WILD LOVE????​ #31

I like the feel of your name on my lips
And I like the sound of your sweet gentle kiss
The way that your fingers run through my hair
And how your sip lingers even when you're not there

Kleeeek....

And I like the way your eyes dance when you laugh
And how you enjoy your two hour bath
And how you convinced me to dance in the rain
With everyone watching, like we were insane

“eh....”
But I love the way you love me
Strong and wild, slow and easy
Heart and soul, soul completely
I love the way you love me

“hai...”

I like way that you sing sweet and low
When they're playing our song on the radio
And I like the innocent way that you cry
At old time movies you've seen hundreds of time

“ehem...”

But I love the way you love me
Strong and wild, slow and easy
Heart and soul, soul completely

“apa kabar?”

So listen to me and I could list a million things
I'd love to like about you
But they all come down to one reason
I could never live without you

“huh...”

I love the way you love me
Strong and wild, slow and easy
Heart and soul, soul completely
I love the way you love me
I love the way that you love me


Pintu itu terbuka, aku sedikit terkejut ketika pintu itu terbuka. Terbuka perlahan seakan semua waktu melambat disekitarku. Tatapan mata kami bertemu. 

Jengkel....
Marah....
Huh....

“hai, apa kabar?” ucapnya sekali lagi

Aku memandangnya sejenak, bibirku kemudian maju. Kedua pipiku menggelembung...

“apa kabar?” untuk ketiga kalinya dia menanyakan hal yang sama

“baik...” ucapku dengan jengkel

“syukurlah...” ucapnya

“mau ngapain?” ucapku

“jenguk kamu...” balasnya

“sudahkan? Sudah tahu kan kalau aku baik-baik saja” tanyaku

“iya...” balasnya dengan snyum khasnya, ada sedikit memar di bibirnya

“terus ngapain masih dikamar ini?!” ucapku

“eh... hanya ingin...” ucapnya terpotong

“kalau sudah ya keluar kan?” ucapku

“eh... baiklah...” ucapnya masih dengan senyumn khasnya

Tubuhnya berbalik, aku raih bantal yang berada dibelakangku dengan tangan kiriku dan kulempar ke punggungnya. Bugh...

Aku tidak peduli, aku tekuk kedua kakiku dan kupeluk dengan kedua tanganku. Pipi kiriku aku rebahkan di lututkku memandang keluar jendela yang berada di kanan tempatku berbaring. Disamping kananku juga ada sebuah kamar mandi. Bodoh amat sama dia, huh...

Krieeet...

“eh...” aku sedikit terkejut ketika dia berada disamping kiriku, duduk di pinggi tempat tidur. Kurasakan bantal yang aku lempar diletakan dibelakang tubuhku.

“lihat apa?” ucapnya

“lihat pemandangan dijendela” ucapnya

“pemandangan jelek kaya gitu kok” ucapnya

“huh... dasar! Nggak romantis!” bathinku

“biarin...” ucapku, kurasakan elusan pada rambutku

“ndak usah pegang-pegang” ucapku

“maaf, ada kotoran dirambut kamu” ucapnya

“apaan sih, duduk di kursikan bisa ndak usah di tempat tidurku” ucapku sembari mengangkat kepalaku dan memandangnya

“ini baru pemandangan...” ucapnya

“bodoh...” balasku

Kami berpandangan... mata kami beradu... kulihat pnacaran indah nan teduh didalam matanya...

“kenapa balik lagi? Sudah jenguk ya kel... eh...” ucapku tertahan ketika kening kami beradu

“jangan buat aku khawatir lagi...” ucapnya

“aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika kamu benar-benar hilang saat itu...” lanjutnya

“hiks...” kulihat air matanya mengalir di pipinya

“ma... hiks... maaf...” isak tangisku pecah, ari mataku mengalir

“jangan pergi-pergi lagi, aku takut sendirian” dalam isak tangisku aku berucap

“sekarang aku akan selalu bersamamu, kamu jangan buat aku khawatir lagi...” ucapnya, dan aku hanya mengangguk

Kurasakan hangat dikeningku oleh bibirnya, ku sandarkan keningku di bibirnya sesaat. Tangan kanannya memegang daguku dan diangkatnya perlahan...

“berjanjilah... ah hiks...” ucapnya sembari menarik nafas

“he’em...” aku sudah tak mampu berkata-kata lagi, air mataku terlalu deras mengalir di pipiku

“he’em apa?” ucapnya kembali

“aku berjanji...” balasku

“berjanjilah untu selalu bersamaku... ya...” pelan, aku mengangguk, kening kami kembali bersatu

“cewek judes...” ucapnya, sembari menggoyang keningnya

“kamu cowok jelek...” balasku

“cewek galak... hiks...” ucapn sekali lagi

“dasar bocah...” ucapku membalasnya

Kening kami bersatu, mata kami terpejam. Menikmati sesuatu yang seakan akan terlewatkan setelah malam itu. keberuntungan berada dipihak kami, mungkin memang karena kebodohanku. Tapi aku mempunyai yang aku sayang mas, ibuku, ibu sudah menginginkanku untuk pergi jauh. Tapi kamu menolaknya, memang alasan yang kau utarakan juga alasan yang aku gunakan. Aku sayang kamu, lebih dari kata sayang, cinta kamu tapi lebih dari kata cinta mas... lebih...

“eh....” dia mengecup keningku sekali lagi sembari mengusap air mataku

“coba duduk agak sedikit tegak, ada kotoran dimata kamu” ucapnya

“eh... iya...” ucapku mengangkat tubuhku yang semula bersandar pada kedua kakiku

“merem... itu kotorannya ada di kelopak mata” ucapnya

Aku memejamkan mataku...

Ting...

Kurasakan sesuatu di...

“sudah hilang...” ucapnya, padahal tak kurasakan sentuhan di kelopak mataku

Mataku terbuka kulihat kembali senyumnya yang mengembang, Tangan kiriku perlahan nyentuh sesuatu yang menggantung di leherku, ku angkat dengan tangan kiriku...

“aku sudah menepati janjikukan?” aku melihatnya lagi tersenyum masih ada sisa air mata disitu

“kamu masih menyimpannya?” tanyaku

“karena aku yakin...” kembali bibirnya mengecup keningku

“hiks hiks terima kasih...” tangisku pecah jika aku mengingatnya, tak kusangka barang murahan yang dulu pernah dia minta masih juga disimpannya

“sudah jangan nangis...” daguku terangkat

“kamu yang bikin aku.. mmm...” tak sampai aku menyelesaikan kata-kataku, bibirku sudah tidak bisa terbuka lagi. Hanya sebentar saja, kulihat dia berdiri, berjalan mengusap air matanya dan mendekati jendela...

“ada apa?” lirih keluar dari bibirku

“ingin melihat pemandangan...” kedua tangannya melebar, menopang tubuhnya di tepian jendela

Aku bergeser dan berdiri, bangkit turun dari tempat tidurku. Aku tidak ingin jauh, aku ingin selalu dekat dengannya...

“lihat apa?” pelan namun aku yakin dia mendengarnya, dia berbalik

“ugh....” 

Sebuah pelukan erat, kedua tangannya memeluk tubuhku aku terperanjat kaget. Bibirku kemudian tersenyum, elusan lembut kurasakan dipunggungku. dagukuku tepat mendarat di bahu kananku...

“sekarang kamu bisa lihat pemandangannya kan?” ucapnya, mengatakan kepadaku akan pemandangan yang aku lihat tadi di jendela

“tidak..” ucapku, dilonggarkannya pelukannya. Dengan kedua tangan masih berada di pinggangku, dia menatapku dengan mata merahnya

“tadi katanaya...” ucapnya

“ini baru pemandangan...” ucapku mengulang kata-katanya

“dasar, suka kopi paste” bibirnya tersenyum ketika kata-kata itu keluar, keningnya mendarat untuk kesekian kalinya di keningku

Ah, dia hanya ingin memelukku. aku tahu kamu pasti tak bisa jauh dariku kan? Aku yakin itu, karena aku merasakan hal yang sama dengan yang kamu rasakan. Iya kan? Jujur, iya kan?

“aku tidak bisa jauh dari kamu... aku tidak ingin kamu jauh lagi hiks..” ucapnya lirih

“he’em...” ucapku, dengan air mata kembali mengalir

“benar kan kamu tidak bisa kan, aku juga tidak bisa hiks... dasar cowok nyebelin...” bathinku

“peluk... mas...” pintaku tanpa menunggu lama aku mendapatkannya

“lebih erat mas...” tangan kananku ku gerakan walau masih terasa sakit tak aku pedulikan, aku ingin meremas tubuh lelaki ini

Kami berpelukan lama, sebuah momen indah dalam hidupku. Aku menyayanginya dan ku yakin kamu pasti menyayangiku juga kan sayang? Aku akan menjagamu, aku aka selalu didekatmu lagi, sekarang dan selamanya. Aku meyayangimu, aku akan... hiks.. pokoknya sama kamu...

“capek...” pelan sekali suaranya

“he’em...” ucapku

“bobo yuk...” balasnya

“he’em...” balasku, dia melepas pelukanku

“gendong..” manjaku

“he’eh ayuks...” tubuhnya berbalik

“ndak mau, depan...” suaraku sangat manja, aku sendiri malu ketika mendengarnya

“eh... iya...” kedua tangannya langsung memiringkan tubuhku, aku digendong layaknya ratu

Tubuhku direbahkannya di tempat tidur...

“yang sakit yang kanan ya?” dengan wajah yang sangat dekat dengan wajahku

“he’em...” Cuma itu yang bisa aku ucapkan

“mas dibelakang ya?” lembut sekali, ugh preman tapi kok bisa ya lembut

“he’em...”

Aku memiringkan tubuhku dan kemudian aku rasakan pelukan dperutku. Tangan kirinya menyelinap masuk diantara leher dan bantal. Tangan kanannya menarik perutku, aku menggeser tubuhku kebelakang. Ah... hangat sekali rasanya disini...

“mas capek?”ucapku, aku tidak perlu tahu dia darimana yang penting setelah ini kamu tidak akan kemana-mana

“kalau ade capek, mas capek...” ugh.. suka.. suka banget

“ade pengen bobo...” manjaku

“berarti mas juga bobo...” ucapnya

“dieluuuuuus...” manjaku sekali lagi

“iya...” tangan kananya kemudian mengelus lengan kananku

“bukan ituuuu...” malu sih, tapi kangeeeeen...

“eh... yang mana?” kepalanya aku rasakan sedikit mengangkat. Daripada aku malu mengatakannya tangan kiriku mencoba meraih tangan kanannya yang berada di lengan kananku. Aku turunkan, dengan sedikit mengangkat tangan kananku aku arahkan masuk melaluk kaos bagian bawah yang aku pakai.

“eh... nanti kalau ada yang masuk, kan belum mas kunci, mas kunci dulu ya...” ucapnya

“aaa... pergi lagi...” manjaku

“eh ta tapi adeeeee...” kata-katanya memanjakanku

“bodoh!” jengkel rasanya

“iya, senyum dong. Mas ndak bisa bobo lho kalau ade ndak senyum” ucapnya dan tangannya sudah meremas lembut payudaraku. Aku tersenyum... kurasakan tubuhnya kembali rebah dibelakangku. Elusannya dan remasan itu menuju keputingku tapi tiba-tiba berhenti.

“ennngg...” 

“kemarin kan itunya yang bikin...” aku mengerti

“sudah dicuci, kata mamanya mas bisa ilang kalau dicuci saja” ucapku

“lho ketemu sama ibu dimana?” ucapnya

“eng.. ndak jadi bobo...” manjaku, yang malas menceritakan pertemuanku dengan ibunya.

“iya.. iya.. senyuuuum...” aku kembali tersenyum ketika dia mengatakan hal itu kepadaku

Bukan perasaan akan nafsu yang aku miliki sekarang walau itu muncul sedikit tapi yang aku rasakan nyaman hanya itu...

“mas bobo... dedeknya juga disuruh bobo... ade takuuuuttt...” ucapku

“eh... maaf yang, refleks...” ucapnya membuatku tersenyum ketika merasakan, “itu”nya menempel di pantatku

Aku masih merasakan dedeknya berdiri, tapi mau bagaimana lagi namanya juga lelaki. Kalau tidak berdiri malah aku nanti yang bingung hi hi hi takuuuut kalau ingat ukurannya. Bodoh ah, yang penting aku merasa nyaman sekarang. Aku ingin tidur dipeluknya,di elusnya dan dimanjanya. Dengusan nafasku, lelahku menyelimutiku. Hingga akhirnya aku tertidur...

---

Hmmm dasar... uugh cewek manja! Judes! Galak! Tapi kamulah yang terindah sekarang sayang. Maafkan aku sebelumnya jika perjalananku ke tempatmu terlalu lama. Aku ingin kamu sekarang yang menemanikku...

judeees... judes... kamu itu, hmmmm... lebih dewasa dariku tapi mau tidur saja harus seperti ini. tapi aku suka, tandanya kamu ndak bakal mau tidur kalau aku tidak disampingmu. Mulai saat ini hingga akhir dari usia kita...

Love You Dian...

Love you Too Arya... 

eh,suara dari mana itu? dia sudah tidur? Apa dia punya telepati denganku ya? ah masa bodohlah, bobo...

---

“massss...” aku bangkit dan menggoyang tubuhnya tangannya terlepas dari payudaraku

“eh ugh... hoaaam....”

“iya ade...” ucapnya bangkit sambil mengucek matanya

“sudah sore...” ucapku

“he’em sudah sore...” balasnya

“pa’pung (mandi)” ucapku

“ya sudah ade mandi dulu mas mau tidur seben...” ucapnya

“eng...” kupukul dengan tangan kiriku

“dimandiin, tangan kanan ade kan masih sakit... mas jahat banget sih...” ucapku

“eh... lho lha... nanti kalau ada yang tahu, mas bisa di...” ucapnya

“ya dikunci dulu, biasanya perawat datang nanti.. cepetaaaan...” ucapku

Dia langsung berdiri dan menutup pintu, ditutupnya korden jendela. aku kemudian mengangkat kedua tanganku, didekatinya aku dan ditariknya kaos yang menutupi tubuhku. Aku tahu kalau dia meliriknya, karena aku hanya mengenakan kaos saja jelaskan kalau dia melihatnya.

“iiih... kaya ndak pernah lihat punya ade saja, tutup mata, ndak boleh lihat!” candaku sambil menutupi payudaraku dengan tangan kiriku

“iya ndak boleh lihat, berarti mandi sendiri...”ucapnya

“aaaaa... dimandiin...” langsung saja kedua tanganku terbuka kearahnya, minta digendong

“iiih... gede banget...” candanya

“kalau ndak suka besok ade operasi saja biar kecil” ucapku ngambek

“yang bilang tidak suka itu juga siapa... ugh berat, ini celananya sekalian dilepas tidak?” ucapnya

“he’em... tapi mas juga ikut mandi...” ucapku

“yaaah... oke” ucapnya tersenyum lebar

“iiih pikirannya jorok pasti” ucapku

“hmmm... gimana ya...” ucapnya, sambil matanya melirik kearahku yang sudah berdiri diatas ranjang

“cepeeeeeet” manjaku

Akhirnya kami berdua telanjang, aku seperti seorang bayi, hi hi hi, tapi dia masih pakai celana dalam. Dia kemudian mengangkat tubuhku, menggendongku ke dalam kamar mandi. Di sana ada sebuah kursi kecil, dan aku duduk di kursi kecil. Rambutku digelungnya, dinyalakannya kran dengan mode air hangat. Tubuhku diguyur oleh air yang hangat beberapa kali dengan tidak menyiram pada luka di bahuku. Tubuhku kembali disiram oleh lumuran sabun, sabun itu diratakan oleh kedua tangnnya. Di punggung, pundak dengan menghindari luka, perut kemudian naik ke payudaraku.

“yang lama...” ucapku lirih

Tubuhnya kemudian mendekat dan menempel di punggungku, remasan pada payudaraku memang yang aku inginkan. Lama sekali mas berada di payudaraku, kurasakan nafasnya mulai tidak teratur. Dasar cowok kalau sudah megang pengennya megang terus.

“kelamaan mas, yang lain belum” ucapku lirih

“eh.. iya, maaf” ucapnya

Tanganya meraih handuk kecil yang ada di pinggir bak mandi, kemudian dengan dibasahi air hangat kemudian digunakan untuk melap tubuhku. Dari punggung, payudara, hingga perut dan pada bagian sensitifku. Kurasakan bukan lagi handuk basah itu yang mengelus tapi jari-jarinya mulai nakal.

“mas... jangan bahu ade masih sakit, ntar kalau gitu kan harus keramas... jangan dulu gih. Di cuci saja” ucapku yang tahu akan dirinya

“eh... maaf kebawa suasan de he he he...” ucapnya

Kemudian dengan hati-hati diguyurnya tubuhku dengan air. Lengkap sudah sekarang aku mandi, bersih dan juga cantik. Tangan kiriku kebelakang dan mengelus pahanya menuju ke “itu” nya. Aku takut, malu tapi kaishan dia, pasti lagi tinggi-tingginya tapi kalau ndak gini. Aaaa, aku kan pengen dimanja pokoknya.

“mas bangun? Mau diboboin ndak?” ucapku yang duduk tegak dan sedikit menengok kebelakang

“eh, ndak usah de... katanya ndak mau keramas. Habis ade mandi mas mau mandi kok” ucapnya

“ade bantu tapi ndak usah gitu ya mas?” ucapku, iiih pasti serem ini yang aku pegang iiih gede banget

“ndak usah adeeee, ntar itu anu...” ucapnya bingung

“ndak papa mas, ade juga yang bikin itu berdiri” ucapku

“mas sekarang berdiri, ade bantu tapi jangan sampai kena rambut ya” ucapku

“eh.. mmm... de, ade yakin?” ucapnya

“iya, sudah mas lepas saja, ade di bawah. mas berdiri ya” ucapku

Laki-laki tercintaku ini kemudian berdiri, kulihat dia melepas celana dalamnya ketika tubuhku berbalik ke arahnya. Sejenak aku melihat kembali kalung yang menggantung di leherku, hati berbunga-bunga. Tapi... iiih itu apa? Ahhh... atuuuut... kangeeen... hi hi hi. Wajahku memerah, kuraih penisnya dengan tangan kiriku dan aku mulai mengocok secara perlahan. Aku masih malu untuk melihat penisnya yang iii atuuut. Lama aku mengocok dengan tangan kirku dia hanya melenguh kecil saja. aku kemudian berlutut dihadapannya. Kuapit penisnya dengan susuku, tapi tangan kananku belum sekuat tangan kiriku.

“mas, di pegangin susu ade...” ucapku

“eh... iya..” ucapnya dengan wajah memerah, jelaslah sudah lama kita ndak melakukan, apalagi dia kan mahasiswa aku. Dan dia kemudian memegangi payudara kananku, penisnya terapit tidak sempurna. Perlahan aku mulai menaik turunkan tubuhku, setiap kali penis itu muncul dari payudaraku ada perasaan ingin melahapnya. 

“slurp.... mmmhhh....” aku langsung melahapnya setiap kali penis itu muncul daripayudaraku

“eh... enak banget de... eghhh...” rintihnya pelan

Aku lepaskan pegangan pada pyudaraku dan langsung mengulumnya. Kujilati penis itu seperti yang pernah aku lakukan. Kumasukan secara perlahan, semua batang besar ini aku masukan ke dalam mulutku sedalam-dalamnya hingga terasa ditenggorokanku. Ingin rasanya aku muntah tapi yang aku tahu hanya “dia senang”. Setelah beberapa saat semua masuk kedalam mulutku, aku segera mengeluarkannya.

“hah hah hah hah...” aku bernafas tersengal-sengal

“ade.. ade ndak papa? Sudah jangan lagi dimasukan semua” ucapnya

“sudah mas ndak papa, yang penting mas suka. ade bakal lakuin apa saja hah hah hah” ucapku

“ade bareng sama mas saja, mas sudah sen... ughhh... sayang... mmmh... sud aaahhhh... yah terush yang terushh...” ucapnya terhenti ketika bibirku mulai mengulum dan langsung maju mundur

Aku puas, dengan semua yang aku lakukan. Aku akan membuatnya bertahan disampingku selamanya. Seperti sikat gigi yang aku gunakan, aku memasuk dan mengeluarkan penisnya didalam mulutku. Entah dari mana aku belajar, atau mungkin karena video yang aku lihat sebelumnya. Aku mencoba belajar, karena dia? Ya mungkin salah satunya karena dia. 

“ughhh... ade mas mau keluarhhh....” racaunya

“mmm... mmualkn haja (keluarkan saja)” ucapku dengan bibir yang sih sibuk mengulum penisnya

Selang beberapa saat aku rasakan satu tembakan dari penisnya. Aku kemudian menghentikan kulumanku dan ku diamkan penis itu didalam mulutku. Cairan hangat terasa didalam mulutku, setelah aku yakin sudah tak ada lagi yang keluar. Aku keluarkan penisnya dari mulutku dengan tetap menjaga cairan itu tidak tumpah. Setelah terlepas, kututup mulutku, kulihat dia memandangku dengan pandangan kepuasan. Senyumnya lebar... dan glek... glekk.. 

“eh... ade telan?” tanyanya

“glek... ah... he’em...” ucapku dengan pandangan manjaku, rasanya gimana gitu, ikut-ikutan di video hi hi hi

“eh... mas kok masih berdiri saja?” tanyaku heran

“kan mas sudah bilang, tipe fighter he he he” ucapnya

“atuuuuut....” manjaku

Tubuhnya beringsut turun dan memelukku. tubuhnya terasa sangat hangat lebih hangat daripada air yang aku kugunakan untuk mandi. Dibantunya aku kembali membersihkan diriku, setelah tubuhku kembali bersih dan juga mulutku, aku lalu mencuci “itu” iih ngeri deh kalau lihatnya. Seperti anak kecil, tubuhku dikeringkan dengan handuk besar. Aku hanya tersenyum kecil mengingat ak lebih dewasa darinya tapi aku diperlakukan seperti anak kecil dihadapannya, hi hi hi aku suka. dengan telaten dia memakaikan kembali pakaianku. Setelahnya, aku menunggu dia memakai pakaiannya, di bopong kembali tubuhku dan direbahkan di kasur. Kali ini dia berada disamping kiriku, aku menyadarkan tubuh kiriku di tengah-tengah tubuhnya. Tangannya mengelus lembut kepalaku, berlanjut dengan ujung jari-jarinya menyapu pipi, hidung, wajahku. Aku merasa nyaman, ingin tidur tapi tak mau melewatkan rasanya dimanja olehnya.

“biasanya ada makan ndak? Ade belum makan kan?” tanyanya

“paling sebentar lagi” ucapku sambil memjamkan mata

“jangan berhenti.... terus...” lanjutku ketika jari-jari itu berhenti sejenak

“iya sayang...”jawabnya lebut

Selang beberapa saat perawat masuk membawakan makan. Dia tampak kebingungan dan hampir melompat dari tempat tidu tapi aku tarik kaosnya dengan tangan kiriku. Perawat hanya senyum-senyum saja, masa bodoh dengan perawat itu weeek. Diletakan makan di meja yang berada di kiri tempat tidurku, sambil senyum-senyum perawat itu keluar dari kamar.

“iih malu tadi ade, kan ndak enak sama perawatnya...” ucapnya

“maem, aaa...” ucapku tanpa mempedulikan kata-katanya

“hadeeeh.... kalau sudah manja, ndak mau deh dengerin mas” ucapnya

“aaaa...” aku tetap tidak peduli dengan kata-katanya

Dengan telaten dia menyuapiku, senang... senang... kamu harus manjain aku setiap hari hi hi hi. Perlahan aku yang pada dasarnya malas makan bisa menghabiskan makananku kali ini. detik berganti, setelah acar mnyuapi mas kemudian keluar sebentar mencari makan. Aku sendirian didalam kamar, takut padahal sebelumya aku juga sendiri ditinggal ibu. tidak lama, dia datang lagi.

“ugh... bau rokok!” ngambek

“eh... maaf...” ucapnya

“sudah dirokok masih saja ngrokok!”balasku

“eh maaf maaf... iya mas gosok gigi” ucapnya,

Kulihat dia sedang menggosok giginya di kemar mandi. Aku tersenyum melihatnya, dengan pipi yang aku sandarkan pada lutut kakiku yang aku tekuk. Sambil memeluk kakiku, aku terus mlihatnya, manis, ganteng. Aku tidak ingin bercanda dengannya, aku tidak ingin bergurau dengannya saat ini. yang aku inginkan hanya, dipeluk dan dimanjakan olehnya. Hingga malam menjelang, biasanya erlina datang tapi kali ini yang membawakan aku obat perawat lain. Mungkin dia tahu arya sudah datang dan tidak ingin menggangguku.

Tangannya yang sedari tadi mengelus wajahku, kini berisitirahat sesaat sedari sore tadi. Aku tahu kamu capek, tapi aku lebih capek tahu nungguin kamu, huh!.

“sudah malam, mau bobo?” ucapnya, setelah meminumkan aku obat

“he’em... mas didepan ade” manjaku

“iya, adeku sayang...” ucapnya

Kepalanya tepat di depanku, aku bisa merasakan nafasnya dan bibir kami bersentuhan. Bibirnya hangat, licin, manis aku ingin selalu merasakan ini terus. Posisinya sekarnag berada diatasku, Dia tak pernah melepaskan bibirku, walau sesaat hingga mataku mula ngantuk.

“ngantuk?” ucapnya dengan ujung jarinya megelus pipiku. Aku mengangguk pelan...

Didekapnya kepalaku didadanya, mengelus rambutku dan menyanyikan sebuah lagu yang entah aku tidak pernah tahu lagu itu tapi aku pernah mendngarnya. Mataku mulai terpejam...

“mas pengen?” ucapku tiba-tiba

“eh... ndak, ade itu ngagetin saja. mas kira sudah bobo..” ucapnya, ya memang aku sudah tidur tapi aku merasakan sesuatu yang keras diantar dada dan perutku

“itu, bangun..” ucapku

“sudah , jangan dihiraukan. Kita masih punya banyak waktu. Aku kesini bukan untuk itu, aku kesini untuk kamu” ucapnya membuatku tersenyum lebar

Nyanyia itu aku dengar kembali, dan aku mulai terlelap dalam tidurku. Kalung ini, kalung yang kamu minta dariku dan akan aku jaga karena dulu kamu pernah berjanji akan mengembalikannya dengan tambahan satu cincin di kalung yang kamu minta. Terima kasih kau telah mengebalikannya, terima kasih kau sudah hadir untukku...

---

“Dasar cewek judes, hmmm.... ikut bobo aaaah....” bathinku mengucapkannya ketika aku melihat kekasihku tertidur dengan wajah polosnya.

“permisiiiiiiiiiiiiiiiii....” teriakku memasuki rumah yang sebenarnya asing bagiku

“lho ini siapa ini kok cantik banget?” ucap seorang nenek kepadaku

“aku rani, nek dan ini ibuku. aku itu adiknya kak arya nek, bolehkan nek jadi adiknya kak arya?” ucapku

“iya boleh, kalau jadi adiknya kak arya dipeluk dulu sama nenek” ucapnya

Aku dan nenek kemudian saling memeluk dengan erat...

“ini ibu kamu ya?” ucap nenek itu

“i... iya bu, saya ibunya rani, nama saya arni. Maaf merepotkan, dan maaf atas kelancangan anak saya ini” ucap ibu

“sudah, kalau sudah keluarga kan ya ndak papa kan. Saya neneknya arya, ayu...” ucap nenek 

“siapa nek?” ucap seorang wanita dari dalam

“aku mbak...” ucap tante asih yang datang setelahku

“owh asih, lho ini siapa?” ucap perempuan itu

“kamu ini, tadi suruh bawa barang malah masuk duluan” ucap tante asih kepadaku

“habis, kangen sama kak arya tan” ucapku

“kak arya belum ada disini huh... eh, mbak ini rani yang dulu aku ceritakan. Yang satunya tuh masih di mobil malu katanya” ucap tante asih

“Owh rani, sini sama tante...” ucap perempuan tersebut

“tante siapa?” ucapku polos

“ibunya kakak kamu” ucapnya

“eh, mama diah ya?” ucapku langsung memeluknya karena tante asih pernah bercerita kepadaku

“bolehkan manggil mama? Jadi rani punya dua ibu, yang satu panggilannya ibu yang satu mama” ucapku

“iya ndak papa, apa kabar mbak? Aku diah” ucap mama diah menyalami ibuku

Kami bersendau gurau sejenak di ruang tamu, ada juga om heri yang tiba-tiba muncul dan menganggetkan aku. Kalau om heri sih, aku sudah kenal kan adiknya tante asih jadi sudah tahu. Aku diajak masuk kedalam ruang keluarga, bertemu dengan anak-anak dari tante asih yang lucu-lucu. Kemudian aku diperkenalkan satu persatu dengan keluarga dari kakak baruku ini, semuanya ramah dan ramai. Ada juga tuh om askha yang sudah standby disana, ih itu sih om judes! Bukan judes sih tapi suka ngerjain aku sama eri. Eri... aku harap dia mau masuk.

---

Keluarga baru? Apakah mereka mau menerimaku? Aku takut sekali untuk masuk lagi ke dalam keluarga baru. Dulu ibu juga sama seperti itu, aku masih takut. Tapi mereka adalah keluarga dari arya yang sudah kuangkat menjadi kakakku. Aku masih enggan untuk keluar dari mobil, tante asih dari tadi membujukku tapi aku masih takut. Istilah keluarga baru bagiku menjadikan aku trauma... ibu menjadi hilang karena seorang laki-laki yang menjadi keluarga baruku hiks...

Ceklek...

“kenapa masih didalam mobil, ayo keluar kumpul bareng” ucap seorang wanita yang sangat cantik sekali

“eh, anu itu...” ucapku terkejut 

“sudah tidak usah takut ayo masuk” ucapnya lagi

“tante siapa?” ucapku

“mama kamu...” ucapnya, aku memandangnya sekilas wajah kak arya terlukis diwajahnya

“ibunya kak arya?” ucapku, dia mengangguk

“iya... mama kamu...” ucapnya yang masuk ke dalam mobil dan langsung memelukku

“kamu jangan takut, kami juga merasakan hal yang sama denganmu jadi ayo berkumpulah” ucapnya memeluk kepalaku dan mengelusnya

“aku masih takut tan...” ucapku, dan memeluk erat tubuhnya, hangat. Aku rindu ibu.

“sudah tidak usha takut lagi, dan jangan panggil dengan sebutan tante, mama atau ibu ya? kalau arya manggilnya ibu, kala rani manggilnya mama, kamu pengen yang mana?” ucapnya

“mama... hiks...” ucapku terisak, memeluknya erat sudah lama aku tidak merasakan pelukan seorang ibu

“sudah jangan nangis, semua sudah aman...” ucapnya, aku mengangguk, aku kini berani beranjak dari tempatku duduk dalam mobil

Dengan penuh kelembutan ibu baruku ini menggandeng tanganku keluar dari mobil. Wajahnya selalu tersenyum memandangku. Air mata yang mengalir dipipiku diusapnya dengan penuh kasih sayang. 

“ayo masuk, sekarang kamu punya keluarga baru. Dan mama punya anak cewek cantik sekali” ucapnya membenarkan kerudung yang aku pakai

Aku diajak kedalam dan bertemu dengan keluarga baruku. Semuanya tersenyum, senyum ikhlas. Membuat ketakutanku menjadi hilang. Kulihat dan kurasakan pandangan mereka bukan pandangan topeng yang pernah aku lihat sebelumnya, ya pandangan dari ayah angkatku.

“iiih... keponakanku sudah gedhe semua” ucap serang wanita

“eh, iya tante... saya eri” ucapku sambil tersenyum

“ini namanya tante ratna, dia musuhnya kakak kamu” ucap mama diah

“mbak apaan sih? Ndak ding, tante Cuma lawan tarung kakak kamu hi hi hi” ucap tante ratna

“eh, maksudnya?” ucapku bingung

“iya tuh dulu tante kamu itu benci tapi sekarang jadi sayang sama keponakannya hi hi hi... eh, sudah, dukuk, kok berdiri terus... sini” ucap seorang wanita cantik menggandengku untuk duduk

“yeee mbak ika itu apaan sih, budhe kamu itu dulu juga suka ngejek kakak kamu tapi sekarang sayang juga ha ha ha” ucap tante ratna

“sudah sudah, kalian berdua itu sukanya berantem terus” ucap seorang nenek, aku masih kebingungan dan hanya tersenyum

“jangan malu, masih bingung ya, ya ini siapa itu siapa?” ucapnya dan aku mengangguk

“iya itu budhe, pemalu banget tuh eri...” ucap rani yang nampak sudah bisa menyatu dengan mereka

“dah duduk sini, budhe itu budhenya arya budhe ika dan itu...” satu persatu budhe ika memperkenalkan anggota keluarga baruku dan seorang nenek yang melerai tante ratna dan budhe ika adalah nenek ayu.

“ih cantik banget deh kamu, pinter pakai kerudung. Nanti budhe diajari caranya pakai kerudung ya?” ucap budhe ika, aku mengangguk dan tersenyum kepada budhe ika

Tawa canda riuh menjadi satu... ya, ini keluarga baruku, tapi aku tidak akan melupakanmu ibu, ayah. Sekilas aku melihat ibu dan ayah kandungku, tersenyum melihatku diantara mereka. Ingin rasanya menangis tapi tidak, aku tidak boleh bersedh aku tidak ingin ayah ibuku ikut sedih. 

“budhe, aku mau duduk disamping mama diah” ucapku, semua bengong

“yaelah, manjanyaaaaaaa... iya tinggal duduk saja kok repot, minta ijin segala ha ha ha” ucap om askha

“ih, om apaan sih!” ucapku

“iya tuh... nek, om askha tuh suka ngejahilin kita masa mbuatin teh dikasih garam” ucap rani

“ha ha ha... emang enak ha ha ha” ucap om askha

“askha sudah, jangan digodain terus... sih itu mas kamu, kasihan eri” ucap budhe ika

“iya mbak iya, mas sudah mas jangan di godain terus. Tapi yang kalian minum itu masih mending, dulu tante malah kopi rasa merica. Awas kalau berani ngerjain lagi!” ucap tante asih sambil mencubit om askha

“siap istriku muach muach...” ucap om askha

“sudah sana kalau mau duduk sama mama kamu. ” ucap budhe ika

“sini sayangnya mama...” ucap mama diah, dengan kedua tangan terbuka lebar aku langsung menghampirinya. Aku duduk dan memandang wajah ayu wanita yang sekarang menjadi ibuku, ibu baruku.

“ada apa?” ucap mama diah yang tersenyum kepadaku

“ndak papa seneng. Mama cantik banget” ucapku langsung memeluk mama baruku, tak ingin lepas rasanya pelukan ini.

“kamu juga cantik, kan anak mama jadi nuruni mamanya dong” ucap mama diah seakan aku adalah anak kandungnya. Hangat, hangat sekali pelukan ibu baruku ini...

---

“eh... ini kok malah pada santai? Ayo kerja lagi, tuh yang buat kue kering siapa tadi ntar gosong” ucapku berdiri kembali

“oh iya aku lupa mbak” ucap ratna

“yah, itu anak kamu di manja-manja dulu saja. biar mereka istirahat dulu” ucapku kepada diah

“he’em mbak, ni kayaknya juga ndak mau lepas. Manjanyaaaaa...” ucap diah kepada anak barunya

Kami kembali bekerja, ada yang membuat kue, membuat jajana khas juga buat besok. Menyambut kedatangannya. Ah, padahal Cuma keponakan saja, ribetnya minta ampun tapi ini memang ide dari keluarga Dasar jomblo, dulu kalau tidak ada kamu mungkin aku akan berpisah dengan mas andi. Kamu memang benar-benar huh!

“adeeee... mikirin apa?” ucap mas andi dari belakang ketika aku membuat adonan

“mikirin kamu!” ucapku ketus

“aku tahu kamu ingat lagi kan? Maaf... tolong jangan diingat lagi” ucap mas andi

“inget tuuuuuuh... ati-ati nanti lempar-lemparan kursi lagi hi hi hi” ucap diah yang datang bersama rani dan eri

“ya iyala ingat, masa lupa gitu saja” ucap ku

Kalau aku lihat dari wajah diah dia tahu semuanya, nampaknya arya bercerita semuanya kepada ibunya. Brak brak brak... suara ketika aku mengolah adonan dengan sedikit membantingnya.

“ck ck ck ck... mas andi ati-ati tuh....” ucap diah

“ma... sudah dong...” ucap mas andi manja kepadaku

“iiih pak dhe sama budhe pamer kemesraan deh. Kan ndak boleh, kita kan belum punya pasangan. kasihan aku sama eri” ucap rani

“tuh, denger dah balik ke ruang keluarga saja sana” ucapku

“ndak ah, nemenin istriku tersayang saja disini” ucap mas andi

“hi hi hi, sudah deh jangan dibahas lagi. Sekarang yang penting sudah klir, tul ndak?” 

“ati-ati, kalau arya pulang bisa dimarahi lho kalian” ucap diah

“ooo jadi arya cerita sama kamu ya?” ucapku

“secara aku kan ibu yang cantik, baik hati dan tidak sombong jadi arya pasti cerita sama aku” ucap diah

“iiih mama bisa juga ya nglebay” ucap eri

“bisa dong sayang...” ucap diah

“tapi kalau didepan anaknya ndak bisa tuh, jarang bisa lebay” ucapku

“apa lihat-lihat, weeek!” ucapku kepada mas andi sambil melet-melet

“eh, mau ada perang dunia ya?” ucap ratna tiba-tiba datang

“kalian itu, kakaknya lagi susah bukannya ngademin malah manasin” ucap mas andi

“iya kakak, kita diem hi hi hi” ucap diah dan ratna, aku tersenyum

Hi hi hi hi hi.... ha ha ha ha ha ha ha.... tawa kami bersama. aku senggol bahu mas andi yang sedang duduk memandangku membuat adonan kue. Mas andi berdiri dan mengecup bibirku tanpa diketahui oleh mereka yang sedang bercanda. Mas... mas... apapun yang kamu lakukan, apapun kesalahanmu tapi kamu kembali lagi padaku dan berjanji tidak akan mengulanginya... aku akan selalu mencintaimu.

Anak ingusan itu ternyata yang menyadarkan aku.... tentang membangun pondasi yang kokoh untuk keluargaku... 

---

Aku benar-benar tidak menyangka jika semua terjadi begitu saja. semua kembali seperti semula lagi, semula lagi karena anak yang selalu aku caci maki dahulu kala. Sering mengambil komik dan buku-buku cerita kesayanganku. Tapi kalau bukan dia yang memegang kakiku hingga aku tidak tergantung.

“buat apa rat?” ucap ibu dari belakangku

“Haha wa... Watashi no odoroki, koreha chokorēto no sandoitchi o tsukura rete imasu (ibu menganggetkan aku saja, ini sedang buat roti isi coklat)” ucapku

“makanya kalau buat roti jangan sambil melamun, tahu saja roti kesukaan arya?” ucap ibu

“ya tahulah bu... secara musuh bebuyutannya hi hi hi” ucap mbak diah

“apaan sih mbak diah itu, diem napa? Dasar jahil, coba saja kalau besok arya disini ndak bakal tuh berani lebay seperti itu” ucapku

“ya masihlah secara sudah ada dua anak cewek, jadi wajar kan kalau lebay” ucap mbak diah

“iya tante... “ ucap eri dan rani

“eh eh eh ikut-ikutan juga?!” ucapku dengan tangan berpinggang 

“mama takuuuuuuuuut” ucap eri dan rani

“kalian itu apa-apa takut, mau kekamar mandi saja harus mbangunin tante” ucap asih tiba-tiba muncul

“kaya kamu ndak aja sih” ucap mbak ika

“itu pengencualian mbak, kan waktu itu di villa sepi mbak” ucap asih

Kami tertawa lagi ketika mengingat betapa takutnya adikku asih ketika hendak ke kamar mandi villa. Sejenak aku melamun lagi bagaimana bocah itu telah menyelamatkan hidupku dan menunjukan kepadaku lelaki yang pantas untuk mendapingiku, walau dalam perjalanan hidupku hingga sekarang aku selalu berantem dengan anak itu. arya.... arya... terima kasih sekali lagi.

---

Aku memasukan adonan yang sudah di bentuk mbak ika ke dalam oven. Kulihat sebuah gambar tempel yang menempel di kulkas tua tak jauh dari oven. “I’M A FIGHTER” begitu tertulis disitu, sebuah gambar tempel huruf yang disusun oleh keponakanku sendiri. aku adalah seorang petarung begitu katanya. Ya, memang kamu seorang petarung yang selalu membuat rusuh. Entah kenapa kamu dan sahabat kamu bisa sangat takut denganku. Kalau dulu salah satu dari kalian pernah bilang “habis tante bawel banget daripada bawel terusan mending nurut sama tante saja” ada juga dari kalian yang bilang “tante kalau sudah ngomong susah berhentinya, jadi kami nurut” tapi kalian serempak bilang “karena tante adalah tante kami semua yang cantik, manis dan tante adalah salah satu orang yang selalu mengingatkan kami agar tidak brutal... dan yang merawat kami kalau kami terluka ha ha ha”. Dasar kalian itu ada-ada saja, merepotkan saja dan membuat hari-hariku semakin indah.

“mama kak arya kapan datangnya? Aku sudah pengen diajarin main game lagi sama kak arya” ucap anakku arman

“iya, besok datang kok” ucapku

“kamu sudah kangen sama kak arya man? Ndak kangen sama kakakmu yang cantik ini?” ucap rani

“yeee... kan sudah ketemu tiap hari, kalau kak arya kan jarang” ucap arman

“ih sebel ah, ntar ndak mbak buatin gambar super-man lagi” ucap rani

“aaaaa... buatin lagi...” ucap arman sambil memeluk rani

“iya adikku sayang hi hi hi” ucap rani

Aku hanya mampu melihat kebahagiaan ini buah dari jerih payah keponakanku itu. tiba-tiba lenganku disenggol mbak ika, membuatku tersadar kalau hampir saja aku mengangis. Ya jelaslah, dulu kalau bukan arya yang mencariku ketika aku tersesat di hutan mana mungkin aku bisa melihat arman tumbuh. Wongso, anton, joko, parjo, karyo, hermawan, aris, tugiyo, udin, dewo dan sudira sahabat-sahabat arya yang memang benar-benar KOPLAK! Hi hi hi hi....

---

“taraaaaaaaaaa....” ucapku memasuki dapur

“kaya peri saja kamu her” ucap mbak ika

“peri cantik gitu, ini tadi aku sama ibu nyari pisang. Lumayan besok pagi bisa kita goreng sama beberapa buah-buaha” ucapku

“herni tadi beli banyak sekali, tuh masih ada di mobil” ucap ibuku, ibu umi

“oh iya sampe kelupaan, eri, rani ambilin ya?” ucapku

“iya tanteeee...” jawab mereka serempak

“kita lihat mereka saja mbak, sudah tua capek” ucap ibu kepada budhe ayu

“iya, kalian yang semangat ya. ini ide kalian lho...” ucap budhe ayu

“Iyaaaaaa... siaaaaaaaaap...” ucap kami para perempuan di keluarga ini

“saya bisa bantu apa ya?” ucap ibu dari eri, mbak arni

“sudah mbak santai saja” ucapku

“saya malah ndak enak.. merepotkan kalian” ucap mbak arni yang seumuran dengan tante ifah dan tante laila

“bantu ini saja mbak...” ucap mbak diah yang mengajak membuat adonan kue

Aku mengangkat buah-buahan untuk aku masukan kedalam kulkas. Setelahnya aku bersandar pada kulkas melihat kebahagiaan dari mereka semua. Ayah dan ibuku sudah lama meninggal, tinggal mereka yang aku punya. Mas heri adik dari mbak asih, adalah suamiku yang sangat aku cintai. Aku masuk kedalam keluarga ini dalam kondisi yang buruk tapi mas heri selalu menerimaku apa adanya. Aku sempat khawatir akan kelangsugan dari keluarga ini, tapi bocah yang selalu saja ada ketika aku dan mas heri dalam bahaya telah menyelematkan keluarga ini. aku bahagia? ya pasti karena kami berkumpul kembali, karena arya, yang selalu mengatakan “mulai sekarang daerah ini daerah koplak! Kalau ada yang berani mengganggu om dan tanteku, akan aku ratakan kalian dengan tanah!”. Tapi tanggapan sahabat-sahabatnya selalu saja aneh, kalau aku ingat setelah arya mengatakan itu ada temannya yang bilang “dan untuk pembayaran pajak, bayar sama negara jangan dengan kami, karena kami tidak tahu pajak!”

Dasar koplak!

---

“sini aku bantuin” ucapku 

“eh... iya tante...” ucap rani tersenyum kepadaku

“eh, jangan tante kakak kamu saja kalau manggil aku mbak kok” ucapku

“iya santai saja ya, manggil aku juga mbak saja...” ucap alya

Aku anak dari ibuku laila sedangkan alya anak dari suami kedua ayahku, mama ifah. Akur? Jelas kami aku karena kehidupan kami selalu dalam penderitaan. Tapi karena bocah cengeng itu semua telah berubah, kini aku memiliki keluarga yang lebih besar lagi. Keluarga yang sangat indah. Aku dan mereka bertiga masuk dengan membawa barang bawaan mbak herni sebenarnya lebih pantes dipanggil tante tapi ya mau bagaimana lagi urutan keluarga. kulihat kedua ibuku sudah berkumpul dengan mereka didapur.

“mbak herni ini” ucapku

“oh iya terima kasih, yang jajan dibuka aja buat camilan sambil kerja” ucap mbak herni

“alsa, itu ibu kamu dibantu tuh lagi nyuci piring” ucap mbak diah

“iya mbak..” ucapku

“aku bantu ma...” ucapku kepada ibu yang sedang mencuci piring

“iya... bahagia sekali?” ucap ibuku laila

“yeee... dari dulu aku kan selalu bahagia” ucapku

“bahagia tuh, sebentar lagi bisa ngambil eskrim keponakannya lagi” ucap mbak ratna

“yeee... paling mbak ratna nanti juga minta weeeek...” ucapku

“alah paling ratna nanti yang ngrebut duluan” ucap mbak ika

“aku dulu yang ngrebut, dulu kan aku yang ngrebut duluan weeeek...” ucapku

“ha ha ha iya-iya...” tawa mereka semua

Aku bahagia walau tak ada ayahku disini, aku sudah tahu semuanya dari kedua ibuku. aku tidak peduli lagi apa yang akan terjadi nanti, yang jelas kehidupanku sudah berubah mulai saat ini. bersama mereka yang selalu menganggap kami sebagai keluarga walau sebenarnya harusnya hubungan ini sudah tidak ada lagi semenjak ayahku tiada. Ayah... arya yah yang telah menyelamatkan kami, bocah yang selalu menangis karena es krimnya selalu aku rebut.

---

“sini kamu bantu ibu hias pekarangan belakang rumah” ucap ibuku, ifah

“iya mah...” ucapku

Alya dan yang lainnya berada didapur sedangkan aku dan ibuku menghias belakang rumah. Ku lihat senyum yang lepas dari ibuku, senyum yang selama ini tak pernah aku lihat sebelumnya. Bahagia sekali aku sekarang, lebih bahagia lagi karena aku tetap berada dikeluarga ayahku. Pahit memang masa kecilku lepas dari mereka, kenytaan pahit juga aku alami selama itu. semua hal tentang orang yang telah menghancurkan kehidupan keluarga kami sudah aku ketahui. Bocah itu yang selama ini menurut ibu tidak pernah diharapkan oleh ibunya sendiri, bahkan hampir dibunuh adalah penyelamat dari keluarga ini.

“alsa coba kamu rapikan tanaman disana ya?” ucap ibuku

“iya mah...” jawabku

Aku beranjak menata bunga-bunga ditaman kecil ini. teringat akan sebuah kenangan bersama ayahku “kalian berdua adalah bungan untuk ayah sama halnya ibu-ibu kalian, lihatlah bunga-bunga itu walah mereka mengembang pada batang yang sama mereka tidak pernah iri dan tetap rukun”. Ya, itu adalah kata-kata ayah agar aku dan mama laila serta alya tetap akur dan rukun. Aku bersyukur sampai saat ini aku dan mereka tetap rukun, seperti halnya keluarga ini...

---
(sudut pandang orang ketiga)

“kenapa yah?” ucap andi kepada ayahnya

“kalian masih ingat ketika arya lahir? Mungkin yang tidak tahu andra dan askha ya?” ucap warno kepada semua laki-laki yang masih bersantai di ruang keluarga ini

“tentu saja...” ucap heri dan andi

“hanya dengar dari asih pak dhe” ucap askha

“ratna cerita ke aku kok pah” ucap andra

“mas itu bisa-bisanya mengingat masa lalu” ucap wardi adik warno

“aaaah... aku tidak tahu bagaimana ini semua bermula, mungkin memang sudah tergaris dalam catatan kehidupan keluarga ini. datang seorang yang ingin menghancurkan tapi yang datang itu telah “membuat” penghancurnya sendiri” ucap warno

“sudahlah yah, seandainya tidak ada arya dan laki-laki itu (mahesa-red)... kita belum tentu bisa melewati kehidupan kita, ada banyak hal yang telah arya lakukan untuk keluarga ini. menyelamatkan nyawa ratna, dan keluargaku” ucap andi

“kalau tidak ada arya, mungkin aku selalu pulang dalam keadaan babak belur pak dhe” ucap heri

“lihat sendiri kan mas apa kata mereka, arya datang dalam keluarga ini bukan hanya sebagai penyelamat tapi datang sebagai penyeimbang keluarga kita” ucap wardi

“aaaaaah.... arya... arya.... seandainya wicak masih ada, mungkin dia akan tersenyum bahagia sekarang...” ucap warno

“ayah selalu tersenyum...” ucap diah yang tiba-tiba datang membawa minuman untuk para lelaki

“kamu ngagetin saja nduk” ucap warno

“jelaskan, mereka pergi dalam pelukan cucu kesayangannya” ucap diah tersenyum

Heing sesaat, dan diah meninggalkan mereka semua. Senyum di bibir mereka hadir mengingat satu persatu kejadian yang telah mereka lewati bersama... Arya.

---

“mas tadi mandi kok ndak mau ade keluarin sih?” ucapku

“yeee... keluarin terus mas ntar lemes” ucap kekasihku

“kunyahin dulu baru dimasukin ke mulut adeeee...” manjaku

“iya bentar... nyammm nyammm nyammm...” kunyahnya dan kemudian kami berciuman, makanan itu di masukan ke dalam mulutku.

“benerkan belepotan lagi, sudah dibilang kunyah sendiri” ucapnya

“ya sudah, mana kalau ndak suka... ade makan sendiri, tidur sendiri saja” ngambekku

“iiih ngambek deh, tambah cantik lho” godanya

“ngambek tambah cantik, senyum tambah cantik, gombal!” masih ngambek akunya

“nyamm... nyammm.... mmm mmm” ucapnya sambil menyodorkan mulutnya, langsung aku cium dan kubuka mulutku. Dengan telaten dia memasukan makanan yang berada dibibirku

“enak?” ucapnya, aku mengangguk dengan senyum

“nanti sore pas mandi, ade keluarin ya?” manjaku

“ade kok seneng banget?” ucapnya

“ndak tahu mas, seneng saja waktu mainin punya mas... takut tapi hi hi hi seneng” candaku

“jangan dimasukan dulu ya mas, masih takut punya mas gede...” lanjutku dengan memasang wajah takut

“takut ndak sama mas?” ucapnya, aku menggeleng

“syukurlah kalau begitu, berarti kalau tidur tidak diruang tamu he he he” ucapnya

Aku hanya tersenyum memandang wajah bloon itu. entah kenapa aku bisa semanja ini dihadapan lelakiku ini, apapun yang ingin aku lakukan harus menyuruh dia. Mandi, makan, ganti pakaian, bahkan pipis saja minta dicebokin. Tapi kalau BAB, ya ndak lah aku usaha sendiri kasihan kan. 

“sudah... minum obatnya dulu ya, biar cepet sembuh luka kamu” ucapnya

“kamu? siapa itu kamu?” balasku

“eh... maaf, luka ade” ulangnya

“he’em... mimik obat” ucapku

Glek.. glek... glek...

“mau jalan-jalan keluar?” ucapnya, aku menggeleng 

“kenapa?” ucapnya

“kalau jalan-jalan, jauh..” ucapku

“deket kok, cuma ditaman” jawabnya

“jauh dari mas..” ucapku lagi

“yeee kan sama mas” balasnya, aku langsung memeluknya

“jauh... jauh banget, kalau jalan-jalan pasti mas jalan disampingku... Cuma bisa meluk tangan mas saja... kalau dikamar, ade bisa peluk mas” ucapku 

“bu doseeeeen bu dosen, manjanyaaaa....” godanya sambil mengelus-elus kepalaku

“mas pasti pegen ngerokok kan?” ucapku tanpa menggubris godanya tadi, aku mengangkat kepalaku memandangnya

“emmm ndak kok yang, nemenin ade lebih enak” ucapnya sambil tersenyum kecut karena belum ngrokok dari kemarin

“kalau nanti ade bobo, mas boleh keluar tapi ndak boleh lama-lama, 15 menit. Habis itu balik lagi, kamarnya dikunci sama mas dari luar ya” ucapku

“mas disini saja nemenin ade..” ucapnya

“ade tahu itu... nanti kalau keluar jangan lama-lama” ucapku sembari memainkan pipinya

“Mas AC-nya di dinginkan saja, kok panas banget”ucapku

“iya” dia kemudian berdiri dan mengambil remote AC di kamar ini

“segini cukup?” sembari duduk disampingku dan menunjukan angka pada remote

“he’em..” jawabku, langsung aku masuk dalam pelukannya. Kedua kakinya terbuka lebar dan aku berada dalam dekapannya

“mas dingin...” ucapku

“oh ya, mas naikan lagi ya suhunya” ucapnya

“peluuukk...” manjaku

“eh...” seakan dia tahu maksudku, ditariknya selimut dan kemudian memelukku

Rasa kantuk perlahan datang menemaniku, entah karena pengaruh obat atau pengaruh dari pelukannya. Pelukan hangat membuatku tak sadar akan suasana, hangat... nyaman dan...

---

“Akhirnya tidur juga ini ade kesayanganku” bathinku

Aku segera mengangkat tubuhnya dan memposisikannya tidur. Dia butuh istirahat yang cukup karena mungkin kelelahan setelah pertempuran malam itu. kukecup keningnya dan bibirnya yang manis itu, segera aku bangkit dan keluar dari kamar. aku kemudia berjalan ke atap gedung untuk menyulut sebatang dunhill mild.

“sudah ada disini nton?” ucapku kepada anton yang sedang merokok menikmati pemandangan kota

“kamu cat, lama banget didalam? Berapa ronde?” ucap anton

“gundulmu! Masih sakit dia, bisa tambah parah kalau pake ronde-ronde segala” candaku

“haaaaaaaayah... oh ya, tadi ibu kamu sama mertua kamu kesini. Menemui tuh” ucapnya dan aku mengerti

“kok ndak mampir ya?” ucapku

“paling tahu lah kalau kamu lagi merusak tempat tidur” ucap anton

“ah matamu! Ndak nton, aku ndak sampe gituan” jawabku jujur, anton memandangku dengan pandangan penuh tanya

“yakin nton, nggak nglakuin, suwer!” ucapkku dengan dua jari aku angkat

“ha ha ha ha biasa saja kaleeee...” jawab anton

Hening sesaat, semburan nafas berlumuran asap keluar dari bibir kami masing-masing. Pandangan kami menyapu luas semua pemandangang di kota ini.

“aku sebenarnya bingung hufffffffthh... apa saja yang mereka lakukan kepada semua orang? aku tidak tahu apakah akan ada yang datang lagi” ucapnya

“banyak nton... Kakekku Tian, Ibuku, Ibunya Dian, Ayahnya Mbak erlina, kakek wicak dan nenek mahesawati... warga di desa banyu abang dan biru, rani, eri ah banyak lah nton... huftttth” ucapku 

“tadi saja perawat masuk dan melihat kondisi mereka dalam keadaan mengenaskan. Celana dalam dan juga bra tersumpal di mulut mereka, juga ada cairan... tahu sendirilah, yang terakhir masuk itu ibunya dian sama suaminya. Kalau ibumu hanya bermain kata-kata kayaknya karena aku tidak dengar apa-apa hanya suara tawa keras dari ibu kamu tapi kalau ibu dian hadeeeeeeh... bikin cepet pengen ketemu anti” ucap anton

“kamu ngintip?” ucapku

“gundulmu! Lawang ketutup rapete koyo ngono piye carane ngintik (pintu ketutup rapatnya kaya gitu bagaimana caranya ngintip)” ucapnya

“Kalau aku memang tidak tahu apa yang akan mereka lakukan kepada dua orang itu. tapi yang jelas motif mereka semua adalah dendam, begitupula ibuku. tapi kalau ibunya dian sampai gitu ya wajarlah” ucapku

Wussssh.... hembusan angin menyapa kami berdua

“memang kamu tahu perlakua mereka kepada ibunya dian?” ucap anton

“parah nton, lebih dari sekedar apa yang akan mereka lakukan di malam itu. 20 tahun lebih lho nton disekap” ucapku

“hmm... gila bener...” ucap anton

Tulilit tulilit... Hp anton berbunyi

“ya halo sayang”

“iya ini mau pulang”

“kangen sayang, kangen...”

“ini lagi ngobrol sama arya”

“iya , mas pulang, dadah sayang” tut

“anti?” ucapku

“pulang bro... kuda-kudaan ha ha ha” ucap anton

“hati-hati” ucapku

“oke bro...” jawabnya

Setelah salam perpisahan aku sendirian di atap gedung ini. kupandangi langit yang biru ini dengan matahari yang terututup oleh awan putih. Suasan tak sepanas ketika matahari tak tertutup awan, adem. Kupandangi kota ini sekali lagi...

“ah... aku hadir disini karena dia, tapi aku juga yang telah membuat mereka terbaring lemah” bathinku

Kuhirup nafas dalam-dalam dan ku hembuskan nafasku sekuat-kuatnya. Mungkin memang ini adalah jalan dimana aku harus berjalan, jalan dimana aku harus mengalami semuanya. Keluarga ini telah terluka, tapi semuanya telah sembuh. Dan tak akan ada lagi yang khawatir akan kota ini, kota yang selama ini aku tinggali. Aku tidak menyangka jika laki-laki yang pernah aku temui dalam perjalanan pulangku saat tu akan menjadi sahabat-sahabatku, koplak.

Aku tersenyum, geli dengan ingatanku. Langkahku kembali menuju ke ratu hatiku, ku buka pintu dia masih terlelap dalam tidurnya. Tubuhnya miring ke kiri dan aku langsung merebahkan tubuhku di hadapannya. Kupeluk tubuh itu...

“manjalah terus agar bertambah dewasa ketika menghadapimu...” ucapku lirih

“he’em...” jawabny dalam kondisi tidur

Setengah sadar ternyata...

---

Hingga menjelang sore dan acara mandi bersama tak berani mereka melakukan hal yang sama seperti ketika mereka bertemu pertama kali. manjanya prempuan itu membuat laki-lakinya lebih bersikap sabar kepada perempuannya. Setiap basuhan, setiap rengekan, setiap keinginan selalu dikabulkan oleh lelakinya. Kadang sang wanita meminta untuk digendong dipunggung dan berjalan memutari ruang VVIP tersebut, hanya didalam ruangan tidak keluar kemana-mana. Aneh jika dilihat tapi itulah sayang, cinta, ah tak ada yang tahu makna sebenarnya dari cinta dan tak ada yang pernah tahu arti cinta. Banyak yang mengungkapkan arti cinta, ada banyak... seperti...

Cinta itu seperti udara,
tak terlihat.. tak berbau.. tak berasa..
tapi selalu ada disekitar kita,
hanya saja sedikit orang yang bisa merasakannya..

Cinta itu sebagian dari perasaan dan juga sebagian dari logika...
Tergantung bagaiman kita mengendalikan cinta...
Terlalu mengendalikan cinta dengan perasaan,
Kita sendiri yang akan menjadi seorang yang mudah mewek,
Selalu takut bertindak,
Selalu ragu dalam menentukan,
Terlalu mengendalikan cinta dengan logika,
Cinta bukan perhitungan, bukan rumus matematika, kimia, fisika atau bahkan ilmu perhitungan lain
Jangan gunakan logika berlebihan karena cinta bukan ilmu pasti
Bukan 1 + 1 = 2, bukan... Karena cinta bisa saja 1 + 1 = 3, 4, 5 bahkan 11, benar bukan?
Terlalu berlogika dengan cinta hanya akan membuatmu memperhitungkan semuanya
Dan membuat cinta menjadi sesuatu yang kaku...
Cinta butuh keseimbangan antara logika dan perasaan,
Perasaan karena cinta memang muncuk dari reaksi perasaan kita dengan pasangan kita,
Logika karena cinta memang butuh logika, agar kita tahu mana serius mana tidak
Semua tergantung bagaimana memperlakukan cinta

cinta itu tidak pernah berbohong, cinta akan mengangkatmu
membawamu lebih tinggi ketika tinggi saja tidak cukup
karena cinta lebih kuat dari sebuah logam yang terkuat
butuh hati dan emosi untuk menyembuhkannya
dan kebenarannya cinta memang tidak pernah berbohong
lihatlah kedalam mata yang kamu cintai
akan terlihat disana sebuah kebohongan atau sebuah kejujuran

cinta itu...
kuat dan liar,
lambat dan mudah,
hati dan jiwa,
sempurna bukan?

Cinta itu...
Tak perlu seseorang yang sempurna,
Tapi cukup temukan seseorang yang mebuatmu..
Bahagia dan berarti lebih dari siapaun...

“ugh hoaaam....” aku terbangun di tengah malam 

“mas... mas bangun...” ucapku

“egh... ngantuk adeeee...” ucapnya

“langitnya bagus tuh” ucapku sembari melihat keluar jendela

“eh...” aku terkejut ketika tubuh itu memelukku, kepalanya berada di bahu kiriku

“emmmh... cup” kecupan medarat di pipi kiriku

Kuraih bagian belakang kepalanya dan kudorng kedapan, aku daratkan bibirku ke bibirnya. Hanya menyentuhkan saja tanpa harus melumatnya, terasa lebih romantis. Kluihat dia berdiri dan menggeser dua sofa, satu sofa menghadap ke jendela satunya tepat berada didepan sofa satunya lagi. Dia kemudan beranjak dan mematikan lampu kamar, kemudian dibopongnya aku menuju sofa itu. aku duduk menghadap ke jendela menikmati pemandangan langit malam serta cahaya rembulan, dia duduk tepat berada dibelakangku.

“bagus ya mas langitnya...” ucapku

“mereka selalu sama, bahkan bulan itu pun sama... maafkan aku jika aku terlalu banyak berbuat kesalahan selama ini” ucapnya memelukku. kuremas tangnnya dengan tangan kiriku

“memang sama... aaaah...” aku menyandarkan tubuhku kebelakang, kepalaku tepat didadanya

“semua sama hanya nama yang berbeda, kesalahan adalah hal yang wajar. Tapi ada hal yang berbeda dalam diriku tapi entah dalam dirimu...”

“rasa sayangku, rasa cintaku, tidak sama seperti ketika kita bertemu mereka bertambah setiap harinya untukmu yang selalu mencoba untuk memperbaiki diri untukku...” ucapku lirih sembari melihat ke wajahnya

“rasa sayangku, rasa cintaku kepadamu, berada disamping rasa sayangmu, rasa cintaku kepadaku... the feeling inside you is feeling like i do” ucapnya, aku tersenyum mendengarnya

Bibir kami berpagutan, saling mengecup beberapa kali dibawah sinar rembulan yang menjadi saksi kembali tentang kami berdua...

Pagi Hari...

"Ade jangan ngambek gitu to" ucapnya, aku benar-benar ngambek dengan sikapnya huh...

"ade... ayo pakai baju dulu, masa mau kerumah kakek dan nenek ndak pakai baju?" lanjutnya lagi

"Adeeeee...." sembari wajahnya mengejar untuk menatapku, aku membuang mukaku

"jangan marah dong, kan sudah ditunggu ndak enak kan, yuk pakai baju" ucapnya

"ade pakai sendiri! ndak dipakaikan jua bisa sendiri" jawabku ketus sambil merebut pakaian dalam dan pakaianku

"senyum dong adeeee, jangan marah mas kan malah jadi bingung kalau begini..." ucapnya sekali lagi

"habis mas! Ade kan mau bantu ngeluarin punya mas, mas bilangnya ndak usah ndak usah, sebel tahu ndak!" jawabku ketus sambil menyerahkan pakaianku lagi

"lha ntar kelamaan, katanya takut ma itunya mas... kan masih banyak waktu sayang" ucapnya

"iya atut tapi seneng..." ucapku kurasakan wajahku memerah

"masih banyak waktu okay, cup..." ucapnya sambil mengecup bibirku, aku tersenyum

Aneh ya kalau aku suka mainan itunya mas? Walau sebenarnya ada rasa takut ketika itu masuk. Tapi mau bagaimana lagi coba, kalau lihat ngeri kalau dimasukkan juga ngeri tapi kalau pegang kok ndak ya? hmmm...

"tangannya diangkat sayang" ucapnya, aku angkat kedua tanganku dan dipakaikan tengtop sekaligus kaos lengan panjang. Entah dari mana dia mendapatkan semua pakaianku.

"kok pakaian ade lengkap?" ucapku

"tadi pagi pak wan nganterin, katanya kemarin sebelum mengantar pulang dari RS. Ibunya ade membelikan beberapa pakaian untuk ade" ucapnya

"kok ndak jenguk ade sih mama?" ucapku sedikit jengkel

"biarkan mereka berbulan madu sayang" ucapnya membuatku tersadar kalau ibu dan ayahku memang butuh waktu untuk bersama

"tapi mama kok tahu ukurannya ya?" ucapku

"ndak tahu sebenarnya..." ucapnya

"lho lha terus kok ini bisa pas?" ucapku sembari memegang payudaraku

"tuh, ada banyak ukuran.." ucapnya

"iiih berarti mas ukuran punya ade kan? Pikiran mas jorok!" ucapku

"yeee... kan sudah pernah pegang, apalagi kalau tidur" ucapnya

"ngeres!" ucapku

"beneran? Ndak boleh pegang lagi? Ya sudah, ndak pegang lagi daripada dikira pikirannya ngeres" ucapnya

"aaaaa... boleeeeeh.... pegang cepetaaaaan" manjaku

"sudah beres semua tuh tinggal kita berangkat masa mau gituan, ndak kasihan sama kakek dan nenek?" ucapnya

"iya, tapi kalau bobo dirumah nenek... mas bobo sama ade" ucapku

"kalau boleh, yuk berangkat..." ucapnya

Dengan menenteng tas mas menggangdeng tangan kiriku dengan tangan kanannya. Aku berhenti sejenak melihat kamar ini, kamar yang menjadi tempat dimana aku selalu berdua dengan kekasihku. Dia kemuadian menyadarkan aku untuk segera berangkat karena waktu sudah menunjukan pukul 08.30 pagi. Lantai demi lantai aku peluk tangannya hingga di lantai bawah.

"mesranyaaaa..." ucap seorang wanita

"mbak erlin" ucap kami berdua, mbak erlina langsung datang dan memelukku

"semoga lekas sembuh ya, dan ingat nanti kalau adikku ini macem-macem bilang sama mbak ya" ucapnya, aku mengangguk dan cipika-cipiki sebelum berpisah

"dik, jagain dian. awas kalau diapa-apain!" ucap mbak erlina kepada kekasihku

"boleh yan?" ucapnya, aku mengangguk. Dikecupnya kening kekasihku..

Kami kemudian berpisah di lantai dasar rumah sakit. Cemburu? Mungkin iya dulu, tapi sekarang tidak dia sudah menjadi kakak perempuanku. Di tempat parkir motor, kulihat motor yang dulu pernah menemaniku bersamanya. Kini aku membonceng lagi di jok belakang, suara mesinnya masih sama dengan yang dulu.

"kok ndak jalan-jalan mas" ucapku

"motor ini butuh bensin sebagai bahan bakar, tapi kalau pengemudinya butuh pelukan sebagai bahan bakar" ucapnya

"dasar sok romantis!" ucapku yang tersenyum dan memeluknya

Kami menuju ke rumah kakek dan nenek kekasihku...

---

Ah, mereka sudah pulang. Semoga mereka menjadi pasangan yang langgeng hingga akhir hayat mereka. Sudah saatnya aku pulang karena aku mendapat shift malam. Mataku sudah mulai mengnatuk didalam Bis yang aku naiki ini. hingga akhirnya aku sudah sampai di kosku, ingin segera aku rebah didalam kamar dan menikmati tidur seharian.

"baru pulang mbak?" ucap adik kosku

"iya, ndak kuliah?" ucapku

"bentar lagi, lagi nunggu pertunjukan" ucapnya

"pertunjukan apa?" ucapk

"ada deh..." ucapnya

"iya iya, aku tidur dulu dek dah ngantuk" ucapku sambil membuka pintu kamarku

"he'e mbak" ucapnya

Setibanya aku didalam kamar aku lempar tas yang aku bawa ke kasur kosku. Aku berlari dan langsung aku terjun ke kasur sepring bed empuk ini.

Dugh... suara hantaman pada pintuku, aneh... masa bodoh ah

Dugh... suara hantaman terdengar lagi, seperti benda yang dilempar ke pintuku

Dugh... jengkel rasanya

"siapa sih ndak usah iseng kenapa?!" teriakku, aku berdiri dan berjalan ke pintu. Aku buka pintu kamar kosku...

"Erlina pujaan hatiku, maukah kau... bret!" ucapnya

Ya, itu ucap seorang lelaki yang berlutut kurang lebih 3 meter dari pintu kamarku. Bajunya dirobek dan terlihat kaos putih yang bertuliskan "Will you Marry me?". Aku terkejut melihatnya, dadaku serasa berdetak sangat keras ketika melihat tulisan itu. aku langsung masuk kembali dan kututup pintu kamarku, aku bersandar pada pintu kamarku. Laki-laki itu..

"Erlin... erlin sayang..." ucap lelaki itu sekali lagi

"hiks hiks hiks..." aku menangis dan langsung aku buka pintu dan berlari kearahnya

Aku melompat dan memeluknya, tubuhku ditangkap oleh lelaki ini. lelaki yang selama ini menjadi kekasihku, tubuhnya terhuyung kebelakang dan jatuh terduduk. Semua penghuni kos menyaksikan itu dan bertepuk tangan serta berteriak mengucapkan selamat.

"mau kan?" ucap alan, aku hanya mengangguk pelan

"bener?" ucapnya lagi, aku mengangguk sekali lagi

Aku dibopong ke dalam kamar disertai teriakan-teriakan yang membuatku sangat malu. Ada juga yang menghadang langkah alan, mengatakan "iiih merah tuh merah hi hi", aku hanya diam dan senyum-senyum sendiri. Hingga suasana reda, satu persatu memberiku selamat. Tapi aku tetap saja tak turun dari gendongan alan. Didalam kamar, aku direbahkan di tempat tidur. Kutarik kepalanya dan aku melumat bibirnya. Alan mengerti akan maksudku, tubuhnya sekarang menindihku. Aku rasakan tangannya mulai meremas payudaraku, tanpa menunggu lama bajuku suah terlepas dari tubuhku. Rokku sudah tersibak ke atas, celana dalamku sudah, dan kerudungku sudah terlepas dari kepalaku. Kudorong alan, dan kulepas celana sekaligus celana dalamnya. Aku rebah kembali di tempat tidur, alan kemudian mengakangi tubuhku, aku angkat tubuhku dan kupegang penisnya. Ya ini adalah posisi kesukaan alan, aku mengulum penisnya dalam keadaan aku dikangknginya.

"Sayang..." ucapnya ketika mulutku terbuka, hanya beberapa senti dari penisnya

"ini..." ucapnya, aku kaget dan ambruk lagi ke bantal. Kuliha tangan kiriku diraihnya dan dipasangkan cincin emas di jari manisku. Kulihat dan air mataku berlinang, kulihat senyumannya... tanpa berlama-lama lagi, aku bangkit dan langsung melahap penisnya

"argh sayang pelan sayang ugh... bibirmu seksi, nikmat sekali sayangku ough..." racaunya menikmati kulumanku, aku bersemangat entah di mana rasa kantukku yang tadi menyuruhku untuk segera tidur

"sayang sudah, aku sudah pengen sayang..." ucapnya, aku lepaskan kulumanku

"tapi nanti yang lama lho..." protesku, tubuhnya beringsut dan membuka pahaku

"iya sayang iya... ugh... sempitnya punya kekasihku ini, oueghhh enak sekali..." racaunya

"pelan sayang ugh... pelanhhhhh... ah!" rintihku, ketika hentakan keras di vaginaku. Tubuhnya turun dan memelukku

"kalau mau lama pemanasannya oke, kapanpun kamu mau sayang... sekarang aku sudah pindah kesini, tempat kerjaku sudah pindah karena aku tidak ingin jauh dari istriku yang sedang aku entot ini" ucapnya dengan penis yang bersarang di vaginaku

"eh, mas sekarang sudah disini?" ucapku, sebuah kebahagiaan karena aku tidak akan sendiri

"iya, mau sampe nanti sore? Pagi? Atau begini terus berhari-hari, oke, siapa takut... akan aku buat sayangku ini minta tambah terus... mas libur sampe besok minggu" ucapnya, aku tersenyum

"hmm... satu ronde dulu sayang, habis itu istirahat terus... mungkin harus minta libur dulu beberapa hari karena si timun naga itu kan sudah ndak dapat jatah lama sekali" godaku

"harus..." ucapnya

"aw... pelanhhh ugh... ahh ahh ahh ahhh sayang itunya mentok sayang" ucapku

"itu apa ah ah ah enak sekali didalam sayang ugh..." racaunya

"kontol, kontol sayang mentok dipintu rahim ayang, ugh sayang mmmhhhh... arghhh... terus sayang terus... kontoli, entot memek ayang ini ugh" racauku

Dengan posisi konvensional, aku dihajar habis-habisan oleh nafsu yang selama ini tidak tersalurkan. Tubuhku bermandi keringat, bersatu dengan keringat yang menetes dari tubuhnya. Tubuhku bergoyang sangat terasa ketika susuku naik turun di atas dadaku.

"arghh... sayang, ayang mau keluar oghh...." rintih nikmatku

"aku juga ayang, aku pejuhi, aku hamili kamu ugh..." racaunya

"iya sayang hamili ayangmuhhh... oughh...." racauku

Croot crooot crooot crooot crooot

Siraman hangat membasahi vaginaku, bersatu dengan cairan kenikmatanku. Walau dia sudah mencapai puncaknya... Bibirku di ciumnya, turun ke leher dan tangannya mengelus tubuhku. Pipiku dielusnya dengan ujung jari-jarinya.keningku kemudian dikecup lembut, beberapa kali kecupan terasa mengelilinigi wajahku. Sembari mengecupi wajahku, rambutku dimainkannya helai demi helai. Sangat nyaman sekali, hamil? Aku mau....

Hingga aku merasakan elusan-elusannya membuatku terbuai dan kemudian kurasakan tubuhnya bergeser di sampingku. Ditariknya tubuhk dan masuk ke dalam pelukannya. Selimut tipis ditariknya untuk menutupi ketelanjangan kami berdua. Tangan kanannya menjadi bantalan kepalaku dan tangan kirinya terus mengelus kepala bagian belakangku hingga punggungku, kurasakan nafasnya berhembus di ubun-ubun kepalaku berbarengan dengan setiap kecupan yang dia daratkan. Aku tertidur dan hari-hari berikutnya adalah hari dimana aku akan belajar menjadi istri yang baik untuknya, untuk kekasihk, Alan...

---

"Sudah sampai" ucapku kepada kekasihku yang memelukku erat, tapi kulihat rumah kakek sepi dengan pintu rumah yang terbuka

"ini rumah kakek dan nenek mas?" ucapnya

"iya, sebentar mas buka pintu gerbang dulu. Ade diatas motor saja" ucapku

Aku membuka motor dan kemudian aku kembali lagi, kunaiki lagi motorku dan kumasukan kedalam rumah. Dian kemudian turun, segera aku tutup kembali pintu gerbang rumah kakek.

"ayo..." ucapku sembari mengulurkan tangan kananku untuk menggandenga tangan kirinya

"eh, anu mas itu.." ucapnya gugup

"Sudah tidak usah takut, mereka juga keluarga ade..." ucapku mencoba menenangkan. Wajahnya kemudian tersenyum, dihirupnya nafas dalam-dalam dan dikeluarkannya

Aku menggandenganya masuk ke dalam rumah kakek dan nenekku, tepat didepan pintu kulihat adik-adikku yang langsung mberlari kearahku. Mereka melompat dan langsung aku tangkap dan kuangkat tubuh mereka keatas, tapi khusu yang masih kecil sedangkan adik-adikku yang sudah gede-gede hanya aku peluk.

"Siapa kak?" ucap anak tante ratna paling kecil

"kakak ipar kamu" dengan pede aku menjawab, satu persatu memeluk dian dengan senyuman manisnya

"dimana yang lain?" ucapku kepada dika

"tuh dah ditunggu dari tadi" ucap anak budhe ika yang pertama

Adik-adikku berhamburan masuk dan berteriak "kak arya sudah datang". Ah, seperti apa saja aku ini, aku langusng mengikuti mereka masuk kedalam rumah.

"Kakaaaaaaaak" ucap rani dan eri yang membuat aku terkejut, mereka langsung saja memelukku

"yeee lama banget sih..." ucap rani

"hayo ngapain aja..." ejek eri

"bangun gedung, ngaspal jalan, ngatur lalu lintas weeeek" ucapku

"kamu itu ditunggu kok lama banget"ucap ibu

"hey mblo sini..." ucap tante ratna membuka tangannya

"yeee pemain sinetron..." jawabku, langsung memeluk tante ratna

"igh igh igh... ih ih ih ih" tante ratna memnarik kedua pipiku kasar

"ew ew ew... sakit tahu tan..." ucapku

"ratna itu, sini sayang sama budhe, ini nih keponakan budhe yang paling ganteng" ucapnya langsung aku memeluk budhe

"kamu itu bisa-bisa, selalu bikin khawatir..." ucap budhe sambil mengecup pipi kanan dan kiriku

"hebat kamu... sekarang kamu ksatrianya" ucap pak dhe andi yang bergantian memelukku

"kurir cinta..." ucap om andra

"eh om..." ucapku memeluknya

"Ini nih pak dhe yang selalu bikin onar kota kita hi hi hi hi" ucap tante asih

"ah, tante apaan sih daripada tante weeeek..." ucapku sambil memeluknya

"apa?" ucapnya

"ih takut..." ucapku yang langsung saja kena jewer

"sudah to mah, gini-gini yang nyari kamu lho tul gak ar" ucap om askha yang bergantian memelukku

"Nah ini yang selalu megang daerah kita pak dhe ha ha ha" ucap om heri memelukku

"lucunya keponakanku .." ucap tante herni memeluku

"eh bocah cengeng... huuu tantenya di lupakan!" ucap mbak alya

"sini..." ucap mbak alsa

"yeee... aku kan kemarin ndak nangis situ tuh yang hiks hiks hiks" ejekku, mereka hanya tersenyum dan memelukku

"dasar!" ucap mereka berdua menjitak kepalaku

"cucu nenek yang ganteng..." ucap nenek ifah memelukku

"manis lagi.." ucap nenek laila

"nurun dari ibu nek he he he" ucapku

"kakek wardi, nenek umi..." ucapku memeluk mereka berdua

"kakek, nenek..." bergantian aku memeluk kakek dan nenekku

Kulihat ibu sudah membuka kedua tangannya, langsung aku memeluknya. Kupeluk dengan erat ibu, dikecupnya keningku.

"kamu itu ditunggu kok ya lama banget" ucap ibu

"biasalah bu..." ucapku

"ehem... ehem..." tante asih berdehem

"tanteeeee...." ucapku memohon kepada tante agar tutup mulut

"iya... iya..." ucapku

semuanya hadir disini, tertawa riuh dan bersendau gurau sejenak.

"lho sayang, dian mana?" ucap ibu

"eh... lho, dian ada di lho... dimana? Aduh ketinggalan..." ucapku

"kamu itu anak orang lho itu" ucap tante asih

"sebentar-sebentar..." ucapku yang langsung berlari keluar

Kulihat dian hampir menangis karena ku benar-benar lupa, mungkin karena saking senengnya ketemu dengan keluarga.

"maaf... kelupaan sayang" ucapku

"gini saja sudah lupa, nanti gimana hiks..." ucapnya

"iya maaf... habis tadi adik-adik juga he he he, saking senengnya sayang" ucapku

Segera aku gandeng dian, tepat setelah ruang tamu aku berdiri dan meliha ke ruang keluarga. kulihat mereka semua tersenyum kepadaku. Dian malah bersembunyi di balik punggungku.

"yang, itu kok malah sembunyi" ucapku

"malu..." ucapnya

"siapa tuuuuh... dah ndak jomblo ya?" ucap tante ratna

"ada keluarga baru harus di plonco nih" goda bu dhe ika

"bu dhe, jangan di takut-takutin" belaku

"sayaaang... sini" ucap ibu memanggil dian

Dian kemudian beranjak dari tempat sembunyinya, muncul dengan wajah merahnya...

"nah nih... mbakku dan adikku yang cantik, nih calon mantuku" ucap ibu sambil memeluk dian

"mama... malu mah..." ucap dian, aku hanya berdiri dan tersenyum dibelakang mereka berdua

"mana, mana... iiih cantiknya" ucap tante ratna yang langsung memgang kedua pipi dian setelha dipeluk oleh ibu

"aku tantenya arya, tante ratna, oia kamu ndak mabuk kan sayang?" ucap tante ratna kepada dian

"maksud tante?" dian nampak heran, aku juga

"sadar kan?" ucap tante

"sadar dan ndak mabuk tan" ucap dian

"ndak percaya deh, pasti lagi mabuk ini. kok mau ya cewek secantik kamu jadi pacarnya arya" ucap tante ratna, dian hanya menunduk malu

"apaan sih tante... ya jelas mau lah kan aku ganteng gitu, ya kan yang?" ucapku, dian mengangguk pelan

"benar-benar jomblo yang beruntung..." ucap bu dhe ika

"huh, ini masalah lagi, jagan didengerin yang" ucapku, melihat mereka berdua berpelukan

"Dian sayang..." ucap tante asih memberikan ciuman di pipi kiri dan kanan dian

"calon mantu mbak diah nih ya" ucap tante herni. Satu persatu mereka memberika pelukan kepada dian, khusus yang cewek ya nenek ifah, nenek laila, mbak alsa, mbak alya, eri, rani. Mereka berkerumun berdiri didepanku.

"masih misteri ini kenapa dian mau sama arya hi hi hi" ucap tante ratna

"Tashika ni yakusoku shi, seijitsuna ai ni narimasu (karena yakin akan janji dan cinta yang tulus)" ucap nenek ayu tiba-tiba. Semua diam dan melihat nenek, mereka terbengong-bengong.

"Sobo?! (nenek?!)" teriak dian

Dian langsung berlari ke arah nenek yang tengah duduk disamping kakek. Aku heran kenapa dian bisa tahu tentang nenek? Kalau orang tahu karena nenek adalah istri dari kepala daerah itu wajar. Tapi kelihatannya mereka pernah bertemu. Aku dan semua orang yang berada disana tampak kebingungan ketika melihat dian memeluk nenek dengan eratnya. Ibu langsung mendekati dian dan duduk disebelah nenek menggeser duduk kakek.

"Nōhau sobo? (bagaimana kabar nenek?) "ucap dian yang benar-benar tidak aku mengerti

"Yoku, dono yō ni anata wa watashi no chīsana tenshidesu ka? (bagaimana kabar kamu malaikat kecilku)" ucap nenek yang semakin aku bingung percakapan mereka

"Mama wa kanojo ni atta koto wa arimasen (Ibu pernah bertemu dengannya?)" ucap ibu sama sekali aku tidak mengerti

"ada, ada cerita tapi biarkan menjadi cerita antara aku dan malaikat kecilku ini" ucap nenek

"nenek masih cantik saja" ucap dian

"kamu juga tambah cantik" ucap nenek

"waaaah... kamu pintar bahasa jepang juga ya sayang?" ucap ibu

"aku belajar ma, karena dulu waktu nenek bicara pakai bahasa jepang aku ndak mudeng" ucap dian

"berarti tambah satu keluarga kita yang bisa" ucap tante ratna

"tapi dari satu keluarga ini Cuma tuh... mantan jomblo yang ndak bisa" ucap bu dhe ika, jujur saja di keluargaku hanya aku yang tidak bisa bahasa jepang

"kakak ternyata ndak bisa snediri... hiiii..." ucap eri, jelaslah dia tahu bukan anak sains dia

"malu-maluin.." ucap rani

Om dan tanteku tampak bahagia dengan kehadiran dian didalam keluarga ini. dian masih saja memeluk nenek dengan erat. aku masih berdiri di sini memandang keluargaku kembali berkumpul. adik-adikku juga tampak bahagia disni. Tak akan ada lagi cerita seram dikeluarga ini.

"bau ini, aku pernah menciumnya" bathinku, kulihat semua orang memandangku dengan tatapan terkejut

"ada apa sih? Kok lihat aku seperti lihat hantu saja?" ucapku, tapi semua terdiam

Aku melihat kakekku mengacungkan jempol ke arahku. Aku jadi bingung sendiri, tiba-tiba saja kulihat nenek ifah dan nenek laila meneteskan air matanya.

"ada apa sih?" ucapku

"arya..." kudengar suara dibelakangku

Aku membalikan badanku dan melihat kakek wicak dan juga nenek mahesawati berdiri disana. Melambaikan tangannya ke arahku, aku tahan tangisku dan kulambaikan tanganku kepada mereka. ditengah-tengah mereka muncul seorang yang sudah tidak asing lagi, kakek tian memberi salam hormat kepadaku. Sekelebat bayangan mereka datang lalu menghilang. Tiba-tiba tubuhku lemas, dan tak bisa aku gerakan hanya teriakan-teriakan memanggil namaku setelah itu aku tidak mendengarnya lagi.

---

Didalam kamar setelah tubuh anakku dibopong oleh mas andi dan juga heri. Aku dan dian kini berada didalam kamar menemani anakku yang tiba-tiba saja hilang kesadaran. Kami sekeluarga baru saja melihat bayangan orang yang telah pergi jauh dari kami, mertuaku dan juga om tian. Kulihat wajah dian tampak sedih ketika melihat arya terbaring lemas diatas kasur. Kata heri dan asih, tidak apa tinggal menunggu sadar saja.

"sudah kamu jangan sedih ya" ucapku

"iya ma, Cuma khawatir saja" ucap dian yang tersenyum kearahku

"sayang, kemarilah..." ucapku membuka kedua tanganku

"iya ma..." ucap dian yang kemudian berada dalam pelukanku

"mama... minta maaf sekali lagi ya, mama mohon jangan sampai ketika kalian ada masalah jangan mengungkit masa lalu arya lagi, hiks... mama yang bersalah jadi jangan salahkan masmu itu ya" ucapku yang menangis. Dian bangkit dari pelukanku

"ma... sudah... semua sudah selesai... sekarang mama adalah mama dian begitu pula untuk mas arya, ya... pokoknya ndak usah di ungkit-ungkit lagi" ucapnya yang langsung memelukku

Aku memelukknya dengan tetesan air mata dipipiku. Kuangkat wajahnya dan kuusap air matanya. Ah, betapa bahagianya aku memiliki seorang menantu yang cantik seperti dian.

"mah..." ucapnya

"ya...." jawabku

"mmm... ajari dian ma" ucapnya tampak sedikit malu

"ajari apa sayang?" ucapku

"buat jaga tubu biar ndak melar kaya mama ini" ucapnya

"hi hi hi kamu itu ada-ada saja, tubuh mama bakal melar ditambah lagi mama kan lagi hamil" ucapku

"lho mama hamil?" ucap dian heran

"hamil sama ayahnya arya, kemarin setelah berangkat mama ketemu sama ayahnya. minta oleh-oleh sebelum pisah sayang. Percaya sama mama... " ucap

"dian percaya, mas sudah pernah cerita kalau mama didalam mobil bareng sama itu, tapi dian diajari ya ma" ucapnya kembali

Aku kemudian bercerita bagaimana menjaga tubuhku, menjaga kecantikan bagi seorang wanita kepadanya. Panjang lebar dian dengan antusias, mungkin karena dia ingin mengikat anakku dirumah terus hi hi hi

---

"dimana ini? lho ini kan kamar ibu? tapi kenapa berbeda?" bathinku melihat kamar ibu dengan tatanan yang pernah aku lihat tapi itu sudah sangat lama

"bayi?" bathinku, tiba-tiba ada dua orang masuk ke dalam kamar

"ah.. nenek mahesawati dan kakek wicak" bathinku, aku melihat mereka mendekati bayi itu

"cucuku... kamu hadir didunia ini karena anakku. Nenek dan kakek mohon maaf jika kamu hadir dengan cara yang salah, tapi nenek yakin kamu akan tumbuuh tidak seperti ayahmu. Dengarkan nenek ya cucuku, tumbuhlah menjadi seorang ksatria, hentikan semua yang harus dihentikan terutama ayahmu. Kamu adalah ksatria penolong bagi keluarga ini, hentikan dia karena nenek dan kakek sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi... cup..." ucap nenek yang disusul kecupan kakek di dahi bayi itu

"itu aku..." bathinku, kemudian bayangan itu menghilang menjadi gelap dan aku merasakan pelukan tiba-tiba

"kakek nenek hiks hiks hiks" ucapku, memeluk mereka berdua yang tiba-tiba muncul dan memelukku

"terima kasih arya, cucuku..." ucap nenek

"kamu benar-benar hebat..." ucap kakek

"kakeeeek neneeeeek..." aku memeluk dan menangis

"jaga keluarga ini, jaga agar tetap utuh selama-lamanya" ucap mereka dan kemudian mereka menghilang

Aku terjatuh dan terduduk, menangis sejadi-jadinya. Bayangan gelap berubah menjadi suasan di taman. Kulihat seorang anak lelaki yang menangis, dan itu adalah aku...

"nenek laila hiks mbak alsa jahat, es krimku di makan mbak alsa huuuu huuuu huuu..." rengekku ketika aku masih kecil

"iiih.... kamu cowok kok cengeng banget!" ucap mbak alsa

"sudah, alya kamu ndak boleh begitu dong" ucap nenek laila

"alsa, jangan dimarahin dong adik kamu itu. sudah jangan nangis nanti nenek belikan es krim lagi" ucap nenek ifah

"terima kasih ar... telah menyatukan mereka kembali" ucap seorang lelaki di sampingku, aku menengok ke sampingku

"kakek... hiks hiks hiks..." ucapku

"sudah jangan menangis, kamu itu sudah besar kok ya tambah cengeng" ucap kakek tian

"kakeeeeek.... hiks hiks hiks..." ucapku kembali terisak dan memeluknya

"jaga mereka semua ya, jaga tante-tantemu yang suka nakal sama kamu" ucap kakek tian, ak mengangguk dalam pelukan kakek tian

Semua gelap.... gelap dan...

"hah... hah hah hah..."

Aku terbangun dan kudapati kamar tempatku berada dalam keadaan kosong. Kulihat sekitar ruangan ini, ya ini kamar ibuku. Aku hanya diam dan tersenyum walau tangis ingin keluar dari diriku. Aku bangkit dan melangkah keluar kamar.

Kleeek....

Semua orang melihatku, dian langsung beranjak dan mendekatiku. Ingin memeluk namun malu karena ada keluargaku disana. Aku mengucek-ngucek rambutnya dan berjalan ke arah kakek. Aku berlutut di depan kakek dan meraih tangan kanannya. Semua melihatku dan masih diam saja, Kubuka telapak tangannya dan ku tampar dengan dengan telapak tanganku. Kemudian punggung tangannya aku tampar dengan punggung tanganku, ku kepalkan tangan kakek. Kupukul naik turun dengan kepalan tanganku. Dan kupulkan kepalan tanganku ke depan tepat di kepalan tangan kakek.

"dari kakek wicak..." ucapku, kakek langsung menangis dan memelukku

"dasar, masih saja dia ingat.." ucap kakek, sembari melepas pelukannya

"nek..." ucapku berpindah kedepan nenekku,

Kupeluk tubuh neneku dan ku tempelkan pipi kiriku dan kugerak-gerakan memur, begitu sama halnya ketika pipi kananku menempel di pipi kanan nenek. Nenek langsung memelukku dengan erat. dipandanginya wajahku dan aku tersenyum kepada nenek. Kulihat nenek ifah dan nenek laila.

"oh iya, nenek ikut arya..." ucapku kepada nenek ayu

Ku dudukan nenek ayu dtengah-tengah nenek ifah dan nenek laila. Kurangkulkan tangan nenek ayu dan tangan nenek ayu aku letakan di telinga nenek ifah dan nenek laila satu-satu. Ku genggamkan tangan nenek ayu ke telinga nenek ifah dan nenek laila, sedikit kutarik seperti menjewer. Nenek ifah dan nenek laila seakan teringat sesuatu dan langsung memelukku. ya itu semua salam perpisahan dari mereka, aku dekati dian dan ku duduk disampingnya. Selepasnya kami memulai acara yang tertunda. Berpesta seperti halnya kita tidak pernah berpesta sebelumnya. Senyum ibu,adalah senyum yang sangat lepas sekali begitu pula senyum mereka.

"sini sayang jangan sama arya terus nanti ketularan jeleknya lho" ucap ibu, membuatku terheran-heran

"jangan yan, sini sama budhe ika yang cantik ini saja... biar ketularan cantiknya bu dhe ika" ucap bu dhe

"yeee... cantikan aku kali mbak" jawab ibu, aneh juga melihat ibu lebay seperti ini

"kenapa ar, bingung lihat ibu kamu?" ucap tante ratna, aku mengangguk

"ibu kamu itu dari SMP juga kaya gitu itu... sok cantik, didepan kamu saja sok alim" ucap tante ratna

Aku dan dian berpandangan, lalu melihat ibu...

"apa? Kaget ya?" ucap ibu, kami berdua mengangguk

"aneh" ucap kami berdua

"kalian yang aneh, lagi seneng-seneng kok mala pacaran... kayak ndak pernah pacaran saja hi hi hi... makanya jomblo itu jangan kelamaan sayang" ucap ibu, membuatku serasa tertimpa beba 100 Kg

"Ibuuuu... kenapa jadi... ibu aneh ah!" teriakku

Semua orang yang melihat tertawa terbahak-bahak. Jelas saja, cara bicara ibu sangat berbeda dan malah sekarang mengejek kejombloanku dulu. Ugh... dian tampak tertawa, dan ikut masuk dalam gerombolan para wanita yang menyudutkan aku. Belum lagi ada rani dan eri, hadeeeeh... pesta kehancuranku....

---

"ssst..." ucap mama diah membangunkan aku yang mencoba tidur sedari tadi tapi tetap saja tak bisa tidur

"mama... kok belum tidur" ucapku

"mama sudah tidur, Cuma terjaga saja dan lihat kamu belum tidur.... sana" ucap mama diah menyuruhku keluar

"eh, maksudnya?" ucapku

"masmu tidur di ruang tamu, tapi jangan keras-keras ya, ntar pada bangun" ucap mama diah

"tapi ma..." ucapku

"sudah sana cepetan... mama tidur sendiri saja ndak papa. Yang lain paling tidur dilantai atas, yang cewek dikamar tante ratna dan yang cowok di kamar pak dhe andi, tapi masmu tadi tidur di ruang tamu... sudah sana cepetan" ucap mama diah

"eh, anu itu..." ucapku yang langsung didorong mama diah

Mau tidak mau aku keluar dari kamar, ruang keluarga tampak sepi. Klek, pintu kamar tertutup dan kunci menggantung, segera aku kunci sesuai perintah mama. Aku melangkah menuju ruang tamu, kulihat mas-ku tertidur dengan pulasnya. Aku dekati dan kubangunkan...

"ugh... ad.. mmmppph..." ucap mas arya yang kututup mulutnya

"ssst... diam..." ucapku dan langsung aku buka mulutnya dan kucium

"ade kok ada disini?" ucapnya berbisik

"kangen... pengen mainan mmmpphh" ucapku langsung mencium bibirnya, kekasihku mencoba untuk berontak tapi aku menahannya untuk mengikuti permainanku

Ciumanku kemudian turun ke leher kekasihku, turun semakin turun. Setiap kali mas mencoba untuk mencegahku aku selalu menapiknya dengan tangaku. Celananya aku lorotkan dan aku kini bersimpuh dibawahnya, kulihat "itu" yang menakutkanku tapi kangen.

"ade... ugh... mmmhhh... pelan... mmmhh" kulihat mas menikmati tetapi kepalanya selalu menoleh ke arah ruang keluarga takut ada orang

Kepalaku maju mundur, entah kenapa aku menyukai memainkan penis kekasihku ini. kujilati setiap sentimeter batangnya, kumainkan lidah dikepala penis mas. Dia mencoba melenguh tapi tetap ditahan, aku terus melakukan aktifitkasku. Aku tidak bisa tidur, entah kenapa setelah bertemu dengannya aku tidak bisa tidur sendiri. bibirku melahap kembali batang penisnya dan langsung menyedot dengan kuat penis itu.

"mas mau... erghhh keluar..." racaunya

Dan kepalaku ditahan mas, aku terdiam ku tahan nafasku. Kurasakan semburan cairan panas muncrat didalam mulutku. Kulepas penis mas arya secara perlahan-lahan dan langsung aku menelan spermanya.

"ade... nekat banget..." bisiknya

"habis kangen banget sama mas..." ucapku. Kuusap mulutku dengan menggunakan kaosnya, aku berdiri dan mengecup keningnya.

"ade bobo dulu ya masku sayang" ucapku, mas hanya melihatku sesaat

Aku kemudian melangkah menuju kamar kembali, tiba-tiba kurasakan pelukan kerasa diperutku. Aku dipeluk dan kemudian ditarik kebelakang. Aku dipeluk dari belakang.

"mas pengen banget de..." bisiknya membuatku terkejut

"eh... tapi mas, nanti kedengeran dari..." ucapku terhenti, terkejut karena mas sudah menurunkan celana pendekku sekaligus celana dalamku, membuatku membungkuk dan kedua tanganku bertumpu pada sofa

"ade sudah basah..." ucapnya

"eghh... mas besok saj... erghhh... jelas basah tadi kan ade mainin punya mas" ucapku

"Awmmmmmmmpphhh...." aku terkejut ketika batang mas arya masuk secara tiba-tiba

"pelannh mas sakithhh... ughhh...." bisikku

Pelan, aku rasakan batang besar yang baru saja aku mainkan masuk ke dalam liang vaginaku. Walau sudah basah oleh cairan tetap terasa sedikit sesak pada vaginaku, aku memejamkan mata dan menutup mulutku dengan tanganku. Kedua tangnya meremas payudaraku yang masih terbungkus tangtop. Penisnya kurasakan mulai keluar masuk di vaginaku, aku merintih tertahan suaraku tak berani aku lepaskan. Semakin lama semakin cepat goyangan pinggul mas arya, remasannya pada payudarak semakin keras. Aku sendiri hanya bisa berdiri dan merasakan perih kenikmatan di vaginaku.

"mas mau keluar..." ucapnya

"adeh jugah..." ucapku

Croot crooot crooot crooot crooot crooot

Tubuhnya memeluku, kedua lututku lemas sudah tidak bisa lagi menahan tubuhku dan ambruk ke sofa. Tubuhku mengejang beberapa kali, kami beristirahat dan mengatur nafas kami berdua. Setelah beberapa saat, tubuhku ditarik hingga aku terduduk miring dan mas arya ada dibelakangku. Aku rasakan elusan-elusan lembut di payudaraku, naik keleher dan ciuman-ciuman pada tengkuk leherku. Aku merasa nyaman ketika tangan kanannya memeluk lembut perutku dan tangan kirinya mengelus-elus rambutku. Dibalikannya tubuhku dan bibirku diciumnya dengan lembut. Wajahku dielus dengan ujung-ujung jarinya.

"terima kasih ya sayang" ucapnya

"dasar ndak bisa tahan.." ucapku berbisik

Setelah kemesraan itu aku pakai kembali celana dalamku dan pastinya ada sisa sperma yang menetes. Aku kecup keningnya sebelum aku tinggalkan sendiri diruang tamu. Terasa sakit bagian bahu kananku ketika melakukan gaya anjing tadi. Aku kemudian kembali ke kamar mama diah dan langsung menuju ke kamar mandi. Setelah nya aku tertidur lagi...

"sudah?" ucap mama diah tiba-tiba

"eh..." aku malu

"sini mama peluk" ucapnya, aku tertidur dalam pelukan mama baruku

Setelah pertemuan keluarga ini, aku dan dian mengambil mobil yang berada di rumah dimana ibu dian disekap. Disana ada anton danenggotanya yang lain. Setelah mengobrol sebentar, semua barang dian sudah bisa di ambil begitu pula dengan barang-barang tante wardani. Rumah itu kemudian di sita, disana aku juga bertemu dengan pak koco dan tante wardani yang datang kemudian. Kini mereka berdua telah bersatu, bersama kembali dan tinggal di perumahan kakek. Begitu pula dengan nenek ifah dan nenek laila, mereka tinggal di salah satu rumah di perumahan yang dekat dengan rumamh kakek. 

Rumahku? Ibu telah menjualnya dan uang yang dulu pernah aku ambil dari tabungan ayahku aku berikan ke desa banyu biru dan banyu abang. Yang kelas desa itu berubah nama menjadi Desa Mahesawati dan Desa wicaksana, kedua desa itu dihubungkan sebuah jalan yang diberi nama Arya.
Ibu kini tinggal bersama kakek dan nenek, sebenarnya ada satu rumah disamping rumah kakek dan nenek untuk ibu, ibu menerimanya tapi nanti kalau bayinya lahir, untuk eri dia menemani ibu. Rani juga telah disediakan rumah didekat kakek dan nenek. Akhirnya untuk tetap menjaga keluarga ini menjadi satu, kakek wardi dan nenek umi juga tinggal diperumahan yang sama dengan kakek dan nenek begitupula pak dhe andi dan budhe ika, tante ratna dan om andra. Hanya aku dan dian yang tinggal di perumahan ELITE. Oia perumahan ELITE adalah usaha dari kakek tian yang kemudian ditangani oleh nenek ayu, sekarang sudah diberikan kembali ke neek ifah dan laia untuk mengelolanya karena memang belum sepenuhnya selesai pembangunannya. Banyak yang memesan rumah diperumahan itu.

Setelah semua kembali normal, aku kembali menjadi mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhirku. Aku tinggal bersama dian dan merawatnya hingga tangannya bisa sembuh total. Kamu tahu wanita ini selallu membuatku bingung dan horni sendiri ketika harus melayani semua kemanjaanya. Dari mandi, berganti pakaian hingga makan semua harus dilayani bak ratu. Satu menit saja aku telat datang ketika dian memanggilku, pasti ngambeknya setengah mati. 

“yang ayo bobo” ucapnya ketika aku masih duduk bersila mengoreksi tugas akhirku didepan laptop yang aku letakan di atas meja kecil. Aku berada di ruang keluarga rumah dian, dibelakangku terdapat sofa

“nanti dulu sayang, ini mas lagi buat tugas akhir ntar dimarahi sama dosen mas gimana? Ntar ndak selesai-selesai lho” ucapku

“ya, udah tidur saja sama tugas akhirmu itu! huh!” ucapnya dudu di sofa dan merebahkan tubuhnya, televisi dinyalakan dengan suara keras

“adeeee... mas kan lagi buat tugas akhir, bisa mas cepet kerja” ucapku, langsung televisi dimatikan

Aku kembali bergelut dengan tugas akhirku, yang dimana dia sendiri adalah dosenku. Tiba-tiba saja dia berdiri diantara laptop dan aku. Kulihat keatas wajahnya terlihat sekali ngambek, matanya juga sudah 0,5 watt.

“sebentar lagi kurang sedikit” ucapku

Hanya diam dan kemudian duduk dipangkuanku, kakiku aku buka, tubuhnya masuk dalam pelukanku. Seperti anak kecilyang dipeluk orang tuanya, satu tanganku memeluknya dan satu tanganku mengotak-ati laptop. Selang beberapa jam aku telah selesai dan dian sudah tertidur, aku angkat tubuhnya dan aku rebahkan di tempat tidur. Ku bereskan semua pekerjaanku. Esok hari dian sudah mulai kembali ke kampus jadi aku bisa bimbingan dengannya. Aneh bukan? Seharusnya aku bisa bimbingan dengannya di rumah tapi dia tidak mau sama sekali. “urusan kampus ya kampus, urusa rumah ya mas ngurusi ade weeeek” begitu katanya.

Pagi hari aku terbangun teat pukul 04:30 pagi. Tak kudapati dian dalam pelukanku, hanya guling dan bantal yang menemaniku.

“mandi dulu sana mas” ucap dian yang keluar dari kamar mandi dalam kamarnya

“oaaam... iya sebentar” ucapku

“mau kemana?” ucapnya

“mandi” balasku

“di kamar mandi sini saja kenapa? kaya orang bertamu saja” ucapnya, aku hanya tersenyum kulewati dian sambil aku kecup pipinya

Kamar mandi luas, dengan tempat berendam. Segera aku mandi dan bersiap untuk kekampus walaupun waktu masih lama. Setelahnya kusiapkan semua yang perlu aku bawa ke kampus.

“maem dulu mas” ucapnya

“iya” ucapku, kuambil satu piring penuh nasi dan lauk pauk hasil masaknya

“aaa...” ucapku

Begitulah ketika pagi, aku menjadi seorang kakak baginya yang selalu memanjakannya. Matahari mulai terbit dan dian sudah rapi dengan seragam dinasnya. Dia kemudian pamit untuk berangkat terlebih dahulu. Tepat pukul 08:00 aku mendapat BBM

(aneh manggil namaku)

(eh, aduh....)

Benar-benar aneh ini pacar...

Pukul 14:00
Aku sudah berada di tempat duduk jurusan menunggu kedatangan dosenku yang judesnya minta ampun ini. Gedung jurusan sangat sepi, kampus juga sepi jika sudah memasuki jam 2 siang seperti ini. jarang sekali ada kegiatand di dalam gedung jurusan.

“sudah lama ar” ucap dian

“sudah de..” ucapku

“de? Siapa itu?” ucapnya

“eh maaf bu, salah ucap. Ibu mirip sekali dengan pacar saya” ucapku santai, mungkin dia ingin menjaa keprofesionalannya

“ya sudah, kita ke ruangan saya” ucap bu dian, aku melangkah mengiktui wanita yang sudah aku nikmati tubuhnya ini

“silahkan duduk” lanjtunya

“mana tugas akhirmu” ucapnya, segera aku serahkan tugas akhir yang telah aku buat

Setiap lembar dibukanya dengan sangat teliti, mencari mana yang harus diperbaiki atau tidak. Aku melihatnya tampak begitu anggun ketika membaca tugas akhirku. Tapi tiba-tiba saja ada yang aneh, bukannya tadi pagi dia pakai baju berkancing kenapa sekarang dalamannya adalah tang-top putih? 

“okay sudah, kamu hanya perlu perbaiki ini, hanya beberapa kesalaha tulis dari tugas akhirmu” ucapnya

“iya bu terima kasih banyak” ucapku

“hmmm... tugas akhir kamu itu kayaknya hmmm... kelihatanya kamu tidak bisa lulus akhir tahun ini” ucapnya tiba-tiba

“eh, kenapa bisa begitu? Katanya hanya kesalahan tulis saja, ade itu bagaimana to?” ucap nyeplos begitu saja

“ade? ade siapa??” ucapnya membuatku bingung

“eh... maaf...” aku hanya menunduk

“aku bisa bantu kamu menyelesaiakn tugas akhirmua, tapi ada syaratnya... kamu mau?” ucapnya, aku hanya mengangguk bodoh

“oke...” ucapnya beranjak dari tempat duduknya, dan mengunci pintu ruangannya. Roknya kenapa jadi pendek sekali?

Bu Dian kemudian bejalan kearahku dan duduk dimeja tepat didepanku, kursiku didorong kebelakang oleh kakinya. Kaki kanannya kini berada tepat ditengah pahaku. Dengan bersandar pada lutunya ujung jari tangan kanannnya menaikan daguku. 

“Kalau kamu bisa memuaskan aku sekarang, minggu depan aku akan menandatangani tugas akhir kamu” ucapnya dengan wajah judesnya

“eh tapi bu ini di anu bu aduh... di rumah saja, de eh bu...” ucapku gugup

“mau tidak?” ucapnya sambil melepas blazer yang dikenakanya. Dadanya terbungkus tangtop, membusung dan ah sangat menggairahkan.

“kalau tidak mau, silahkan menjadi mahasiswa abadi” ucapnya, yang kemduain berdiri dihadapanku

“baik..” ucapku pelan

Aku langsung mendorng tubuhnya kembali duduk, aku berdiri dan mencium bibirnya. Bibir kami berpagutan satu sama lain dan saling melumat. Tanganku meremas payudaranya yang kenyal, ku tarik kea tas tangtopnya dan ku buka branya. Segera aku menyusu ke susu indah dosenku ini. 

“erghh... pelan Ar...ahhh ahhh... mmmhhh... mainkan, jilati sayang... mmmhhh...” racaunya

Selang beberapa saat tangan kiriku bergerak menuju selangkangannya masuk ke dalam celana dalam. Jariku mencari butiran kecil yang biasa aku mainkan disana.

“erghh... pela ar... pelanhhhh jangan keras-kerashhh sakit...” racaunya, aku pelankan permainan jariku dan kembali kulumat bibirnya

Aku turun dan ku naikan rok hitam yang hanya menutupi sebagian pahanya. Kutarik celana dalamnya dan ku dudukan bu dian di meja dosen. Aku berlutut dan mulai mengocok sekaligus menjilati klitorisnya. 

“arghh... enak banget mas... ade suka... terus dijilati yah terushhh sayang... mmmphhh... enak bangethhh... kocok lebih keras lagi... ah ah ah...” racaunya yang keceplosan

“keluarhhh ah aku keluar yah... aaaaaaaaaaarghh... egh egh egh” aku diam sesaat ketika dia berkata keluar, tubuhnya mengejang beberapa kali dan membuatku semakin bernafsu kepadanya

Bu dian memandangku dengan wajah kepuasannya, didorongnya aku hingga aku terduduk. Bu dian kini turun dengan tubuhnya sedikit mengejang. Celanaku ditarik dan hingga dedek arya tersenyum bengis kepadanya. 

“oh kontolmu sama besarnya dengan pacarku ar, tapi kita lihat apa punyamu bisa lebih hebat dari pacarku” ucapnya, hadeeeh pacar kamu itu ya aku bu hadeeeeh...

Langsung bu dian menjilati bagian bawah buah zakarku, benar-benar sensasi yang berbeda aku rasakan dari persetubuhan ini. aku melihatnya bukan sebagai pacar tapi sebagai dosenku. Jilatanya naik kejung dedek arya membuatku merinding sendiri. menggelinjang nikmat sekali. Tepat di ujung dedek arya mulutnya langsung melahap habis dedek arya.

“ahh bu, ibu pintar sekali, pasti pacar ibu selalu ahhh puas dengan permainan ibun ohhh...” racauku mengikuti permainannya

“mmmpphhh...” hanya itu jawaban bu dian yang mengocok dedek arya dengan mulutnya

“terus bu sedot yang kuat jilati seperti ibu menjilati kontol pacar ibu.. ough nikmat sekali..” racauku dengan senyum lebar dibibirku

Aku sudah tidak tahan segera aku tarik tubuhnya dan kududukan. Ku dekatkan dedek arya ke vaginanya, kedua tangannya berada dipundakku. Aku kembali mencium bibirnya yang manis itu, kulumat sembari memajukan dedek arya masuk ke dalam vaginanya. 

“mmmppphhh.. pelanhhhhmmppphh...” rintihnya

Kedua tangannya memegang bahuku dan kedua tanganku sibuk meremas susunya. kumainkan pentil susunya ku pencet dan kutarik membuatnya menggelinjang nikmat. Tak tahan dengan perlakuanku akhirnya bu dian melepaskan ciumannya dan merintih.

“aryahh.... ah mas... ade mau keluar... ah ah ah... terus lebih keras lagi massshhhh aaaaahhhh...” racaunya dan kuhentakan lebih dalam lagi dedek arya ketika aku merasakan vaginanya mencengkram dedek arya

Kulumat kembali bibirnya dengan tubuh yang masih mengejang merasakan orgasme. Selang beberapa saat, aku didornhingga duduk dan terlepas dedek arya. kakinya membuka, tangannya mengarahkan dedek arya ke vaginanya.

“arghh dalam sekali ar, sama persis dengan pacarkuwhh... owh....emmmhh... enak tidak ar vagina dosen kamu ini?” ucap nya

“nikmat bu sama nikmatnya dengan pacarku...” ucapku

Tubuhnya bergoyang seperti seorang COWGIRL yang menunggangi banteng. Tubuhnya tidak beraturan rambutnya mulai acak-acakan.

“remas susuku ar... mainkan suusku... owhhh penismu dalam sekali masuk... ahhhh pintu rahimku arhhhhh... enak sekali owh enak sekali yah ah ah ah...” racaunya

Aku merasakan himpitan daging segar didalam sana pada penisku, aku mulai meremas dan memainkan susunya. dan, akhirnya pertahananku jebol bebarengan dengan tubuh bu dian yag ambruk ke arahku. Sesekali tubuhnya mengejang dan begitupula aku, dalam diam kami beristirahat. Selang beberapa saat tubuhnya turun dari pangkuanku dan beringsut kebawa membersihkan sperma yang tersisa di penisku. Setelahnya dia berdiri dan merapikan rambut serta pakaiannya. Spermaku masih mengalir di pahanya.

“yang jatuh dilantai kamu bersihkan ya, minggu depan bimbingan lagi” ucapnya tanpa melihatku dan langsung beranjak pergi dari ruang dosen

Aku memandangnya dengan senyuman, kuambil tisu yang berada di mejanya dan membersihkan sisa kenikmatan kami berdua yang jatuh dilantai. Kurapikan pakaianku dan kembali menuju rumah dimana aku akan bertemu dengannya lagi sebagai kekasih yang manja. 

Sesampainya dirumah, aku masih sendiri didepan TV dan menunggu kedatangannya. Selang beberapa saat kudenganr deru mobilnya, begitu masuk kerumah kulihat dia masih mengenakan pakaian yang sama di ruang dosen tadi hanya roknya saja yang diganti.

“lama banget? Habis darimana? Katanya pulang jam 3, ini jam 5 lho” ucapku

“tadi habis bimbingan dengan mahasiswa” ucapnya tersenyum kepadaku, aku berdiri dan mendekatinya

“kok baunya mas kenal?” ucapku

“bau apa?” ucapnya

“ade habis ngapain?!” ucapku dengan anda cemburu

“habis... mmmm... main sama mahasiswa ade, ganteng lho mas, dan hot tadi” ucapnya yang langsung masuk ke kamar. aku menyusulnya.

“ade kok tega banget sama mas? Kalau begitu mas akan melakukan hal yang sama seperti ade!” ucapku sok cemburu. Melihatnya melepas semua pakiannya.

“lihat mas, besar lho punya mahasiswaku... emang mas mau main sama siapa?”ucapnya

“dosen mas!” ucapku yang langsung meninggalkannya, aku tersenyum. Ah, ada-ada saja pacarku ini

“maaaaaaaas... mandiin...” ucapnya dari pintu kamar

“ndak mau! Suruh mahasiswanya ade saja” ucapku

“iiih ngambekan! Makanya kalau punya pacar cantik kaya gini itu jangan dianggurin! TA mulu yang digarap!” ucapnya judes, kulirik sedikit dan dia tersenyum kepadaku

Aku tersenyum kepadanya dan aku masuk ke dalam kamar untuk memandikannya. Tubuhnya yang indah kali ini aku basuh dengan lembut, ah, penge banget aku memperkosa dosenku ini.

Malam hari, kupeluk tubuh telanjangnya dengan tubuh telanjangku. Kami tidur untuk menggapai pagi.

“terima kasih buat yang tadi siang” ucapnya tersenyum dengan memejamkan matanya

“sama-sama, terima kasih juga..” ucapku

“Aku mencintaimu..”lanjutku

“aku juga..” jawabnya

---

Hari berlalu bersama dengan kekasihku yang ganteng ini. Tak terhitung aku melakukan persetubuhan dengannya, tapi yang membuatku sangat menyukai kekasihku ini adalah ketika aku mengulum itunya yang besar dan ketika dia memainkan milikku dengan lidahnya. Aku selalu dimanjanya dengan gaya sok dewasanya, tapi memang semakin hari dia semakin terlihat dewasa. Ah, aku saja mungkin yang terlalu egois tidak pernah sama sekali memanjanya. 

Hari ini akan ada rapat jurusan pukul 09:00 hingga selesai biasanya dimulai pukul 09:30 hingga pukul 14:00 dengan jeda pukul 12:00. Aku berangkat seperti biasa pukul 07:30, mencium tangannya, kecupan di bibir dan langsung berangkat meninggalkannya berada dirumah. setelah sampai di gedung jurusan dimana kau bekerja, aku melakukan hal biasa sebelum rapat. Mengobrol dengan era dan beberapa staff lainnya di ruang TU. Sebenarnya tidak begitu penting rapat kali ini karena pada dasarnya semua telah dibahas minggu lalu, ya mungkin untuk menghabiskan anggaran saja. tepat pukul 09:00 beberapa dosen naik ke lantai atas dan ada juga yang langsung izin tidak mengikuti rapat. Aku kembali keruanganku untuk mengambil tas saja, maklum paling hanya dengar-dengar saja di ruang atas. sesampainya di ruanganku betapa terkejutnya aku melihat kekasihku sedang duduk di kursi depan mejaku.

“Lho bukannya jadwal bimbingan besok ar?” ucapku, ingat profesional!

“ndak bu, pengen sekarang” ucapnya

“tapi aku ada rapat? Mau nunggu sampai nanti jam 2–an?” ucapku, tapi kulihat beda diwajahnya tampak sedikit menahan sesuatu

“dosen lain kemana bu?” ucapnya tiba-tiba

“tuh pada naik semua, kosong lantai 2 ar” ucapku, aku duduk sebentar dan kulihat kekasihku berdiri dan menutup pintu dan menguncinya

“eh, kok dikunci? Aku mau rapat lho” ucapku tapi pandangan matanya yang menahan sesuatu membuatku teringat akan malam tadi

“ade, mas pengen banget boleh ya?” ucap masku yang memelukku dibelakangku sambil tiduran di kasur

“gimana ya ndak ah” godaku

“ayolah dek, pliss mas pengen banget ini” ucapnya memohon, aku berbalik dan mencium bibirnya

“maaaaaaas.. besok ya, ade capek banget. Mas kan tahu tadi kalau ade harus ke univ tetangga untuk presentasi penelitian bareng sama erna, pliss besok ya” ucapku memohon karena memang pada dasarnya aku merasakan rasa yang sangat lelah. Sebenarnya mudah bagiku untuk memberikan “prasmanan” kepadanya tapi aku tidak tega kalau aku hanya diam saja.

“yaaah... iya deh...” ucapnya tampak kecewa

“bobo yuk mas” ucapku

Hingga akhirnya kita tidut tapi mas tidak mengelus payudaraku, karena mungkin merasa kecewa dengan tanggapanku. Aku tetap memeluknya walaupun aku tahu dia kecewa, maaf ya mas.

Ingatan itu kembali ke dalam pikiranku dan tanpa sadar kekasihku sudah ada disampingku. Aku melihatnya menahan sesuatu yang sudah tidak dapat ditahan lagi. Aku diam, bingung harus bagaimana, kalau saja aku menolaknya dan marah. Aku nanti pasti didiamkan olehnya, ndak mauuuuuuuu.... tiba-tiba saja kedua tanganku di tarik kebelakang olehnya dan diikat di belakang kursi.

“maaf bu, kalau saya kasar... saya sudah tidak tahan, pacar saya sudah dua hari kecapekan” ucapnya, haduuuh benerkan apa dugaanku.

“ta... tapi inikan... aduh mas eh ar... ada dosen diluar sana” ucapku, arya kemudian mendorong kursiku kebelakang, rokku diangkat hingga celana dalamku terlihat

“tadi ibu bilang, semuanya dilantai dua... maaf bu” ucapnya, berlutut dihadapanku dan meanrik celana dalamku hingga lepas

“ar jang ahhhhh... erghhh mmmmppphhh.... erghhh... ahhhh... mmmmppphhh...” racauku tertahan, tak mungkin aku menolaknya aku hanya bisa menahan ketika vaginaku mulai dijilatinya. Ini adalah bagian yang aku suka, benar-benar menyukainya

“ar... aku mohon jangan!” ucapku sedikit keras, arya kemudian menengadah dan memandangku

“terserah ibu mau menyobek Tugas akhirku atau membuangnya” ucapnya

Aku rasakan kembali lidahnya mulai menjulur mejilati vaginaku dari pangkal bawah hinggan ke bagian atas vaginaku. Lidahnya naik turun seperti menjilati es krim dan selalu berhenti di bagian klitorisku. Aku mendesah tertahan tatkala lidahnya mulai liar dan menusuk-nusuk vaginaku. Kedua tanganku yang terikat hanya bisa membuatku menggeser pantatku ke kanan dan kekiri.

“erghh... mas pelanhhhh... pelannhhh jangan dikocok kerashhh ah kerash nanti ada yang dengarhhh...” rintihku mencoba berbisik kepadanya, profesionalku kadang hilang ketika tubuhku sedang di “bajak” oleh kekasihku yang nakal ini

Jari tangannya menyeruak masuuk ke dalam vaginaku dan membuatku sedikit mengangkat pantatku. tapi satu tangannyamenahan pahaku, satut tangannya masih sibuk mengocok vaginaku. Lidahnya terus saja menyedot dan menjilati klitorisku.

“Arghhhhhhhhh.... egh egh egh...” tubuhku mengejang mengalami orgasme, cairanku mengalis dari vaginaku dan langsung di sedot oleh bibirnya.

Setelahnya tanpa memberiku istirahat, arya langsung melumat bibirku. Tangannya meremas payudaraku, satu persatu kancing bajuku dibukanya hingga tangtop didalmnya ditarik keatas. Bra penutup payudaraku ikut ditariknya keatas. Tangannya mulai meremas susuku, aku sudah hanyut dan ciuman dibibirku ku tanggapi dengan lembut.

“Yan...” ucap erna dari balik pintu, terdengan bunyi ketukan beberapa kali dan erna mencoba membuka pintu

“mas berhenti dulu” ucapku, dan arya memandangku dengan tetap meremas susuku

“ada apa er?” ucapku

“ndak ikut rapat kamu? lagian kenapa pintu dikunci segala” ucapnya

“tinggal saja er, sebentar lagi mau ganti baju” ucapku sekenanya

“oalah mbok ya dikamar mandi kenapa, ya sudah aku naik dulu” ucapnya

Ku pandangi lagi wajah penuh nafsu arya, terdengar suara langkah yang mulai menghilang. Tanpa menunggu lama, bibirku dilumatnya kembali dan membuatku kembali terbakar. Ciumannya turun keleherku, lidahnya mulai menjilati dan leher turun hingga bukit kembarku. Lidahnya mulai memainkan puting susuku dan satu tanganya memencet, memilin dan menarik-narik pting susuku.

“arghh... pelannhhhh mmmhh... mashhhh ahhhh yah terush mas terushh...” ucapku

Secara bergantian terus menerus, hingga wajahnya melihatkan kepuasan memainkan susuku. Dia kini membuka celananya dan mengeluarkan sesuatu yang aku takutkan dan aku sukai. Dengan berdiri, penisnya tepat berada dibawah mulutku, kepalaku kemudian di dorong dengan pelan agar segera menikmati penisnya. Mulutku langsung terbuka untuk melahap penis besarnya. Kepalaku ditariknya maju mundur, ah, kekasihku ini ingin memperkosa pacarnya sendiri. dasar!

“ah, bu dian enak banget mulutmu bu... oh... kontolku enak banget bu didalam mulut kamu” ucapnya, kasar banget sih ngomongnya, uuuuh!

“ayo bu terus bu lumat sampai habis kontolku bu arghh... yah bu terus terus... mmmmhhh” ucapnya dengan suara pelannya

Tangannya terus membimbing kepalaku maju mundur tapi kemudian tanpa panduan tangnnya itu kepalaku aku gerakan lebih cepat. mengulum, menyedot batang kejantanan miliknya yang juga milikku ini. akan aku puaskan batang ini, selang beberapa saat kepalku ditariknya dan dilepaskannya kulumanku. 

“bu, aku ingin memasuki vagina ibu, boleh ya bu? Semalam aku tidak diberi sama pacarku bu” ucapnya, aku tidak menjawab hanya menggigit bibir bawahku saja dan memandangnya penuh dnegan hasrat ingin merasakan orgasme untuk kedua kalinya

Tubuhku ditarik maju sedikit, pahaku dibuka lebar. Aku semakin menggigit bibir bawahku, selalu aku ingat penis yang masuk kedalam vaginaku ini adalah penis yang pasti membuatku kesakitan dulu. Perlahan arya memasukan penisnya, kepala penisnya membuka pintu sempit itu. aku sempatmeringis kesakitan tapi ekspresiku itu tidak membuatnya berhenti tetap mendorong dan mendrong masuk hingga semuanya amblas tertelan oleh vaginaku.

“owh bu... didalam enak bangeth buh oh. Yah ah ah “ racaunya mengocok penisnya ke dala vaginaku

“mmmpphhh... pelanhhh mashhh erghhh...” aku sudah tidak bisa menolak, aku sudah tidak peduli jika aku ketahuan, masa bodoh! Pacarku harus aku puaskan!

Tangan kanannya bergerak memainkan puting susuku sebelah kanan, sedangkan tangan kirinya bermain-main di kliitorisku. Aku membungkuk di kursiku, sakit punggungku tapi aku tahan. Semakin lama pompaan pinggul arya semakin cepat, semakin liar. 

“vagina ibu memang enak banget, sama persis dengan pacarku bu... arghh... enak bangeth bu enak bangeth... arghh... aku ingin didalam terushhh ah ah...” racaunya

“ergh... mmppph ergh mmpphh mpph mpphh mmpphh” hanya itu yang keluar dari mulutku selain tak ingin suaraku terlalu keras, tapi suara arya terlalu keras juga

aku meraskan tubuhku seperti terkena sengatan ketika goyangan pinggulnya semakin keras. Putingku yang dimainkannya memberiku sebuah sensasi tersendiri apalagi bagian klitorisku juga dimainkannya. Arya selalu tahu yang aku inginkan, selalu paham bagian mana saja yang ingin disentuh olehnya.

“lebih cepathhh... aku hamppphir sampaiihh massshhhh erghhh... terushhh mas lebih cepathhh...” racauku

“ah pasti akan saya buat ibu merasakan kenikmatanhhh... aku juga hampir sampaih buh owhhh vaginamu benar-benar nikmath...” ucapnya, dan...

Croot croot croot croot croot 

Aku rasakan spermanya keluar, bersamaan dengan orgasmeku. Aku mengejang tubuhku tak mampu melengking dikarenakan posisiku yang memebungkuk. Kurasakan cairan hangat itu menembak beberapa kali didalam vaginaku. Kedua tangannya bertumpu pada sandaran kursi, tubuhnya membungkuk memandangku. Daguku diangkatnya dengan salah satu tangannya dan didaratkan ciuman di bibirku. Aku balas ciumannya, inilah yang selalu membuatku nyaman. Tak pernah dia langsung meninggalkan aku setelah menikmati tubuhku. Elusan lembut pada kepalaku semakin membuatku selalu jatuh dalam pelukannnya. Setelah puas berciuman dan memanjakan aku, diambil tisu dan sisa sperma yang mengalir dari vaginaku dilapnya. Di tariknya tubuhk hingga aku duduk sempurna, dirapikan lagi semua pakaianku dengan senyumannya. Kulihat itunya masih tetap berdiri, ah, aku merasa bersalah. Dibukannya ikatanku, dan sebuah pelukan mendarat di ditubuhku.

“maaf ya...” ucapnya

“asal mas senang...” ucapku, membalas pelukannya. Batangnya masih tetap berdiri tegak dan semakin membuatku tak enak dengannya. Dikecupnya bibirku, dan kemudian dia pamit melangkah keluar.

“besok tidak usah bimbingan lagi, langsung daftar ujian saja ar ” ucapku dengan nafas sedikit tidak teratur

“eh, iya bu...” tubuhnya berbalik dan membungkuk kearahku, aku tersenyum kepadanya.

Arya kemudian keluar dari ruanganku, tali yang dibuatnya untuk mengikat tanganku masih melingkar disalah satu tanganku. Aku tersenyum memandang tali itu, karena tali itu adalah tali Bra-ku. Dasar ada-ada saja kekasihku ini. 

Segera aku beranjak pulang, spermanya aku rasakan mengalir keluar dari vaginaku. Tapi masa bodoh, aku ambil air minum dan sejenak aku meminum segelas air setelah pertarungan ini. 

Segera aku melangkah ke mobilku, terasa spermanya membasahi celana dalamku. Masa bodoh, seandainya saja ada yang mengalir dan mencium baunya. Dengan langkah cepat aku menuju mobilku, ku nyalakan mesin dan berangkat menuju rumah dimana kekasihku sudah menunggu. Sesampainya dirumah kudapati motor Arya sudah di garasi. Dengan langkah lebih cepat aku memasuki rumah, pintu aku tutup dengan masih menggunakan . Arya masih memegang segelas air minum memandangku. Kuambil tali tadi kuperlihatkan, wajahku menunduk.

“lagi...” ucapku lirih

Kletek... terdengr suara gelas yang diletakan, aku masih menunduk dan langkahnya semakin dekat kearahku. Melewatiku dari samping dan kemudian tepat dibelakangku kedua tanganku ditariknya kebelakang, tali yang aku genggam kemudian digunakan lagi untuk mengikat kedua tanganku dibelakang. Tubuhku didorongnya dengan pelan hingga menyetuh tembok. Kedua tangannya bergerak kedepan dan membuka blazzerku hingga kebelakang, begitu pula dengan bajuku ditariknya dan dibuka dengan kasar hingga kancing bajuku terlepas semua. Tank-top puithku ditarik ke atas dan braku pun bernasib sama. Tangannya meremas susuku sembari mendorongku hingga menempel di tembok. Tangannya memainkan puting susuku yang tergenceti ditembok. Pipi kananku menempel ditembok dan hanya bisa menahan nikmat dan sedikit ketakutan.

“punish me dear, punish because last night...” ucapku

“i’ll punish you with my love” ucapnya

Lidahnya menjiliati tengkukku dan bergerak kedepan hingga ke bibirku. Sulit untuk berciuman tapi lidah kami saling bersentuhan. Tubuhk ditariknya kebelakang sedikit agar tangannya bisa menikmati susu dan putingku. Remasan dan permainan memencet dan menarik putingku membuatku mengrenyitkan dahiku. Tak lama tangannya bergerak kebawah, menarik rokku hingga kepinggangku, celana dalamku yang masih basah ditariknya kebawah. Tangannya mulai memainkan bagian sensitifku membuatku menjerit nikmat.

“aarghh... pelan mashhh shhhhhh mmmhhh...” ucapku

“lebih baik tidak melawan...” ucapnya, membuatku semakin ketakutan akan apa yang akan dilakukan oleh kekasihku

Dengan posisi masih menempel ditembok dan memakai sepatu hak tinggi ini. arya kemudian menurunkan celana dalamku hingga terlepas, ditariknya pinggulku sediki kebelakang. Dengan berjongkok dibelakangku aku, dia memasukan jarinya kedalam vaginaku. Kurasakan dua jar masuk bersamaan ke dalam vaginaku. Tanpa berlambat-lambat, dia langsung mengocok dengan sangat cepat di vaginaku

“arghhh.... ahh ahh ahh...” racauku, aku sudah tidak berani melawan lagi hanya menjerit menerima perlakuan darinya

“ayo katakan, jika tak bicara aku akan berhenti” begitu ucapnya, sembari salah satu tangannya meremas lembut susuku

“terus mas... terus... ade mau diapakan sama mas... terus kocok terus hukum ade yang nolakkhhhhh mashhh erghhhh” racauku memohon, kocokan pada vaginaku terasa sangay cepat dan lebih cepat dari sebelumnya

“ah mashhh mashh... ade mauhhh pipis ini beneran pipis... arghh... masshhhh.... aaaaaaahhh egh egh egh” teriakku

Entah kenapa sekarang bukan hanya cairan yang keluar tapi sekarang yang keluar seperti aku pipis tapi aku juga mencapai orgasmeku. Tangannya masih berada didalam, vaginaku dan setelah tuntas, tangannya dikeluarkan dan disodorkan di mulutku. Aku langsung melahapnya, sembari beberapa kali mengejang. Tanpa memberiku istirahat, arya langsung mengeluarkan batang kejantaanya dengan satu tangannya. Dan...

“erghhh.... “ rintihku, diangkatnya kaki kiriku dan dia mulai menggoyang

“ah lebih keras mas...pejuhi seluruh tubuh ade, ade yang menolak mas semalam... ayo mas lebih keras lagi...ade mau mas mejuhi seluruh tubuh ade.... ah ah teruushhhh masshhh ade suka kontol mashh ah ah...” racauku semakin liar

“mas akan pejuhi ade...owh...yah memek ade nikmat, tempik ade sangat nikmat sekali yahhh enak...” racaunya

“ah... kontol mas nikmat, ademau dikontoli mas terushhhh pejuhi seluruh tubuh ade... ade mau dipejuhi seluruh tubuh adeeee... ah... terush mas...” racauku

Setelah lama menggoyang pinggulnya dengan kakiku masih diangkat satu.

“mas deh masu keluar... “ teriakku

“mas jugah...” ucapnya

“sirami tubuh ade dengan pejuh mas... pejuhi adeeeeeeee aaaaaaaaaaaarghhh” teriakku

Tubuku mengejang, kakiku dilepaskannya hingga aku beringsut kebawah. Penisnya terlepas, dan ara masih berdiri, dengan kulirik dia sedang mengocok hingga...

Crooot croot croot croot croot 

Spermanya muncrat ke seluruh tubuhku, wajah, rambutku, bahu pinggang bahkan sisa yang masih menetes dioleskan ke pantatku. dia berlutu mengahadapku, tubuku ditariknya kebelkang hingga aku bersandar di dalam pelukannya. Dielusnya kepalaku, di bersihkannya sperma-sperma itu dengan jarinya dan dimasukan kedalam mulutku. Pelukan mesra nana hangat membuatku semakin hanyut dalam cintanya.

“mas...” ucapku

“hmm...maafin ade ya” ucapku

“maafin mas memperlakukanmu seperti ini” ucapnya

“ndak papa ade seneng kok, asal mas senang...habis ini ade dimandiin sama disuapin ya” ucapku

“pasti sayang...pasti...” ucapnya

“mas imajinasinya aneh-aneh deh, gara-gara videokan..” ucapku

“eh, ndak kok” ucapnya

“ade sudah nonton semua video di sematpon mas” ucapku

“hah?” ucapnya terkejut

“ndak usah malu mas, yang penting mas seneng ade juga seneng. Cup...lakukan semua yang kamu inginkan asal kalau sudah punya momongan jangan sampai ketahuan” ucapku tersenyum

“iya...” ucapnya kembali memelukku, sembari mencium pipiku

“ade mau diikat sampai kapan?” ucapku

“eh, maaf...tapi kayaknya diikat saja deh, kan nanti mandi dimandiin, makan disuapin” godanya

“aaaaa...ndak bisa peluk mas nanti, ndak bisa mainin punya mas, ndak mauuuu...lepasin” mohonku manja

“iya, iya, mandi sekarang?” tanyanya, aku mengangguk tersenyum

Ikatanku dilepas dan aku ditelanjanginya, dibopongnya aku ke kamar mandi. Sembari menunggu bathub penuh dengan air, aku mecium bibirnya dan masih dibopongnya. Selang beberapa saat aku direbahkan di bathub, kulihat lelakiku sedang melepas semua pakaiannya dan kemudian masuk dibelakangku aku dipeluknya.

“mas jahat ternyata ya...” ucapku

“maaf maaf...” ucapnya

“hi hi... mmmmppph....” tawaku kemudian kami berciuman sambil dia meremas lembut payudaraku

“nakal...” ucapku

“bu dosen sih...” ucapnya

“ade pengen berendam dulu, mas nemenin ade ya” ucapku

“pasti...” ucapnya

Tempat berendam ini kemudain menjadi tempatku mandi. Diguyurnya kepalaku dengan air, dikeramasi. Tubuku diangkat hingga dia bisa menyabuni semua tubuhku, dan kemudian direndam lagi. Begitulah hingga aku menunggunya sebentar untuk memberseihkan diri dan dibopongnya menuju kamar. aku benar-benar manja ketika bersamanya, tak mau sedetikpun aku tidak dimanja olehnya. Rambutku dihandukinya, tubuhku, dan dibalutnya tubuhuku dengan handuk.

“yang...” ucapnya

“iya sayaaaang...” ucapku

“seksi banget ya ade kalau Cuma pakai handuk” ucapnya, sambil mengelus gundukan payudaraku

“iya deh, hari ini ade pakai handuk saja bagaimana?” ucapku

“eh jangan handuknya kan basah nanti ade sakit” ucapnya, so swiiiiiit

“oh ya sebentar mas...” ucapku, kemudian berdiri dan mengambil jarik kulilitkan ke tubuhku dengan memperlihatkan sebagian besar payudaraku dengan puting tertutup

“gini?” ucapku dan dia mengangguk, aku langsung membuka tanganku

“maem” ucapku, dia tersenyum dan langsung membopongku

“iih mas mesum, ndak pakai celana” ucapku

“yang lihat juga Cuma kamu sayang” ucapnya pede, sambil membopongku berjalan menuju dapur

“mmm... kalau misal keluar ade boleh tidak memakai pakaian seksi kaya gini” ucpaku

“ndak boleh!” ucapnya tegas dengan mata sedikit mendelik

“eng kalau lihat jangan gitu ade taku, iya ade ndak bakal pakai seksi kalau keluar tapi jangan serem gitu” ucapku

“eh, iya maaf refleks” ucapnya kemudian tersenyum

“nah gitu, tambah ganteng” ucapku

Sesampainya didapur arya eh mas mengambilkan aku sepiring nasi penuh. Dan mulai menyuapiku tapi batangnya yang berdiri membuatku ngeri sendiri.

“mas, pakai celana dulu, ngeri lihatnya” ucapku manja

“eh, iya sebentar ya, tapi a’ dulu” balasnya, dengan secepat kilat mas ke kamar dan kembali sudah memakai celana dalam

Ah, hari ini sangat melelahkan. Setelah ini aku ingin tidur dalam pelukannya, pelukan hangat dan tentunya elusan-eslusan dari ujung-ujung jarinya. Setelahnya aku rebahan di kamar bersama kekasihku dan bercakap-cakap hingga kantuk menyerang kami. aku masuk dalam pelukannya dan pasti aku selalu ingin payudaraku dielusnya. Aku lelah, sangat lelah tapi aku sangat menikmatinya seandainya saja aku masih punya tenaga, aku pasti mau lagi asal dengan kamu iya kamu uuuh jelek!

Malam hari...

“ergh yang pelan dulu yang ehhh... mmm...” ucapku

“maaf sayang, lha pantat ade bikin gemes..” ucapnya

Posisiku menungging, dengan kedua tanganku tertekuk. Payudaraku tergencet oleh tubuhku sendiri, di belakangku ada seorang lelaki yang sedang menyutubuhiku. Pinggulnya bergoyang pelan, pelan, semakin cepat dan membuatku hanya bisa merintih karena nikmat yang aku dapatkan dari laki-laki ini, arya.

“arhhh...ini emmmmh... ayo sayang lebih keras lagi setubuhi anjing betinamu sayang...” racauku yang mulai liar, tubuhnya kemudian membungkuk dan memelukku

“kamu memang yang terindah, aku tidak bisa lepas darimu, cintahhhh aku mencintaimu owh... yah... aku sangat mencintaimu...” ucapnya yang kemudian kembali ke posisinya dan mulai memompa lagi

Kata-katanya, itu hal biasa tapi dalam posisi seperti ini membuatku semakin bertekuk lutut. Ya, kadang beberapa orang lupa mengatakannya walau itu hanya tiga kata tapi efeknya bagiku sangat uuuh.

“ahhh aku juga sayang aku cinta kamu, berikan aku cintamu sayang ayo setubuhi lebih keras lagi... aaah.. tubuhku milikmu, cintaku mi....likhhh ahhhh mu...” racauku

“ya sayang...kamu milikkhhhhku selamannnnnnyaaaahhhhh enak seklai didalam sini ouwhh... yah enak sekali... aku hampir sampai...” racaunya

“aku juga sayang mmmphhh...” racauku

Selang beberapa saat tubuhku kembali mengejang, ceceran air hangat keluar dari vaginaku. Kurasakan beberapa tembakan spermanya berada divaginaku. Aku hanyut, tubuhku lemas. Dipeluknya tubuhuku dan terjatuh ke samping, aku paling suka ketika tangannya mulai mengelus kepalaku. Bibirnya menciumku...

“terima kasih sayangku, aku sangat mencintaimu...” ucapnya,

“he’em...” aku tertunduk dan hanya bisa mengangguk mendengar kata-katanya dan perlakuannya

“cinta kamuuuuuhh... mmmhhhhh cup cup” berkali kali dia mengatakan hal yang sama, bukannya membuatku risih tapi malah ingin selalu dibelai olehnya

Tubuhku berbalik dan memandanya...

“lagiiii...” ucapku manja

“cinta dian selamnya...” ucapnya sembari mengecup keningku, aku masuk ke dalam pelukannya

“aku juga, Cuma kamu...cowok jelek yang bikin aku jatuh cinta” ucapku

“cowok jelek sama cewek judes he he” ucapnya

“eng...” ucapku sembari memukul dadanya

“capekan? Bobo yuk” ucapnya

“he’em” aku langsung berbalik membelakanginya dan tanpa permintaanpun tangannya sudah mengelus lembut payudaraku

“minum apa itu de?” ucapku, d pagi yang cerah memandang wanita yang mengenakan tank-top dan celana dalam. Aku merasa pernah melihat minuma itu, tapi lupa yang jelas beberapa hari ini dian selalu meminumnya

“ramuan” ucapnya sembari meminumnya

“ramuan apa?” ucapku

“dari mamanya mas, biar rapet dan jepit! Biar ini nih ndak kemana-mana” ucapnya sembari membetet hidungku

“auch... sakit tahu...” ucapku menghindar, aku tak memebrikan komentar masalah ramuan itu daripada mengingat yang lalu

“yang... itu tambah gedhe ya?” ucapku

“iiih dasar mesum, pandangannya itu lho mbok yang lain” ucapnya, aku langsung memandang selangkangannya

“iiih... lihatna mesthi dua itu huh” ucapnya lagi sembari menggelembungkan pipinya

“ha ha ha...” hening sesaat, aku pandangi wajahnya yang memerah itu. kembali dia tersenyum dan memandangku

“I Love You” ucapku

“me too aryaaa...” ucapnya

Aku selalu ingin mengajaknya jalan-jalan namun dia selalu menolak. Ya, mungkin memang benar aku masih mahasiswanya dan ditambah lagi aku belum meresmikan hubunganku. Bisa saja semua orang di kampus menilai bahwa aku memnfaatkan kekasihku untuk memberiku nilai bagus. Tak apalah, walau setiap hari aku selalu berada dirumah ini bersamanya. Hingga malam menjelang aku mengajaknya ke danau dan dia bersedia. Aku duduk bersamanya memandang danau yang disana ada sebuah keluara dengan seorang anak kecil sedang menghabiskan malam bersama. aku memandang ke arahnya, pandangannya selalu tertuju pada keluarga kecil itu.

“ada apa yang?” ucapku

“ndak cuma seneng saja lihat mereka, pasti senang sekali wanita itu ya yang?” ucapnya

“eh, iya pasti...” jawabku

“aaaaaaah...” desahnya sembari bersandar di bahuku

“kenapa?” ucapku, dia menengok ke arah wajahku

“ndak papa...” ucapnya

Kudekap tubuhnya yang lembut itu dengan kedua tanganku, sembari mengelus kepalanya. Lama kami terdiam hingga keluarga kecil itu kembali ke rumahnya, kulihat jam di taman menunjukan pukul 21:00, pantas jika mereka pulang. Setelah keadaan sepi, dian bangkit dan berjalan ke arah danau. Perlahan memasuki danau hingga air menenggelamkan lututnya. Aku menyusulnya dan mendekatinya.

“Indah ya mas? Lihat itu bulannya ada dua” ucapnya

“eh, iya ada dua... satu untuk kamu satu untukku” ucapku merayu

“hi hi h isok romantis deh..” ucapnya, aku melihat sebuah guratan mendung di wajahnya. Aku bergerak kebelakangnya dan kupeluk dari belakang

“ada yang kamu pikirkan? Tadi sewaktu berangkat ade senyum-senyum terus” ucapku

“sekarang kan juga senyum mas, yeee mas aja itu yang berlebihan” ucapnya

“tapi senyummu senyum terpaksa yang” ucapku

“eh...” hening sesaat

“katakan padaku apa yang menjadi beban pikiranmu” ucapku

“tidak ada...” ucapnya

“kenapa apakah aku belum mampu untuk mendengarnya? Yakinlah aku pasti mampu” ucapku

Hening... aku peluk tubuhnya semakin erat...

“kapan...” ucapnya pelan

“eh...” aku mendengarnya

“kapan mas mau menikahiku...” ucapnya pelan dan membuat jantungku berdebar dengan kencang. Aku bingung, aku gelisah, bagaimana ini? memang benar jika aku harus menikahinya tapi sekarang aku masih belum mempunyai apa-apa. Jantungku berdebar ketika mengingat kembali pertanyaanya.

“mas...” ucapnya pelan

“eh, secepatnya, yakinlah secepatnya aku akan menikahimu” ucapku

“terima kasih...” jawabnya dengan senyuman walau sebenarnya aku bisa melihat kegelisahan hatinya

“kok diem...” ucapnya

“eh... ndak itu anu... pengen peluk ade saja” ucapku, pikiranku berkecamuk ketika mendengar kata-katanya. Ya, memang benar adanya tidak mungkin selamanya aku hanya berkumpul seperti ini saja. jika terlalu lama pasti dia akan hilang, aku harus secepatnya, secepatnya...

“pulag yuk ade sudah ngantuk banget, habis tadi siang mas ndak ngajakin bobo malah ngajak bercanda mulu sih” ucapnya manja

“iya yuk bobo..” ucapku

Aku dan dian keluar dari danau, ku gandeng tangannya menuju rumah.

“gendong?” ucapku, dia mengangguk. Dan dian langsung naik ke atas punggungku.

Dalam perjalanan pikiranku terus berkecamuk atas pertanyaanya. Aku terus berpikir dan berpikir bagaimana caranya, dia sudah bekerja dan aku belum. Mudah saja bagiku meminta ibu dan keluargaku untuk menikahinya tapi makan apa?

“kenapa mas diam? Jangan dipikirakan yang tadi mas” ucapnya

“eh, tidak yang... Cuma mas kan tahu ade ngantuk jadi ndak mas ajak ngobrol biar bobo” ucapku mengelak

“tidak usah khawatir, selama apapun itu... ade tetap akan menunggu mas, hingga waktu itu datang dan ade bisa memberi keturunan ke mas hoaamm... ade bobo ya mas...” ucapnya membuatku semakin gelisah, aku hanya mengangguk menjawabnya

Dalam langkah menuju ke rumahnya, aku terus berpikir dan berpikir. Langkahku semakin pelan karena ada beban di otakku, ah lebih sulit dari yang aku duga. Hingga tiba dirumah, tubuhnya langsung aku rebahkan di tempat tidur. Nafasnya teratur kulihat wajahnya yang ayu itu pulas dengan tidurnya. Membuat teh tarik dan kemudian duduk dibelakang, menyulut dunhill untuk berpikir sejenak. Apa yang harus aku lakukan? Sebatang, dua btang, tiga batang hingga beberapa batang habis menjadi asap dengan minumanku masih setengah gelas.

“sruurrrrp... lagi mikirin yang tadi ya?” ucap dian tiba-tiba bersandar di pintu

“eh, kapan ade... tidak hanya ingin merokok saja” ucapku, walau sebenarnya ada ketakutan ketika aku ketahuan merokok

“berpikir boleh tapi jangan pernah meninggalkanku tidur sendiri di kamar tanpa minta ijin, aku benci itu” ucapnya

“maaf tidak bilang tadi karena ade tadi sudah bobo” ucapku, mencoba tersenyum dalam kegalauan

“tidak usah dipikirkan... itu hanya intermeso saja kok, tidurlah sudah malam” ucapnya, tanpa nada manja sedikitpun

“aku belum ngantuk... ade tidur dulu saja” ucapku

Dian kemudian duduk di sandaran tangan kursiku, diletakannya gelas yang ditangannya di meja sebelahku. Kemudian dia memeluk leherku...

“aku tidak memaksa dan jangan kamu berpikir terlalu keras, karena aku adalah wanita yang tidak suka diduakan oleh pikiran-pikiran yang ada dalam pikiranmu. Aku tidak akan meninggalkanmu walau kamu belum siap menjadikanku ibu dari anak-anakmu. Aku akan selalu berada disampingmu selalu, tak peduli apakah kamu memiliki pekerjaan atau tidak, asal kamu mau berusaha untuk mencarinya. Dalam otakku, dalam hatiku, dalam diriku, semua berkata hanya kamu yang bisa membahagiakan aku, aku akan selalu menunggumu... yakinla pada diriku, aku tidak akan kemana-mana...” ucapnya di samping telinga kananku

“baiklah jika kamu masih ingin disini, aku akan tidur lebih dahulu. Tapi jangan kamu korbankan kesehatanmu, dan ingat... aku tidak akan kemana-mana, karena aku sudah memiliki tempat yang nyaman disampingmu dan ingatlah hatiku sudah penuh dengan namamu, cup...” ucapnya mengecup pipiku dan kemudain berdiri mengambil gelasnya, melangkah meninggalkan aku

“tugas akhirku tinggal ujian kan?” ucapku

“iya...” balasnya membelakangiku

“boleh aku ujian nanti setelah aku tenang... aku ingin berpikir dulu” ucapku

“kapanpun, aku tunggu dikamar dan jangan lupa mandi atau sikat gigi...” ucapnya mengingatkan aku akan bau rokok

Kini aku sendiri di pekarangan rumahnya, hanya sendiri memandang taman yang remang-remang cahaya lampu. Sebuah dunhill menemaniku lagi dan...

“mbak echa, ya mbak echa dia pernah mengatakan padaku mengenai pekerjaan” bathinku dan langsung berdiri dari tempat duduku

Setelah mendapatkan pemikiran mengenai mbak echa, aku malah bingung sendiri karena hari masih malam. Ingin rasanya segera bergerak tapi tetap saja tidak bisa, akhirnya aku duduk lagi. Ah, sial tapi dian pasti nanti pasang wajah cemburunya. Bagaimana caranya memberi pengertian ya, kalau akhirnya aku bekerja di tempat mbak echa pasti dia akan marah-marah terus setiap harinya. Dan curiga, hadeeeeh... mbak echa, mbak ela, kenapa dulu bisa sampai-sampainya aku main bertiga sama mereka. segera ku beranjak dari tempat ini,membersihkan diri dan masuk ke kamar. kulihat dian sudah tidur memeluk guling, aku rebah dan ku peluk tubuhnya dari belakang.

“sudahkah tenang?” ucapnya

“eh, sedikit...” ucapku terkejut karena dia belum tidur

“jangan terlalu dipikirkan...” ucapnya

“iya...” ucapku, segera tanganku mengelus susunya dari luar tank-topnya. Entah kapan dian berganti pakaian, kupeluk tubuhnya hingga terlelap.

pagi hari...

“yang, aku..” ucapku disela-sela aku menyuapinya, menceritakan ideku. Wajahnya langsung saja cemberut seperti yang aku pikirkan.

“untuk sementara ade, yang penting untuk pegangan dulu nanti baru mencari yang lain” ucapku

“awas kalau macem-macem!” ancamnya

“iya, mas ndak akan macem-macem” ucapku

Setelahnya dian berangkat ke kampus dan aku menghubungi mbak echa. Dengan riang mbak echa mempersilahkan aku untuk ke kantornya. Tak perlu waktu lama, aku langsung menuju ke tempat dimana aku PKL dulu bahkan satpamnya saja masih ingat denganku. Langsung aku menuju ke ruang mbak echa, tapi sebelumnya aku menyapa adik-adikku dan mbak ela di laboratorium. Setibanya aku diruang mbak echa, mbak echa senyum-senyum sendiri.

“eh, papah... mau bertiga lagi ndak nih?”ucapnya

“mbak sudah deh, aku kesini untuk meanyakan pekerjaan. Aku sudah sama dian” ucapku

“waaaah dah ndak bisa nih ya hi hi hi sudah tenang saja, aku juga ndak bakal mau seandainya kamu datang minta itu lagi hi hi hi, soalnya nih udah gedhe ditambah lagi suamiku juga sudah bisa memuaskan aku sama ela, tapi beda tuh sama yang dibawah, lebih tahan lama yang dibawah itu” ucapnya sambil matanya menunjuk-nunjuk ke arah bawahku

“mbaaaak plis, aku sudah ndak berani mbak. Pasalnya aku sudah cerita semua ke dian” ucapku

“HAH?!” dia terkejut, aku kemudian menceritakannya

“oke.. oke.. tapi dian ndak marah kan sama aku? Soalnya ya gimana gitu, tapi ndak papa, yang penting dian bisa menerimamu. Oh iya, kita lurus-lurus saja, gimana ada yang bisa aku bantu?” ucapnya, kembali aku menceritakan niatku untuk bekerja di tempatnya

“Hmmm... gini ar, sebenarnya aku suka kamu kerja disini tapi godaan harus dihilangkan, aku tambah cinta sama suamiku apalagi kehadiran ela tidak menguranginya. Jadi aku tidak bisa menerimamu, tapi...” ucapnya membuat semangatku runtuh

“tapi apa mbak?” ucapku yang sudah tidak bersemangat lagi, mau bagaimana lagi semua telah terjadi

“semangat dong!” ucapnya

“iya iya semangat” ucapku tersenyum,

“gini, untuk urusan laboratorium, analisa dan lain sebagianya kita butuh bahan dan alat. Selama ini di kota kita ini belum ada penyalurnya, semua perusahaan yang bergerak dalam bidang pangan, pengolahan limbah dan yang berbau kimia mengambil langsung ke ibu kota negara. Mungkin itu bisa kamu manfaatkan menjadi ladang bisnis kamu. bagaimana? Tapi aku tidak tahu jalurnya, cobalah kamu membuat perusahaan sendiri, aku yakin kamu bisa. Dem dian dan demi aku dan ella tentunya, ya ya?” ucapnya

Aku pandang mbak echa, memang ada benarnya juga tapi bagaimana jalurnya aku tidak mengerti. Apalagi harus mendirikan perusahaan sendiri.

“okay mbak, terima kasih untuk sarannya. Akan aku coba untuk berjalan kesana. Kalau begitu, aku pamit dulu mbak” ucapku

“iya papah hi hi hi...” ucapnya

“wedew...” jawabku

Aku pulang, dalam perjalanan pulang membuatku terus berpikir. Masih siang masih ada waktu untuk bergerak, aku berhenti dan menyulut dunhill mildku. Ku buka sematpon dan ku lihat kontak pada sematponku, naik turun dengan sentuhan. Ah, pak dhe andi! Segera aku hubungi pak dhe andi, dan aku disuruhnya menemuinya di kantor. Setibanya dikantor, pak andi menemuiku dan mengajakku makan siang bersama. terjadi percakapan dan aku langsung masuk ke dalam tema.

“okay, bisa! Nanti kita urus, masalah perijinan, bisa kita laluui sesuai prosedur. Tapi yang pertama kita harus ke ibukota negara dulu untuk menjalin kerja sama jika semua sudah klir kita buat perijinan pendirian perusahaan. Setelahnya, kamu jalankan” ucap pak dhe andi

“terima kasih pak dhe, tapi modalnya” ucapku mulai ragu

“ha ha ha... minta saja sama kakek kamu dulu, nanti kalau sudah untung, kamu ganti... atau ibu kamu tuh banyak duit, ndak tahu kan? Itu ibu kamu selalu nabung, dan kakek selalu mengirim uang ke pak dhe, tante ratna, dan ibu kamu, sekalipun kita sudah menikah. Kalau punya pak dhe, ya sudah ditangan bu dhe, tante ratna kayaknya masih banyak juga itu secara andra om kamu itu bayarannya gedhe juga. Ibu kamu, paling banyak karena dia tidak pernah boros dan paling irit sekeluarga” ucapnya

“oke siap! Tapi pinjam kakek saja, kalau ibu keperluan masih banyak” ucapku

“iya... oke, minggu depan kita langsung ke ibu kota” ucap pak dhe

“lha pak dhe ndak kerja?” ucapku

“pak dhe sebenarnya ndak berangkat pun ndak masalah, makanya kamu kuliah yang bener biar nanti kerja kaya pak dhe. Ini paling pak dhe pulang, pacaran sama bu dhe kamu lagi” ucapnya, wah aku benar-benar kagum dengan pak dhe.

Aku pulang dan pada malam harinya aku ceritakan ke dian. dian sangat mendukungku, dan mempersiapkan semua keperluanku berangkat ke ibu kota. Aku tak sabar menunggu hingga esok hari, segera aku peluk tubuhnya agar aku segera terlelap dan menuju pagi.

Kini aku berangkat dengan menggunakan pesawat 007 ke ibu kota negara untuk menjalin kerjasama dengan distributor utama di negara ini. ya maklum bahan seperti itu diproduksi diluar negeri dan di negara ini distributor utamanya ada di ibu kota. Sesampainya disana, aku dan pak dhe mengajukan proposal kerja sama yang dibuat oleh pak dhe. Dengan nama pimpinan perusahaan adalah Arya Mahesa Wicaksono dengan nama perusahaan PT. Anwar Sejahtera. Setelah perbincangan akhirnya proposal langsung diterima karena memang belum ada penyalur dikota kami, sehingga bisa langsung di terima tinggal menunggu aksi.

Sepulang dari ibu kota, selanng beberapa hari pak dhe kemudian mengajakku kesuatu tampat dan menunjukan tempat berdirinya PT itu.

“pak dhe, sejak kapan ada PT Anwar?” ucapku

“sejak kamu bilang kemarin, pak dhe lagsung buat perijinan dan lain sebagainya. Bangunan ini milik kakek kamu, lumayan besar kan. Bagian depan ada kantor, bagian belakang gudang. Anwar itu kepanjangan Ayu dan Warno. Sekarang kamu cari karyawannya ya, pak dhe sampai disini saja. dan ingat buat selebaran untuk promosi ke perusahaan-perusahaan agar mereka tahu kalau perusahaan kamu sudah berdiri, dan kamu pastikan mereka memesan ditempatmu. Tapi yang jelas mereka akan memesan ditempat kamu ar, karena perusahaan utama di ibu kota pasti akan menyarankan pemesanan barang lewat kamu. dah, kamu sekarang bosnya dan ingat Tugas akhir kamu segera ujian, jangan samapai ini perusahaan terbengkalai” ucapnya meninggalkan aku pergi

“oh iya, cek tabunganmu itu modal awal ya, silahkan kerja sendiri, bangkrut ya rrasakan sendiri ha ha ha” ucap pakdhe yang naik mobil sambil tertawa. Dasar ndak ada bedanya sama ibu yang sekarang jadi lebai!

Aku berjongkok melihat gedung kosong yang tak ada seorangpun didalamnya. Gedung yang hanya berlantai dua dengan sebuah gudang berada disamping gedung tersebut memanjang hingga kebelakang. Disamping gedung ini ada beberapa bangunan yang memang digunakan untuk perusahaan-perusahaan lainnya. Bagaimana pembukuannya? Bagaimana cara pesannya? Bagaimana promosinya? Bagaimana gaji karyawannya? bagaimana sirkulasi barangnya? orang gudangnya? terus siapa yang ngantar? Bagaimana dan bagaimana? AKU GILA! Dunhill mana dunhill mildku!

Aduh gila bener ini cewek, pacarnya lagi bingung dia-nya malah enak-enakan pengen hamil. Koplak mungkin juga bisa membantuku, hingga akhinya aku menghubungi beberapa temanku tapi tak ada yang bisa membantu. Koplak saja aku ajak bergabung tetepi tidak berminat karena mereka mempunyai usaha sendiri-sendiri. Pak wan, ya aku harus hubungi pak wan mungkin bisa mencarikan aku tenaga kerja untuk urusan yang berat-berat.

Akhirnya aku memulai membagun perusahaan ini benar-benar dari kosong hingga ada orangnya, dari tak ada kerjaan hingga ada kerjaan. Ada tiga orang yang bekerja di kantor, satu orang perempuan sebagai bendahara, satu orang perempuan yang mengurusi stok/ sirkulasi produk (administrasi barang) dan juga satu orang lagi laki-laki yang sebagai orang yang mengurusi marketing (promosi). Pak wan kemudian membawakan beberapa orang yang akhirnya siap bekerja di gudang, aku mencari lagi seorang sebagai kepala gudang. Masih kurang harus ada bagian marketing untuk pemasaran. Dari semuanya hanya itu yang aku tahu, hingga akhirnya aku berkonsultasi kepada pak dhe andi dan juga om-omku, mereka menyarankanku untuk sementara bagian yang lain aku yang memegang.

Hari demi hari aku dan marketing berputar-putar dari satu perusahaan ke perusahaan lain menawarkan kerjasama. Yang pertama adalah perusahaan dimana mbak echa bekerja, dan jelas dia mau. Mulai dari bahan untuk analisa di laboratorium hingga bahan teknis yang digunakan untuk membuat produk. Kemudian berkembang lagi menjual alat-alat laboratorium dari alat gelas hingga alat analisa yang harganya ratusan juta. Diawal memang sempat ada beberapa karyawanku hendak keluar tapi aku tahan agar mereka mau bertahan dan membangun perusahan ini.

Keuagan masih carut marut tapi dengan bantuan dari keluargaku, terutama ibu aku masih bisa menggaji karyawanku, jujur saja pemasukan masih sedikit. Hingga akhirnya dari perusahaan masuk ke instansi pendidikan negeri maupn swasta. Perjalan membangun perusahaan ini membuatku sering berangkat pagi dan pulang malam. Melupakan sejenak kekasihku ini, walau begitu dia tetap tersenyum karena aku selalu memberinya pengertian bahwa ini untuk masa depan kami berdua. Bahkan untuk berkikuk-kikuk dengannya saja jarang sekali tapi sesekali aku melakukannya untuk melepas penat memberi kehangatan pada dian.

Baru beberapa bulan akhirnya banyak sekali pemesanan bahan dan alat di perusahaanku, dan kini perusahaanku mulai memiliki pemasukan yang lumayan. Tidak hanya di kotaku saja, di daerah tetangga juga memesan ke perusahaan yang aku bangun ini karena biaya pengiriman lebih murah dan harga juga lebih murah. Jelaskan, dari sana aku mendapatkan harga reseller ha ha ha. Perusahaan mulai berkembang dan tapi aku masih tetap berada didalamnya. Karyawanpun tidak perlu menambah karena memang itu sudah cukup menangani pesanan yang membludak. Perusahaan kemudian memperbesar wilayahnya dengan membangun gudang baru khusu alat gelas. Jadi klir.... tak terasa teman-temanku sudah banyak yang ujian dan wisda sedangkan aku belum. Telat satu semester dari target yang seharusnya.

“kamu ndak marah kan sering aku tinggal?” ucapku

“ndak biasa saja” ucapnya sedikit ketus, aku lalu memeluknya

“aku mohon jangan seperti itu, kamu semangatku” ucapku

“iya maaf sayangku, tapi kalau minggu jangan bobo terus... ade kan jarang dimanjain” ucapnya

“habis capek kemarin-kemarin, oia ini perkembangannya kalau ade mau lihat” ucapku sembari memperlihatkan data perusahaan

“ciyeee jadi bos nih ciyeee...” ucapnya

“kamu jadi nyonya bosnya he he he” ucapku

Masih bekerja dilapangan dan didalam perusahaan aku serahkan ke dua orang wanita untuk mengrusi semuanya. Kini bagian marketing juga bertambah satu orang teman kuliahku yang membantuku untuk memasarkan produk ke luar daera yang lainnya. Ketika siang itu, lelah sekali dan aku melewati kampus....

---

“hei yan, makan sianh yuk” ucap erna

“iya, ayuk...” ucapku

Kami berdua langsung berangkat bersama dengan erna ditengah jalan ada felix yang ikut makan siang bersama di warung depan kampus. Sejenak kami menunggu makan siang kami saling mengobrol ngalor ngidul bersama. makanan datang dan kami pun akhirnya makan. Mungkinkarena lapar ya, aku jadi sangat lahap makan.

“eh, yan, ada tamu di bibir kamu” ucap felix

“eh...” aku terkejut

Belum sempat aku membersihkan, tangan felix sudah mengelap bibirku yang ada nasinya. Tapi pandanganku terhenti ke sebuah motor REVO merah, pengemudinya melihatku. Melihat ketika tangan felix menyapu bibirku. Aku terdiam tak sadar aku tidak menghalangi tangan felix.

“sudah yan..” ucap felix tapi mataku masih melihat pengemudi REVO merah itu, karena tak salah lagi itu adalah masku, arya

Aku bingung hendak keluar dan berlari ke arahnya tapi tangannya membuka pertanda melarangku mendekatinya. Dia kemudian menjalankan motornya bersama seseorang yang berada dibelakangnya. Aku bingung, aku tahu dia pasti marah karena yang baru saja terjadi. Segera setelah makan siang tanpa banyak bicara aku kembali ke kampus dan mengajar. Setelahnya aku pulang dan mmenunggunya dirumah. malam pukul 20:00 akhirnya dia pulang dengan waah penuh kelelahan.

“hufth.... tadi capek banget, ada barang yang ketinggalan pas diantar jadi aku sama marketing ikutan ngantar” ucapnya menghempaskan tubuhnya di sofa tepat disampingku, tapi aku tidak mempedulikannya aku ingin bertanya mengenai yang tadi siang

“mas...” ucapku

“ya...” balasnya

“mas marah?” ucapku, dia tersenyum dan tangannya mengucek-ucek kepalaku

“lha tadi sebenarnya bagaimana?”ucapku

“tadi, itu... ada nasi di bibir terus pas mau ade bersihkan felix tiba-tiba yang membersihkannya. Ade ndak sadar karena pas itu ade lihat mas, jadinya ya ade bengong lihat mas dan ndak menghalangi tangan felix, mas jangan marah... besok lagi ade ndak akan ngulangi janji...” ucapku

“he he he... siapa yang marah?” ucapnya, membuatku terkejut

“mas ndak marah?” ucapku menggeleng

“mas ndak cemburu?” ucapku

“cemburu” ucapnya

“tapi kok mas santai saja?” ucapku heran, tubuhku ditarik kedalam pelukannya. Bau keringatnya tercium, bau keringat yang selalu menemani kenikmatanku

“ade pernah bilang kan, dengarkan dulu baru bertindak, mas memang sebenarnya marah tadi tapi ingat kata-kata ade untuk tidak selalu terbawa emosi. Mas yakin tadi waktu ade hendak berdiri mas melarangnya, itu tandanya ada kesalahan dalam penglihatan mas. Jadi mas posthink saja, karena mas tahu... hatimu sudah terisi olehku... cup....” ucapnya mengecup keningku

“makasih mas...” ucapku memeluknya, erat sangat erat...

---

Hari berganti, waktu berlalu. Apa yang aku bangun mulai menuai hasil walaupun tidak sebesar yang dibayanngkan namun masih bisa dikatakan bisa menggaji pegawai. Aku tidak lagi pulang malam, sore sekarang aku sudah bisa berada dirumah menemani kekasihku. Tujuanku hanya satu, memiliki waktu yang lama bersamanya. Kini aku memutuskan untuk segera menuntaskan tugas akhirku, selama aku mengurusi tugas akhirku aku menyerahkan kontrol perusahaa kepada pak dhe andi. Pak dhe menyanggupinya.

“yang ini sudah benar semua kan TA-nya?” ucapku dimalam hari sebelum ujian

“iya sudah benar dan jangan tanya apa pertanyaan besok lho, ndak boleh...” ucapnya

“tenang saja, nanti mas jawab semua kok weeeeek...” ucapku

Hari ujian akhirnya tiba, aku berdiri di depan tiga orang yang sudah sanga aku kenal. Pak felix, bu erna dan bu dian. selama 2 jam aku presentasikan hasil penelitianku selama ini, dengan sangat santai aku mempresentasikannya tanpa beban ditambah lagi didepanku ada orang yang aku sayang itu membuatku sangat bahagia. tanya jawab pun berlangsung dengan sangat alot, tapi aku masih bisa menjawabnya walau ada satu pertanyaan dari bu dian yang tak bisa aku jawab. Hingga akhirnya ujianku selesai...

“okay ar, bagus. Bagiku kamu perfect!” ucap pak felix

“aku setuju dengan kamu lix. Kamu yan?” ucap bu erna

“cukup bagus...” ucap bu dian

“oke ar, silahkan tutup ujian kamu dan segera wisuda” ucap pak felix

“Tunggu sebentar, masih ada satu pertanyaan...” ucap bu dian, semua pandangan tertuju pada bu dian

“tanya apa lagi yan, sudah saja kasihan tuh dah mandi keringat” ucap bu erna

“bentar...”

“kamu siap ar?” ucap bu dian, aku menngangguk

“baiklah...”

“kapan kamu akan menikahiku?” ucap bu dian dihadapan bu erna dan pak felix

“eh, bentar ini ada apa sebenarnya?” ucap bu erna kebingungan

“wow... wow... there is something behind us, erna” ucap pak felix

“secepatnya bu, pasti saya akan menikahi anda tidak lama lagi” ucapku

“okay, aku tunggu... silahkan ditutup” ucap bu dian tanpa mempedulikan pak felix dan bu erna. Aku kemudian menutup ujianku. Dan sebuah tepuk tangan dari pak felix.

“pantas saja aku kalah, sama pendekar kaya kamu. tapi selamat ar, kamu memang pilihan tepat untuk dian” ucap pak felix yang berdiri dan menyalamiku

“bingung dewe (sendiri) aku yan, ternyata kalian jalan dibelakang. Pantes jarang berangkat, ngurusin brondongnya ternyata” ucap bu erna

“tapi selamat ya ar, awas kalau kamu macem-macemin dian” lanjut bu erna

“dia sudah lulus, jadi ndak perlu ada yang disembunyikan” ucap bu dian

Lama kami kemudian mengobrol sebentar di ruang sidang. Pak felix kemudian mengemukakan hiptesisnya tentang aku dan dian, begitu juga bu erna. Mereka juga sangat senang karena dian sebentar lagi melepas lajang tapi kapan itu aku juga belum tahu he he he. Segera aku menyerahkan nilai yang aku dapat ke bagian TU, dibukan disana dan aku menanyakan berapa nilaiku. Pak Felix 90, bu erna 89, dan bu dian 79, aku bertanya-tanya kenapa sesadis itu nilainya ya. sempat aku mampir diwarung dimana dulu aku dan rahman sering nongkrong. Karena penasaran aku bertanya santai dengan maksud sedikit bercanda, toh kalau dirata-rata aku dapat A.

(aku benar-benar bingung, kenapa balasannya malah marah-marah seperti ini? padahal beberapa hari ini aku selalu memanjakannya...)

Aku bingung dengan ini cewek kenapa tiba-tiba marah, ada hal yang aneh apa dari pertanyaaku. Dan kali ini aku benar-benar marah dengannya. Sama sekali bukan jawaban yang aku inginkan, padahal aku Cuma ingin BBM-an dan bercanda dengannya tapi balasannya, HAH! Mending ke wongso main!

---

Kalau mau marah, marah saja paling juga nanti pulang kerumah! Aku tidak peduli, aku Cuma tidak suka saja dia buka-buka amplop nilai. Walau sebenarnya nilainya sama dengan nilai felix, tapi aku tidak mau memberikannya karena jika seperti itu dosen-dosen pasti curiga. Khusus felix dan erna pasti masih bisa menjaga rahasia sampai aku sah, karena tadi setelah ujian aku sudah bilang ke mereka. tapi benar juga ya kenapa harus marah sama mas? Pertanyaannya juga tadi santai, apa aku lagi ndak enak hati? Ndak juga, beberapa hari ini dia selalu membuatku tertawa riang. Ah, ndak papalah paling nanti mas pulang kerumah. Kalau aku ingat ada momen bahagia ketika ujian tadi, dia menjawabnya dengan tatapan yang membuatku yakin akan bersanding dengannya.

Setibanya aku dirumah, rumah tampak sepi kalau seharusnya dia sudah pulang terlebih dahulu karena hari ini ujiand ari jam 9 pagi sampai jam 12 kalau tidak salah tadi. Seharusnya dia sudah pulang, sekarang sudah jam 4 sore. Aku hempaskan tubuhku di sofa, kenapa ya tadi aku marah-marah. Bukannya seharusnya aku tidak marah sama mas? Pertanyaannya juga tadi tidak keras, apa karena aku ketakutan ketahuan oleh dosen yang lain. Tapi beberapa dosen juga sudah ada yang mengetahuinya tapi mereka tetap diam saja. aku tekuk kakiku dan kupeluk, kubenamkan wajahku. Kenapa tadi harus marah? Mungkin nanti dia akan pulang, sudah sore sekali sekarang.

Aku masih duduk disofa menunggu kepulangannya tapi tak ada tanda-tanda dia pulang. Rasa khawatir dan gelisah bercampur aduk membuatku malah semakin jengkel kepadanya. Hanya karena masalah tadi saja dia tidak pulang. Walau sebenarnya yang aneh adalah aku, aku ambil sematpon di tasku dan kulihat tak ada pesan darinya.

“terserah kalau mau marah, marah saja!” bathinku

Aku bersihkan diriku, berganti pakaian dan bersantai. Ku buka kulkas dan makan roti isi coklat kesukaanku. Ku tonton televisi, waktu terus berdetak dan tak ada kabar dari dia. Waktu menunjukan pukul 8 malam tapi tak ada tanda-tanda dia akan pulang. Aku mulai gelisah, dan takut. Biasanya jam segini dia memberi kabar akan pulang seperti ketika dia menjalankan usahanya. Tapi kali ini tak ada kabar sedikitpun darinya. Rasa khawatirku, gelisahku, jengkelku bercampur dengan rasa takut menjadi gunung yang meledak dan langsung aku raih sematponku.

“halo”

“mas kok ndak pulang? Sudah malam! Kalau memang ndak mau pulang, ndak pulang saja sekalian! Pindah rumah kalau perlu!”

“ya, sudah aku pindah rumah. Besok aku kemasi barang-barangku!”

“ya sudah, pindah saja sana!”

“ya sudah, terus ngapain telepon-telepon! ndak perlu telepon kalau mau ngusir!”

“oh begitu ya! kamu itu ditungguin ndak pulang, ditelepon marah, hanya nilai saja mas marah! Kenapa sih ndak bisa mikir dewasa!”

“yang ndak bisa mikir dewasa itu siapa! Tadi juga tanya baik-baik, pengen ngajak bercanda, kamu itu yang tiba-tiba jawabannya ndak enak sama sekali!”

“ooo jadi kamu nyalahin aku, gitu, sudah bagus dikasih nilai, malah nyolot!”

“ya sudah terus ngapain telepon, tinggal kirim pesan, suruh pindah! Gampang kan!”

“oke, pindah saja sana, bye!”

Aku tutup telepon dan langsung menuju kamarku. Aku marah dengannya benar-benar marah, kenapa dia malah marah ketika aku marah. Apakah aku yang terlalu ketakutan? Rasa sayangnya kepadaku tidak perlu di tanya lagi. Benci sekali aku dimarahi seperti ini, benci sekali sangat benci.

Aku tarik selimutku, dan kulihat jam di dindingn menunjukan pukul 9 malam. Tiba-tiba rasa takut menyelimutiku, entah kenapa aku merasa takut. Dulu aku tinggal sendiran, tak ada rasa takur sama sekali tapi setelah dengannya dan kini aku sendiri lagi merasakan takut. Aku duduk dengan kaki aku tekuk dan kupeluk, tiba-tiba air mataku keluar.

“mas pulang mas... ade takuutt hiks hiks hiks” ucapku lirih

I Love the way you love me. Strong and wild. (Eric martin). Ringtone hp. Mama diah.

“halo ma”

“ini arya dirumah kakeknya, ada apa? Kalian lagi marahan?”

“hiks hiks ma, mas arya suruh pulang ma, dian takut sendrian hiks hiks”

“iya, tapi ini aryanya ndak mau diajak bicara mama. Kalian marahan? Kenapa?”

“tadi dian kasih nilai B ke tugas akhirnya, terus mas arya nanya, dian marah-marah sendiri tadi ndak tahu kenapa... terus mas arya ikutan marah hiks hiks maaaa... mas arya suruh pulang, dian beneran takut..”

“iya, iya sebentar ya...”

(kudengar percakapan mama dengan mas arya)

“ar, pulang dian takut itu, kamu jangan marah gitu to kasihan dian”

“endak ya endak! Arya tidur dirumah kakek saja, titik!”

“yan, masmu ndak mau pulang, kamu sendiri dulu ya. kelihatannya dia marah banget, mamam baru kali ini lihat arya marah seperti itu”

“hiks hiks maaaa... tapi dian takut ma”

“iya, mama akan bujuk masmu itu, tapi kalau misal tidak mau, kamu sementara sendiri dulu ya?”

“usahain ma..”

“iya iya sayang...” klek

Aku menunggunya dan menunggunya, aku semakin menangis menyesali marahku hari ini. aku mencoba meneleponnya tapi beberapa kali selalu ditolak oleh mas arya. aku taruh dua guling disamping kanan dan kiriku, dan mulai mencoba tidur. Aku tahu dia sangat marah, dan aku tahu dia pasti tidak mau pulang malam ini.


“mas ndak pengen lihat dalemnya ini” ucapku

“aku masih ingin melihatmu memakai kebaya sayang, kalau bisa setiap hari kamu pakai kebaya seksi yang membuatku ingin menyetubuhimu terus. Bahkan kalau ade mau, ade pakai pakaian-pakaian seksi di dalam rumah ya” ucapnya

“kalau diluar juga pakai seksi?” ucapku

“ndak boleh, kesesksianmu hanya untukku!” ucapnya tegas, kembali aku teringat akan ucapannya di villa, ucapan anakku. Aku tersenyum dan mengangguk pelan. 

Aku ditariknya bangkit dan kemudian, aku disuruh berdiri dihadapannya yang duduk di tepian tempat tidur. Disuruhnya aku menelanjanginya, kulihat dadanya yang bidang dan juga tubuhnya seperti tubuh seorang remaja. Bergantian aku ditelanjanginya, pelan satu persatu kebaya yang aku kenakan lepas dari tubuhku. Langsung dipeluknya aku dan diusap-usapkannya wajahnya ditengah-tengah susuku.

“jelek ya mas?” ucapku

“bagus yang, sangat bagus. Masih kenceng dan bulat yang, besar sekali terus ndakbegitu kendor yang” ucapnya

“hayooo... pernah lihat pasti kok bisa bilang bagus” ucapku

“di video porno yang, tapi mas ndak pernah onani, beneran yakin? Cuma lihat, itu saja...” ucapnya, aku tersenyum mendengar kata-katanya

“mau nambah atau mau bobo?” ucapku

“bobo yuk yang, aku pegen ngeloni teman SMA-ku yang galak ini” ucapnya, aku mengangguk sudah tak mau aku mengatakan jelek, walau ada sedikit rambut putih di kepalanya tetap saja kelihatan ganteng. Kurasakan tubuhnyamasiih menyisakan ke keuatan masa mudanya, kekar dan hangat. Aku nyaman berada dalam pelukannya, sangat nyaman sekali.

Aku rebah dan menghadap kearahnya, kepalanya disangga oleh tangan kirinya dan tangan kanannya mengelus kepalaku, lengan, susu hingga pinggangku. Kadang dengan gemas dia meremas pantatku. aku semakin memasukan tubuhku ke dalam tubuhnya, hangat sangat hangat ditambah lagi tangannya berpindah dipunggungku dan mendorongnya semakin dekat dengannya. 

Hari-hari berikutnya aku menempati rumah yang sudah disediakan untukku. Eri, langsung meminta untuk tinggal bersama dengan kakek dan nenek, seakan tahu kalau dia ada dirumah pasti akan membuat kekakuan. Sebenarnya aku menolak tapi eri, berbisik “sudah ma, eri juga sadar kok kalau mama juga pengen malam pertama terus. Secara, dia yang mama cintai”. Aku tersenyum ketika mendengarnya, kini aku tinggal bersama mas ariya suamiku. Tapi beberapa hari mas tidak menyentuhku, yang jelas aku tahu dia sedang menonton video saat aku ingin menonton bersamanya dia melarangku. Persis.. persis dengan arya, walau aku sudah pernah menontonnya diam-diam. Dan sangat berbeda dengan pernikahanku dulu, kalau dulu aku sering ditinggal sana-sini karena pekerjaan yang ndak jelas. Sekarang malah pekerjaannya sering ditinggal, setelah aku tanyai, dia hanya menjawab “Mas kesana cuma ngecek, paling 1-2 jam, setelah itu mereka bisa jalan sendiri, sekarang aku tidak ingin jauh darimu sampai akhir hayatku, aku tidak akan kemana-mana, aku akan menetap disini sekarang”. Aku tersenyum mendengarnya, betapa bahagiannya aku selalu ditemani orang yang aku cintai. Laki-laki yang dulu aku benci karena mengalahkan rankingku tapi didalam beci ada benih cinta kepadanya, buktinya dia hilang aku juga sempat kecewa walau tak ada satupun orang yang tahu bahkan ibuku sendiri.

“yang, boleh minta sesuatu ndak??” ucapnya

“coba yang pakai BH yang modelnya kaya gini terus celana dalamnya seperti ini, sayang mau?” ucapnya, aku mengangguk melihat gambar di sematponnya. Dia langsung mengambil sesuatu dan menyerahkannya kepadaku

“Lho mas sudah beli to?” ucapku, dia menceritakan kalau waktu pulang mampir ke toko pakaian dalam

“ndak malu” ucapku

“ndak, ngapain malu wong beli buat istrinya” ucapnya

“sebentar ya sayang, ade boboin dulu marta terus itu pintu gerbang sama pintu depan dikunci” ucapku

Bra hitam, yang membuat susu besarku semakin membusung dan juga celana dalam yang hanya menutupi bagian vaginaku serta bagian belakang benar-benar mengekspose pantatku, sama sekali tidak tertutupi. Mas yang masuk ke dalam rumah melihatku, tanpa berlama-lama langsung dia melepas semua pakaiannnya. Penisnya tegang mengarah kearahku.

“marta bobo yang lama ya sayang, ibu sibuk, ayah kamu nih pengen terus” ucapku berlutut didepan penisnya, walau marta didalam kamar

“gimana ndak pengen? Punya istri secantik dan seseksi kamu... dijaga lho sayang buat aku saja” ucapnya aku mengangguk

“ayo sayang, kamu benar-benar seksi, kapan-kapan mas mau perkosa kamu ya sayang” ucapnya

“perkosa boleh, tapi ndak boleh kasar-kasar lho” ucapku dia mengangguk

Tanpa berlama-lama aku langsung menjilati bagian bawah zakarnya dan ke atas hingga ke ujung penisnya. Aku ulangi berulang-ulang hingga kukulum penisnya yang besar ini. kepalaku maju mundur, tangannya mengelus kepalaku.

“ah, sudah sayang nanti keluar... “ ucapnya menarikku keatas dan langsung melumat bibirku

Tangannya tak tinggal diam, meremas dan memainkan susuku, bra ku dilepasnya dan putingku dipencet dan ditarik. Susuku keluar sedikit demi sedikit. Membuatku mendesah geli, tanganku masih aktif mengocok penisnya. Puas dengan berdiri, suamiku menyuruh menungging di atas sofa. dia kemudian berlutut di belakangku, celana dalamku digeser dan lidahnya mulai menjilati vaginaku. Memang masih belum sempurna tapi sudah membuatku mabuk kepayang.

“ah, sayang itilnya juga dijilat sayanng... ughhh nah gitu sayang, kocok dengan jari juga sayang” ucapku

“ah, kamu ternyata liar juga ya sayangku” ucapnya

“liarku untukmu... arghhh yah syaang... mmmmhhhh” ucapku

“harus kamu hanya untuku slurrrppp dan aku untukmuhh sluuuurp” ucapnya

Kocokannya semakin deras menghujam vaginaku dan aku semakin mendesah keras. Semakin keras dan semakin keras hingga aku keluar dan orgasme untuk pertama kalinya dengan jari-jarinya. Aku pipis, air mengucur dari vaginaku. Dia berdiri dan memelukku, mencium tengkuk leherku.

“sudah gede kok pipis sembarangan” ucapnya, aku menoleh kebelakang dan melihatany tersenyum puas, tangannya meremas pantatku

“mashhhh masukin masshhh ade sudah ndak tahan... masukin kontol masshhh...” ucapku memohon

“ini sayang...” ucapnya, dengan bantuan tanganku dari belakang penisnya masuk sempurna kedalam vaginaku

Aku tersentak dan membuatku menengadahkan kepalaku ke atas. sensasi yang benar-benar membuatku semakin liar dan tak terkendali. Aku kembali dimana masa arya memperlakukanku, bayangan akan anakku terus muncul namun semakin lama semakin tergerus berganti dengan suami baruku ini. hantaman penisnya membuatku semakin menggila, aku mekenguh, merintih, mendesah. Didalam rumah dimana hanya aku dan suamiku yang sedang sibuk mengejar kenikmatan. 

“mmmhhhh erghhh arhhhh yahhh engghhhhhh mmmhhhh...” desahku tak mampu berkata-kata lagi akan kenikmatan yang aku rasakan

“ah sayang, enak sekali... aku ingin setiap hari...” ucapnya

“mmmhhh akuhhh jugahhh sayanghhhh... ehhhh” balasku

Tubuhku mengejang, mas ariya berhenti sejenak mengetahui aku telah sampai pada puncak kenikmatanku. Aku rubuh di atas sofa seperti anjing yang sedang tertidur, tubuhku kemudian dibaliknya dan tanpa berlama-lama vaginaku ditnacap kembali dengan panisnya. Mulutnya menyusu kepadaku, pinggulnya terus bergoyang. 

“terushhh mashhh ade, nikmat sekali masshhhh mimi susu yang banyakhhhh ekkhhhh” racauku

Tubuhku semakin tak terkendali, hantaman penisnya membuatku mabuk. Kakiku mengapit tubuhnya, memohon kepadanya untuk beristirahat sejenak tapi suamiku terus menghantam kemaluanku ini terus menerus.

“ah mas, aku mau keluar... arghhh...” racauku

“aku juga sayangh kuh....” racaunya

Tubuhku melengking, penisnya menghantam sangat dalam di rahimku. Aku mengejang dan mas ariya memelukku dengan sangat erat. selang beberapa saat aku mendapat perlakuan bak ratu, wajahku diciuminya, kepalaku dielusnya dengan rambutku di mainkan. Bibirnya menciumku, ah benar-benar sesuatu yang tidak pernah aku dapatkan dari suami pertamaku.

“kalau didlaam rumah, pakai pakaian yang mas belikan ya?” ucapnya, dan aku mengangguk

Marta bangun dan aku langsung berlari kerahnya, ku susui marta dimana ada bekas bibir ayahnya. tiba-tiba saja dari belakang, mas ariya memelukku dan mengangkat satu kakiku. Dimasukannya penis itu kembali, oh benar-benar nakal suamiku ini. sususku sedang dikenyot oleh anakku dan vaginaku sedang dihantam oleh penisnya. Aku kembali terkapar, benar-benar berat bagiku tapi aku menikmatinya.

“yang, kamu masih bisa hamil tidak?” ucapnya

“bisa, tapi resikonya besar” ucapku

“aku ingin punya anak dari kamu, buat adik marta juga biar ndak sepi” ucapnya, aku mengangguk

“kasih jarak ya sayang” ucapku

“1 tahun saja ya, ndak papa kan?” ucapnya, aku mengagguk

Hari-hari aku lalaui dengan kebahagiaan sendiri, suamiku tidak pernah yang namannya pulang malam atau bahkan keluar. Hanya keluar dari kamar dan menyuruhku melayaninya, dari memakai pakaian renang, kebaya yang sangat seksi hingga belahan dadaku terlihat sebagian dan ada lagi kadang aku disuruh telanjang setiap hari. Untung saja marta masih kecil dan dia tidak tahu apa-apa. Di dapur, di halaman belakang, di garasi, di dalam mobil, di kamar mandi semua sudut rumah menjadi tempat persetubuhanku.

Pernah suatu ketika aku keluar bersamanya, tanganku digandengnya dengan mesra. Dengan marta dalam gendonganku dan kepalku menyandar pada lengannya. 

“yang kamu ndak malu jalan sama mas?” ucapnya, aku tarik tangnnya dan berhenti sejenak

“kenapa harus malu?” ucapku

“aku kan sudah tua, ndak ganteng, lihat aku sudah keriput dibandingkan kamu masih saja terlihat seperti anak SMA” ucapnya

“baguslah kalau begitu kan mas? Mas kelihatan tua dan jelek” ucapku tersenyum

“lho kok gitu jawabnya?” ucapnya

“itu tandanya yang mau sama mas cuma aku, dan syukur deh kalau jelek ndak ada yang lirik mas” ucapku

“terus kalau kamu masih cantik, banyak dong yang nglirik kamu, huh” ucapnya

“makannya, sembunyiin dong istrik cantiknya biar ndak dilihat orang...” aku tarik tangannya kebawa dan dia sedikit membungku wajahnya dekat denganku ketika kita berada ditengah-tengah keramaian

“aku bahagia berada disisimu, buat aku senyaman mungkin bersamamu yang, hingga anak cucu kita... hingga kita berhenti bernafas, aku sudah menunggu ini, dan aku tidak peduli berapa mata yang melirikku... karena aku disini untuk menjaga matamu, dan kamu disini untuk melindungiku dari mata-mata itu... aku cinta kamu” ucapku pelan didekat wajahnya

“aku juga sayang...” ucapnya mengecup bibirku, hampir saja kelewatan tapi unntung marta bergerak-gerak dan menyadarkan aku kalau kami berada di keramaian

Aku kadang melamun sendiri dirumah ketika suamiku masih berada dikantor saat pagi hari. Sambil menyusui marta, anakku aku teringat akan semua cerita arya. arya pernah bercerita tentang wanita-wanita yang tidur bersamanya. Dan dari wanita-wanita itu... erlina, kehilangan perawannya di arya, Ajeng juga sama kehilangan perawannya di arya, yang terkahir adalah dian yang sudah jelas dan tidak bisa ditolak sudah kehilangan keperawanannya. Tiga, tiga orang wanita kehilangan keperawanan di anakku, sedangkan aku sendiri. benar sih dapat perjaka mahesa, terus arya, yang ini ketiga ariya suami keduaku. Anaknya dapat tiga, ternyata ibunya juga dapat tiga, ah... aku akan menjalani hidup ini dengan benar tak lagi seperti dulu lagi. Sudah cukup semua kesalahan yang aku perbuat, aku sayang anakku, arya dan marta dan aku mencintaimu suamiku, Ariya.

---

Perusahaanku mulai berkemban dengan pesat, pemesanan beberapa perusahaan dan juga instansi pendidikan sudah mulai menjali kerja sama dengan perusahaanku. Perusahaanku kecil, tidak seperti perusahaan-perusahaan lainnya. Dan kini aku bisa leluasa pulang pergi dari kantor untuk pulang kerumah. Aku bahagia ibu telah menemukan tambatan hatinya, tepat 3 hari sebelum ibu menikah aku di wisuda. Aku kira dian tidak akan datang menemaniku, karena di awal aku hanya melihat ibuku dan ayah baruku walau sebelumnya belum resmi tapi aku menginginkannya. Tapi tak disangka dia menunggu diluar gedung dikarenakan memang hanya orang tua yang boleh masuk ke dalam. Ketika aku keluar, aku langsung disambutnya dengan pelukan dan kecupan pada pipiku, beberapa teman kuliahku tampak sedikit bingung dengan yang terjadi. Walau pada akhirnya mereka tahu, dian adalah pacarku. 

Waktu berjalan aku sudah bisa mengurus perusahaan dengan baik, pernikahan ibu yang telah dilaksanakan membuatku dan dian berjanji untuk tidak melakukan hubungan terlebih dahulu sampai kami menikah. Hanya bermnja-manja saja tapi terkadang aku memintanya walau pada akhirnya berakhir penolakan. Mau tidak mau tanpa sepenetahuannya aku cokli di kamar mandi, ngenes juga rasanya. Setelah melihat perkembangan dari perusahaan ku, aku kemudian mengajak dian menjenguk orang tua dian. 

“Arya, ada apa ini?” ucap pak koco

“main pak, tuh anak bapak juga kangen sama ibunya” ucapku

“iya pa, kangen mama. Mama mana pa?” ucap dian

“tuh...” ucap pak koco

“halo sayaaaaang....” ucap tante wardani

“MAMA?!” teriak dian melihat, aku dan dian terkejut tatkala melihat perut buncit ibunya dian

“ini?” ucap dian

“ndak usah bingung dong sayang, mama lagi pengen dedek bayi, tuh papa kamu katanya pengen nimang bayi lagi” ucap tante war

“tapi kan resiko di usia mama” ucap dian

“sudah, doakan saja semuanya lancar” ucap tante war

Kami berempat kemudian duduuk di ruang tamu, begitu aku langsung menyampaikan niatku.

“gini om, pertama yang silatrahmi, terus yang kedua itu om... boleh ndak saya nikahi dian?” ucapku

“dasar anak muda, ndak boleh!” ucap pak koco

“papa...” ucap dian dan tante wardani bersamaan

“ndak boleh lama-lama maksudnya ha ha ha ha” teriak pak koco, dian kemudian duduk disampingku dan memeluk tanganku

“dasar ndak romantis, ndak kaya ayah kamu huuuu” ucapnya, aku hanya nyengir-nyengir saja tapi dian kemudian memandangku dan tersenyum kepadaku

Kami mengobrol, dan kami bercakap-cakap sejenak. Pak koco menceritakan secara detail pertemuanku dengannya, aku hanyasenyum-senyum sendiri. bahkan tante wardani juga menceritakan pertemuannya denganku tanpa adegan seks tentunya karena tidak mungkin dia menceritakannya ke suaminya. Beliau juga menceritakan tentang kehamilan istrinya memang cukup beresiko tapi mau bagaimana lagi, pak koco memang ingi merasakan mempunyai anak kecil. Setelah cukup lelah, aku memutuskan untuk pulang kerumah walau sebenarnya aku disuruh menginap tapi dian yang malah menolak. Dalam perjalanan pulang dian memelukku dengan sangat erat.

“secepatnya yang, ade dah ndak tahan” ucapnya dibelakangku

“sama...” ucapku

“terima kasih” balasnya

“yang, kalau sudah menikah... mau kan anu itu... eee” ucapku gugup

“apa, nurutin imajinasi mas itu kan? Kaya perkosa dosennya sendiri, main di halaman rumah, di atas meja makan gitu? iiih mesum deh” ucapnya, walau sebenarnya aku telah melakukan semuanya

“kan ndak papa, sama istri sendiri kok weeeeek” ledekku

“makanya cepetan!” paksanya dan memelukku dengan erat

“yang, kenapa to kok kamu pengen cepet banget?” ucapku

“aku pengen beri kamu keturunan yang, pengen nimang dedek bayi kaya mama gendong marta. Sekarang mamaku juga sudah mengandung adikku walau sebenarya resikonya besar, tapi aku yakin mamaku selamat. Aku pengen beri kamu banyak keturunan, sebanya-banyaknya sampai kamu terus berada dirumah mengurus buah hati kita bersama” ucapnya, aku melamun sebentar, banyak anak? Bayanganku melambung tinggi jauh di awan, membuatku mellihat masa depan dimana arghhhh... satu mainan didapur, satu mainan di belakang, satu mainan di garasi, satu mainan di ruang tamu berantakan rumah aaaaaaaaaaaaaaa....

“mas...” ucapnya menyadarkan aku

“eh... iya tapi jangan banyak-banyak yang, ntar kamu ndak ngurusin aku” ucapku

“lha berapa?” ucapnya

“2 atau 3 gitu” ucapku

“ndak mau, lebih dari itu. keluarga kita itu kecil, mamaku mau punya dua, mamamu dua ndak tahu itu nambah lagi atau tidak. Masa kita cuma 2-3, kalah sama papa dan ayah” ejeknya

“hadeeeh... ya deh, terserah kamu. tapi dukung aku kembangkan perusahaan. Buat makan, ya?” ucapku, dia langsung memeluk erat tanpa menjawab pertanyaanku. Cenggur... cenggur... sampai nanti nikah, hadeeeeh... udah bangun ndak bisa keluar ini. maaf ya dedek arya.

“okay kakak... tenang saja bisa tahan kok, tapi jangan cokli kakak. Ndak enak, ha ha ha” ucap dedek arya (tumben dia keluar ngomong)

Kemudian ada pertemuan keluarga antara keluarga diah denganku, semua telah disetujui tanggal pernikahannya. Dalam masa menunggu hari itu, aku disibukkan dengan perusahaanku walau tidak sesibuk di awal dan juga disibukan dengan persiapan pernikahanku. Aku sendiri masih bingung dengan biaya yang wow besarnya. Bagaimanapun aku tetap harus meminta bantuan dari ibu dan ayahku, kalau hanya aku sendiri mana mampu menggelar acara sebesar yang mereka bicarakan. Aku kemudian datang kerumah ibu tanpa sepengetahuan dian.

Tok... tok... tok... 

“bu ini arya...” ucapku dengan suara lantang

“iya sebentar...” teriak ibu dari dalam rumah

“lama banget sih, sebentar apanya kalau begini ini?” bathinku

Kleeek...

“eh, sayang.. masuk, ada apa?” ucap ibuku

“lama benar buka pintunya bu? Lagian kenapa juga dikunci, wong sederet juga rumah saudara semua?” ucapku dengan wajah kesal, masuk kedalam rumah

“siapa yang?” ucap ayahku

“Arya sayang” ucap ibuku

“ciyeee ayang-ayang nih? Apa ndak salah, harusnya eyang-eyangan dong bu” ledekku

“hush... kamu itu, memang kamu saja yang bisa sayang-sayangan sama dian?” ucap ibuku

“wajar dong, masih muda” belaku

“halah... jomblo lama saja dipelihara...” jawab ibuku judes

“Bu tahu ndak?” ucapku

“ibu itu ndak pantes ngomong kaya gitu, image berubah 180 derajat dimataku bu” ucapku

“iya... iya... jomblo! Hi hi hi” jawab ibuku

“tadi kenapa lama?” balasku

“mmmm... sini... ayahmu itu kan ndak pernah dulunya, jadi sekarang habis nikah full time dirumah, paling kelua jam 7 puang jam 12. Habis itu ibu disuruh inilah, itulah, kamu tahu sendirikan, pengantin baru...” bisik ibu, aku langsung tepuk jidat

“alah kaya kamu ndak pernah saja ngrasain” ucap ibu

“ibu, ndak usah diingetin kenapa?” ucapku

“sama dian maksudnya sayang. Oia ibu buatkan minum dulu sayang” ucap ibu, langsung ke akang dan aku duduk diruang tengah

“SHIT! ini bau sperma sama muncratannya ibu, aku masih bisa mengenalinya. Wah... ternyata liar juga ibu dan ayahku” bathinku 

“ada apa nak?” ucap ayahku yang duduk disebelahku

“eh, anu yah itu....” ucapku gugup dan terkejut

“apa? Ngomong dong ngomong...” canda ayahku

“yah, ngomongnya dibelakang yuk yah, sekalian ngrokok” ucapku, ayahku meyetujuinya kami kemudian pindah di halaman belakang

“tapi ayah ndak ngrokok lho, dari dulu ndak ngrokok” ucapnya

“iya, gini yah anu...” ucapku

“ooo.... kebelakang Cuma mau ngrokok! Mas ndak usah ngrokok! Arya, mending kamu matikan atau ibu lapor ke dian!” bentak bu membawakan minuman

“ayolah bu, bingung ini” jawabku

“kalau bingung pegangan!” ucap ibu judes, benar-benar tidak suka aku kalau ibu kaya gitu sebenarnya

“sudah-sudah, ndak papa. Biarkan saja dek, kelihatanya arya memang benar-benar pusing” ucap ayahku

“ya sudah, ada apa?” ucap ibu duduk disamping ayah

“mau minta uang yah, bu” ucapku

“bos kok minta uang” ucap ibu

“ayolah, pernikahan seperti itu butuh banyak bu. Perusahaan saja surplus tapi belum cukup untuk biaya itu. kalau dipakai semua bubar perusahaanku bu” ucapku

“tapi ganti ya?” ucap ibu

“pelit amat jadi orang, dikasih napa” ucapku

“ya, nanti ayah kasih” ucap ayahku

“mas itu ndak boleh, arya itu sudah dikasih banyak kemarin sama ade. masa dikasih lagi, ndak pokoknya dia harus ganti” ucap ibu

“ya... ya... aku ganti... ntar kalau dah untung banyak tuh usahaku” jawabku dengan wajah males, ku minum segelas teh hangat

Ayah setuju, dan harus dikembalikan karena desakan dari ibu. kami kemudian mengobrol tapi jujur saja jadi males ngobrol. Selang beberapa saat, Ayah mendapat telepon dari karyawannya dan sekarang tinggal aku dan ibu.

“ibu, itu malesin sekarang. Punya suami jadi pelit! Kuliah dulu juga arya nyari beasiswa, ndak minta ibu uang saku saja juga kadang-kadang ibu kasih. Dasar ibu pelit, galak! Huh, arya mau pulang” ucapku ngambek

“sayang ndak boleh ngambek gitu dong, kan biar kamu itu mandiri. Kamu itu sukanya marah-marah, huh sama saja de...” ucap ibuku, aku memandang ibu sesaat dan mata kami berpandangan sesaat

“eh sayang, maaf... iya ndak usah diganti...” ucap ibu, aku langsung pergi saja ketika ibu mengingatkan aku kepada ayah biologisku

“ndak, santai saja bu, ntar aku ganti...” ucapku

“sayaaaang, ibu ndak maksud gitu maaf ya sayang ya. ndak usah diganti ndak papa...” ucap ibu

“fyuuuh... tenang saja bu, ntar arya ganti. Cuma buat nembel kekurangan saja kok” ucapku tersenyum

“ya sudah, arya pulang dulu bu” ucapku, ibu mencoba menahanku karena mungkin dia merasa tidak enak denganku atas ucapannya. Aku kemudian pamit ke ayah tanpa memperlihatkan wajah kesalku dan langsung pulang. Selang beberapa hari ketika dikantor ibu meneleponku...

“sayang, ini ayah kamu kamu transfer. Rekening kamu berapa?”

“ndak jadi bu, sudah dapat pinjaman kok tenang saja okay?” (nada tersenyum, dan berbohong)

“kamu masih marah sama ibu?”

“marah kenapa bu? Sudah lupakan saja bu, mau ndak mau sifat pemarahnya memang menurun padaku he he he.... namanya juga sedarah”

“sayaaang jangan marah ya, jangan buat ibu sedih”

“endak bu endak, tenang saja”

“hiks jangan marah to nak...”

“lho bu... arya ndak marah ibuuuu... hadeeeh ibu jangan nangis to, iya nanti aku kirim nomor rekeningku”

“janji, pokoknya jangan marasama ibu... adik kamu masih kecil nanti juga kamu yan bakal didik dia, jadi jangan marah sama ibu ya hiks”

“janji, arya ndak marah kok sama ibu. ibu juga jangan nangis ya”

“ya sudah ibu tunggu no.rekeningnya”

“he’em... bu...”

“iya...”

“kalau habis gituan mbok yaho dibersihkan, bau tahu he he he”

“dasar kamu itu, ndak sempet kamunya aja datang tiba-tiba. Besok lagi kalau mau datang kabar-kabar dulu ya”

“iya ibu...”

Hadeeeh... hampir saja ibu nangis-nangis. Setelahnya aku mendapatkan dana bantuan dari Ibu dan ayahku. Sepulang dari kantor aku langsung menuju kerumah, dian sudah ada dirumah. kami mengobrol sejenak dan aku menceritakan kejadian yang beberapa hari terjadi. 

“mas...” ucapnya

“hmmm...” jawabku

“mas itu kalau marah bikin bingung, jangan sering marah-marah lagi ya. sabar...” ucapnya

“iya, maaf ya...” ucapku dan memeluknya

---

Ah, salahku juga. Apapun yang terjadi dia memang anak dari suami pertamaku dan pasti ada sifat yang menurun darinya ke anakku. Kenapa aku harus mengungkitnya waktu itu, benar-benar bodoh aku ini. untung saja aku tidak merusak kebahagiaanya dengan mulutku yang asal ceplos ini. maafkan ibu nak jika keceplosan, setelah ini ibu akan menjadi ibu yang baik buat kamu. dia adalah masa lalu kita berdua, laki-laki itu sudah tidak akan lagi bisa berjalan di tanah ini dengan leluasa. 

Heri mengatakan kepadaku kalau ada perubahan yang aneh pada tubuh mahesa dan nico. Tubunya bisa digerakan tapi tak bisa senormal biasanya. Sedikit-sedikit langsung lemas, ada kemungkinan arya yang melakukannya. Mungkin karena kebenciannya yang membuat dia melakukannya. Ayah wicaksono dan Ibu Mahesawati, aku tidak tahu apa yang pernah kamu katakan kepada arya tapi anak itu telah tumbuh menjadi lelaki yang sangat dikagumi oleh banyak orang.

---

Hari berganti dan waktupun berlallau. Beberapa anggota koplak sudah menikah mendahuliku, Wongso + asmi, Dewo + Dewi, Aris + Risa, Dira + Eko, Tugiyo + Ana, Udin + Ani, Joko + Ita, Paijo + Falah, Karyo + Yati, Hermawan + ninda, Anton + Anti. Aku datang semua kepesta pernikahannya, menjadi saksi ketika proses ijab dan qabulnya. Selalu aku yang menjadi saksi pernikahan meraka. Tapi hanya satu yang tidak pernah kami semua datangi, dira + eko, entah dmana mereka menikah. Yang jelas setelah mereka melangsungkan pernikahan di luar negeri merek kembali ke negara tercinta ini. ketika kami para koplak dan keluarga koplak, hanya itu saja, datang kerumahnya karena mendengar kabar dira + eko pulang kami semua terkejut. Dira benar-benar berbeda dengan dira sebelumnya, dira memang benar-benar seperti perempuan. aku tarik dira bersama dengan koplak yang lainnya.

“iih ada apa ini? dira ndak mau lho kalau di gang bang” ucap dira

“gundulmu su! Aku mau tanya su, itu kenapa jakun kamu hilang?” ucap wongso

“koyo cewek tenanan kowe su (mirip cewek tenanan kamu njing)” ucap karyo

“iiih... operasi dong, jaman modern” ucap dira, tiba-tiba

“sayang, anaknya nangis dikasih susu dulu sayang” ucap eko, semua yang datang nampak kebingungan

Dira menggendong seorang bayi cewek yang seumuran dengan marta, sedang meminum susu formula yang diberikan dira. Semua keluarga koplak sudah tahu kalau dira itu laki, bukan cewek. Ibu juga sudah memeberitahukan ke ayah sebelum berangkat ke rumah dira.

“itu anak kamu dir?” ucapku, dira mengangguk

“siapa namanya?” ucap tugiyo

“Eldira Estianti Blezinski, panggilannya Eldira hi hi hi” ucap dira

“yaelah, nama artis dibawa-bawa” ucap wongso

“biarin idolaku, emang kenapa? oia... kalian jangan ngomong yang sebenarnya sama eldira, biar aku yang ngomong sama eldira kalausudah besar nanti tentang aku sebenarnya, awas kalau kalian ngomong duluan!” ancam dira

“ndak bakalan kaleee... “ ucap kami bersama


Dira, seorang lelaki ganteng yang pernah aku temui di semak-semak saat itu. kini berubah menjadi seorang perempuan, sudah berkali-kali kami semua menyadarkannya tapi namanya dira tetap saja tidak pernah mau. Dia adalah yang terkuat dari kami semua, tak ada yang berani dengannya apalagi kalau marah. Terkuatnya hilang tersembunyi dibalik kelembutan sifat perempuannya itu, tapi tetap saja kami semua takut. Karyo yang bertubuh besar saja pernah keyok sama dira, dewo, wongso yang lainnya bahkan aku pernah kewalahan ketika dira marah dan mengamuk. Butuh 11 orang koplak menghentikannya, yang terkuat tapi dia yang selalu membuat kami tertawa dan menggoda kami.

“maaaas...” ucap dian didalam kamar, kini dia selalu memakai pakaian lengkap, tidur pun tak mau di elus

“iya...” ucapku

“lama banget” ucapnya

“apanya?” ucapku

“nikahnya” balasnya

“ya kan bulan depan sayang, sabar dong, mas juga sebenarya dah ndak kuat” ucapku

“dira dah punya momongan, kemarin asmi bilang sudah 2 strip, terus risa juga ada juga sih yang belum” ucapnya, aku semakin bingung menghadapi dian

“sabar... “ ucapku memeluknya, dan kuelus kepalanya hingga dia tertidur

Pikiranku melayang menambah beban dalam otakku, semua memang sudah dipersiapkan tapi yang namanya jiwa anak muda pastinya belum begitu siap dengan semua ini. Waktu berganti dengan rintangan akan ngaceng naganggur telah aku lewati. Prosesi pernikahan dari awal hingga akhir telah aku lewati, hanya resepsi yang belum. Satu persatu teman kuliah dan teman SMA-ku datang begitu juga dengan teman sekolah dan kerja dian. Aku memakai pakaian adat yang memeperlihatkan dadaku dan dian memekai pakaian adat yang hanya menutupi sebagian tubuhnya dan berbalut jarik. Aku dan dian mejadi ratu sehari di gedung pernikahan ini. Dan...

“yo yo yo... aryaaaa... akhirnya tidak jomblo ha ha ha” ucap rahman yang menggendong bayi perempuan

“kang? Gila bener! Hamil semua itu?” ucapku

“5 hamil, satu dah jadi nih” ucapnya bersalaman denganku di atas panggung kehormatan

“yang ini???” ucapku

“mama aku bro, kamu diem saja ya bro” bisiknya

“beneran kamu kuat kang?” ucapku

“ya kuatlah, 1 hari 6 wanita, masing-masing 2 ronde. Ha ha ha” ucapnya bangga

“hai ar... akhirnya ndak jomblo juga kamu yah” ucap ana

Satu persatu istri rahman meyalamiku dan berfoto bersama, tampak tante ima juga datang menyalamiku. Selama aku ngobrol lama dengan rahman, tante ima ngobrol bareng dengan ibu dan ayahku.

---

“diyaaaah... muach muach” ucap sahabatku ini, karima, mencium pipi kiri dan kananku, kemudian langsung aku peluk tubuhnya

“wah, jadinya sama ariya nih? Seneng banget tuh diah, dulu sering banget curhat tentang kamu ar” ucap ima

“apaan sih kamu ma, sudah deh” ucapku

“maaf kemarin ndak bisa datang, biasa ngurusi anakku satu-satunya” ucapnya, aku sudah tahu semua kalau dia menjadi bagian dari hidup anaknya

“lha ndak nikah lagi saja ma?” ucap masku

“ndak ah, males ngurus anak saja sama istri-istrinya, tuh besok mau lahiran juga” ucap ima

“oh iya... sekali lagi selamat ya yah, dan ar, jagain tuh diah. Hi hi hi” canda ima

“kamu juga ya selamat dah mau jadi nenek” ucapku

“he’em...” ucapnya

Akul ihat ima kemudian menyalami arya dan diah anakku, tiba-tiba...

“hai tante, aku ajeg temennya arya kalau ini felix temannya dian” ucapnya, dengan perut sedikit membesar

“eh, oh iya, kalian sudah menikah?” ucapku

“sah nya sih sudah, tapi resepsinya nunggu ini lahir dulu” ucap ajeng

“oh iya, ya sudah tuh arya sama dian” ucapku kemudian memandang mereka bergerak menuju arya dan dian

“mamaaaaa...” ucap seorang perempuan, aku seakan tidak asing tapi aku tidak ingat

“eh, iya...” ucapku, kenapa memanggilku mama?

“selamat buat pernikahanya kemarin, maaf tidak bisa datang dan selamat juga adikku sudah menikah sekarang” ucapnya

“oh iya ma, kenalin ini alan mantu mama juga. Maaf kemarin pas nikahan ndak undang-undang habis, mas alan ndak ada liburnya, jadi nikahnya sederhana saja” ucapnya, 

“om, tante. Maaf ya ndak bisa ngundang..” ucap alan

“eh, ndak papa, tapi mama jadi bingung deh” ucapku

“erlina, kakak angkatnya arya, ndak keberatan kan ma?” ucapnya

“oh iya iya... ndak keberatan dong punya anak cewek lagi, sudah empat sama kamu berarti” ucapku

“makasih mama...” ucap erlina dan kemudian melangkah ke arah arya-dian, mereka berenam berfoto bersama. 

Anakku... anakku... kamu foto sama cewek-cewek yang kamu perawani, dasar!

---

“ajeng? lho kok? Pak felix?” aku terkejut ketika melihat ajeng dan pak felix

“felix, kamu itu” ucap istriku dian

“santai yan, sah dulu kok terus baru besar tapi resepsinya nanti setelah lahiran” ucap pak felix

“hadeeeeeh...” ucapku bareng dengan istriku

“selamat yah, besok gantian lho kalau aku resepsi” ucap ajeng dan kami mengangguk

“adikkuuuuuuu...” ucap mbak erlina

“mbakkuuuu...” ucapku menirukan

“kecil-kecil udah nikah ya hi hi hi selamat ya dik, yan..” ucap mbak erlina

“iya mbak sama-sama, lha ini calon suami?” ucap dian setelah memeluk mbak erlina

“suami kaliii, maaf kemarin ndak undang-undang sederhana saja, tapi kalau mau ngado ndak papa sih hi hi hi” ucapnya

“arya, selamat ya?” ucap alan

“eh, mas sama-sama... wah tapi sayang ndak undang-undang” ucapku

Kami berenam kemudian mengobrol bersama, dan berfoto bersama. Aku dicubit oleh dian ketika aku melamun, jelas saja perawan mereka hilang di dedek arya. 

“gila lu kak, foto sama vagina berdarah ha ha ha ha” ucap dedek arya

“diem kamu!” bentakku ke dedek arya

Setelah mereka pergi...

“seneng ya ketemu sama yang dulu... yang dapet pertama kalinya, tiga-tiganya lagi, gitu ya sampe bengong... heghhh...” ucapnya sembari mencubitku

“auchh... sakit cinta...” jawabku

“tapi sekarang kan kamu cintaku” lanjutku

“dasar... cinta....” ucapnya sembari memeluk lenganku



0 komentar: