BAHTERA RUMAH TANGGAKU (DIMAS STORY) # 1

EPISODE 1

“Sinta bangun sayang” kataku sambil mengelus pipi wanita yang telah mengisi hidupku selama 4 tahun ini. Ia tengah terlelap sambil memeluk tubuhku.

Namaku Dimas, seorang pria berumur 28 berwajah biasa saja dengan fisik biasa saja, namun tinggiku sedikit diatas rata rata dengan tinggi badan 1,83 M. Sedang wanita yang sedang menggeliat akibat elusan tanganku pada pipinya adalah sinta seorang wanita cantik dengan tubuh sexy berkulit putih berumur 27 tahun ini adalah istriku.
Parasnya yang cantik selalu menjadi pemandangan awal aku mengisi hari hariku. 

Aku begitu beruntung mendapatkan istri seperti dia yang mau menerima aku yang bisa dibilang bukanlah lelaki tampan, apa lagi kaya karna aku hanyalah lulusan smk dibidang analis kimia dan sempat bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang batubara namun 3 tahun lalu akibat krisis banyak karyawan itu yang dipecat akibat tambang perusahaan itu yang terpaksa ditutup. Membuatku menjadi pengangguran hingga sekarang. Padahal selama aku mengabdi selama 4 tahun sejak aku lulus smk disana, aku telah menjadi seorang supervisor lab namun dengan jabatan yang kupegang akupun tak luput dari pemecatan.
Selama 3 tahun ini sinta bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan dan hasil jerih payahnya menjadi sumber kehidupan kami. Terkadang aku malu pada istriku karna aku yang hanya bisa tinggal dirumah akibat belum ada satu perusahaan pun yang menerima lamaran kerjaku. Mengasuh anak kami yang berumur 2 tahun yang saat ini tengah terlelap di ranjang khususnya terletak disamping tempat tidurku. Dan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

“jam berapa sayang” kata sinta dengan suara parau sambil memandangku sayu
“udah jam 6 sayang bangun gih, keburu jemputan kantor datang kamukan lama mandinya haha” candaku sambil menowel hidung mancungnya
“hihi lama mandikan biar bersih sayang” balasnya sambil tangannya mengelusi pipiku sambil tertawa kecil. “maaf yah sayang semalem aku kecapean jadi nggak bisa menuhin janji buat ngelayanin kamu” sambungnya lagi
“nggak apa kok sayang udah mandi sana”perintahku pada sinta
“kasi aku waktu 20 menit” kata sinta, membuatku sedikit bingung
“maksudnya sayang?” tanyaku
Sinta tak menjawab ia bangkit dan kemudian mencium bibirku. Tangannya memeluk kepalaku sambil jari jarimya bermain dirambutku
“hweh awasw twelat nwantwi muach muach’” kataku disaat kami berciuman ingin ku melepaskan diri. Namun sinta menahan kepalaku

Dengan perlahan sinta menidurkan tubuhku yang tengah duduk setengah berbaring di ranjang. Ia kemudian menaiki tubuhku dan menindihnya, mulutnya kini asik menciumi dan menjilati leherku membuatku menggelinjang geli. Ia lalu bangkit menduduki selangkanganku. Membuka gaun tidur transparannya dengan menariknya keatas. Saat tangannya ia angkat keatas terpampanglah ketiak mulusnya. Dengan tersenyum nakal ia menggodaku dengan meremas payudara bercup 34 bnya.

Ia ternyata tidur hanya memakai celana dalam dibalik gaun tidurnya. Tangannya lalu mengelus pelan dadaku yang sedikit kurus terus naik keleherku. Ia lalu menurunkan tubuhnya menjilati putingku. Sinta memang selalu lebih dominan saat kami bercinta. Inipun kuketahui saat malam pertama kami. Ia adalah type wanita yang sangat agresif dan liar saat berhubungan badan.

Aku kemudian membalikan badan membuatnya terjatuh di sisi kananku, giliranku kini yang menindih tubuhnya. Kedua bukit kembarnya mulai kukerjai. Sebelah kanan kuremas sedangkan yang sebelah kanan aku isap. Karna sinta kini telah berhasil membangkitkan nafsuku

“sshh ahh,uuhh”, sinta mendesis menahan nikmat yang kuberikan pada payudaranya
Tanganku kemudian mengelusi perutnya lalu turun menuju sela sela pahanya, tepat di depan mulut miss v nya yang masih tertutupi celana dalam merah . dapat kurasakan celana dalamnya mulai sedikit basah akibat vagina sinta yang mulai lembab. Kumasukkan tanganku kedalam celana dalamnya dan mulai mengelusi vaginanya mengikuti garis bibir kemaluannya.
“aghh ahh” desah sinta saat jari tengahku mulai kucolokkan masuk kedalam vaginanya, mengorek ngorek dan mengocoknya dengan perlahan, tangan sinta tak tinggal diam masuk kedalam balik celana kolorku, berusaha menggapai penisku yang berukuran standar 14 cm yang sudah mulai ereksi sejak bangun tidur tadi.

Aku kemudian menarik turun celana dalamnya berusaha melepaskan pembungkus liang senggama istriku itu, genggaman tangan sinta pada batang penisku terlepas karna aku bergerak turun menjauhi jangkauan tangannya sambil menarik celana dalamnya
Setelah terlepas akupun mulai membuka lebar kedua kaki sinta dan duduk diantara 2 kakinya, ia mengangkang membentuk huruf M, aku kemudian menundukkan kepalaku dan mulai menjilati vagina istriku

“ahh jilat sayang , terus iyahh ituuhh itilnya juga uuhh” erang sinta saat lidahku secara liar mulai menjilati kemaluannya hingga ke klitorisnya yang mulai membengkak dan membesar. Tangan sinta ,meremas remas rambutku pahanya mulai bergerak mencoba menjepit kepalaku. Tak lama kemudian kurasakan cairan vagina sinta makin banyak merembes keluar, pahanya menjepit kepalaku dan pinggulnya terangkat keatas. Nampaknya sinta sudah mendapatkan klimaksnya.

Setelah pahanya tak lagi menjepit kepalaku. Aku menarik diri sambil berusaha mencari udara segar, akibat kesusahan bernapas tadi. Sinta memandangiku dan memberikanku isyarat untuk berbaring disampingnya. Ia lalu bangkit dan menarik celana kolorku dengan sekali hentakan. Penisku langsung mengacung tepat dibawah wajahnya. Ia kemudian menggenggamnya dan mulai mengocok secara perlahan membuatku sedikit menggelinjang
Sinta lalu memasukkan penisku kedalam mulutnya, menjilati kepala tongkolku. Harus kuakui sinta sangat lihai dalam mengoral penisku, terkadang ia melahapnya hingga mentok, terkadang hanya menjilati kepalanya sambil mengocok batangnya. Hanya sebentar dia mempermainkan penisku dengan tangan dan lidahnya. Ia lalu setengah berdiri bertumpu pada lututnya mengangkangi tubuhku. Ia menggenggam penisku, mengarahkannya ke liang senggamanya.
“blessh” akhirnya kemaluan kami menyatu. Sinta secara perlahan mulai menaik turunkan badannya diatas selangkanganku. Kepalanya mendongak keatas, tangannya bertumpu pada dadaku. Tanganku pun tak tinggal diam meremas bukit kembarnya

“ahhh uuhh” desah sinta
“ouughh enak sekali memekmu sayang” kataku
“uhh ahhh sshhh kontolmu enak juga kok say ahh sshh” ucapnya sambil menaikkan tempo genjotannya

Aku terkadang meraba bongkahan pantat istriku yang bulat ini, lekuk tubuhnya benar benar bagai bidadari, pantas saja terkadang teman teman smaku yang kadang mampir kerumah begitu mengagumi bentuk tubuh istriku ini. Aku tau karna terkadang mereka memandangi sinta seperti menelanjanginya.
“oughh ahhh ahhh” erangan sinta makin terdengar keras akibat iya yang melonjak lonjak diatas selangkanganku, memberi rasa nikmat pada batangku yang keluar masuk di vaginanya
“uuh pelan pelan sayangg ahh nanti nina uhh bangunn, ah” kataku memperingatkan sinta agar memelankan suaranya takut anakku terbangun karena suaranya
Sinta kemudian memutar badannya membelakangiku sambil tetap penisku menancap pada tubuhnya. Ia kemudian secara cepat menggoyang pinngulnya terkadang naik turun terkadang bergoyang kedepan dan belakang. Aku yang gemas kemudian bangkit memeluknya dari belakang sambil meremas payudaranya. Rambutnya kusampirkan kekiri. Kunikmat tiap genjotan sinta sambil memejamkan mata. Selang tak lama kurasakan laharku akan keluar, dinding vagina sinta kurasakan juga mulai berkontraksi meremas penisku.
“ahh aku mau keluaarr sayangg” erangku
“barengan sayang uuhh oughh” kata sinta
“ahhh keluarr saayanngg” teriakku
“uuhhhhhh sshhh” hanya itu yang keluar dari mulut sinta
“crott croott” beberapa kali aku menembakkan sperma sambil mengejat ejat menumbuki pantat sinta yang telah berhenti bergerak diatasku. Kepalaku kusandarkan pada lehernya, sembari mengatur nafasku yang terengah engah

Saat aku menarik kembali kepalaku yang bersandar ada hal aneh yang kulihat di tengkuk sinta seperti bekas memerah akibat gigitan serangga, atau seperti bekas cupangan yang terlihat sedikit samar. Baru saja aku ingin menanyakannya sinta sudah bangkit dan segera turun dari ranjang, meraih handuknya dan menuju kamar mandi. Kutengok jam memang sudah hampir jam setengah tujuh. Aku kemudian bangkit meraih tisu yang ada diatas meja dan membersihkan penisku. Kemudian memakai celana kolorku.Aku kemudian segera menuju dapur lalu mulai memasak nasi goreng untuk sarapan aku dan sinta

Tak sampai 20 menit nasi goreng buatanku pun sudah jadi dan sudah kuhidangkan diatas meja makan. Sembari menunggu sinta aku kemudian membuat kopi dan menyalakan sebatang rokok, selang 20 menit istrikupun datang memakai kemeja putih, blazzer hitam dengan rok span ketat yang menutupi setengah pahanya. Riasan wajahnya makin mempercantik istriku rambutnya ia biarkan tergerai di punggungnya

“lama amat sih sayang mandinya” tegurku sembari menghembuskan asap rokok dari mulutku
“ihh kan harus bersih, aduh ngerokok lagi masih pagi pagi juga ih” kata sinta sambil mengibas ibaskan tangannya mencoba menghalau asap rokokku yang akan menerpa wajahnya
“heheh iya deh aku matiin cerewet amat ini nyonya “ kataku sambil tersenyum jahil. “udah makan dulu tuh sebelum pak karto datang slurrpp”. Himbauku pada sinta sambil mulai menyeruput kopiku
Pak karto ada supir kantor yang ditugaskan oleh pak hendra, bos sinta untuk mengantarkan dan menjemput istriku dari rumah. Awalnya aku menyarankan agar sinta menolak namun setelah kupikirkan lagi. Yang kami punyai hanyalah sebuah motor matic yang kadang kupakai untuk keperluan seperti kepasar. Dengan terpaksa aku membiarkan saja dia diantar jemput seperti
Sinta kemudian lahap memakan nasi goreng buatanku, ia kemudian memandangiku lalu menyodorkan sendok yang dipegangnya padaku membuatku mengernitkan dahi.
“kenapa?” tanyaku singkat
“cuaappin” jawabnya manja. Aku sambil tertawa kecil menyuapi sinta

Tak lama kemudian makanan sinta sudah habis. Terdengar suara klakson mobil sebanyak 2 kali di depan rumah sederhana kami. Sinta kemudian menengok jam tangannya dan menarik tanganku menuju keruang tamu. Sinta kemudian sibuk memakai sepatu high heelsnya sementara aku berusaha memakai bajuku yang semalam kusampirkan di kursi ruang tamu akibat kegerahan menunggui sinta pulang kerja.

Aku lalu keluar duluan dari rumah. Kulihat seorang pria tua berumur 50an tengah merokok sambil bersandar di badan mobil aku kemudian berjalan menuju kearahnya setelah memakai sendalku. Saat aku menengok ke sebelah kiri yaitu rumah tetanggaku yang berbatasan dengan rumahku terpisahkan dengan hanya barisan papan yang cukup rendah dan juga tanaman tanaman yang tumbuh disana kulihat indah tetanggaku wanita berparas cantik berjilbab mengantarkan suaminya yang bekerja sebagai seorang security. Saat indah menyodorkan tangan untuk menyalami suaminya namun suaminya pergi begitu saja tak menyambut tangan istrinya dan segera menaiki motor besarnya. Kulihat indah hanya tersenyum kecut ketika ia memandangku dan kubalas dengan senyum kecil. Lalu ia masuk kembali kerumahnya.

“eh pak dimas, ibu sintanya udah siapkan pak” sapa pak karto padaku
“udah tuh nggak tau ngapain didalam” kataku sambil meraih rokok dan korek di saku celana kolorku lalu membakarnya sebatang

Tak kusadari sinta telah berada di belakangku berdiri menjinjing tas nya. Ialu tersenyum ke pak karto. Dapat kulihat tatapan mata pak karto berubah memandangi istriku dari atas kebawah dan sedikit meneguk ludah
“ehhm pak” tegurku
“eh iya ayo bu nanti telat” ajak pak karto sambil membukakan pintu belakang.
“ya sudah hati hati yah sinta” kataku sambil mencium kening istriku lalu beranjak masuk kerumah. Aku kemudian segera mengecek anakku nina aku kira dia sudah terbangun dari tidurnya namun ternyata tidak. Aku kemudian berjalan kedapur. Dan membereskan meja makan. Setelah itu aku lalu menuju kembali keluar rumah bermaksud untuk menyapu teras. Namun saat aku keluar kulihat mobil sedan yang menjemput istriku masih ada. Aku kemudian mencoba kembali mendekati mobil itu saat aku sudah hampir dekat mobil itu bergoyang goyang sebentar lalu berhenti. Aku kemudian mengetok pintu supir. Agak lama pak karto membuka kaca jendela mobil apa lagi kaca mobil dilapisi dengan kertas film yang membuatku tak bisa melihat kedalam. Kulihat sinta duduk di samping pak karto padahal setahuku tadi sinta duduk di belakang.

“eh kenapa belum berangkat pak” tanyaku sambil memandangi sinta yang sedikit memperbaiki rambutnya
“anu pak dimas mobilnya tadi mogok” kata pak karto gugup
“loh sini saya periksa pak,” jawabku
“eh nggak usah pak saya coba starter lagi” kata karto sambil mencoba menyalakan mesin mobilnya
”brrruumm brruummm” suara deru mesin mobil itu. Mereka kemudian berpamitan kembali padaku dan mulai menjalankan mobilnya. Ditengah kebimbangan akupun kembali menuju rumahku dan mulai menjalankan aktivitasku sebagai bapak rumah tangga

EPISODE 2

“hoaammm” aku menguap akibat rasa kantuk dan bosan. Hari ini adalah hari minggu tepat 4 hari setelah peristiwa “mobil mogok” itu. Aku tengah duduk merokok diteras di siang hari yang cukup panas ini, sementara istriku didalam tengah menidurkan anakku nina. Tak berapa lama sebuah becak melintas membawa seorang wanita cantik berjilbab dan berhenti tepat di samping rumahku. Ternyata indah baru saja dari pasar, nampak cukup banyak belanjaan yang diturunkan oleh tukang becak itu dari atas becaknya dan menaruhnya tepat di depan gerbang rumah itu dimana indah tengah berdiri setelah turun dari becak itu. Situkang becak nampaknya buru buru karena ia menurunkan belanjaan itu begitu saja dan pergi setelah indah memberikannya sejumlah uang untuk ongkos becaknya. Karena iba akupun segera mendatangi indah dengan berjalan menuju luar rumahku dan menuju rumah indah.

“sini abang bantu dek”,kataku pada indah sambil berusaha mengangkat sebuah karung berisi beras.
“udah bang nggak usah ada mas andi kok didalem indah bangunin aja dia buat bantuin ngangkat ini semua” kata indah padaku sambil berusaha menahanku.
“udah nggak apa kasian si andi juga palingan molor kan?,udah sini saya bantuin”, kataku yang sudah memikul karung beras yang cukup berat itu dibahuku, sementara indah membawa sebuah kantong plastik besar dan juga satu krak telor dan juga beberapa plastik kecil berisi ikan dan sayuran.
“aduh jadi ngerepotin gini bang”, kata indah saat kami sudah berada di dapur rumahnya.
“hehe nggak apa dik, itung itung bantu tetangga” kataku yang kemudian duduk di kursi meja makan di rumahnya yang sama sederhananya dengan rumahku.
“ya udah bentar yah bang, indah bikin kopi”, kata indah padaku. ingin ku menahannya namun ia sudah terlanjur menyendoki kopi yang tersimpan di dalam toples. Setelah membuatkanku kopi, ia kemudian membereskan belanjaanya dan dimasukkan kedalam lemari. Rupamya isi kantong belanjaan itu ialah beberapa macam bahan bahan untuk membuat kue. Ia juga memasukkan ikan dan sayuran tadi kedalam kulkas. Setelah itu ia membasuh tangannya, membuat teh lalu duduk di kursi yang berseberangan dengan tempatku duduk sambil meminum tehnya.

Indah seorang wanita berusia 23 tahun adalah istri andi, mereka sudah bertetangga denganku sejak 2 tahun yang lalu sejak mereka menikah, wanita dengan wajah khas keturunan arab ini begitu cantik hidungnya mancung, berbibir tipis dan beralis tebal. Jujur saat pertama kali melihatnya akupun sampai terpana karna keelokan parasnya ini. Sikapnya begitu ramah dan santun, juga dengan dirinya yang selalu berbusana muslimah begitu menarik perhatianku. Aku tak tahu bagaimana lekuk tubuhnya karna cara berpakaiannya itu.

“kak sinta adakan bang”, kata indah yang mengaggetkan ku yang sedang menatap wajahnya.
“uhuk, uhuk” ada kok dek” kataku sambil terbatuk batuk
“eh abang kenapa, pelan pelan aja minumnya” kata indah sambil tersenyum, sungguh cantik
“hehhe nggak apa kok dek, oh iya kok banyak amat belanjaannya”.
“oh hihi. Itu sebenarnya indah pengen buatin kue ke suami soalnya hari ini mas andi ulang tahun, mumpung hari ini hari minggu dan mas andi lagi libur, indah pengen ngerayain berdua, nggak salahkan bang indah nyenengin suami”.
“ya nggak dong malah bagus”, kataku.
Tak lama kemudian andi suami indah datang dan segera mencuci wajahnya di wastafel dan menyeruput teh milik indah. Lalu duduk di samping indah dan merangkulnya
“udah lama lu dim” kata andi padaku. dapat kulihat tatapan mata andi sangat sinis padaku. mungkin karena cemburu aku berbincang dengan istrinya
“hehe nggak sih, ini juga baru mau pamit. Indah makasih yah kopinya” kataku
“loh kemana bang”.
“ini mau kerumah dulu tidur siang haha” kataku sambil berlalu

Samar samar kudengar suami indah menanyakan tentang diriku. Aku habis melalukan apa dirumahnya. Indah menjawab kalo aku membantunya namun tak di percayai andi, andi juga menanyakan buat apa dia beli bahan kue segala, dijawab oleh indah untuk merayakan ulang tahun andi, namun sambil berkata dengan nada sinis andi mengatakan tak usah karna dia bukan anak kecil lagi. Percekcokan mereka masih terdengar hingga aku berada di ruag tamu dan kemudian memutuskan pulahg.
Aku terkadang merasa kasihan dengan indah karna perlakuan suaminya namun apalah dayaku. Aku juga seorang lelaki yang sudah beristri dan tak mungkin mencampuri urusan rumah tangga orang lain kecuali jika andi sudah berbuat keterlaluan.
Setelah sampai di dalam rumah kulihat istriku yang hanya memakai tanktop dan hotpants putih tengah asik menonton acara infotaiment. Akupun kemudian duduk disampingnya. Ia hanya sekejap memandangiku kemudian menonton tv kembali

”tok tok tok!!
 terdengar suara ketukan pintu. Akupun lalu bergegas keluar dan membukakan pintu ternyata pak hendra datang dengan memakai pakaian santai bersama pak karto datang kerumah kami. Kulihat pak hendra membawa tas berukuran kecil yang terselempang di badannya.
“eh pak hendra silahkan masuk pak, sin sinta ada pak hendra nih.” Panggilku pada sinta
“ayo pak silahkan masuk, mari pak karto”.
“iya pak dimas, oh iya kamar kecilnya dimana yah?” kata pak hendra padaku
“masuk aja kedalam pak didalam ada sinta kok”. Kataku lagi
Pak hendra kemudian masuk ke dalam rumah. Sementara aku dan pak karto duduk di sofa di ruang tamu. Pak karto sedikit canggung bertemu denganku. Mungkin karena peristiwa 4 hari yang lalu.
“dari mana nih pak”, tanyaku membuka pembicaraan
“dari nemenin bapak hendra ketemu temen temennya pak dimas” kata pak karto
Cukup lama aku dan pak karto berbincang membahas masalah lapangan pekerjaan ataupun politik di negeri ini. aku baru menyadari kalo istriku belum datang begitu juga pak hendra. Baru saja aku ingin berpamitan memanggil istriku namun pak hendra dan istriku sudah bergabung bersama kami. Istriku berganti pakaian dengan memakai sebuah kaos pink bermotif hello kitty yang cukup longgar. Ia berjalan sambil membawa nampan yang berisi tiga cangkir kopi dan menyuguhkannya ke pak karto. Kulihat pak karto mencuri curi pandang ke dalam kerah leher baju istriku berusaha melihat dadanya karna posisi istriku yang membungkuk setelah itu sinta duduk di sampingku sementara pak hendra duduk disamping pak karto. Kulihat dibagian selangakangan celana pak karto ada noda basah, dan juga resletingnya belum tertutup sempurna.
“maaf pak sekalian buang air besar tadi” kata pak hendra
“tenang aja pak santai diminum kopinya pak” kataku sambil menawarkan mereka minum

Setelah meminum kopi kami kemudian berbincang, istriku sesekali menyandarkan tubuhnya padaku namun ada bau aneh yang tercium disekitar lehernya, samar samar aku mencium bau amis seperti bau cairan sperma laki laki. Tak berapa lama aku merasa rasa kantuk yang besar mendatangiku. Berulang kali aku menguap menahan rasa kantukku.
“wah sepertinya pak dimas mengantuk, kami kalo gitu permisi dulu pak”, kata pak hendra padaku sambil berpamitan. Aku yang tak bisa menahan kantuk kemudian menyuruh sinta untuk mengantarkan mereka. Sementara aku kemudian menuju kamarku dan langsung tertidur

“ougghh sshh aahhhh”
“uhh nikmat sayang terus goyang”
“uhh ahh ahh kontol gede enak ah ahhh sshh”
Aku samar samar mendengar suara erangan dan desahan disampingku namun aku tak bisa membuka mataku. Badanku terasa sangat lemas dan juga rasa kantuk begitu besar begitu menggangguku. Namun aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Kupasang telingaku baik baik
“plok plok plok” suara seperti orang menepuk tangan begitu jelas di samping kananku. Kasur ini pun terasa bergoyang goyang seperti ada gempa. Ada apa dengan tubuhku aku sama sekali tak bisa bergerak. Kudengar pula suara tangisan anakku nina
“sluurpp slurrp , ayo terus cantik sepong kontol itu”
“uh nikmat jilat juga lidahnya sayang ya begitu”
“ahh ahh sshh uhh terus sodok yang kencang aduhh bool kuu ahh pakk keluarr” suara erangan wanita disampingku begitu nyaring
“hhaha yang dientot bool, malah keluar di memek dasar” samar samar suara laki laki terdengar
“masih mau lagi kan adek yang sexy” kata seorang pria lagi
“hosh hosh mau aku mau, pengen dientot kontol gede kalian”
“ya udah cepet sini naik diatasku” kata seorang pria dengan napas berat kali ini aku mendengar suaranya begitu lantang di sampingku yang tengah terlentang tertidur
“bangsat ada apa ini kenapa dengan diriku”, aku mengutuk diriku sendiri yang tak mampu bergerak
“uuuhhhhhh oughh” suara wanita yang mendapat kenikmatan terdengar
“ahhh nikmat memek kamu enak banget ayo goyang sayang”
“uhh uhh sshh aahh kontol bapak nikmat ahh sshh “
“Ya terus goyang bikin toket kamu yang indah ini ikutan goyang”
“aggghh uuhh , mana pak kontolnya satu lagi”
“ini sayang uuhhh nikmat banget seponganmu sayang”
cep clep plok plok ghlock gholok” hanya itu yang terdengar. Ada apa ini kenapa aku, apa ini hanya mimpi tapi terasa sangat nyata bagiku. Percakapan mesum mereka suara desahan dan erangan wanita itu juga suara lelaki yang mendengus bagai kuda terdengar begitu nyata. Apa mungkin istriku, tapi dengan siapa. Aku bertanya tanya dalam hati
“uhh sudah sayang bapak masukin di bool mu yah sayang”
“plop, ah iya pak masukin aja cepet cepet”, kata siwanita begitu tak sabar
“siap siap neng satu dua ti..”
“agghhhhhh”, lengkingan suara wanita itu mengalahkan suara tangis anakku
“uhh nikmat sekali boolmu sayang”
“ iya pak ayo pak tusuk kedua luubangg kuuh uuhh ouggh”
Aku hanya bisa meremas remas seprei, mencoba bergerak namun tak bisa. Goyangan dikasur ini begitu keras hingga ranjang kami menderit derit. Si wanita tak lagi mendesah tpi mengerang penuh kenikmatan. Suara tumbukan alat kelamin begitu lantang terdengar
“wow sempit banget sayang, bapak kocok yah”
“uhh ahhh “ suara desahan wanita itu terdengar lirih
“muach muach slurrpp sluurp”
“ahh toketku diapain pak uhh jangan digigit” desah wanita itu
“hehhe habisnya bapak gemes sih toket kamu kenyal, apalagi nih putingnya”
“haha uhhh oouugghh sshh ya sudah nikmatin toketku pak nih nih”
Desahan dan erangan kemudian terdengar lagi sesekali terdengar suara orang menampar kulit seseorang. Anakku tak berhenti menangis karna ulah berisik mereka. Tak lama kemudian ranjang bergoyang goyang kembali kali ini begitu keras lebih keras dari yang tadi akupun sampai terlonjak lonjak karenanya. Siapa kedua pria ini apakah ini benar benar mimpi aku bingung aku dengan sekuat tenaga berusaha bergerak dan membuka mata namun tak bisa. Hanya membuatku lemas dan lemas. Tiba tiba saja terdengar erangan dari wanita itu

“ahhh pak pak mau keluarr ahh sshhh”
“ahh sama bapak juga barengan yah neng” kata si pria dengan nafas berat
“uggh ahhhh paakkk kellluaarrrr aahhh ennnakkk” teriak wanita itu yang sekarang benar benar kukenali kalau itu suara sinta
“ahhhh terima benihku lonte uhhhh” suara pria disampingku yang merasakan begitu nikmat

Aku masih mendengar adanya tumbukan seperti orang menepuk tangan. Namun terdengar semakin cepat dan cepat hingga terdengar suara dengusan pria itu, juga terdengar suara tepukan yang keras dan berulang kali dengan ritme yang agak lambat. Seiring dengan itu Aku yang benar benar lemas kemudian tertidur kembali karna kelelahan berusaha bergerak.
Aku terbangun tepat tengah malam. Lampu di kamar tidurku mati kulihat bayangan istriku yang tengah tertidur disampingku. Aku kemudian menyalakan lampu tidur dan bangkit menuju dapur lalu makan akibat kelaparan. Baru kali ini aku tertidur cukup lama. Aku masih memikirkan peristiwa tadi apakah itu hanya mimpi namun begitu nyata. Apakah istriku selingkuh namun aku menepis kemungkinan itu tidak mungkin istriku selingkuh. Ini pasti mimpi yah hanya mimpi. Setelah makan kemudian aku kembali masuk ke kamar dan menengok anakku nina yang pulas tertidur sambil menghisap dotnya. Aku kemudian naik kembali ke ranjang dan berusaha tidur karna besok aku harus pergi ke sebuah perusahaan untuk interview kerja. Besok nina akan dijaga oleh kakek nenek dari pihak istriku karna aku satu satunya keluargaku yang tinggal dikota ini sementara Seluruh keluargaku berada di luar kota. Ayah dan ibuku sudah meninggal saat aku bekerja selama 2 tahun. Kematian mereka hampir bersamaan. Sementara aku tak punya saudara karna aku anak tunggal.
Kuputuskan memejamkan mata namun sebelum aku mematikan lampu tidur aku memperhatikan sebuah kejanggalan, ya kejanggalan itu adalah seprei yang kupakai saat ini berubah. Ingin kubangunkan sinta namun ia tampak nyenyak tidurnya. 
Kuurungkan niatku dan berpikir positif kalo mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku kemudian tertidur sambil menunggu esok hari dan menganggap seluruh kejadian ini hanya mimpi


EPISODE 3




tttinnnn ttinnn!!!
“woy maju dong”
“sabar mas lagi macet ini”
Macet dan macet lagi. Kutengok jam tanganku waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Dari semenjak pagi aku meninggalkan rumahku, untung saja orang tua sinta datang saat pagi. Kedua orang mertuaku itu membawa nina ke rumah mereka. Rencananya aku ingin singgah kerumah mertuaku sekarang. Namun disinilah aku, lagi lagi terjebak dalam padatnya lalu lintas di kota ini. aku berencana untuk singgah sebentar ke mall atau kafe untuk sedikit menghilangkan rasa gerahku saat ini. lebih dari sejaman aku terjebak macet dan akhirnya bisa lolos juga dari debu dan asap polusi kendaraan yang memadati jalan.
“huuhh akhirnya” gumamku dalam hati, kupacu sepeda motor matic hasil kerjaku dulu menuju sebuah mall terdekat dari tempatku sekarang, tak berapa lama akupun sampai diparkiran. Memarkirkan motorku lalu segera masuk kedalam mall tersebut menuju sebuah kedai kopi dengan brand dan logo wanitanya yang sudah cukup terkenal di negara ini.
Setelah memanggil pelayan dan memesan kopi mocacinno hangat akupun menyenderkan tubuhku melepas penat setelah interview tadi dan merasakan sejuknya AC di kafe ini sambil memejamkan mataku. Baru sebentar aku memejamkan mata aku merasakan ada yang menepuk pundakku. Akupun segera menoleh.
“ngapain lo tiduran disini hahah” kata seorang pria bertubuh tinggi dan atletis serta wajahnya lebih tampan dariku dengan tahi lalat dibawah matanya.
“eh elo cel kirain siapa ngapain lo” kataku sambil berdiri dan menjabat tangannya.
“gue nyari ikan disini, ya minum kopilah sekalian nungguin pacar gue tadi katanya ke salon ya udah gue tinggal aja lo taukan kalo cewek kalo nyalon lama bener” kata marcel
Marcel adalah temanku sejak sd hingga masuk smk yang sama. Namun karena hobb dan passionnya bukan dikimia seperti yang kugeluti di sekolahku. Ia kemudian memutuskan pindah dan masuk ke sma lalu melanjutkan kuliahnya sejak saat itu kami putus kontak.
“gimana sekarang loe kerja apa masih kuliah?”, tanyaku pada marcel
“enak aja masih kuliah, gue udah kerja di salah satu statiun tv bagian broadcasting, ngedit ngedit VT gitu deh” jawabnya
“VT apaan cel” , tanyaku lagi
“vT Itu semacam video teaser. Kayak berita nih setelah si pembawa acara bacain berita nah gue bagian nampilin videonya”.
“hooo” kataku membentuk huruf O bulat
“btw lo gimana kesibukan lo apa” tanya marcel padaku.
“ya gini gini aja cel, nyari kerjaan jaga anak, jaga istri.”.
“bentar bentar lo udah nikah punya istri ama anak?” tanya marcel tak percaya. “sialan kok lo nggak ngundang gue “
“gimana mau ngundang lo nomer hape lo nggak aktif. Gue datanging rumah lo ternyata lo udah pindah” kataku
“oh iya ya sorry kebetulan bokap dimutasi kerja di luar kota makanya ya sekalian aja pindah”
Tak berapa lama pelayan membawakan pesanan kopiku. Aku dan marcel saling duduk berhadapan. Ia kemudian memesan kopi setelah itu kami melanjutkan perbinvcangan membahas masa masa smp dan smk kami.
“eh kapan kapan gue kerumah lo yah, gue penasaran seperti apa cewek yang jadi nyonya dimas hahah”
“iye mampir aja, asal jangan ngerusuh ye”
“ye emang gue mau tawuran disana, gue nggak kayak elo yang dari dulu doyan kelahi” kata marcel mengingatkan kebiasaanku dulu. Memang semenjak aku kecil aku kadang sulit menahan emosi dan sering berkelahi dengan teman teman sd hingga aku smk aku paling sering menjadi bagian terdepan saat tawuran, tapi itu dulu masa masa kelamku.
“eh ngomong ngomong pas gue tadi disalon gue ngeliat cewek beh cantik bener mirip artis siapa gitu mana pake pakaian kantor lagi. Pas selesai kampret dia ternyata udah punya suami padahal baru gue mau godain. Karna pas gue keluar gue liat dia gitu jalan ama cowok ya mungkin 2 sampai 3 tahunan lebih tua trus gue liat tuh cowok sambil jalan ngeremes pantat sexynya tuh cewek. Sialan bener dah” kata marcel bercerita panjang lebar.
“hahaha dari dulu ye lu nggak berubah cewek mulu”
“ye daripada elo pasif, pas smp aja banyak senior yang nembak tapi lo tolak alasannya konyol lagi takut pacaran lagi karena takut diselingkuhin. Pas kayak waktu lo diselingkuhin si siapa tuh istrinya ahmad sekarang, oh si dina.”
“hahah dulu tapikan gue udah punya bini sekarang” kataku membantah ejekannya
“ye gimana kalo bini lo selingkuh”
“sinta nggak mungkin selingkuh gue percaya ama dia” kataku sambil berusaha tersenyum, aku sebenarnya tersinggung dengan kata katanya namun aku harus bisa belajar bagaimana mengatur emosiku.
“hahah eh udah dulu ye mana sini pin lo, gue invite, nanti kirimin gue alamat lo”
Setelah saling bertukar pin aku pun kemudian juga memutuskan pulang. Setelah sampai di parkiran akupun mulai menjalankan motorku. Saat melewati gerbang keluar mall aku berpapasan dengan sebuah mobil sekilas kulihat di jendela kirinya seperti sinta yang tengah duduk di bagian kursi penumpang. Aku yang penasaran mencoba mengikuti mobil itu namun disaat sudah hampir dekat hampir saja aku menabrak seotang pengendara motor yang ingin memotong arah tanpa menyalakan lampu sein. Hingga kemudian mobil itupun jauh dari jangkauanku dan menghilang. Kutepis pikiran negatifku, lalu akupun menuju rumah orang tua sinta.
Sesampainya disana akupun segera mengetuk pintu rumah. Tak berapa lama ibunya sinta membukakan pintu sambil menggendong nina.
“eh udah beres interviewnya nak” kata ibunya sinta padaku
“iya bu udah, lumayan sulit sih pertanyaannya tapi kujawab semampuku aja”.
“ya sudah ayo masuk nanti ibu buatin teh” kata ibunya sinta
Akupun segera masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu. Sambil menunggu kucoba menelfon sinta namun beberapa kali panggilan telfonku tak dijawabnya. Bahkan terakhir ia menolak panggilan telfonku. Mungkin ia sedang sibuk pikirku.
Tak berapa lama ibunya sinta pun datang, ia kemudian duduk di sofa panjang . kuperhatikan nina yang sedang menyedot susu formula yang ada dalam botol susunya sesekali nina memandangiku yang kubalas dengan tersenyum padanya.
“gimana dim, kapan nih nina punya adik” tanya ibunya sinta
“hahaha belum tau bu, dimas dan sinta udah usaha” kataku.
Selanjutnya aku dan ibunya sinta berbincang mengenai nina, apakah ia tadi rewel atau tidak, apakah ibu kerepotan dan sebagainya.
Tak berapa lama sedang asik mengobrol dering handphoneku berbunyi kulihat sinta menelfonku, setelah meminta ijin pada ibunya sinta kujawab telfon itu.
Tak dibalas pesanku oleh sinta karna ia buru buru mematikan handphonenya, aku sebenarnya penasaran karna di belakang sinta seperti terdengar suara orang tertawa terbahak bahak, juga aku mendengar desahan wanita. Belum lagi kudengar suara sinta agak berbeda dia seperti menahan sesuatu.
Aku kemudian meminta ibunya sinta untuk mengijinkanku menginap tiga hari dirumahnya. Kemudian aku menuju kamar yang biasa sinta gunakan dulu untuk sejenak beristirahat dan akupun terlelap dalam tidur.
***
Entah berapa lama ku tertidur kutengok ke luar jendela hari sudah gelap, kutengok arlojiku sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku kemudian keluar dari kamar kulihat ayah dan ibu sinta tengah asik saling bercengkrama mengobrol sambil menonton tv. Aku erharap hingga tua nanti begitupun aku dan sinta nantinya saling menyayangi hingga akhir.
“eh udah bangun nak dimas, kamu makan dulu gih ibu udah masak tadi.”kata ayah sinta yang menoleh kebelakang melihatku.
“iya pah, papah ama mamah udah makan?’” kataku yang kini sudah berada di samping mereka berdiri di dekat sofa.
“udah kok nak, ayo makan dulu”. Kata ibu sinta
Akupun melangkahkan kaki menuju dapur dan makan disana. Setelah makan aku berpamitan untuk sejenak mengambil baju bajuku dirumah dan juga handuk. Sekalian mandi disana. Setelah menengok nina yang sedang tertidur. Akupun memacu motorku menuju rumah.
Setelah setengah jam aku sampai di gang yang menuju rumahku. Sesaat sebelum sampai kulihat mobil yang biasanya mengantarkan sinta bergerak menjauhi rumahku dan bergerak searah dengan arah tujuanku dan menjauhiku.” Apa sinta baru mengambil bajunya. Kenapa lama sekali dia pulangnya” gumamku dalam hati
Akupun sampai kehalaman rumah mengambil kunci rumah yang biasanya ditaruh di dalam pot. Lalu masuk kedalam rumah dan menuju kamarku. Hmm seingatku seprei ini bukan yang tadi pagi kok diganti yah. Mungkin sinta sebelum pergi sempat membersihkan rumah.
Setelah membuka baju aku pun menaruh baju kotor itu diatas tempat tidur itu lalu beranjak menuju kamar mandi setelah mandi akupun kemudian memakai bajuku kembali. Tunggu dulu ada sedikit noda noda seperti bercak di sekitar karpet kuperhatikan cairannya sedikit kental . aku berpikir mungkin lotion sinta yang tercecer. Aku kemudian segera memakai baju.
Setelah rapi aku kemudian mengunci rumah dan berniat menitipkan kunci rumahku pada indah agar lebih aman. Aku kemudian menjalankan motorku menuju rumah indah. Sesampainya aku di depan pintu rumahnya, belum sempet kuketuk pintunya terdengar suara pertengkaran mereka.
“sebenarnya salah aku apa sih mas, aku sudah menerima kekurangan kamu dan belajar nyenengin kamu, tapi kamu selalu saja kayak gini”.
“salah lo?, kenapa lo selalu ngebandingin gue sama tuh pengangguran dimas hah”
“bukannya ngebandingin mas, aku tuh Cuma maunya dihargain disayangin, aku iri ama mbak sinta, kelihatan banget kalo mas dimas sayang banget ama dia. Tiap pergi kerja pasti mas dimas nganter istrinya kedepan rumah, nyium keningnya. Diperlakuin lembut, aku hanya ingin itu.”
“ya udah lo kawin aja sana sama dimas”.
“bukan itu maksudku mas tap..”
“ahh sudahlah gue cape, mau tidur” terdengar kemudian suara pintu yang dibanting. Aku kemudian mengetuk pintu tak lama kemudian dan memanggil indah.
tok tok tok, assalamualaikum indah”
Tak berapa lama indah membukakan pintu, matanya sedikit sembab mungkin ia menangis tadi.
“walaikumsalam bang, ada apa?”
“gini dik, abang mau nginep di rumah mertua abang, nitip kunci rumah yah”
“loh kenapa bang perasaan mbak sinta tadi pulang sekitar jam 4 sore”. Pernyataan indah membuatku terkejut, apakah sinta selama itu membersihkan rumah dari sore hingga sebelum aku datang, namun mungkin sekalian dia mengurus pakaian yang ia bawa.
“hmm tadi dia pergi lagi bareng bosnya mau keluar kota katanya. Nih yah nitip kunci rumah”
“iya udah, hati hati bang”
Setelah berpamitan akupun memacu kendaraanku kembali menuju rumah mertuaku. Akhir akhir ini entah kenapa firasatku selalu buruk jika memikirkan sinta. Kucoba menepis semua itu mengingat kembali bahtera rumah tangga kita selama 3 tahun ditambah hadirnya anakku nina. Sinta nggak mungkin macam macam. Iya sinta istriku yang setia.


Episode 4



Sudah hari kedua aku menginap di rumah orang tua sinta. Beberapa kali kucoba menelfon istriku namun ia tak menjawab telfonku. Aku bingung apa segitu sibuknya kah dia sampe tak mau menjawab telfon suaminya. Saat aku asik melamun terdengar suara nada penanda pesan masuk di handphoneku, ternyata dari Marcel.
Tak kubalas pesan dari marcel. Aku kemudian segera mandi, setelah itu mempersiapkan diri, kemudian berpamitan kepada ayah dan ibu sinta yang sedang bermain dengan anakku sinta. Kutengok arlojiku sudah pukul 7 malam. kupacu kendaraanku menuju mall yang kudatangi 2 hari yang lalu.

Sesampainya disana akupun segera masuk ke kafe kopi kemarin yang kukunjungi dan segera memesan kopi sembari menunggu Marcel.

Hampir 20 menit aku menunggu kedatangan Marcel. Tak berapa lama diapun muncul bersama seorang wanita yang memakai dress berbentuk kemben yang di tutupi jaket mini. Ia juga memakai heels. Kuperhatikan lekuk tubuh gadis yang kutaksir 5 tahun dibawah umurku itu. Sexy dan cantik dengan tipe wajah oriental serta ia memakai kawat gigi bermotif love di giginya.

"Sorry sorry lama nih cewek dandan lama banget",kata marcel padaku.

"Loh bukannya karna kam....", kata kata si wanita berhenti karna kulihat marcel memberikannya kode.

"Oh iya Dim, kenalin ini Linda pacar gue".

Akupun menjabat tangan linda dan saling berkenalan. Agak kesusahan linda menatap wajahku karna ia hanya hampir setinggi bahuku membuatnya mendongak keatas.

"Linda mas, aduh tinggi banget mas padahal udah pake heels tapi masih ngedongak ngeliat muka mas yang manis"

"Heh ganjen amat nih cewek. Dia udah punya bini" kata Marcel memarahi wanita bernama linda ini. Sedangkan aku hanya tertawa saja. Setelah itu kami kemudian mengobrol ringan. Sembari marcel memanggil pelayan dan memesan kopi.

"Eh lo mau ikutkan. Entar malem acara ulang tahun gue, gue pengen karokean di tempat cewek gue ini kerja."

"Iya mas ikut aja. Apalagi kata mas kan tadi bilang kalo istri mas kan lagi nggak ada. Nanti Linda kenalin deh ama temen temen linda yang kerja disana pada sexy dan cantik loh mas hihi", kata linda menimpali.

"Hehe, karna acara ulang tahun lo, gue ikut cel. Tapi nih ada tapi, gue nggak perlu ditemenin cewek, gue nggak mau ngerusak kepercayaan bini gue."

"Iya dah. Ya udah habisin tuh kopi".
Pukul 8 malam Setelah menghabiskan minuman kami. Aku dan marcel juga linda segera meninggalkan mall itu menuju tempat karaokean. Sesampainya di sana aku memarkirkan motorku, begitu pula dengan marcel yang memarkirkan mobilnya. Nampak kemudian ia menelfon seseorang. Setelah itu kami segera masuk kedalam. Aku kemudian minta izin sebentar ke arah toilet yang berada di ujung lantai satu gedung melewati beberapa ruangan karaoke yang tertutup pintunya. Sementara marcel memesan ruangan untuk karaokean.

Setelah dari toilet akupun kembali melewati ruangan karaoke. Namun saat aku melirik kedalam ruangan karaoke, aku melihat pemandangan yang membuat kelaki lakianku menegang, yah di dalam ruangan karaoke nampak seorang wanita nampak asik menaik turunkan tubuhnya diatas pangkuan seorang pria. Aku tak bisa melihat wajah keduanya karna si wanita membelakangiku. Sedangkan sang pria wajahnya terlindungi oleh tubuh wanita itu. Apa iya mereka sedang melakulan sex. Sekilas tubuh wanita itu mirip dengan tubuh sinta. Namun kutepis.

"Ah nggak mungkin" gumamku dalam hati. Efek rinduku pada sinta membuatku berhalusinansi.

"Woy dim, ayo" teriak marcel padaku. Mengaggetkanku yang masih memandangi tubuh wanita itu.

Aku kemudian berjalan mendekati marcel yang nampak sedang berbincang dengan tiga temannya. Mungkin mereka datang saat aku masih di toilet. Setelah kami masuk ke ruang karaoke tak lama kemudian linda datang bersama empat gadis lainnya. Para gadis itu kemudian mendekati teman teman marcel termasuk aku. linda dan teman temannya memakai semacam seragam pramugari berwarna hitam sangat ketat dan juga rok rok mereka hanya menutupi seperempat paha mulus mereka.

Kami semua duduk di sofa yang cukup panjang. Wanita yang menemaniku duduk di sebelah kiriku kemudian linda dan marcel duduk di sebelah kananku.

"Kok gue ditemani cewek juga lind, gue kan bilang tadi nggak mau. Kataku berbisik pada linda.

"Marcel nih yang nyuruh gue", kata linda sambil mencubit marcel yang sedang cengengesan.
Lampu mulai dipadamkan. Beberapa teman marcel mulai memilih lagu ditemani LC yang menemani mereka. Sementara aku menyulut sebatang rokok dan mulai membakarnya. Kulirik wanita yang ada di sebelah kiriku ternyata ia memandangiku.

"Ada apa mbak kok ngeliatin saya?", tanyaku dengan nada suara yang sedikit kencang karna alunan musik mulai menghentak.

Wanita itupun sedikit mencondongkan tubuhnya kemudian berbisik. "Nggak apa kok mas, cuma mas mirip sama mantanku dulu". Kata wanita yang belum kuketahui namanya ini

"Oh ya, nama saya dimas mbak, mbak sendiri namanya siapa?". Tanyaku

"Nama saya meisya". Katanya sambil tersenyum

Aku dan meisya kemudian asik saling berbincang sementara yang lain asik bernyanyi sembari meminum minuman beralkohol yang dipesan tadi. Marcel memaksaku ikut minum juga awalnya aku menolak namun karena tak enak hati akupun ikut minum.

Meisya




Suasana di ruang karaoke semakin memanas. Temam teman marcel mulai berjoget didepan layar tv bersama LC yang menemani mereka tak jarang mereka meremasi payudara atau memepetkan selangkangan mereka ke bokong bulat wanita wanita itu yang masih terbungkus rok span.

Marcel dan linda pun tak kalah panas sudah saling berciuman. Sementara meisya sudah duduk dipangkuanku. Terkadang ia menggerakan pantatnya yang menduduki selangkanganku. Membuat penisku bereaksi. Tangan meisya sudah ia kalungkan di leherku. Beberapa kali ia mencoba mencium bibirku namun kupalingkan wajahku.

"Kenapa kok nggak mau dicium?".

"Saya nggak enak aja, apa kata istri saya kalo ngeliat saya kayak gini. Mending turun aja yah mey. Duduk aja disofa kamunya.".
"
Hihi sejak ngeliat kamu, aku tau kalo kamu laki laki yang baik. Udah gini aja. Nih minum lagi", kata meisya memberikanku kembali minuman.

Situasi kian panas. Kini kancing blazzer yang dikenakan Linda yang kini duduk di pangkuan marcel terlepas. Memperlihatkan bra berenda berwarna merah. Marcel kemudian menyingkap bra itu menampilkan payudara Linda yang cukup proporsional, berputing kecoklatan. Marcel asik memainkan buah dada Linda, membuatnya mendongak ke atas. Terkadang pandanganku dan linda bertemu. Saat linda menatapku ia menggigit bibir bawahnya sedikit. Ekspresinya sungguh sexy.

Kualihkan pandanganku ke arah pojok nampak salah seorang LC melepas cdnya. Lalu membantu membuka risulting salah seorang teman marcel. Kemudian menduduki penis yang sudah bebas itu. Ia kemudian bergerak naik turun sambil kepalanya menggeleng kekanan dan kekiri.

Aku yang tak kuat melihat situasi ini kemudian meminta izin ke toilet, aku takut sampai terbawa suasana dan menghianati istriku. Saat aku berdiri aku sedikit limbung namun aku dipapah oleh meisya. Untunglah ruangan karaoke ini vip yang berada di lantai 2 gedung ini sehingga saat aku keluar bersama meisya tak ada yang bisa menengok kedalam karna ruangan di lantai 2 cuma kami yang berada disana.

"Udah mei, saya bisa sendiri kok. Saya turun dulu".

"Ngapain turun itu disana ada toilet juga". Kata meisya sambil menunjuk ke arah sudut lorong.

Aku ditemani meisya menuju toilet itu. Namun saat aku masuk ke bilik toilet, ia pun ikut masuk. Aku tak tau apa yang ada dipikiran gadis berwajah oriental ini. Begitu ia masuk ia pun langsung mengunci pintu. Kini dapat kulihat wajah meisya yang memerah akibat alkohol dengan sangat jelas.

"Ngapain ikut?", tanyaku.

"Hihi udah buruan pipis, aku nggak ngintip kok", kata meisya sambil berbalik membelakangiku.

Karna tak tahan segera kulepaskan air yang mengisi kandung kemihku. Setelah membersihkannya dan ingin memasukkannya kembali. Tiba tiba mei menggenggam penisku yang setengah tegang membuatku kaget.

"Hey mei lepasin mei".

Meisya tak mendengarkanku malah mulai mengocok penisku sambil mendorongku ke dinding bilik kamar mandi. Ia mulai menciumi leherku.

"Mei hey sadar". Kataku sambil berusaha melepaskan tangannya. Namun kocokan meisya sangat nikmat sesekali terasa seperti mengurut penisku, membuatku lemas.

Namun terbayang wajah istriku, kukumpulkan tenagaku kemudian memegang tanga meisya sedikit kencang dan melepaskan genggamannya dari penisku dan mendorongnya perlahan,Membuatnya kaget.

"Maaf mei saya nggak bisa, mending kita keluar aja yah".

Dengan sedikit raut wajah kecewa meisya mengangguk kemudian kami pun kembali ke ruangan karaoke. Saat aku masuk kembali kedalam pemandangan yang kulihat lebih liar dan panas dari yang tadi. Marcel dan linda sudah bersetubuh dalam posisi doggy. Sementara teman teman marcel yang lain mempraktekkan gaya yang lain ada yang posisi WOT, misionary dan gaya seks lainnya baik itu diatas sofa ataupun di lantai yang dilapisi dengan karpet.

"Ahh uhh trus sayang oughh" desah linda

"Hmm uhh memek kamu nikmat sayang". Kata marcel yang trus memompakan penisnya.

Aku yang tak mau terbawa suasana memutuskan untuk pulang saja. Karna tak mau mengganggu marcel yang sedang keenakan, kukatakan pada meisya untuk bilang pada marcel kalo aku pulang duluan. Meisya hanya mengangguk tanpa memandangku entah mungkin karena malu atau apa. Aku lalu mencium keningnya bermaksud untuk menenangkannya. Ia kemudian memandangku dengan ekspresi kaget. Aku kemudian membelai rambutnya dan berkata "pulang dulu yah" sambil tersenyum.

Aku kini telah meninggalkan ruangan karaoke itu dan sedang berada di parkiran, saat aku mencoba menyalakan motorku ada sebuah mobil melintas di depanku. Sekilas kulihat seperti sinta yang duduk di kursi depan penumpang. Kugelengkan kepalaku mungkin efek alkohol membuatku terus berhalusinasi melihat sinta tadi. Aku kemudian menjalankan motorku. Jalanan malam itu mulai sepi kulihat jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Saat dalam perjalanan pulang lagi lagi kulihat mobil tadi. Mobil itu berbelok ke arah hotel sementara aku tetap mengendarai motorku menuju rumah mertuaku.

Sesampainya aku di rumah mertuaku, aku pun mengetuk pintu dan ternyata yang membukakanku pintu adalah ayah sinta. Setelah meminta maaf karna membangunkannya tengah malam begini segera aku menuju kamar tidur namun sebelumnya kutengok dulu anakku nina yang tertidur di samping neneknya. Akupun menuju kamarku dan segera tidur.

***

Keesokan harinya aku sudah rapi dan berpamitan dengan mertuaku, ingin kubawa pulang nina namum kata mereka biar nina dirumah mereka saja dulu sampai sinta pulang ke rumah. Aku kemudian meninggalkan rumah mertuaku menuju rumahku

Kini aku sudah berada di rumahku. Sore hari ini kuputuskan untuk sekedar membersihkan halaman rumahku saat tiba tiba Indah datang sambil membawa sebuah toples kecil berisi kue kering.

"Ini bang aku tadi bikin kue, di icip yah bang".

"Aduh repot repot gini dek. Ayo masuk dulu abang bikinin teh".

"Ah nggak usah bang, mbak sinta juga nggak ada, nggak enak akunya".

"Udah ayo, kita duduk diteras aja kalo gitu sekalian abang ngeganti kopi yang kemarin hehe".

Dengan malu malu kemudian indah berjalan mengikutiku dan kemudian duduk diteras. Akupun kemudian segera menuju ke dalam rumah dan membuat secangkir kopi buatku dan teh juga buat indah. Setelah itu akupun membawanya kedepan rumah. Sambil mencicipi kue buatan indah, aku dan indah kemudian asik mengobrol.

Tak berapa lama ada sebuah mobil sedan parkir diseberang jalan depan gerbang rumahku. Ternyata marcel dan Linda yang datang mengunjungiku. Kali ini linda memakai kaos yang agak ketat dan juga celana jeans panjang tak seperti kemarin berpakain sexy.

"Wah gue ngeganggu nih jadi ini bini lo dim, cantiknya".cerocos dimas saat ia berdiri didepan kami

"Iya ih cantiknya kaka". Linda ikut menimpali. Kulihat wajah Indah sedikit tersipu karena dipuji

"Haha bukan woy, ini tetangga gue tadi bawain kue".

"Oh bukan yah maaf yah mbak mmmm".

"Indah kak". Kata indah sambil menyalami linda dan marcel.

Sesaat kemudian kulihat di seberang tepatnya rumah indah, andi datang dengan menaiki motor besarnya. Ia memandangiku dengan tatapan tak senang lalu kemudian ia memanggil indah dengan suara yang cukup keras.

"Iiinnnddaahh! Pulang!".

Karna merasa tak enak hati. Indah memutuskan pulang. Ia lalu berpamitan padaku juga pada marcel dan linda lalu ia bergegas menuju rumahnya sementara itu aku mengajak marcel dan linda untuk masuk kedalam rumah. Setelah membuatkan mereka minuman kami pun berbincang.

"Siapa tuh tadi yang teriak songong amat". Kata marcel mengomentari Andi

"Itu tadi suaminya indah. Udah lupain aja".

"Ngomong ngomong dim, Kenapa kemaren pulang lo?". Tanya marcel

"Sorry cel, gue nggak mau kebawa suasana aja, sorry juga nggak pamit ke elo yah". Kataku

"Udah nggak apa, lagi pula gara gara efek minuman kemaren sih. Jadi ya gitu pada lepas kontrol. Lagian lo udah bener bener berubah ye, bukan lagi dimas si tukang mabok yang dulu gue kenal pas smp". Katanya lagi.

"Haha udah ah gue bilang masa masa sebelum gue kerja ya masa kelam gue, gue harus bisa jadi orang yang lebih baik lagi. Udah ah makan tuh kuenya diminum tehnya". Kataku sambil menawarkan mereka.

"Bang dimas emang cowok yang baik yah, eh salah deng suami yang baik temenku aja yang udah sexy dan semok gitu bisa ditolak pas di toilet".

"Uhuk uhuk". Aku terbatuk. Apakah meisya menceritakan peristiwa itu ke Linda.

"Hihihi ampe batuk gitu bang, Dian kemarin cerita ke aku bang".

"Hah dian? Perasaan kemarin namanya meisya deh".

"Heheh, kan kami jarang pake nama asli kalo jadi LC nama cewek yang nemenin bang dimas itu dian. Lagian kemaren dia pengen minta kontak bbm kaka tapi aku kan nggak punya ya udah aku minta ke yayangku aja trus kukasih deh ke dian. Nggak apakan bang?".

"Hahah udah terlanjur dikasi baru minta ijin sekarang ya udah nggak apa".

"Tapi gue salut ama lo bro lo emang cowok yang setia kalo gue uh udah gue kompa tuh si Dian mana toketnya gede lagi." Kata dimas sambil tersenyum tengil

"Hmm hmm nakal yah kamu awas nggak dapet jatah dari aku".kata Linda sambil mencubit dimas, membuatnya meringis kesakitan.

Tak terasa kami mengobrol sampai kulihat malam sudah menjelang. Dimas dan linda pamit pulang. Saat kuantarkan mereka keluar. Ternyata istriku sudah berjalan menuju ke arah kami. Kulihat wajahnya mengekspresikan kelelahan. Namun ia masih tetap berusaha tersenyum. Ditangannya ia menjinjing tas berisi pakaian.
 
"Eh ada tamu, ini siapa sayang?", kata sinta setelah menjabat tanganku dan menciumnya lalu mencium pipiku.

"Ini temanku pas jaman kecil dulu sayang kenalin ini dimas dan ini linda".kataku memperkenalkan mereka pada sinta. Sintapun kemudian bersalaman dengan mereka. Kulihat kening marcel mengkerut seperti mencoba mengingat sesuatu saat bersalaman dengan sinta.

"Ini istri lo dim?".

"Iya cel kenapa?".

"Nggak apa apa, mbak sinta cantik pake banget". Kata marcel menggoda istriku.

"Uhh ini biar istri temen digodain". Linda merajuk.

"Maaf yah mas mbak, aku pamit kedalam dulu mau istirahat." Kata sinta.

"Nggak apa mbak kami juga udah mau pulang, pulang dulu dim".pamit Marcel dan linda pada kami.

Begitu mereka pergi segera kututup pintu rumah. Kulihat istriku mengambil handuknya saat kami sudah berada dikamar dan membawa serta baju tidurnya kekamar mandi. Tumben dia begitu biasanya ia berganti pakaian di kamar tapi kok sekarang seperti itu.

Setelah sinta mandi dan telah memakai baju tidur yang jauh dari kata sexy karna ia memakai baju tidur dengan model piyama sehingga menutupi seluruh tubuhnya. Aku kemudian mencium keningnya dan mempersilahkannya duluan tidur. Sambil merokok aku kembali mengingat ekspresi jangal marcel tadi apa dia pernah melihat istriku. Setelah menghabiskan rokokku kupeluk istriku dari belakang dan memeluknya. Aku sungguh rindu dengannya. Selamat tidur sayang mimpi indah. Gumamku yang kemudian menyusul ke alam mimpi​

[size=+2]Episode 5[/size]​

begitulah sapaan Dian setiap pagi sudah seminggu berlalu sejak Linda memberitahuku bahwa Dian meminta kontak bbmku padanya, dan saat tengah malam hari itu ada sebuah permintaan masuk di handphoneku, ternyata Dian yang ingin menambahkanku dalam kontak bbmnya. Saat paginya ia kemudian menyapaku dan berterima kasih karna mau menerima permintaanya. Sejak hari itu Dian rutin menghubungiku via pesan sekedar menyapa ataupun menanyakan kegiatanku dan aku hanya menjawab seperlunya saja, 2 hari yang lalu Dianpun sempat mengajakku untuk menemaninya berbelanja dan nonton film favoritnya yang kini tayang dibioskop namun kutolak dengan halus ajakannya, karna bagaimana bisa aku pergi dengan wanita lain sementara aku memiliki seorang istri.
Aku kemudian membalas chat singkat Dian, lalu membuat kopi, usai menyeduh minuman favoritku itu, aku lalu duduk dan menyeruput sedikit sambil membuka facebookku, beberapa status dan foto dari teman teman SMK ku menghiasi berandaku, pandanganku tertuju pada sebuah tautan yang ada di berandaku, sebuah link cerita berjudul "Maafkan Aku Suamiku", aku lalu mencoba membuka tautan itu dan kemudian membaca cerita itu.
Aku belum selesai membaca ketika kemudian aku menutup web dari cerita yang kubaca itu, karena aku tak suka dengan isi ceritanya, didalam cerita itu ada seorang istri yang tega menyelingkuhi suaminya karena dibutakan oleh nafsu sex, si wanita begitu menyukai berhubungan badan dengan selingkuhannya.
Aku benar benar membenci perselingkuhan, karena hanya akan menyakiti salah satu pihak saja yaitu orang yang diselingkuhi, akupun pernah sekali merasakan ketika SMA kelas 1, aku pernah memiliki pacar yaitu kakak tingkatku, dan kemudian aku memergokinya berselingkuh dikamar kosannya saat aku bermaksud mengunjunginya menumpang untuk tidur sejenak sehabis meminum minuman keras bersama kawan kawanku.
Saat aku sampai di depan pintu kamarnya terdengar suara tawa cekikikan darinya lalu suara orang yang sedang berciuman, aku lalu mendobrak masuk dan memergokinya tengah berduaan dengan seorang Mahasiswa. Tak banyak bicara aku lalu memukuli dan menendangi Mahasiswa itu, membuat pacarku menjerit, andai tak dipisahkan oleh beberapa orang aku mungkin menghilangkan nyawa pemuda yang sudah berlumuran darah itu.
Keesokan harinya pacarku memintaku untuk bertemu denganya, ia menangis dan meminta maaf padaku, aku kemudian memaafkannya namun mengakhiri hubungan singkat kami itu, Ia tak rela dan memelukku namun aku sudah terlanjur sakit hati dan lalu menyuruhnya untuk mencari penggantiku saja.
Aku kemudian memutuskan untuk tak pacaran dulu dan lebih menikmati melakukan kenakalan bersama kawan kawanku hingga kemudian aku lulus dan bekerja. Saat aku sudah bekerja selama 2 tahun disitulah saat aku bertemu dengan sinta, saat itu aku bertemu dengannya di parkiran sebuah Mall, ia terlihat begitu kesusahan menyalakan motornya, entah kenapa kemudian aku menawarkan diri untuk membantunya, seperti ada dorongan yang kuat dari dalam diriku.
Setelah membantunya, Sinta lalu menawarkan diri mentraktirku makan, awalnya aku menolak namun ia memaksaku dengan nada manja. Akhirnya kuiyakan saja, saat makan itulah kami saling berbincang, pembawaan sinta yang ceria mampu mengimbangiku yang sebenarnya aku adalah orang yang kaku. Kami lalu bertukar kontak dan melanjutkan perbincangan di handphone setelah kami berpisah di foodcourt itu dan telah sampai dirumah masing masing.
Lama kelamaan aku mulai menyukai Sinta, dan saat aku cuti aku lalu memperkenalkan Sinta pada orang tuaku dan ternyata orang tuaku juga menyukai kepribadian Sinta, rasa sayangku semakin besar saat Sinta mampu menghiburku ketika kedua orang tuaku meninggal dunia akibat kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Setelah melewati masa masa berkabung, aku kemudian memutuskan melamar Sinta dan menikahinya.
Aku menghentikan kegiatan bersantaiku saat mendengar suara tangis anakku nampaknya ia baru saja terbangun dari tidurnya, aku segera menuju kamarnya lalu menggendongnya untuk menenangkannya. Setelah Nina tenang aku lalu memandikan anakku itu, lalu setelah itu kugantikan bajunya dan memangku nina sambil menonton TV.
"Saaayyuurrr!" Suara teriakan tukang sayur terdengar dari depan rumahku, aku lalu menggendong nina dan bermaksud membeli beberapa sayuran dan ayam untuk makan siangku. Sesampainya diluar kulihat beberapa ibu ibu sudah mengelilingi tukang sayur itu seekedar membeli beberapa dagangannya.
"Pak, beli sayuran yang biasa yah ama beberapa potong daging ayam", kataku.
"Eh Nina sini tante gendong sayang", kata salah seorang ibu ibu yang berdiri disampingku, namun nina malah semakin menggelayut manja padaku karena menolak untuk digendong olehnya.
"Yah kasian ninanya nggak mau digendong ama situ huu", ledek ibu ibu yang lain.
"Biarin huu, tapi ibu sinta beruntung banget bisa dapat mas Dimas, udah mah pinter ngurus rumah,bisa masak, telaten ngasuh anak lagi", puji ibu itu padaku.
"Hehe saya biasa aja bu", kataku malu.
"Iya jeng daripada suami saya huu, bisanya cuman makan saja, disuruh ini itu males, minta tolong jagain anak anak ogah ogahan, pas bikinnya paling semangat hihihi", kata wanita paruh baya yang lain, setelah itu mereka saling bergosip mengenai kelakuan suami suami mereka. 
"Eh ngomong ngomong jeng Indah kemana yah", kata salah satu wanita.
"Iya udah beberapa hari aku nggak ngeliat jeng", timpal ibu ibu yang lain.
Aku yang mendengar percakapan itu setelah membayar belanjaanku jadi ikut memikirkan Indah memang sudah beberapa hari ini aku tak melihat Indah, apa mungkin ia tengah pulang kampung.
Aku lalu masuk kembali kedalam rumah memberikan nina susu formula lalu menidurkannya setelah ia kenyang, setelah itu aku kemudian memasak dan makan siang karena hari sudah menjelang siang. Akibat kekenyangan aku kemudian tertidur disofa setelah menghabiskan beberapa batang rokok

***​

"Sayang bangun", ada tepukan dipipiku yang membangunkanku dari tidurku, ternyata sinta sudah pulang, kulihat keluar jendela hari ternyata sudah sore, aku lalu duduk dan meminum air di gelas yang kusediakan diatas meja lalu kusulut rokokku.
"Ihh bukannya cuci muka dulu malah langsung ngerokok nggak sehat tau", kata sinta yang masih memakai seragam kantornya.
"Kamu pulang jam berapa?", tanyaku.
"Baru aja nyampe sayang",kata Sinta lalu duduk disampingku melepaskan highheelsnya.
"Aku nyapu halaman dulu", kataku lalu beranjak keluar rumah dan mulai menyapu halaman sambil sesekali menghisap rokok. Aku lalu memandang ke arah rumah Indah yang berada disamping rumahku, entah kenapa perasaanku tak enak karena tak melihat Indah yang biasanya saat sore hari seperti sekarang pasti akan menyapu halaman juga bersamaku.
Aku lalu memutuskan menuju rumahnya setelah menyelesaiikan pekerjaanku dan mencuci muka dan tanganku. Sesampainya didepan pintu rumah indah aku lalu masuk dan mendapati seluruh ruangan gelap sofanya terlihat kotor, terbersit dipikiranku apakah indah tidak ada, namun kenapa rumah mereka tidak dikunci. Saat aku hendak keluar dari rumah Indah, terdengar suara motor andi yang berhenti didepan rumah.
"Ngapain lo masuk masuk rumah gue? Mau maling ye?", kata Andi sinis.
"Gue cuman nyariin Indah, udah seminggu dia nggak kelihatan gue khawatir kalo dia sakit atau kenapa napa".
"Cih nggak usah sok perhatian ama bini orang deh, mending lo keluar, urusin aja bini lo", kata andi sinis.
Belum sempat aku melangkahkan kaki samar samar terdengar suara isakan tangis dari kamar.
"Itu suara apa,siapa yang nangis dikamar lo".
"Ah perasaan lo doang gue nggak denger apa apa mending lo keluar deh". Kata Andi mengusirku. Aku tak menghiraukan perintah Andi dan berjalan menuju kamar itu namun andi menghadangku dan berdiri didepan pintu.
"Gue bilang keluarrrr!!", teriak Andi sambil mendorongku, namun aku menahan tangannya dan malah balik mendorongnya saat isakan tangis didalam semakin keras terdengar. Begitu aku membuka pintu mataku terbelalak mendapati indah yang terlentang diatas tempat tidur, kedua tangannya terikat disisi dipan ranjang, mulutnya tersumpal sapu tangan, ia saat itu masih memakai gamis panjang yang sama saat datang kerumahku seminggu lalu namun tersingkap sampai ke pinggang dan menampilkan bagian bawah tubuhnya yang tertutupi sebuah hotpants, dipahanya banyak luka cambukan, kasihan sekali aku melihatnya, airmatanya membasahi bagian sisi jilbabnya.Aku lalu melepas sapu tangan yang menyumpal mulutnya dan mencoba membuka ikatan tangannya. Indah lalu menangis sambil menutupi wajahnya. 
"Siapa yang suruh lepasin", "bughh". Andi berkata sambil menendang bagian sisi punggungku hingga aku terlempar kesamping.
"Mas jangan mas hiks", kata indah dengan lemas mencoba bangkit.
"Diem aja lo perek", maki Andi.
Aku benar benar sudah emosi sekarang, bukan hanya menyiksa tapi juga ia mencaci maki Indah.
Dengan tiba tiba kutendang perutnya membuatnya terjatuh kebelakang, aku lalu menarik kerah bajunya dan menatap wajahnya, dapat kulihat raut wajah Andi yang terkejut karna ternyata aku melawan.
"Lo udah keterlaluan", ucapku singkat lalu menghujani Andi dengan pukulan bertubi tubi ke perut dada dan kepalanya, darah mengucur dari hidungnya.
"Napa lo diem, hah!!, ayo sini lawan gue", makiku sambil menunjuknya.
"Bang sudah bang jangan pukul mas Andi", kata indah sambil menangis.
"Lo liat bini lo bangsat!!, masi ngebelain lo setelah apa yang lo lakuin ama dia, lo punya hati nggak sih ampe berbuat gini ama perempuan??, mikir!!!", kuungkapkan semua kekesalanku. Sementara Andi hanya diam saja mencoba menghapus darah yang mengalir dari hidungnya.
"Hiks udah bang ud....", kata kata Indah terputus saat ia tiba tiba pingsan. 
"Kalo ampe bini lo kenapa napa, gue bakalan beri lo pelajaran yang lebih dari ini", kataku lalu menggendong Indah keluar dari kamar beberapa orang berkerumun didepan rumah Indah.
"Astaga ibu indah kenapa", kata salah seorang ibu ibu.
"Pak saya minta tolong telfonin taksi indah mesti dibawa ke rumah sakit", kataku berbicara pada pria yang berdiri didepan pintu sambil mencoba membaringkan Indah di sofa rumahnya.
Aku lalu bergegas kembali kerumah dan memakai baju yang sedikit lebih rapi. Kudapati Sinta tengah menggendong nina.
"Ada apa sayang kok keliatan buru buru", kata Sinta.
"Aku ke rumah sakit dulu yah sayang, anterin Indah".
"Loh kan ada suaminya kan? Kenapa mas yang repot",
"Ceritanya panjang aku pergi dulu", kataku lalu segera bergegas keluar dari rumah, kudapati Indah tengah dibopong oleh beberapa warga dan dimasukkan dalam taksi aku segera saja aku ikut masuk kedalam mobil dan membawa Indah menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit aku segera berlari menuju ruang recepsionis dan memberitahukan bahwa indah membutuhkan penanganan secepatnya, beberapa suster kemudian mengambil tempat tidur khusus yang memiliki roda dibawahnya. Aku lalu kembali menuju taksi dan membopong Indah menidurkannya diatas tempat tidur itu. Indah kemudian dibawa dan diperiksa sementara aku di luar ruangan terduduk menanti hasil pemeriksaan. Aku tak habis pikir sungguh tega Andi memperlakukan Indah sampai seperti itu. 
Beberapa saat kemudian seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan, aku segera berdiri dan menemuinya dan bermaksud menanyakan keadaan Indah.
"Keadaan Indah gimana dok?", tanyaku.
"Anda siapanya?", tanya dokter paruh baya itu.
"Saya kakaknya", jawabku berbohong.
"Untuk anda cepat membawanya kesini, kondisinya benar benar kritis, ia kekurangan asupan makanan, belum lagi luka fisik yang ada di bagian kaki dan juga tubuhnya". Aku hanya terdiam mendengarkan penjelasan dokter itu. Sampai segitunyakah Andi menyiksa Indah.
"Saya mohon dok tolong rawat adik saya", kataku.
"Bapak tenang saja, kami akan berusaha sebaik mungkin", kata dokter itu sambil menepuk bahuku.
Beberapa suster lalu membawa indah yang masih tertidur ke ruangan rawat inap, setelah aku menyelesaikan biaya administrasinya. Aku lalu menuju ruangan itu dan duduk disamping Indah yang masih terbaring lemas. Kupandangi wajah cantiknya yang pucat.Aku lalu bermaksud menelfon Andi bagaimanapun dia harus tau kondisi indah akibat ulah perbuatannya namun ternyata kusadari aku lupa membawa handphoneku.
"Mm", gumam Indah saat ia terbangun.
"Masih lemas dek? Kamu haus?", tanyaku.
"Nggak bang", kata Indah sambil berusaha tersenyum.
"Kita harus beritahu perlakuan Andi ini dek pada orang tuamu".
"Nggak usah bang", cegah indah sambil menggelengkan kepala.
"Tapi kenapa dek?".
"Nanti aku bakal ceritain, bang aku tidur dulu, makasih yah bang udah perhatian banget ke aku". Kata Indah lalu memejamkan matanya dan kembali tertidur. Aku lalu memutuskan untuk keluar dari kamar indah dan merokok.

oo0oo​
Keesokan paginya setelah pamit pada Indah aku memutuskan untuk pulang ke rumah sekedar mengambil handphoneku dan mencoba menemui Andi. Saat sampai dirumah aku menemukan pesan Sinta pada secarik kertas yang tertempel dikulkas. Ia mengabarkan bahwa ia menitipkan Nina pada orang tuanya.
Aku lalu masuk kekamarku lalu mandi setelah itu memakai pakaian yang rapi, aku lalu mengecheck handphoneku ternyata banyak sekali panggilan tak terjawab dari marcel tadi malam. Saat memegang handphoneku ada sebuah pesan yang masuk yang ternyata dari marcel.

Setelah membalas pesan Marcel, aku lalu menuju rumah Andi. Saat aku mengetuk pintu tak ada jawaban darinya kukira ia pergi bekerja namun masih kudapati motornya terparkir, aku lalu segera masuk dan mendapati Andi yang tertidur disofa sambil mendekap sebuah bingkai foto.
"Di bangun", kataku memanggilnya. Ia lalu terbangun dan duduk dan menaruh foto itu diatas meja yang ternyata foto Indah dan dirinya saat acara resepsi pernikahan mereka.
"Lo ikut gue kerumah sakit", ajakku padanya.
"Iya bang", Kata Andi. Baru kali ini dia memanggilku dengan sebutan "bang" padahal dulu dia biasanya memanggil langsung namaku. Mungkin efek dari perbuatanku kemarin yang membuatnya sedikit segan padaku. Umurku memang jauh diatas Andi.
Setelah Andi bersiap siap dengan menaiki motornya kami lalu menuju rumah sakit. Sesampainya disana aku mengajaknya menemui Indah di ruang rawat inap. Awalnya ia terlihat segan menemui Indah. Mungkin ia merasa malu. Namun setelah kupaksa akhirnya dia mau menemui Indah. Ia lalu duduk dikursi yang ada disamping ranjang Indah. Sementara Indah yang tengah duduk bersandar hanya memandangiku dan Andi secara bergantian. Aku menanyakan kondisi Indah sementara Andi hanya diam saja. Selang tak lama suster datang membawakan Indah makanan. Aku lalu menyuruh andi untuk menyuapi Indah.
"Nggak usah bang, aku bisa makan sendiri".
"Udah nggak apa lagian dia suami kamu, harusnya dia merawat kamu". 
Andi kemudian dengan perlahan menyuapi Indah, sesekali indah hanya tersenyum menatap Andi yang terlihat kerepotan. Setelah makanan habis kami lalu berbincang, lebih tepatnya hanya aku dan Indah yang berbincang sementara Andi diam saja kecuali saat aku bertanya padanya, beberapa kali aku mencoba bertanya mengapa bisa Andi memperlakukan Indah seperti itu namun Indah segera mengalihkan pembicaraan.
Tak terasa sudah jam setengah 12 aku lalu pamit pada mereka dan segera menaiki taksi menuju kafe yang terdapat diMall tempat biasanya aku bertemu dengan marcel. Sesampainya disana aku lalu memesan kopi. Hampir setengah jam aku menunggu Marcel saat ia muncul bersama Dian dan Linda. Mereka lalu memesan minuman lalu duduk bersamaku. Dian duduk disebelahku sementara Marcel dan Linda duduk di depanku.
"Ada hal apa nih cel", kataku sambil tersenyum. Mereka hanya saling berpandangan. Marcel kemudian menghela nafas panjang lalu berkata.
"Dim bini lo selingkuh".
Seketika itu juga kurasakan waktu berhenti, jantungku berdegup cepat mendengar pernyataan marcel.


EPISODE 6



Flashback

Pov marcel


"Dikit lagi nyampe rumahnya dimas, beneran mau ngajakin dia sayang?", kataku pada Linda yang hari ini merayakan hari keberhasilannya dalam ujian skripsi.

"Iya, kan dia sahabat kamu sayang, biar adil kan aku juga ngajakin kaka angkat sekaligus sahabat aku yang lagi senyum senyum sendiri dibelakang". Kata Linda sambil melirik Dian yang duduk di kursi belakang.

"Ih siapa juga yang senyum senyum sendiri". Kata dian dengan nada manja.
Tak berapa lama kami sudah sampai di gang yang menjadi jalan masuk menuju rumah dimas. Kulihat didepan rumah dimas ada sebuah mobil dan motor yang terparkir di depannya.
"Kayaknya dimas lagi ada tamu, coba gue telfon dulu". Kataku
Beberapa kali aku menghubunginya namun tak diangkat olehnya. Akhirnya kuputuskan agar kami masuk saja kerumahnya. Belum sempat aku mengetuk pintu aku dikagetkan oleh suara seperti orang bertepuk tangan dan juga orang tertawa terbahak bahak. Kuberi isyarat pada linda dan dian untuk diam. Aku lalu mencoba mengintip melalui sela sela gorden yang ada pada sebuah jendela yang cukup besar di samping kananku.
Aku terperangah melihat istri dimas tengah menari dikelilingi oleh 3 orang pria berumur 40 atau 50 an dan juga 2 orang anak muda yang mungkin sedikit diatas umur linda yang masih berumur 21, entah mereka 24 atau 25 an.
Tubuh istri dimas yang sudah telanjang bulat meliuk liuk, bergoyang erotis didepan para pria yang masih berpakaian lengkap duduk mengelilinginya di sofa yang ada di ruang tamu itu sambil merokok.
"Liatkan pak, nggak sia sia saya ajakin. Untung si perek ini ngabarin kalo suaminya lagi nggak ada"
"Hahah beruntung sekali pak hendra ini, kalo begini urusannya kerja sama kita 80 persen bisa jalan nih"
"Loh kok cuma 80 persen pak, harus deal dong".
"Oh tidak bisa, sekertaris bapak harus ngelayanin kami dulu pak, saya ama kedua orang anak buah saya.
"Ya sudah silahkan saya dan supir saya ini pak karto udah sering banget nyicipin badan sinta kok". Kata orang yang disapa hendra ini menepuk bahu pria tua kurus yang duduk disampingnya.
Pria yang berbicara dengan pak hendra tadi kemudian menarik sinta ke pangkuannya dan langsung menghisap kedua payudaranya. Sementara hendra sedang sibuk merekam aksi mereka melalui sebuah handycam yang ia keluarkan dari sebuah tas kecil.
"Uhhh sshh enak kan pak susuku. Oughh" kata sinta sambil merangkul bapak berperawakan gendut itu.
Sinta kemudian memberi isyarat pada dua orang pemuda itu untuk mendekatinya. Dengan tergesa gesa ke dua bodyguard itu melepas celana panjangnya dan mengeluarkan penis mereka yang cukup besar. Sinta yang sedang dikerjai payudaranya kemudian mengocok penis kedua lelaki itu.
Kedua orang itu mendongakkan kepala mengekspresikan kenikmatan yang mereka rasakan. Sinta kemudian melahap tongkol besar salah satu pemuda yang berdiri di sisi kirinya. Mengulum dan menjilat batang itu dengan rakus.
"Haha, kamu memang sudah ketagihan kontol gede sinta, dasar suami lagi jagain orang sakit disini malah ngulum kontol laki laki lain". Kata pak hendra sambil tetap mengarahkan handycamnya.
"Aduh bu enak banget kontolku disedot sedot". Kata pemuda yang diisap kemaluannya itu.
Sinta bergantian menjilati penis kedua lelaki itu. Sementara itu pria buncit yang sedang memangku sinta sudah mencupangi kedua daging bulat yang ada pada dada sinta.
Sinta kemudian turun dari pangkuan pria buncit itu membuka celananya dan ternyata penis lelaki buncit itu kecil mungkin sekitar 10 centi saja. Kulihat cinta kemudian bersimpuh didepan laki laki berpenis kecil itu mulai mengulumnya. Kedua pemuda tadi kemudian mengarahkan badan sinta agar sedikit menungging. Salah satu pemuda kemudian dengan sekali hentakan melesakkan penisnya, membuat sinta melepas kulumannya dan mendongal keatas.
"Ahh uuhh sshh nakal ih main masukiin aja ke memekku uuhh trus goyang sayang". Kata sinta sambil menoleh kebelakang
Sinta kemudian kembali mengulum pria buncit yang duduk di depannya, sementara pemuda yang lain dikocok penisnya oleh sinta.
"Uhh enak banget pak memeknya,". Ceracau si pemuda yang asik menggenjot kemaluan sinta.
"Ahh enak banget lo, kocokan tangannya nikmat gimana memeknya". Kata pemuda lain.
"Iiiyya uhh trus sinta isap kontolku". Kata si pria buncit.
"Hnngg uuhmmpp", sinta hanya melenguh.
Sang pemuda yang menggenjot sinta mempercepat kocokannya dan kemudian tiba tiba ia mengejan. "Uhhhh terima pejuhku buu ahhh". Dapat kulihat ia mengeluarkan pejuhnya dalam kemaluan sinta yang masih asik mengulum penis pria buncit dan pemuda yang satunya.
"Ahhaha pasti nikmat sekali itu, iya kan pak karto". Kata pak hendra sambil menoleh ke arah pria tua kurus yang mengocok kontol besarnya.
"Uhhh banyak banget pejuhnya, sekarang pak bos entot bool ku yah". Kata sinta sambil berdiri membelakangi sang pria buncit ia kemudian meraih penis lelaki itu ia posisikan pas menusuk lubang anusnya. Sinta dengan posisi dipangku pria buncit yang tengah menggenjot lubang analnya mengangkangkan kaki. Ia membuka lebar pintu masuk vaginanya pada pria yang dikocok penisnya tadi. Si pemuda itu kemudian memposisikan batangnya menerobos masuk vagina sinta.
"Uhhh kedua lubangku dihajar kontol, trus sayang uuhh genjoot" erang sinta.
"Aduh bool sekertarismu enak banget pak hendra". Desah pria buncit itu
"Ahhh lebih cepat sayang hajar trus memekku uhhj yaaaahh dikitt lagii ouuuggghhh kellluaarrr". Kata sinta yang berkelojotan diatas pangkuan pria buncit itu akibat hantaman penis pemuda bertubuh kekar sepertiku itu.
Aku tak menyangka istri dimas benar benar liar, dan memang ternyata aku tak salah lihat saat aku berada di salon ketika menemani linda. Pria yang bernama hendra itulah yang meremas pantat sinta waktu itu. Pantas saja saat aku dikenalkan dimas pada sinta, aku sedikit berpikir kalau aku pernah melihatnya.
Aku hampir saja tersentak kaget saat dian menyentuh pelan bahuku dan kemudian memberi isyarat dengan matanya apa yang sebenarnya terjadi didalam. Karna aku tak menjawab dian menggantikan posisiku. Ia menutup mulutnya, matanya terbelalak melihat pemandangan didalam. Tak lama kemudian linda menggantikan posisi dian mengintip.
"Yang didalam itu istrinya dimas, cel?", kata dian berbisik padaku.
Kuanggukan kepalaku menjawab pertanyaan dian, aku memikirkan perasaan sahabatku dimas jika ia melihat kejadian ini, yang kutahu pasti dimas tak akan membiarkan semua lelaki yang didalam itu hidup. Dimas adalah pribadi yang tenang dan baik, namun ketika marah bahkan akupun yang memiliki postur badan yang lebih besar ini tak akan mampu menahannya saat ia marah.
"Eh eh ada yang mau keluar gimana nih". Kata linda mengaggetkan kami. Aku kemudian bersama mereka berlari keluar dari rumah dimas dan masuk kembali ke mobil. Kulihat pria tua tadi merokok bersandar di mobil yang terparkir diluar halaman rumah dimas.
Tak lama kemudian kedua pemuda yang tadi kulihat ikut bergabung bersamanya, aku tak tahu apa lagi yang dilakukan pak hendra dan si pria buncit didalam namun yang pasti mereka sedang memacu birahi. Aku kemudian memacu mobilku meninggalkan rumah dimas.
***​
Masa sekarang
Pov Dimas
kuteguk kopiku dengan tangan bergetar, dengan nada suara pelan marcel dengan detil peristiwa yang ia lihatnya semalam. Aku masih belum mempercayai setiap ucapan marcel, benarkah demikian. Istri yang begitu kusayangi dan kucintai melakukan perselingkuhan gila di rumah kami saat aku tak ada, apakah kejadian tempo lalu yang kualami adalah kenyataan dan bukan mimpi. Aku bingung.
Kupegang kepalaku, rasa pening menghinggapi diriku. Dian yang duduk disampingku mencoba mengelus kepalaku namun kutepis. Kupandangi marcel dengan tatapan tajam akibat emosiku yang mulai tak stabil mendengar ceritanya.
"Lo punya bukti cel?". Kataku dengan suara berat akibat emosi yang kutahan.
Mereka hanya berpandangan satu sama lain. Marcel menggelengkan kepalanya. Aku kemudian berdiri dan berjalan melewati dian. Aku lalu membayar pesanan kopiku.
"Dim, gue emang nggak punya bukti tapi percaya dim, kita udah sahabatan lama. Nggak mungkin gue bohongin lo". Kata marcel saat aku berjalan melewati meja mereka. Aku hanya diam tak tau harus berkata apa.
Kutinggalkan mereka yang masih duduk disana. Kuabaikan panggilan dian yang memanggil manggil namaku. Aku terus saja berjalan menuju parkiran. Sesampainya disana airmataku menetes. Aku menangis. Benarkah sinta melakukan itu semua.
Dalam tangis kutinggalkan mall itu menuju rumah mertuaku. Sesampainya disana mereka bertanya mengapa mataku memerah. Aku hanya bilang kalau mataku kemasukan debu dijalan. Aku kemudian menggendong nina. Yah hanya nina, anakku satu satunya yang meredam emosiku tadi. Ia hanya tertawa sambil menepuk nepuk pipiku. Wajah nina benar benar mirip dengan sinta saat anakku itu tersenyum.
"Hmmnggs, ayo nina sayang coba bilang papa". Kataku pada nina.
Nina hanya memandangiku lalu menggelendot manja dan menempelkan kepalanya pada leherku. Kupeluk erat nina sambil kugoyang goyangkan pelan tubuhnya.
"Anak papa udah semakin gede, harus bisa ngomong mamah papah yah". Kataku sambil tetap mengayunkan pelan tubuhku. Tak terasa nina tertidur di pelukannku. Kubaringkan ia di ranjang tidurnya. Aku kemudian merebahkan diriku mencoba terlelap dan mengistirahatkan kepalaku.
Aku terbangun sekitar sore hari, kulihat nina sudah tak ada dikeranjang bayinya, saat aku keluar kamar ternyata sinta sudah pulang dan menggendong nina. Aku kemudian mendekati mereka, kucium kening anakku lalu sinta.
"Udah lama pulangnya sayang?". Tanyaku pada sinta.
"Baru aja kok sayang, mandi dulu ih bau iler". Kata sinta sambil mendorongku pelan dan memasang mimik wajah pura pura jijik.
"Bareng yuk mandinya", kataku usil, sebenarnya aku ingin membuktikan kebenaran cerita marcel, selama seminggu ini juga aku belum pernah lagi melihat tubuh telanjangnya.
"Hihi genit ah, ntar aja kamu aja duluan. Ini kasihan nina ditinggal sendiri, ibu bapak baru aja tadi keluar". Kata sinta menolak ajakanku.
Aku sebenarnya ingin memaksanya namun ia sedang sibuk menjaga nina, kuputuskan untuk mandi saja. Setelah selesai mandi, aku melihat ada beberapa pesan dan bbm dari marcel dan dian yang menanyakan aku ada dimana, aku kemudian membelas singkat dengan menjawab bahwa aku sedang berada di rumah orang tua sinta. Selang tak lama marcel mengirimkanku pesan bertanya dimana istriku bekerja aku kemudian membalasnya memberitahukan tempat kerja istriku.
Malam mulai menjelang, aku bermaksud untuk menjenguk indah di rumah sakit tempat ia dirawat, karena suaminya pasti akan pergi bekerja aku lalu meminta izin pada sinta.
"Sayang, aku ke rumah sakit tempat indah dirawat dulu yah kasian nggak ada yang jaga".
"Huh kok kamu perhatian banget sih ke dia, kan ada suaminya sayang lagi pula kemana orang tuanya kok nggak tau kalo anaknya lagi dirumah sakit sih", protes sinta.
"Jangan cemburu dong, indah udah aku anggap kayak adik sendiri".
"Ya udah kesana aja kalo memang mau, hati hati". Kata sinta.
Kucium pipinya dan kugenggam tangannya sambil kupandangi ia yang juga menatapku, aku kemudian berkata.
"Aku sayang sama kamu sinta, sangat sayang".
Ada perubahan ekspresi yang kulihat pada wajahnya, ia hanya menunduk setelah aku mengatakan hal itu padanya, kuangkat dagunya dan bertanya ia kenapa. Sinta malah menelukku. Lalu mendorongku pelan dan berkata. "Iya aku juga sayang sama kamu dimas, kasian indah disana, jagain dia. Kamu hati hati,".
Aku memakai jaketku dan segara keluar dari rumah, setelah memanaskan mesin motorku, aku memacu motorku menuju rumah sakit. Sesampainya disana aku bertemu dengan andi yang sedang berjalan keluar dari area rumah sakit. Ia lalu mengajakku sejenak duduk di bangku taman yang ada di sana.

"Bang dimas, gue mau bilang terima kasih karna semua perhatian mas ke indah, saya memang suami yang bodoh". Kata andi.
"Udahlah ndi, nggak usah dipikirin yang penting setelah ini loe perlakuin dengan baik istri loe, kalo gue boleh tau loe apain istri loe selama seminggu".
"Iya bang, tapi saya mohon abang jangan pukul saya lagi, pukulan abang sakit banget masih kerasa sampe sekarang".
Kuanggukan kepalaku menjawab permohonan andi, ia mulai bercerita atas apa yang ia perbuat. Aku benar benar terkejut saat ia menceritakan bagaimana ia menarik paksa indah dan membekap mulutnya. Memasukkannya kegudang, mengikat tangan indah. Lalu menyetubuhinya sambil beberapa kali memukuli indah, selama seminggu indah hanya diberi air minum saja. Aku benar benar tak percaya, sampai setega itu ia pada indah.
"Semua hiks itu aku lakuin karna aku cemburu bang, indah selalu saja ngebandingin gue ama abang, gue takut indah ninggalin gue bang, apalagi gue punya kekurangan. " kata andi dengan sedikit terisak.
"Emang apa kekurangan loe ndi".
"Buat hal itu bang, gue udah bilang ke indah, dan gue mohon bantuan abang. Gue udah bicarain ama indah dan tinggal nunggu persetujuan abang. Sekarang gue mau berangkat kerja dulu", kata andi yang beranjak bangkit dari kursi. Namun ia tiba tiba saja memegang pundakku dan berkata "Tolong jagain indah bang buat malam ini saja karna besok, gue mau ambil izin buat jagain indah nanti ampe indah sembuh, pamit dulu". Kata andi yang kemudian pergi meninggalkanku.


Aku lalu menuju ruangan indah,nampak hanya indah sajalah yang mengisi ruangan itu sementara pasien yang semalam aku lihat sudah tak ada lagi.
"Gimana kamu udah enakan dek". Kataku yang melihat sedang duduk membaca majalah yang ada disana.
"Udah bang, alhamdulilah udah mulai sehat, abang ketemu nggak ama andi?". Kata indah tersenyum tipis.
"Udah tadi juga sempat ngobrol makanya lama".
"Hooh, pasti andi sudah cerita banyak ke abang kan".
"Ya gitu dek, hehe".
Aku kemudian menceritakan apa saja yang aku bicarakan dengan andi tadi pada indah. Selesai aku menceritakannya. Kulihat indah melepas nafasnya seakan akan lega.
"Sebenarnya maksud andi apa dek?, apa kekurangan dia?, dan maaf kenapa kamu terima saja diperlakukan seperti itu?".
"Aku menerima perlakuan andi, karena aku memang cinta dan sayang sama dia bang, sekeras apapun dia padaku. Andi adalah orang yang paling berharga dalam hidupku selain orang tuaku, karna ia penyelamatku saat dulu aku hampir saja diperkosa, andi sebenarnya laki laki yang baik bang,ia berubah karena tekanan orang tuaku dan orang tuanya juga karena ingin segera mendapatkan cucu, karna ternyata ia memiliki kekurangan bang". Kata indah
"Maksud kamu indah?".
"Andi mandul bang", Kata kata indah sontak membuatku terkejut.
Indah kemudian menceritakan saat usia pernikahannya menginjak setahun. Ia dan andi memeriksakan diri mereka ke dokter karena ingin tahu kenapa mereka belum juga mendapatkan momongan. Andi begitu syok setelah diberitahu bahwa spermanya kurang subur dan baik akibat ia yang seorang perokok berat sehingga mempengaruhi spermanya.
"Satu lagi bang, maksud andi meminta tolong pada abang adalah untuk". Kata indah terpotong. Ia menghela nafas. "Menghamili aku bang".
Aku terdiam tak percaya akan kata kata indah. Cobaan apa lagi yang menerpa bahtera rumah tanggaku ini.

EPISODE 7



Dihadapanku kini Dimas hanya duduk terdiam setelah kuutarakan niatku padanya, sebenarnya sebagai wanita akupun merasa risih dan sungkan memberitahukan tentang rencana suamiku Andi ini,namun disatu sisi lain akupun sebenarnya ingin memiliki anak dan mungkin inilah jalan satu satunya agar aku dan suamiku memilikinya.
Mas Andi memang mengalami kemandulan, kami tahu saat pernikahan kami sudah berjalan setahun, kami berdua heran mengapa bisa aku belum juga hamil padahal kami berhubungan badan setidaknya 3 kali seminggu bahkan saat aku dalam masa subur kami selalu menghabiskan waktu seharian untuk melakukan hubungan sex. Mas Andi selalu menyempatkan waktu menyetubuhiku sebelum ia berangkat kerja namun entah kenapa belum juga ada hasil.
Kami berduapun segera memeriksakan diri ke dokter spesialis,dan setelah beberapa lama pasca pemeriksaan kami baru tahu jika suamiku itu mandul. Kandungan spermanya terbilang sedikit dan tak kuat melewati dinding sel telurku.
Setelah saat itu mas Andi mengalami depresi yang cukup berat,namun aku sebagai istrinya yang memang benar benar mencintainya hanya mampu menghiburnya, aku juga mengajukan saran untuk mengadopsi anak saja.
Saat kunjungan orang tua kami,beberapa kali ia menyinggung mengapa kami belum memiliki momongan. Mas Andi hanya bisa tersenyum kecut dan berkata jika mungkin memang belum diberi oleh Yang Maha Kuasa. Kami memang belum memberitahukan perihal kemandulan mas Andi pada mereka dan sebenarnya aku ingin menutupi hal itu pada mereka. Begitupun dengan mas Andi yang pasti akan malu jika mereka tahu bahwa ia mandul.
Semenjak saat itu perlakuan mas Andi padaku menjadi dingin,ia bahkan jarang untuk mengajakku berhubungan badan. Seringkali pula ia pulang dengan keadaan mabuk, ketika kunasehati ia malah memarahiku. Perilakunya itupun semakin menjadi saat kami pindah rumah dan tinggal bersebelahan dengan Rumah mas Dimas. Jujur saat pertama kali melihat mas Dimas aku merasa biasa saja, namun akibat perlakuan dingin dan keras oleh suamiku dan dibarengi dengan perhatian dan sikap lembut mas Dimas, membuat lama kelamaan aku mulai menyukainya. Aku bahkan tanpa sadar membandingkan suamiku dengan Dimas yang begitu sayang pada Sinta istrinya. Dan oleh karena itu terkadang Andi malah semakin memarahiku.
Puncaknya saat sore itu ia melihatku sedang berbincang dengan Dimas serta temannya. Mas Andi menuduhku selingkuh tanpa alasan yang jelas lalu menyiksaku. Untunglah ada Dimas yang menolongku.
"Apa kalian yakin dengan permintaan kalian?, karena jujur aku tak bisa seperti itu Indah. Itu sama saja aku berselingkuh dibelakang istriku". Kata Dimas.
"Akupun juga sebenarnya ingin menolak mas,namun ini permintaan Mas Andi dan mungkin ini satu satunya jalan".
Dimas kembali terdiam,dapat kulihat ia berfikir keras akibat permintaan kami ini. Aku teringat kembali saat bagaimana mas Andi menyampaikan rencana ini padaku.
"Aku tak tau harus menjawab apa dek".
"Sudahlah bang nggak usah terlalu difikirin nanti aku bakalan nyoba ngobrol lagi ama mas Andi".
"Ya udah, nih kamu makan dulu yah", kata Bang Dimas sambil meraih nampan yang berisi makananku. Ia lalu membantuku makan karena memang tubuhku masih lemas. Setelah makan ia kemudian membantuku meminum obat. Setelah itu kami lalu berbincang dan tak membahas lagi masalah permintaan Andi. Aku lalu kemudian pamit untuk tidur karena kami berbincang hingga tak terasa larut malam.
***
Keesokan paginya aku terbangun, aku melihat suamiku yang masih memakai seragam kerjanya tertidur sambil duduk dengan kepala bertumpu disisi ranjangku, kulihat di arlojinya jam menunjukkan pukul 10 pagi. Aku dengan hati hati mencoba menggerakan badanku melemaskan otot ototku. Namun akibat gerakanku itu membuat Mas Andi terbangun.
"Eh kamu udah bangun", kata mas Andi dengan wajah mengantuk
"Iya, bang Dimas kemana?", tanyaku.
"Gini bang Dimas tadi ditelfon katanya dia dapat pemberitahuan kalo ia keterima kerja dan disuruh ke perusahaan yang dia lamar", kata Andi.
"Hooh syukurlah kalo dia bisa kerja lagi", kataku. Semoga dengan permintaan mas Andi yang kusampaikan semalam tidak menjadi beban pikiran Dimas.
oo0oo
Pov Dimas.
Saat ini aku sudah berada di perusahaan tempat aku melamar, tadi pagi aku ditelfon oleh orang HRD perusahaan ini, untung saja saat itu Andi sudah datang dengan masih memakai seragam kerjanya. Akupun segera berpamitan dengannya dan pulang dulu kerumah untuk mandi. Saat dirumah tak kutemui Sinta. Aku lalu menelfonnya dan ia berkata bahwa ia sudah berangkat dan menitipkan nina di rumah mertuaku. Setelah itu aku lalu mandi dan berpakaian rapi kemudian menuju ke kantor tempat aku melamar pekerjaan.
Aku sudah bertemu dengan orang HRD dan kini aku diminta untuk bertemu manajer perusahaan. Aku lalu mengetuk pintu dan setelah dipersilahkan masuk aku lalu memasuki ruangan manajer itu.
"Siang pak Dimas, kenalkan saya Ricky suhendar manajer perusahaan ini".
"Siang pak saya Dimas".
"Silahkan duduk pak", kata pak Ricky lalu mulai menjelaskan tentang jobdesk dan aturan perusahaan.
"Nah apa ada hal yang bapak tidak mengerti".
"Saya rasa jelas pak". Kataku.
"Oh iya satu hal lagi, bapak Dimas mungkin ditempatkan dulu dikalimantan selama setahun atau lebih, dikantor ini bapak hanya akan ditempatkan seminggu, apa bapak siap?".
"Hmm siap pak", kataku. Aku sama sekali tak menduga jika aku akan ditempatkan disana, nampaknya aku akan berjauhan dengan anak dan istriku.
"Baiklah kalo begitu mulai besok bapak sudah bisa masuk kerja, selamat bergabung", kata pak Ricky sambil menjabat tanganku.
Aku lalu berjalan keluar menuju parkiran, akhirnya aku bisa bekerja kembali, untuk sementara kukesampingkan permintaan Andi dan indah dulu dan aku memang tak berencana mewujudkan permintaan mereka, mungkin inilah babak baru bagi kehidupan rumah tanggaku.


Episode 8






Pov dimas

Sudah seminggu lebih aku mulai bekerja di kantor ini, otomatis anakku dijaga oleh kakek neneknya, 2 hari yang lalu indah mengabariku jika ia telah pulang ke rumahnya dan memintaku kesana, namun aku menolak secara halus, karna aku belum siap untuk memenuhi permintaannya, aku juga bimbang karna merasa tak enak dengan istriku.
Sebagai lelaki siapa yang tak mau untuk bisa melakukan sex dengan wanita seperti indah, yang cantik rupawan, memiliki tubuh yang indah, juga suara yang halus yang kadang kuterka dan kubayangkan, bagaimana desahan indah dengan suara sehalus dan selembut itu.

Hari telah menjelang malam saat aku tiba di rumah mertuaku, selama aku tinggal di rumah ini, sinta sudah jarang sekali pulang telat. Biasanya saat berada di rumah kami ia biasa pulang sekitar pukul 9 malam, namun kini ia selalu sudah ada di rumah pukul 6 sore menyambutku saat pulang bekerja.

"Tuh papah pulang nak", kata sinta usai membukakanku pintu sambil menggendong nina.

"Eh anak papah sini sini", aku mencoba menggendong nina, namun tanganku ditepis oleh sinta.

"Udah, mandi dulu sayang, biar aku dulu yang jaga nina", kata sinta.

"Ya udah deh", kataku setelah mencium pipi sinta.
Usai mandi aku yang masih mengenakan handuk kemudian menuju kamar, pintu kamar tak tertutup rapat saat aku masuk. Kulihat sinta sedang asik bertelfonan dan tak menyadariku yang sedang berdiri dibelakangnya

"belum pak, saya belum bilang",

"Hihi pak hendra bisa aja ih, kebayang trus yah pak"

"Haha, ih bapak sana mandi dulu biar pikirannya fresh".

Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, namun nada bicara sinta sungguh manja pada bosnya itu. Aku kemudian melintas di samping sinta yang masih asik bertelfonan ria. Kuambil bajuku dari dalam lemari. Sinta yang tadinya asik mengobrol langsung mengakhiri percakapannya ketika melihatku.

"Kok dimatiin kasian atuh bosnya masih pengen ngobrol", kataku sembari memakai baju .

"Hngg udah kok mas, udah nggak ada yang di obrolin", kata sinta kikuk.

"Hooh ya sudah mandi sana", kataku datar tanpa ekspresi. Sinta hanya diam saja dan malah hanya memandangiku.

"Kamu marah yah sayang?", kata sinta.

"Nggak kok sayang kok dibilang marah sih".

"Habisnya aku tau kalo kamu lagi marah pasti kayak gitu ekspresinya".

"Haha sinta sinta nggak kok udah sana mandi yah, mas mau ngopi dulu".

"Tungguin di depan aja mas, aku yang bikinin".
Aku kemudian menyetujuinya saja. Sembari menunggu sinta membuatkanku kopi aku mengecek handphoneku memeriksa apakah ada pesan yang masuk. Ternyata ada beberapa pesan dari marcel.
Aku lalu membalas saja pesan dari marcel.
Tak berapa lama marcel pun membalas.
Tak kusadari sinta sudah berdiri dihadapanku sambil membawa nampan kemudian menaruh secangkir kopi.

"Asik banget siapa sih, cewek yah", kata sinta seperti menyindirku.

"Haha nggaklah sayang mana ada cewek yang mau ngelirik suamimu ini, lagi pula udah punya istri cantik juga".

"Hihi gombal ah, kamu tuh ganteng sayang, tapi cewek cewek nggak ada yang merhatiin cuman aku aja weeee", kata sinta sambil memeletkan lidah.

"Haha awas yah" kataku sambil bersiap siap memeluk sinta. Namun ia segera berlari, didepan pintu kamar mertuaku aku berhasil menangkapnya. Akupun mengejarnya dan langsung memeluknya lalu mengendusi lehernya.

"Hihihi ih geli sayang ih, aku bau tau belum mandi",

"Eh eh lagi ngapain ini. Kekamar aja sana", kata ibu mertuaku yang keluar dari kamarnya sambil menggendong nina. Reflek aku melepas rangkulanku karna malu dilihat bermesraan dengan sinta.

"Ini mah, Dimas nakal wee, mandi dulu ah", kata sinta yang bersembunyi di balik punggung ibunya lalu lagi lagi memeletkan lidah padaku lalu menuju kamarnya.

"Bapak dimana bu?", kataku mencari ayah mertuaku.

"Biasa tuh paling di pos ronda, maen gaple", kata ibu mertuaku.

"Oo" kataku hanya mengangguk angguk saja.

Aku kemudian kembali duduk di ruang depan sambil meminum kopi sambil berselancar di dunia maya. Setelah kopiku habis akupun menuju kamar dan melihat sinta tengah duduk menselonjorkan kaki diatas tempat tidur sambil membaca novel.

"Baca apa sih serius amat",kataku saat ikut duduk disampingnya

"Ini sayang baca novel, sedih banget deh kasian ditinggal mati ama pacarnya".

"Hehe aduh itu hanya novel sayang ih, kok mewek sih".

"Nggak soalnya si cowoknya sifatnya kayak kamu banget, aku takut kamu ninggalin aku", kata sinta yang kini merangkulku", kubelai sejenak rambutnya untuk mengusir kekhawatirannya.

"Eh nina nggak tidur disini?", tanyaku pada sinta.

"Nggak dia tidur ama neneknya, kata mamah tadi biar kita bisa.. hihi", kata kata sinta terpotong karna ia langsung tertawa.

"Bisa ap.. " belum sempat aku menyelesaikan kalimatku sinta sudah langsung menaiki tubuhku dan menduduki pinggulku kemudian mencium bibirku.

"Hmmpp muachh", suara kecipakan mulut kami yang beradu.

Sambil terus berciuman ia melepas kancing piyama tidurnya, ia yang memang biasa tak memakai bra saat tidur menampilkan kedua bukit kembarnya yang masih kencang, ia lalu mengarahkan tanganku untuk meremas remasnya.

Kupilin putingnya yang berwarna coklat tua itu. Kadang kuremas dengan gemas payudaranya yang putih bersih itu. Lelah berciuman aku kemudian menghisap payudaranya yang kiri sementara tanganku asik memainkan payudara kanannya.

"Sshh oouuhh trus sayang", sinta mendesis, ia lalu melucuti sendiri piyama yang masih menutupi tubuh bagian atasnya . Puas dengan payudara kirinya aku beralih menuju payudara kanannya, menghisap, menggigit dan menyentil putingnya. Membuat sinta meremas remas rambutku.

Sinta lalu mendorongku tubuhku pelan dan melepas bajuku. Ia lalu beringsut dari pangkuanku lalu melepas celana pendekku dengan menariknya. Kini penisku terbebas dari kurungan celanaku berdiri tegak menantang. Sinta lalu sejenak turun dari tempat tidur dan melepas celana panjang piyamanya. Dengan masih memakai gstring model thong ia lalu kembali duduk disampingku lalu mencium pipiku dan menjilat leherku membuatku kegelian.

"Geli sayang", kataku

"Hihi biarin anggap aja balasan karna tadi kamu bikin aku kegelian", kata sinta yang kemudian trus beringsut turun menciumi dadaku lalu dengan nakal menjilat putingku. Tangannya asik memainkan penisku dengan meremas pelan dan mengocoknya.

Tak lama kemudian sinta segera melahap penisku, yang secara sukses masuk kedalam mulutnya karna ukuran penisku yang biasa saja. Dengan rakus ia menghisap terkadang menjilati batang penisku itu. Sinta lalu menyuruhku rebahan. Ia kemudian mengangkangi kepalaku sehingga vaginanya tepat berada di depan wajahku. Kujilat belahan pantat lalu menuju lubang vaginanya.

Dengan posisi 69 kami melakukan oral dan menyerang organ sensitif lawan kami masing masing. Gstring sinta kini sudah kusingkap kesamping sambil lidahku bermain di lubang vaginanya dan kadang mengenyoti klitorisnya yang telah membengkak, akibat perlakuanku sinta makin ganas mengoralku dan memasukan seluruh penisku hingga mentok menyentuh tenggorokannya. Membuat sinta kadang terbatuk batuk

"Mmpphh ouggjj uhuk",

"Ahh sinn enak banget", kataku memuji permainan oralnya
Sinta dengan cepat mengubah posisi. Sambil memegang penisku, ia mengangkangi selangkanganku. Ia menyingkap gstringnya. Dan secara perlahan penisku masuk mengisi rongga vaginanya.

"Uhhh ahh massukk", desah sinta yang mulai menaikturunkan badannya.
Entah kenapa ada yang sedikit berbeda kurasa saat penisku masuk ke vaginanya, entah perasaanku saja atau memang vagina sinta terasa longgar, penisku dengan leluasa keluar masuk di lubang surganya itu.

"Ahh ahh uhhh", sinta hanya mengerang keenakan. Sementara aku malah membayangkan cerita marcel, apa vagina sinta memang sudah sering dimasuki oleh penis yang besar sehingga terasa longgar begini.

Tak terasa 10 menit sinta "berolahraga" diatasku. Peluh sudah membasahi wajah dan tubuhnya menambah kesan sexy. Sinta kemudian melepaskan batang kenikmatanku dari vaginanya dan berdiri disamping tempat tidur sambil melepaskan g stringnya. Ia kemudian setengah membungkuk dan menopangkan tangannya dipinggir kasur.

"Fuck me from behind beb", kata sinta dengan nafas terengah engah.

Kusetujui saja maunya, dan mengusir perasaan negatifku. Aku mengambil posisi berdiri dibelakangnya. Sejenak kugesekkan kepala penisku di belahan pantatnya. Saat aku melihat lubang analnya, nampak lubang itu sedikit menganga tak terlalu lebar, sangat berbeda dengan dahulu. Tak menunggu lama. Kuhujamkan kontiku menusuk lubang mekinya. Membuat sinta sejenak mendongakkan kepala. Kukocok penisku dengan rpm tinggi karna kurasakan sperma yang selama beberapa hari ini tak kukeluarkan akan segera meledak.

"Uhh ouhhj trus sayang tusuk memekku",

"Uuhh ouuhh hmmm", aku hanya mendengus saja.

Kubimbing tubuh sinta agar sedikit menegak. Selangkanganku makin menempel di pantatnya yang bulat. Kuarahkan tanganku kedepan meremasi payudaranya yang membusung. Sesekali sinta menoleh untuk berciuman denganku.

"Uhh ooohh nikmat banget memekmu sayang",

"Ahhh trus sayang jangan kasi ampun, ah bennttarr laggii dappett saaynng".

Tubuh sinta setengahnya sudah menempel di ranjang. Sementara pantatnya ia tunggingkan setinggi mungkin. Tangan sinta meremas remas tempat tidur. Tak lama kemudian sinta mengerang dan berteriak namun suaranya tertahan oleh kasur.

"Uuhjmm oohhmm ahhmmm aakkkuuu kkeelluaarr pppaakk", teriaknya.

Entah perasaanku saja atau dimemang menyebut kata "pak"
Tak menunggu lama kuhujamkan penisku sedalam.mungkin. aku mendengus dan menggeram saat penisku begitu banyak mengeluarkan cairan putih didalam vagina sinta. Kami berdua bersamaan ambruk ke sisi tempat tidur.

Setelah napas kami kembali teratur aku dan sinta beringsut menuju ranjang, kami berdua saling merangkul. Kepalanya ia sandarkan di dadaku..sementara aku memainkan rambut hitamnya yang indah.

"Hihi puas nggak sayang", kata sinta sambil menowel pelan hidungku.

"Hehe puaslah sayang, eh tapi tadi perasaan pas kamu orgasme kok kamu teriaknya bilang pak sih", kataku. Kulihat ekspresi sinta sedikit berubah.

"Hmm anu, ah perasaan kamu aja sayang", kata sinta sambil merapatkan tubuh telanjangnya padaku. Buah dadanya menempel di perutku membuat penisku kembali bereaksi.

"Ih dedeknya bangun lagi tuh masih mau yah dimainin tante", kata sinta manja sambil mengocoknya.

"Haha udah dong jangan dimainin ntar malah makin tegang tuh",

"Hihi iya deh, eh sayang beberapa hari yang lalu marcel datang loh ke kantorku ketemu ama pak hendra".

Aku sungguh terkejut, pantas saja kemarin marcel menanyakan alamat kantor sinta, namun aku tak tau maksud dari marcel itu.

"Loh ngapain dia kesana sayang?", tanyaku penasaran

"Katanya sih mau kerja sama, soalnya perusahaan ayahnya juga bergerak dibidang yang sama dengan kantorku".

Ayah marcel memang memiliki perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi dan IT tapi setahuku perusahaan ayah marcel sudah sangat besar. Buat apa dia mengajukan kerjasama lagi.

"Nah selama beberapa hari itu bos sering banget ketemu marcel sayang, trus diajakin pergi tapi nggak tau tuh kemana".

"Hooh gitu yah". Kataku sambil menganggukan kepala.

"Eh aku kekamar mandi dulu yah sayang mau bersih bersih. Nggak enak banget nih memekku lengket ih, pejuh kamu banyak banget". Kata sinta yang kemudian beranjak dari kasur lalu memakai handuk dan ia lilitkan ketubuhnya.

Aku hanya berdiam diri dikamar setelah memakai celana pendekku. Fikiranku masih terbayang tujuan marcel menemui pak hendra. Entah apa yang ia lakukan selama beberapa hari belakangan bersama pak hendra. Tak kusadari sinta telah kembali dari kamar mandi. Ia kini mengenakan baju tidur yang tipis tanpa dalaman sama sekali dan kemudian ikut berbaring disampingku.

"Oh iya sayang kelupaan besok aku mau pergi bareng bos. Nemuin beberapa klien diluar kota bicarain masalah kerjasama perusahaan. Mungkin lusa baliknya pas malem hari. Bolehkan sayang?", kata sinta meminta ijinku.

"Ya boleh, asal jangan nakal yah disana", kataku sambil menowel hidung mancungnya.

"Hihi nggak kok, eh coba tebak 4 hari lagi hari apa hayo",

"Hah, hmm hari minggu?", kataku menjawab sekedarnya.

"Ih masa lupa sih kan 4 hari lagi hari anniversari kita sayang yang ke 3 tahun", kata sinta dengan wajah cemberut. Aku baru teringat memang sebentar lagi hari ulang tahun pernikahanku.

"Hehe maaf ya sayang, ih manyun ih hilang loh cantiknya nanti".

"Biarin kamu nggak inget sih". Kata sinta yang kemudian memunggungiku. Aku lalu memeluk tubuhnya dari belakang dan kemudian berbisik.

"Sayang, entah itu hari aniversary kita ataupun hari biasa. Rasa sayang ama cintaku nggak akan pernah hilang". Kataku sambil merapatkan tubuhku.

"Hiks hiks". Entah kenapa sinta malah terisak saat aku mengucapkan itu padanya.

"Hei kamu kenapa, kok nangis?", tanyaku sambil mengelus elus lengannya.

"aku bahagia mas, punya suami yang penyayang kayak kamu". Kata sinta setelah membalikkan tubuhnya dan berbaring berhadapan denganku.

"Udah yuk tidur". Kataku mengajak sinta untuk tidur sambil memeluknya. Saat aku hampir terlelap, entah perasaanku saja atau memang sinta berkata maaf dengan lirih.
***​

Pagi pagi aku terbangun. Kulihat sinta sudah terbangun dan sedang mengeringkan rambutnya, nampaknya ia baru saja selesai mandi. Kulihat disampingnya ada sebuah tas besar mungkin berisi baju bajunya. Aku lalu segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi dan memakai kemeja serta celana kain. aku kemudian bersiap siap menuju kantorku. Bersamaan saat aku sedang menggunakan sepatuku, mobil jemputan yang dikendarai oleh pak karto datang.

"Sayang pamit dulu yah", kata sinta setelah mencium tanganku. Usai aku mencium kening sinta, ia pun segera menuju mobil itu dan tak lama mobil itupun berlalu. Akupun segera memacu motorku menuju kantorku.

Pekerjaan hari ini cukup menumpuk, aku harus memeriksa beberapa hasil pengerjaan analisa, beberapa klien meminta cek atas sample yang ia kirimkan. Tak terasa sudah sore hari saat aku masih berkutat dengan beberapa laporan analisa. Tiba tiba saja suara handphoneku berbunyi. Ada pesan singkat dari marcel.
Setelah menyelesaikan pekerjaanku. Akupun merapikan meja kerjaku dan segera keluar dari ruang kerja, setelah memanaskan motor aku kemudian memacu motorku menuju rumahku. Jalanan cukup macet akibat jam pulang kantor.

Aku baru tiba dirumahku sekitar pukul setengah 7 malam. Sembari menunggu Marcel kubersihkan rumahku yang sudah beberapa hari tak kutinggali. Entah kenapa di karpet ruang tamu banyak sekali noda seperti bekas tertumpah cairan yang telah lama mengering.
Setelah membersihkan rumah sekedarnya aku lalu mandi dan kemudian setelah itu memakai pakaian santai, kaos hitam dan celana pendek. Setelah membuat kopi aku kemudian lalu duduk diteras rumahku.

Tak berapa lama marcel pun datang bersama Dian dan Linda. Kulihat mereka sempat bercakap cakap dimobil. Entah kenapa linda seperti ingin merampas sesuatu yang digenggam marcel. Namun marcel bersikeras mempertahankan benda itu. Mereka pun lalu mendatangiku yang asik meminum kopi.

"Hai bro", sapa marcel

"Malam Dimas", sapa Dian padaku. Sementara Linda hanya tersenyum kepadaku.

"Malam, ada apa nih kok lo pengen banget ketemu gue cel, oh iya ngapain lo ke perusahaan bini gue?", tanyaku beruntun. Marcel awalnya diam saja sedangkan dian dan linda hanya saling berpandangan. Membuaku semakin bingung.

"Hmm ceritanya panjang dim, tapi gue udah punya bukti", kata marcel setelah sedikit menghela nafas.

"Bukti?, Bukti apaan?", tanyaku.

"Di flashdisk yang dipegang Marcel ada bukti perselingkuhan istrimu dim", kata Dian.
Bagai tersambar petir aku hanya diam mematung mendengar kata katanya. Sejenak kupandangi mereka yang hanya terdiam.

"Kalian nggak becanda kan", kataku dengan nada serius. Jantungku berdegup kencang, tanganku gemetar menahan gejolak emosi yang tiba tiba datang.

"Nggak dim, Dian nggak becanda, ini gue kasiin ke elo", kata Marcel sambil menyerahkan sebuah flash disk berwarna hijau.

"Kalo kamu nggak percaya Dimas kamu boleh lihat sendiri", Dian menambahkan.

"Oke kalian tunggu di ruang tamu dan jangan sekalipun masuk ke ruang keluarga", kataku sambil beranjak dan membawa flash disk itu. Sementara mereka duduk di ruang tamu, aku menuju ruang keluarga.

Kucolokkan flashdisk itu ke tv Led ku yang memang memiliki port usb untuk flashdisk. Saat tampilan menu flashdisk itu muncul ada berbagai macam thumbnail video disana. Mataku melotot melihatnya. Sanggupkah aku memutar semua video itu dan melihat isinya.​




0 komentar: