cukup besar untuk laki-laki setinggi 180 cm. Ibu hanya tersenyum kearahku dan kemudian naik REVIA menyamping.

“Yang penting besar, masih kenceng dan kamu suka, Ibu sudah bahagia” ucapnya

“Yeee... aku itu tanya ukurannya kok” ucapku sambil mendorong kebelakang tubuhku

Ibu haya memukul punggungku dan kemudian memelukku. Aku kemudian menyalakan mesin REVIA, sebelum aku menarik gas aku mengabari budhe dulu. Sampai dirumah nenek aku bertemu dan bercengkrama dengan nenek dan kakek sebentar untuk mengutarakan bahwa aku akan pergi dan pulang besok malam. Akhirnya aku berpamitan dengan mereka semua, Ibu mengantarku hingga di depan pintu garasi.

Dr. John... John coming Dr. John, Dr. John...Dr. John wake up NOW.... bunyi ringtone sematponku, Bu Dhe.

“Halooooo...”

“Halo mblo, kamu ndak usah bawa motor, naik taksi saja nanti minta sama si ima gatel itu bawa mobil kamu semobil dengannya saja”

“Lha aku pulangnya naik dhe?”

“Nanti budhe yang jemput kamu, dah ya”tuuuut

Aku kemudian menoleh ke arah Ibu, dan mengatakan kalau aku disuruh naik taksi. Aku kemudian memarkir REVIA dalam garasi, dengan sedikit nakal aku mencoba menyosor bibir Ibu tapi dia menghindar takut kalau ketahuan kakek dan nenek. Aku mengerti itu, kemudian aku ke depan rumah ternyata sudah ada taksi di depan sana. Aku kemudian pamit dengan Ibu dan langsung menuju ke arah taksi.

“Pak kosong ndak?”ucapku

“Kosong mas, mas arya ya?” ucap pak sopir

“Lho kok tahu?” tanyaku heran

“Masuk mas, ini tadi saya dapat telepon suruh menjemput mas-nya” ucap pak sopir

Dalam perjalanan aku mengobrol sebentar dengannya, bapaknya menceritakan kalau tadi disuruh sama Ibu-Ibu ke alamat kakek dan nenek untuk menjemputku. Dengan membuka kaca jendela sempat terpikir ucapan Ibu, ya kalau nanti Ibunya Rahma itu minta jatah aku harus melakukannya sebagai seorang Tuan ha ha ha, tertawaku dalam bathin.

Aku ingin begini aku ingin begitu ingin ini itu banyak sekali..... bunyi ringtone sematponku. Tante Ima....

“Halo tante....”

“sayang kapanhh aaargghhh sampainya....” (kenapa suaranya mendesah seperti ini?)
“Tante lagi ngapain sich? Ni bentar lagi nyampe paling jam3-an, nanti harus sampai tujuan jam 9 malam”

“Tentehhh tungguhhh ehmmm ehmmmm....” tuuuuttt.....

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku mendengar suara tante. Tante kemudian mengirimkan sms jika sudah sampai rumah langsung masuk saja karena gerbang dan pintu rumah tidak dikunci. Mobil taksi berwarna putih ini melaju dengan lancar dan berhenti jika ada lampu merah menyala. Perlahan tapi pasti dengan cara mengemudi yang nyaman pak sopir mengantarku sampai ke rumah rahman tepat jam 15:00. Aku kemudian masuk melalui pintu gerbang rumah yang tidak dikunci dan kemudian menguncinya jika nanti ada orang datang aku tahu. Aku kemudian menuju pintu masuk rumah dan dengan santai masuk karena memang aku sudah tahu tidak dikunci. Ketika aku masuk dan baru saja membuka pintu masuk itu....

Kleeeeeeek...........

“Ouwhhh Arya... Aku sudah tidakkkhhh aaahhhhh tahannnn....”





Sebuah pemandangan yang mengagetkan aku, wanita paruh baya yang tubuhnya langsing sama seperti Ibuku ini dengan kulit putih dan wajah keturunan India sedang membuka lebar kedua pahanya. Jarinya tampak mengelus-elus vaginanya yang hanya tertutup oleh celana dalam G-String bagian tubuh atasnya hanya tertutup tank-top yang memperlihatkan lengan dan tali tank-topnya. Sangat tampak kedua susunya yang lumayan besar dan pernah aku jamah itu. Dia memandangku dengan penuh nafsu yang sangat besar, wajahnya sendu dan memerah karena sesuatu yang tertahan. Aku segera menutup pintu dan menguncinya.

“Tante sudah kangen...” ucapnya yang kemudian berdiri. Pikiranku mulai melayang entah kemana membuat aku juga sangat ingin menyentuhnya tapi sebuah ucapan mulai terdengar di dalam otakku. 

“Perlakukan mereka seperti lonthe, atau Ibu tidak akan mau kamu sentuh lagi...” ya itu adalah ucapan Ibu yang kemudian membuatku sedikit tenang

“Tante tetap disitu jangan mendekatiku atau aku akan pulang...” ancamku kepada tante

“A a ada apa arya? Apakah tante buat salah?”ucapnya yang seketika itu berhenti melangkah. Aku kemudian memutar otakku. “Maafkan aku sobat....”

“tante siapanya aku?” ucapku pelan

“Tante ya tante yang berjanji untuk melayanimu...” ucap tante 

“ya tante memang berjanji akan melayani arya, tante ingin ini kan?” ucapku sambil mengelus-elus dedek arya yang masih tersembunyi di dalam celanaku

“Iya... iya tante mau itu, tante mohon....”

“Tante akan lakukan apapun asal kamu mau memasukan ke tempik tante...” ucap tante, sambil melihatku dia mengelus-elus vaginanya sendiri dengan sangat keras hingga dia terjatuh dengan kaki menekuk kebelakang dan memandangku.

“Arya... tante ingin....” ucap tante memohon kepadaku, aku sebenarnya tidak tega tapi aku telah berjanji pada Ibu

“Tante buka pahanya dan kocok sendiri dulu, Arya pengen lihat seberapa besar keinginan tante kepada arya...” ucapku kepada tante. Tante kemudian duduk dan membuka kedua pahanya ditelusupkannya jari tante kedalam vagina sendiri dan mengocoknya. Aku yang melihatnya sebenarnya ingin langsung menubruk tapi tidak, aku hanya akan melayani Ibu saja bukan dia, dia yang harus melayaniku atau aku kehilangan Ibu.

“Arghhhh arya... Ima suka kontol Arya.... arggghhhh... ima pengen kontol arya.... orgghhhhh.... ah ah ah ah ah” rintih tante ima

“Yang keras tante, arya ingin lihat... cepet lebih keras sampai tante keluar....” ucapku sedikit membentaknya. Tante kemudian mengocoknya dengan keras dihadapanku yang telah duduk di kursi tamu. Tante memejamkan matanya dan mengocoknya, aku mempermainkan psikologisnya yang sudah terbuai oleh nafsu.

“Arghhhhhhhhhhhhhhh.... tante keluar..... yah arya tante keluar..... aaaaaaaaaaahhhhh” rintih tante dengan suara yang pelan. Aku yang melihatnya mulai berpikir mengenai waktu sebelum tante bertemu dengan pakdhe. Aku melangkah mendekatinya dan jongkok didepannya sambil mengelus pipinya.

“Tante... apa benar tante mau melakukan apapun untuk arya?” ucapku pelan

“Iyah hash hash hash iya tante mau...” ucap tante tersengal-sengal

“Bohong tante bohong, arya pulang ah....” ucapku sedikit mempermainkan nafsunya, tante dengan cepat memgang tangan kananku dan menariknya pelan

“Jangan... jangan pulang tante mohon... tante mau melakukan apapun untuk arya... hash hash hash... asal arya senang tante mauhhh hash hash hash...” 

“jadi pelayan atau apapun itu tante mau sayang hash hash has”ucap tante tersengal-sengal kepadaku, aku mendengarnya begitu bernafsu tapi aku tahan agar aku bisa mendengarnya menyebut kata-kata seperti yang diinginkan Ibu

“pelayan? bohong ah... tante bohong... tante ndak sepenuh hati ngomongnya, masa pelayan, pulang ah...” ucapku dengan senyum dan mencoba melepaskan genggaman tante tapi genggaman itu semakin erat di tanganku. Tante melihatku dengan wajah sendu dan wajah bernafsunya

“Tante mau melayani arya, tante mau disuruh arya, tante siap jadi pelayan arya, mau jadi lonthemu, budhakmu semua yang arya inginkan akan tante turuti semuanyahhh hash hash has” ucapnya sedikit tersengal. Aku kemudian mendekatinya dan mencium bibirnya sembari tanganku mengelus-elus vagina tante dan tanganku satunya mengelus-elus susu yang hanya terbungkus tank-top. Ciuman begitu lama dengan tujuan menaikan nafsu tante agar tante ima bisa hanyut dalam nafsunya. Aku mengakhiri ciumanku terlihat kekecewaan diwajahnya.

“Tante, arya pengen lihat tante pakai bikini, punya tidak?” tanyaku, tante hanya mengangguk

“pakai tante, yang seksi biar arya tambah semangat...” ucapku dan dengan tanggap tante langsung berdiri dan menuju ke kamarnya. Aku kemudian memastikan pintu terkunci dan menutup korden. Aku langsung melepas jaket, sekarang aku hanya mengenakan Kaos dan celana pendek.

Lama aku menunggu akhirnya tante keluar dan sedikit berputar memamerkan pakaian yang aku inginkan. Memakai sebuah bikini berwarna biru yang sangat seksi dengan bagian atas hanya mampu menutupi bagian depan susunya sedangkan pada selangkangannya hanya ditutupi sebuah G-string berwarna biru yang hanya mampu menutupi bagian vaginanya dan tali yang terselip diantara pantatnya yang seksi itu.

“cantik juga tante...” ucapku

“Ah terima kasiih sayangku, ima tidak pernah mendapat pujian seperti itu...” ucap tante sembari melangkah ke arahku

“Lho katanya pelayan kok langsung jalan ke arah tuannya....” ucapku kepada tante, tante seakan mengerti apa yang aku maksud kemudian merangkak kearahku.

“Ohhh tuann... kontolmu sudah tegang bolehkan aku menikmatinya...” ucap tante ima yang sudah masuk dalam perangkapku. Tante ima sudah, aku sebenarnya ingin tertawa jahat namun aku hanya mampu tersenyum kepadanya yang sedang mengelus-elus tonjolan dedek arya di celana kolorku.

“Hmm.... ima mau ya? Hmmm... oia kok manggilnya tuan, memang ima siapa?” ucapkku yang memanggilnya tanpa kata tante. Tante ima hanya menganggul dan mengelus-eluskan pipinya di tonjolan dedek aryaku

“ima mau... mau banget tuan...”

“karena arya sekarang majikan ima, dan ima mau melakukan apapun perintah tuan”

“tapi tuan jangan perlakukan ima kasar seperti nico, ima mohon...” mohonya dengan sambil mengelus-elsukan pipinya secara bergantian

“Kasar seperti apa sich? Kalau ima suka ndak papa kan? Nanti arya kasih hadian kontol dech...” ucapku sembari mengelus-elus kepalanya

“ima ndak mau ditampar , dicekik, palagi dipukul pakai alat, ima maunya arya jadi tuan ima terus memperlakukan ima dengan lembut, ima tidak suka...” ucap tante ima

Aku mulai berpikir bagaimana caranya, sedangkan aku juga tidak pernah melakukan tuan dan pelayan selama ini. aku masih melihatnya mengelus-eluskan pipinya di tonjolan dedek arya. Akhirnya aku mendapatkan ide, sebuah ide gila.

“Jika didalam rumah ini, aku tidak bisa melakukannya dan akan ketahuan jika disini” bathinku

“ima coba nungging menghadap TV” ucapku, kemudian tante ima melakukan perintahku. Aku kemudian mengelus-elus vaginanya, sebenarnya memang masih basah tapi ini akan menjadi alasanku.

“ah... vagina ima kering...” ucapku

“ima akan ngocok lagi tuan jika tuan mau” ucapnya sembari menoleh kebelakang

“tidak, sekarang pakai jaket dan rok panjang harus rok panjang, arya mau ajak ima jalan-jalan dulu”

“ingat ndak boleh pakai kaos atau apapun itu” ucapku kepada tante ima

“baik tuan, ima mau hi hi hi....” tampak senyum di wajahnya

Tante kemudian masuk dan mencari pakaian yang aku perintahkan. Aku kemudian memakai pakaianku dan mengirimkan sms ke budhe jika kemugnkinan terlambat dan dibalasnya tidak menjadi masalah karena budhe telah menyewa kamar selama dua hari. Aku pun tak lupa aku telepon Ibu, dan aku mengatakan semua yang terjadi, dan Ibu mulai ngambek tapi setelah aku jelaskan Ibu tertawa bahagia dan jika itu semua terjadi aku tidak perlu menceritakannya secara detail.

“telepon siapa arya sayangku?” ucap tante ima

“telepon kamar hotel nanti buat ketemuan ima sama pakdhe” 

“oia kok arya?” ucapku kemudian

“maafkan tante tuan, jika ima lancang” ucapnya sambil menundukan kepala. Aku kemudian memberikan bonus kepadanya sebuha ciuman pada bibirnya. Aku kemudian mengatakan bahwa aku kesini tidak membawa motor jadi harus ada motor terlebih dahulu. Tante ima kemudian menawarkan mobil tante untuk dipakai dan keluarlah kita bersama-sama tak lupa aku membawa tasku bersama. Aku kemudian mencopot plat nomor di mobil sedan tante ima dan aku ganti dengan plat nomor pada motor matic yang ada dalam garasi.

Aku mengajak tante ima keluar dari kompleks jauh dari kompleks tersebut, sempat aku mendapat protes tante ima tapi dia akhirnya tunduk kepadaku. Walau agak lama akhirnya aku menemukan yang aku cari. Aku menyuruh tante duduk di belakang yang lebih gelap dan Aku berhenti tepat disamping penjual bakso keliling.

“tante arya pengen lihat ima membuat tukang bakso itu ngecrot, bagaimana?” ucapku sambil menoleh kebelakang

“Tuan, jangan seperti ini, ima takut nanti jika ketahuan, tolong tuan” ucap tante ima

“mau tidak? Kalau tidak mau kita pulang saja....” ucapku kembali sembari menyalakan mobil. Tante ima kemudian merajuk dan memohon untuk diperintah olehku kembali. Aku hanya tersenyum melihatnya, aku bangkit dan menuju ke tukang bakso dengan menggunakan penyamaran yang ada di dalam tasku. Aku kemudian memesan satu mangkok bakso dan berdiri di sampingnya yang tak ada pelanggan disitu

“Bang... dah lama jualan? Aslinya darimana?” ucapku

“Iya mas, dari kota kalung gelang mas?”ucapnya

“Wah jauh dari istri dong, bisa-bisa jadi batu tuuh kalau tidak dikeluarkan” ucapku dengan sedikit menjerumus ke dalam seks

“yah, pakai tangan mas kalau ndak ya ditahan” ucapnya kepadaku

“Mau gak kalau misal dikeluarkan sama cewek aku” ucapku

“ah mas itu ada-ada saja, masa mas mau ngasih cewek mas ke tukang bakso seperti saya?” ucapnya berkelakar

“kalau ndak mau ya sudah, aku mau nyari yang mau saja” ucapku sembari mengeluarkan dompetku

“eh mas, mas beneran? Kalau beneran baksonya gratis” ucap pak tukang bakso ini yang terlihat semakin antusias

“tapi inget, Cuma boleh pegang-pegang, dikocokin kalau lagi beruntung ya di emut, bagaimana?” ucapku

“iya mas mau mau, saya siap!” ucapnya

Aku kemudian memarkirkan mobil dekat dengan median jalan, aku perintahkan tante ima untuk membuka jaketnya dan menyingkap roknya ke atas. Terlihat tante ima takut ketahuan dia tutupkan jaket itu ke seluruh kepalanya kecuali dua buah matanya masih terlihat. 

“Ima takut tuan?” ucapnya

“mau tidak? Arya kan sudah bilang pengin yang lain dari ima,kalau tidak ya sudah” ucapku mempermainkan psikologisnya yang sudah terbuai oleh nafsu akan dedek arya. Tante ima kemudian menyanggupinya, aku keluar dan memanggil tukang bakso itu dan menyuruhnya ke pintu belakang yang dekat dengan median jalan. Kemudian membuka pintunya maka terlihatlah tante ima dengan kepala terbungkus jaket yang sedang mengangkang dengan salah satu tangannya menutupi vaginanya.

“jangan lama-lama ini masih sore bang, nanti kalau ketahuan abang akan saya bawa juga ke polisi, oke bang?” 

“oia itu jaketnya jangan dibuka, kalau dibuka hangus rejeki abang” ucapku lanjut

“siap bos!” ucap tukanng bakso

Perlahan tukang bakso itu masuk dan mulai merangkak, aku kemudian membuka salah satu kaca pintu depan dan kulipat kursi depan mobil. Sambil membungkuk aku melihat tukang bakso itu meraba-raba susu tante ima. Diremas-remasnya susu itu dengan penuh nafsu dan tak lupa dia menyedot-nyedot puting susu yang masih tertutup oleh bra-nya.

“gilah inihhh boshhhh, besarmmm nyammm slup slurp bangethhhh istri saya tidakhhh sebesar ini” ucapnya 

“eh eehhhh ehhhhhmmmmm....” rintih nikmat tante ima yang tidak berani bersuara. Kulihat jam pada sematponku, Lima menit tukang bakso ini mengunyah-ngunya susu tante ima yang masih terbungkus dan aku rasa cukup. Aku langsung menepuk bokong si tukang bakso.

“Woi udahan bang... ganti yang lain” ucapku sedikit membentak

“ya bos, lagi asyik nih bos” jawabnya yang kemudian menarik diri dari dalam mobil

“mau yang enak nggak?”ucapku sedikit membentak

“mau, mau bos” ucapnya

“buka tuh celana, biar bisa keluar! Gak jadi batu” ucapku kepada tukang bakso

Dengan cepat tukang bakso yang sudah terbawa nafsu itu langsung membuka resleting celananya. Aku kemudian kembali ke tempat dimana aku bisa menyaksikannya pelayanku dinikmati oleh tukang bakso. Kusuruh tante ima maju dan memgang penis tukang bakso itu dengan tangannya dan mengocoknya. Dikocok dengan lembut oleh tante ima, tiba-tiba saja tante yang nafsunya tidak terkendali langsung melepas jaket dikepalanya. Aku yang menyaksikan itu langsung keluar dan mendorong punggung tukang bakso itu agar tidak melihat kebawah.

“aduh bos... oufthhhh gila aku beruntung ni bos dapet emutan... ediyan bos, mulutnya ganas bos....”

Dan seketika itu pula tukang bakso itu langsung mejerit tertahan dengan sedikit goyangan pada pinggulnya. Kudiamkan sejenak, kemudian aku tarik tukang bakso itu dan kututup pintu mobilku. Tukang bakso yan masih merasakan nikmat itu kemudian memakai celananya lagi.

“gila bos enak, kapan-kapan kalau pacarnya mau, saya siap!” ucap tukang bakso

“iya dech kapan-kapan kalau ketemu lagi” ucapku

Tukang bakso itu kemudian memberikan dua bungkus bakso kepadaku. Aku kemudian menjalankan mobilku lagi, kulihat dari kaca depan mobil tante ima yang wajahnya benar-benar sedang bernafsu. Salah satu tangannya sedang dikulumnya dan satu tanganya lagi sedang mengelus-elus bagian vaginanya.

“Enak ima?” ucapku

“pengen kontolmu ergghhhhh....” ucapnya dengan nada rintihan

Aku kemudian mengarahkan mobilku ke sebuah jalanan yang lumayan sepi disitu terdapat taman yang cukup luas, kulhat jam menunjukan pukul 17:00. Aku kemudian menyuruh tante ima keluar dengan hanya menggunakan rok dan bra bikinya yang hanya menutupi sebagian susunya. Ku ajak ketengah taman tempat terbuka dengan semak-semak disekitarnya. Aku kemudian bersandar di pohon besar ditengah taman, kulihat di samping taman ada sebuah taman bermain yang cukup luas dengan beberapa anak dan keluarganya sedanng bermain disana. Segera aku menyuruh tante ima berjongkok dihadapanku aku kemudian membuka celanaku dan aku turunkan sampai paha yang masih menggunakan celana dalam.

“nanti kalau dilihat orang bagaimana? Didalam mobil saja”ucap tante ima yang sangat sedang bernafsu

“Disini dulu imaaaaa.... nanti dirumah dikasih lagi kok, mau ya?” ucapku sedikit merayunya, 

“kumur dulu, masa dikasih bekas tukang bakso” perintahku, tante ima kemudian kumur sebentar dengan menggunakan air mineral yang aku berikan. Dengan cepat setelah berkumur tante ima menggenggam lembut dedek arya dimulainya menjilat-jilat batang dedek arya. Jiatan-jilatannya kemudian beralih langsung dengan mengulum batang penisku

“ya begitu imaa.... ouwhhhh... ima pinter sekali.... hmmmm ahhhhh.....”

“lebih dalam lagi, oufthhhhh beri aku jilatan terhebatmuh ouwhhhh lebih dari nico ahyyyaaaahhhh....”

Tante ima yang kemudian mengulum dan menjilati setiap bagian dari dedek arya terus dan terus melakukannya. Kedua tangannya beroperasi di semua bagian. Mulai dari mengocok, mengulum, menjilat, mempermainkan zakarku. Aku semakin tidak tahan dengan perlakuannya. Aku lepaskan kuluman dan aku angkat tubbuhnya kuposisikan menungging mengarah ke arah orang-orang yang sedang bermain di taman. Langsung aku masukan batang dedek arya ke dalam liang vaginanya yang sudah basah yang masih tertutup dengan G-stringnya yang aku buka sedikit dengan mnyampingkannya.

“oufthhhh.... hmmmmm.... enaaakkkkkh aaahhhh shhhh besarrrhhh ima sukaaaahhh aisshhhh masukan lebih dalam lagihhh imaaaah mau kontol tuan aryaahhhhh oufthhhh yeahhhhh”

“kontol ima suka kontolh aryahhhh oufthhhh yaaahhhh hmmmmm” rintihnya nikmat

“ssst jangan keras-keras, kalau keras-keras nanti aku ajak mereka semua lho” ancamku

“tidakkhhh akkkhhh jangan tempik ima buat aryah sajaaahhhh aaahhhhhhh”rintihnya yang kemudian menjadi pelan

Aku kemudian menggoyang pinggulku dengan memegang pinggulnya. Tante ima hanya menahan setiap desis kenikmatan yang aku berikan. Aku raih dua buah susu yang menggelatung itu dengan kedua tanganku dan aku tetap menggoyangnya. Tak puas dengan posisi itu aku kemudian mengangkat salah satu pahanya, dengan posisi miring memperlihatkan

“Ahhh arya... tuannnnhhh ima mau dikentuhhh tuan dimanah sajahhh enakkkh akhhhh samhhhpai rahimmhhh imaaahhhh ouwhhhhh....” rintihnya

“terus tuannhhhh aishhh terushhhhh....imahhh imahh keluuarhhhhh ahhhhh” rintihnya ketika cairan kenikmatannya keluar. Dan terasa cairan vagina tante ima keluar membasahi dedek arya. Aku kemudian mencabutnya, perlahan tubuh tante ima roboh dan aku tarik sedikit kasar untuk mengulum dedek arya sehingga posisi tante ima membelakangi pohon dan tertutup semak.

“Woi mas, kalau kencing jangan disitu, ada kamar mandi tuh....” teriak seseorang kepadaku yang mmebuat aku sedikit kaget

“Wah iya mas, saya ndak kencing Cuma benerin celana doang” ucapku sembari mendoronng kepala tante ima kebawa melepas kulumannya. Orang itu kemudian hanya berlalu saja, aku kemudian menarik tante ima untuk berdiri. Kulepas roknya dan aku papah dia menuju ke mobil hanya dengan menggunakan bikininya itu.

“Gimana ima enak?” ucapku sembari menyalakan mesin mobil

“enak banget ima mau lagi terserah tuan dimana... hash hash has” ucapnya tersengal

Aku kemduian menjalankan sedan menuju arah pulang. Tampak dari kaca depan mobil tante ima yang kelelahan dengan pengalaman barunya begitu juga aku, langsung tertidur pulas di dalam mobil. Sampai dirumah kumasukan mobil hingga didepan pintu garasi, kemudian aku menutup pintu gerbang rumah. Aku bangunkan tante ima, terlihat wajah lelahnya masih berbalut dengan nafsu ketika melihatku. Dilihatnya sekitarnya ketika aku membuka pintu dengan perasaan sedikit takut dia keluar dengan hanya menggunakan bikininya. aku hanya mampu tertawa bahagia dengan tingkah lakuku ini, tante ima kemudian berjalan agak cepat menuju pintu rumah tapi aku tarik tangannya tepat di depan mobil. Aku suruh dia menungging dan kutarik G-stringnya kebelakang dan kugoyang-goyang. 

“Erggghhhh tuan didalam rumah sajahhh.... erggghhhhh” rintihnya yang tidak aku pedulikan, kukeluarkan dedek arya dari persembunyian dan kugeser G-string yang dia pakai. Aku kemudian memasukan setiap nanometer dedek arya kedalam vaginanya.

“Ergghhhh tuannnnhhhh enakkkhhh arggghhh terussshhh lagihhh buat ima keluar.... buat lonthemu ini keluarhhh lagi tuannhhh arggghhhhhh.....oghhhhhhh...”ucapnya yang semakin panas

Aku kemudian menggoyang pinggulku hingga tubuhnya ambruk. Dari samping aku lihat susunya yang menyembul kesamping dadanya yang tertekan oleh kap depan sedan. Setiap kali aku menggoyang dan tante ima merintih hampir keras.

“Tante ayo goyang tante” suruhku kepada tante yang kesulitan untuk menggoyang, aku hanya diam saja

“Woi mas, ini ada surat undangan RT buat pak Nico, ada orangnya tidak?” ucap seseorang dari balik garasi yang terlihat hanya kepalanya saja dan membuatku sedikit kaget tapi malah menambah sensaisi tersendiri bagiku

“ouwh, lagih keluar pak, lempar saja kedepan situ nanti saya ambil, ini lagi mbersihin mobil, mau dipakai sama Ibu Ima” ucapku sekenanya

“Oke, ini mas, sudah ya mas, matur suwun (terima kasih)” ucap lelaki tua itu kemudian berlalu

“Gila enakh ya tante main sambil ngobrol sama orang he he he” ucapku yang kemudian memegangi pinggul tante ima dan menggoyangnya lebih keras. Plak plak plak plak plak suara deru dedek arya dan vagina semakin terdengar keras.

“iyahhh... argghhhh terussshhhh enakkkhhh ima pengen kontol tuan selahhhluhhhh ouwhhh....”

“oufthhhh.... hmmmmm.... enaaakkkkkh aaahhhh shhhh besarrrhhh lonthehmu inihhh sukaaaahhh aisshhhh masukan lebih dalam lagihhh lonthe mau kontol tuan aryaahhhhh oufthhhh yahhhhh aaaaaaaahhhhhhh”

terasa vaginanya muncrat lagi dan aku diam sejenak. Tanpa menunggu lama aku menariknya lembut dan memapah tubuhnya kedalam rumah. Hingga dalam rumah tante ima tersungkur tak ada kekuatan lagi untuk berdiri.

“Kalau tidak berdiri, arya pulang sekarang!” ucapku sedikit keras, mendengar itu tante ima langsung berdiri dan kusuruh dia mandi. Aku kembali ke depan TV kulepas semua penyamaranku dan kusimpan lagi didalam tas. Hanya dengan menggunakan kaos dan celana dalam aku kemdian masuk ke dalam kamar tante ima. Kulihat sekeliling terdapat almari dan juga laptop yang tergeletak di meja sebelah tempat tidurnya, yang paling membuatku penasaran adalah almarinya. Mungkin aku bisa menemukan sesuatu didalamnya. Kudengar tante ima masih mandi didalam kamar mandi dalam kamarnya, dan akku mulai membuka almari pakaiannya. Kullihat beberapa pakaian beberapa pakaian mewah. Dibagian bawah aku buka-buka ada sebuah pakaian tante ketika masih muda ada juga seragamnya ketika masih sekolah. Kubuka tumpukan pakaian om Nico terdapat sebuah kertas yang dilipat kemudian aku membukanya dan kubaca.

Deg... jantungku berdetak semakin kencang ketika melihat isi surat itu. Kaiman Supraja ya itu memang nama panjang dari inisial KS. Aku tertegun dan masih melihat kertas yang aku baca itu. Masih berdiri di depan pintu almari ini.

“Sial, apa yang mereka rencanakan kembali? Bagaiaman caranya aku bisa mengetahui percakapan mereka. Ajeng? Mungkinkah dia ada didalamnya dan menjadi perantara antara Ayah dan om nico, jika memang benar Ajeng ada didalamnya bisa jadi keluarga ini dan keluargaku dalam bahaya. Rahman? Apakah dia tahu sesuatu? Tapi dia selalu bercerita semuanya kepadaku dan tak pernah mempedulikan ayahnya. Tante ima? Hmmmm... aku harus bisa mengorek semua informasi darinya. Aku harus memanfaatkan nafsunya untuk membuka gembok besi mereka” bathinku menjerit

Kleeek... pintu kamar mandi terbuka dan aku langsung melipatnya dengan rapi sambil membelakangi tante ima yang melangkah keluar dari kamar mandi. Kulipar dengan rapi dan kumasukan dengan posisi yang sama dengan sebelum aku mengambilnya. Aku sedikit ketakutan jika rahasiaku terbongkar karena tante ima mudah sekali dkuasai nafsu. Yang kutakutkan adalah ketika dia mengetahui rencanaku bisa saja ketika dia diperbudak seks oleh nico dia mengatakan semuanya.

“Tuan Arya lagi apa?” ucapnya dengan senyuman, aku kemudian memalingkan wajahku ke arahnya dengan senyuman untuk menghilangkan kecurigaan

“Ouwh tuan sudah menonjol lagi dari tadi belum keluar, mau ima keluarkan?” ucap tante ima yang melangkah ke samping tempat tidur dan kulihat laptop yang tergeletak disamping tempat tidur tante ima, mataku sedikit terbelalak.

“Ah laptop, mungkinkah ada sebuah informasi di dalamnya? Tapi aku harus membuat tante ima tunduk dan lebih tunduk kepadaku” bathinku

“ima” ucapku lirih yang terdengar olehnya, yang sebenarnya hanya ingin menyebut namanya saja karena masih sedikit gugup dengan keadaan yang baru saja terjadi

“ouwh maaf tuan atas kelancangan lonthemu ini menyebut namanya sendiri, tuan boleh memanggilku apa saaja tuan” ucapnya sambil kemudian merangkak diatas kasur. 

“ya lihat-lihat pakaianmu saja, mungkin ada yang bisa dipakai oleh kamu, lontheku...” ucapku sambil berjalan ke arahnya dan posisiku sekarang tepat didepanya dengan dedek arya berhadapan langsung dengan mulut tante ima. Tante ima kemudian menjilati dedek arya yang tertidur dalam celana dalamku

“oouhhhh, berhenti!”ucapku yang seketika itu tante ima menghentikan jilatannya pada celana dalamku

“aku tadi lihat ada seragam SMA, coba kamu pakai aku ingin pelayan seorang siswi SMA he he he”

“ingat tidak usah pakai BH jadilah siswi SMA yang nakal he he he”ucapku sambil tertawa terkekeh

“iya tuanku” ucapnya, Tante ima kemudian mengangguk dan langsung saja menuju ke almari pakaiannya. Dipakainya seragam itu tanpa menggunakan BH dan hanya menggunakan G-String. Kulihat dia sangat cepat memakainya dengan duduk di pinggran tempat tidurnya.

“Cantik Tuan?” ucapnya kepadaku sambil membalikan tubuhnya kearahku. Seragam SMA yang sudah begitu sempit menonjolkan susunya lenganya hanya tertutup sedikit seragam OSIS. Dengan rok abu-abunya yang masih panjang selutut. Aku terkesima oleh pemandangan itu kemudian berdiri dan berjalan menuju arahnya.

“Aku tidak ingin dipanggil tuan lagi, aku ingin dipanggil arya, bagaimana menurutmu? Dan aku harus panggil apa ke tante?” ucapku sembari mendorong dia ke almari meremas-remas susunya dia hanya mendesah dengan kedua tanganya luruddisamping pinggulnya

“panggil aku aargggghhh lonthe aryaaahhhhh aaahahhhhmmmmmm terserah aryaaahhhh....” rintihnya menikmati remasanku, kutarik tubuh tante ima dan aku rebahkan dikasur. Kemudian aku kembali ke almari dan mengambil dasi beserta gunting di meja rias tante ima. Kubalik tubuh tante ima dan Kuikat kedua tangan tante ima dibelakang punggungnya. Aku kemudian menggunting rok tante ima hingga tepat setengah pahanya tertutup.

“sekarang terserah kamu menyebut dirimu apa lontheku ima, balik ke arahku...” ucapku, dengan susah payah tante ima berbalik ke arahku. Dengan sisa kain rok aku tutup matanya.

“Sekarang bagaimana rasanya? Kenthu dengan mata tertutup?” ucapku

“enak, lonthemu ini mau asalkan kontol arya yang mengasihi ima” ucap tante ima

Aku kemudan naik ke tempat tidur lalu Kubuka celana dalamku dan ku majukan kepalanya. Aku menyuruh tante ima mengulum batang dedek arya. Sensasi yang luar biasa dikulum oleh seorang siswi SMA ya walaupun bukan sebenarnya tapi membuat aku bergairah. Kupegang kepala tante ima dan kumaju mundurkan pelan agar dia tidak tersedak. Setelah aku puas dengan kulumannya aku putar tubuhnya hingga tengkurap, kusingkap rok SMA-nya. Perlahan aku arahkan dedek arya ke dalam vagina tante ima dan blessshhhh.... kenikmatan aka sensasi baru yang tak akan pernah aku lakukan kepada Ibuku karena dia kekasihku dan ima adalah pelayanku.

“Ayo ima, katakanhhh arggghhhh enakhhh tidak kontolku erghhhh” rintihku sambil menggenjotnya bertubi-tubi

“orgghhh kontol aryahhhh tuannn aryaahhhh enakkkhhhh orghhh terussh tuan ouwhhh.... kontolnya dalam sampai kerahimkuuuhhhh orghhhhh yaaahhhhhh eerghhhhhhh.... enak kontol aryahhh enakkkhhhh.....” rintihnya

Aku terus menggenjotnya aku buat dia merasakan keperkasaan dedek arya yang hebat ini. aku buat dia benar-benar tunduk. Aku pegang dua pinggangnya dan aku semakin keras menggoyangnya membuat aku sedikit lupa akan tujuanku.

“Dasar! Anak SMA Jaman sekarang doyan kontol, ayo bilang kamu doyan kontol!” ucapku sedikit membentaknya

“Iya argggghhhhhhhhhhhhhb lonthe SMA doyan kontholllll aryaaahhhh... orgghhhh.... doyan kotolhhh aryaaahhhh... suka kontol aryahhhhh ourgggghhhhhhh tempikku buhhh athhhh kontollhhhh aryaahhhhhh.... kenthu lonthemuuuhhh kentu terushhhhhh.....” racaunya beberapa menit berselang aku yang masih terbakar akan nafsu merasakan cengkraman pada vaginanya.

“ergggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh......” racaunya, seketika itu pula aku rasakan cairan kenikmatan dari vaginanya mengalir. Aku kemudian beristirahat sebentar memandangi tubuh tante ima melengking dan bergoyang. Tatapan pada laptop itu kemudian membuat aku kembali kepada tujuanku, tak kurasakan lagi sensitifitas pada dedek arya. Kucabut dedek arya dari vaginanya dan aku buka penutup matanya.

“Kamu anak SMA kan?” tanyaku kepada tante ima

“Iyah hash hash has hash hash...” ucapnya tersengal dengan pipi kirinya tergeletak di kasur

“Ayo sekarang mainan laptop, tunjukan pada aku yang kamu panggil tuan ini bagaimana memakai laptop” ucapnya

“Tapi arya tuankuhhh hash hash hash... aku tidak bisahhh hash hash hash has melakukannya dengan tangan terikat” ucapnya, aku kemudian membuka ikatan pada tanganya. Aku menyuruhnya menyalakan laptopnya dengan tetap menungging sambil mencolok-colokan jariku di dalam vaginanya yang basah. Kuamati setiap geraknya hingga muncul gambar jendela pada laptop dan kemudian siap dipakai. Aku merasa bahagia kulihat tante ima masih mengatur nafasnya di depan laptop sambil menikmati permainan jariku. Aku kemudian meremas kedua pantat semoknya, dan pandanganku beralih ke anusnya. Kumasukan jempolku dan kumainkan didalam anusnya.

“Ahhhh tuannnhhhh aryaaahhhhh...” rintihnya

“kamu bisa buat email tidak? Atau kamu punya email yang bisa dibuka? Ayo ajarkan kepadaku?”

“Kamu itu siswi SMA jadi harus bisa semuanya!” teriakku semakinn keras

“Ahhsssssssssssssshhh... punya ar....yahhhhhh tuannnnkuhh... punyakuhhhh....” ucapnya, aku kemudian berhenti memainkan anusnya

“buka!” ucapku

Dengan cepat tante ima membuka email miliknya dan memperlihatkannya ke aku. Aku kemudian menampar pantatnya dan menyuruhnya membuka email-email yang lain. Dan ternyata tante ima bisa membuka email Om Nico dan ketika tante ima mengklik pada bagian inbox aku melihat email dari Mahesa_Wicak@Gem.... Mungkin itu Gemail.com.

“Dasar anak SMA kurang ajar,” Plaaaak.... kutampar lembut pantatnya

“Masa email orang lain kamu buka, akan aku kenthu kamu!” ucapku keras, perlahan dan pasti aku kemudian mengarahkan dedek arya ke anus tante ima dengan kasar dan membuat tante ima menjerit kesakitan.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..... pelan tuang pelaaaaaaaaaaaaaaannnn aaaaaaaaaaarggggghhhhhh... ” teriaknya, tapi aku tidak mempedulikannya dan tetap menekan lebih dalam dedek arya

“itu kmeariiiiiiiiiiinn aaaaaaaaaahhhhh sayahhh disruhhhh buatkannnhhhh urgghhhhh” rintihnya kesakitan

“Ayo keluar dari email itu dan masuk lagi? Apa kamu bisa mengingatnya kalau sudah aku masuki kontol?dasar lonthe!” bentakku

“Bisa tuan bisahhh arghhhhhh...” ucapnya kesakitan

Kubenamkan dan kudiamkan sejenak dedek arya didalam anus tante ima. Kulihat tante ima mulai me log-out, dengan pelan tante ima kemudian mengetikan email om nico yang baru beserta passwordnya, 

aku tersenyum menang dan kemudian aku menyuruhnya melog out lagi.

“karena kamu ternyata pintar sekali, aku mau kamu pemuasku, mau tidak?” ucapku ditelinganya

“mauhhh tuannnh mauuuhhhh....” ucapnya

Aku kemudian membalikan tubuhnya dan membuka pakaian SMA-nya dengan paksa. Aku merobek pakaiannya dan kuremas-remas susu tante ima. Kujilat, kusedot dan kunikmati setiap nano meter susunya itu. Ini adalah saatnya pemuasanku. Kumasukan dedek arya ke dalam vaginannya dan aku meulai menggenjotnya, memompanya menggoyangnya. Kulihat tante ima mulai merasakan nikmat, segera kupeluk dan kuciumni bibir indahnya. Membuat aku semakin terkapar karena nafsuku. Aku beralih posisi sekarang aku memposisikan diriku mengangkat kedua pahanya dan kuletakan di atas bahuku. Dan aku mulai menggoyangnya kembali terasa sedikit cengkraman pada vagina tante kualihkan kedua kakinya kepinggulku

“Arggghhhh.... kontol... kontoollll mu enak aryah tuannnhhkuhh....sampe daleeemmhhh ouwhhh... kontolh ah ima sukahhh kontolhhh aryahhhh aissshhh... dalem bangethhh... ooooh....... aaaahhhh.... tempikku enaaakkkkkkkhhhhh aaaahhhhhh”

“Kontolmu enak tenaaaaaaaaaaaaannnhhhh aaaah aaaaaaisssshhh oufthhhh... enak banget ouwh enak banget... ouwhhhhh enake bangethhh arayhhhhhh..... aaaaaah” racaunya

“tempikmu juga enakkkhh lonthekuuuhhhh imaaaahhhh arghhhh hash hash has.... enakkkhhhhhh arghhhh... aku mau kelaurrrhhhhhh.....” teriakku

“aku jugaahhhhhh arghhhh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh.............”

Croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot croooot

Dan terasa aliran cairan vagina tante ima di dedek arya. Kupeluk dan aku mencium keningnya kulihat matanya terpejam kemudian nafasnya mulai teratur dan terlelpa dalam pelukanku. Aku kemudian bangkit dan membersihkan diriku. Ku kenakan pakaianku dan kulihat tante ima masih tertidur karena kecapaian. Aku melihat pada jam dinding masih menunjukan pukul 20:00. Aku segera membangunkannya dan kusuruh dia mandi serta bersiap-siap untu kberangkat. 

“Maafkan aku rahman jika menjadikan mamamu sebagai pelayanku” bathinku

Aku menunggu diruang TV sambil melihat kearah kamar, tante terlihat sedang membereskan kamarnya agar rapi kembali. Tante telah bersiap dengan pakaian terusan lengan panjang hingga menutup pada bagian lututnya, tampak belahan dadanya tidak begitu terbuka. 

Perjalanan aku tempuh cukup 1,5 jam saja, selama perjalanan aku mengobrol dan sedikit menakali tante ima dengan mainkan payudaranya. Kadang aku juga mnyuruhnya mengulum dedek arya ketika jalan sedang sepi. Hingga akhirnya aku sampai di hotel yang kami tuju, tak lupa aku memakai panyamaranku agar tidak dikenali oleh orang-orang disitu begitu pula tante ima memakai topi dan kacamata hitam walau pada akhirnya percuma juga karena harus menunjukan KTP ketika di lobi hotel. Dengan diantar oleh bellboy aku dan tante ima diantar menuju ke kamar yang kami tuju. Tante ima kemudian masuk ke dalam kamar nomor 76, aku kemudian mengetuk pintu kamar 77.

“hey arya...” ucap pakdhe, kemudian aku salim ke pakdhe

“orangnya sudah datang pakdhe, aku pamitan dulu” ucapku kepada pakdhe dengan senyum

“oh iya...” ucap pakdhe kemudian keluar dari kamarnya

Aku Kemudian berjalan bersama pakdhe menuju kamar sebelah, kuketuk pintunya dan kemudian keluarhlah tante ima. Tanpa basa-basi tante ima menarik masuk pakdhe dan menyuruhku pulang. Ketika pintu tertutup terdengar sedikit teriak kegirangan dari mereka berdua, aku kemudian sms budhe untuk mengabari mereka telah bertemu. Beberapa saat setelah sms terkirim aku kemudian berjalan sambil memainkan HP-ku. Tiba-tiba pintu kamar 75 terbuka dan tangan halus menarikku kedalam dan segera pintu itu tertutup. Aku terkejut ketika tertarik ke dalam membuat kepalaku sedikit terbentur dan wig-ku menutupi kedua mataku.

“Siapa sih ini! Sakit tahu!” bentakku sambil membenarkan wig-ku, dan ketika mata sudah bisa melihat dengan jelas tanpa tertutup wig.

“mblooo.....”

0 komentar: