BAHTERA RUMAH TANGGAKU (DIMAS STORY)#3

Pov Sinta

Pagi pagi jam 8 aku terbangun dari tidurku, tak kulihat dimas disampingku. Saat aku keluar dari kamar kulihat dimas sedang merokok sambil menelfon seseorang, samar samar aku mendengar dimas menanyakan apa semua sudah siap dan juga ia selalu berkata yakin akan rencananya.
Saat kutanyai dimas, ia sedang menelfon siapa. Ia menjawab bahwa ia sedang menelfon marcel dan juga jam 10 nanti supir marcel akan datang menjemputku dan juga indah serta Andi. Dimas juga mengingatkanku untuk mengabari pak hendra.

Akupun mengabari pak hendra melalui telefon. Ia mengiyakan saja dan akan datang kerumahku pukul setengah 10 bersama dengan pak karto. Akupun berinisiatif untuk mandi terlebih dahulu, aku harus tampil cantik hari ini. Setelah aku mandi, dimas kemudian menggantikanku untuk membersihkan dirinya. Aku lalu menuju ke kamar dan memilih pakaian terbaikku. Tak lama dimaspun datang dan ikut memakai pakaian. Ia menggunakan kemeja dan juga celana panjang jeans.

"Udah cantik belum sayang?", tanyaku pada dimas meminta pendapatnya tentang dress merah yang kupakai.

"Iya udah cantik kok", kata dimas sambil tersenyum, tapi entah kenapa senyumannya berbeda, seperti ada sesuatu yang ia pikirkan.

"Kamu kenapa sih?", kataku sambil berusaha memeluknya.

"Hehe nggak, hmm cuma takut aja nanti kamu nggak suka acara yang kubuat". Kata dimas

"Aku pasti suka kok sayang".

"hehe iya, eh kayaknya ada orang didepan deh yuk keluar", kata dimas saat kami berdua mendengar seperti ada suara ketokan pintu. 

Kami berdua menuju ke ruang tamu, kemudian dimas membukakan pintu, ternyata pak karto dan pak hendra sudah datang. Sejenak dapat kulihat pandangan kedua orang itu begitu bernafsu melihat bagian atas payudaraku yang menyembul dibalik dadaku yang tak tertutupi sempurna oleh dress ini karna memiliki potongan leher yang cukup rendah.

Tak lama kemudian sebuah mobil sedan berwarna putih datang, lalu turun seorang pria berumur 50an yang mengaku sebagai supir marcel, dimaspun segera menuju ke rumah Indah sedangkan aku ditinggalkan bersama pak hendra dan pak karto.

"Kamu sexy sekali sayang, iya nggak to", kata hendra ke pak karto

"Iya bos", jawab pak karto sambil memandangi dadaku lekat.

"Kamu ikut mobil kita yah", ajak pak hendra.

"Hmm aku..", belum sempat aku menjawab Dimas sudah kembali bersama Indah yang memakai gaun yang menutupi seluruh tubuhnya dan juga memakai jilbab yang cukup lebar.

"Yok berangkat", kata dimas pada kami.

"Loh andi nggak ikut?", tanyaku.

"Nggak, dia kerja", kata indah singkat tanpa melihat wajahku, aneh ada apa dengan Indah.

Kami pun menuju mobil masing masing, aku bersama Indah duduk dibelakang sementara dimas duduk didepan disamping supir. Perjalananpun dimulai, mobil pak hendra mengikuti mobil yang kutumpangi ini. Selama perjalanan baik Indah maupun dimas tak ada yang menemaniku berbicara, entah kenapa firasatku buruk sekali.

Sejam kemudian kami tiba di pinggiran kota, setelah memasuki sebuah kawasan hutan kami sampai di sebuah rumah yang cukup besar, kulihat Marcel berdiri didepan pintu bersama Linda dan juga wanita yang 2 hari lalu datang bersama Dimas, kenapa wanita itu ada, apa dia teman dimas, atau jangan jangan ia datang dan ingin mengacaukan perayaan aniversariku. Setelah sampai, kami semuapun turun dari mobil, kami lalu mendatangi marcel dan kedua wanita itu.

"Loh Dian kok ada disini", kata pak Hendra.

"Hehe, kan aku temennya dimas juga pak", kata wanita bernama dian itu.

"Udah siap semua cel?", tanya dimas.

"Udah kok, yok masuk".

Saat aku masuk aku begitu takjub, begitu banyak hiasan bunga mawar kesukaanku di sekitar ruangan, bahkan ada sebuah baliho bertuliskan HAPPY ANIVERSERRY", kami terus berjalan masuk, ada sebuah kue yang cukup besar disana dan diatasnya terdapat lilin berangka 3 yang sedang terbakar.Kami lalu berdiri mengelilingi kue itu.

Dimas menyuruhku untuk meniup lilin, sebelum kutiup aku berdoa semoga usia pernikahanku berlangsung lama, hingga maut memisahkanku dan Dimas. Setelah itu aku memotong kue dan memberikannya pada dimas, ia lalu menyuapiku dengan kue yang kuberikan tadi, sisa kue itu kemudian ia makan.

"Selamat yah say, eh maksudku dimas", kata dian lalu memeluk dan menciumi kedua pipi dimas, aku benar benar tak suka akan kehadirannya. Aku kembali terkejut saat indah melakukan hal yang sama pada Dimas, kedua wanita itu tak ada yang menyalamiku.

"Ayo semua makanan udah disiapin", kata marcel mengajak kami.

Kami lalu menuju ke ruang makan, disana sudah tersedia minuman dan makanan diatas meja. Didepan masing masing kursi sudah bertuliskan nama kami. Aku duduk diapit oleh pak hendra dan pak karto sementara dimas duduk diapit oleh dian dan indah. Awalnya aku protes ke Dimas namun ia mengatakan bahwa ini bagian dari kejutan, aku kemudian menerima saja. Selama waktu makan itu, kulihat beberapa kali Dimas disuapi oleh Indah dan juga Dian. Membuatku benar benar cemburu.

"Heh bisa tidak nggak usah disuapin".

"Ih inikan buat ngehormatin yang punya acara", kata dian sinis padaku.

"Udah Sinta, jangan marah, dian hentikan saja", kata dimas pada dian.

Setelah menyelesaikan makan, akupun meminum jus jeruk yang tadi sudah disediakan dimeja kami. Tak berapa lama entah perasaanku saja aku mulai pusing, saat pak hendra ingin berdiri dari kursi, ia tiba tiba ambruk sambil memegangi kepalanya, saat pak karto ingin membantunya, pak kartopun ikut ikutan pingsan. Tapi kenapa semua orang tak panik dan hanya melihat mereka saja, tak lama kemudian akupun juga merasakan kepalaku mulai berat, pandanganku mulai kabur dan tiba tiba semua gelap.

oo0oo​

Pov Dimas

Aku hanya diam saja saat melihat Sinta dan juga Hendra bangsat juga si tua bangka karto pingsan, kupandangi wajah cantik istriku yang pingsan dengan posisi duduk. Rupanya obat yang dituangkan oleh Indah dan Dian pada minuman mereka telah bereaksi sempurna. Aku sebenarnya merasa iba pada Sinta harus memperlakukannya seperti ini. Namun perbuatannya sungguh tak termaafkan olehku.

"Cel bantu gue pindahin Sinta ke kamar", kataku pada marcel. Kami lalu menggotong sinta menuju kamar dan mendudukkannya pada sebuah kursi yang terdapat layar proyektor milik marcel. Kami lalu mengikatnya agar sinta tak terjatuh dari kursi. Rencanaku sebenarnya tak begini awalnya, namun indah menyarankanku agar aku melakukan ini semua karna ia mengatakan ingin memakai ranjang yang ada dikamar itu namun aku tak tau apa yang ia inginkan.

Kami lalu keluar dari kamar itu dan kembali menuju ruang makan memindahkan hendra dan juga karto menuju ruang tengah dan lalu mengikatnya pada sebuah kursi. Saat aku memegang tubuh mereka rasanya aku ingin membanting mereka kelantai namun aku tak mau mengacaukan rencanaku sendiri. Setelah mengikat mereka dian lalu meminta marcel dan linda untuk mengantarkannya menuju rumah pak Hendra. Meninggalkanku berdua dengan indah.

Aku lalu meminta ijin pada indah untuk sekedar merokok diluar,namun indah ternyata ingin menemaniku. Ia mungkin tahu bahwa perasaanku saat ini tengah kacau balau bercampur aduk antara rasa amarah dan juga kecewa pada Sinta juga kedua teman kantornya itu.

"Fyuuuhhhh", aku mendengus sambil menghembuskan asap rokokku seakan ingin membuang seluruh beban pikiranku.

"Aku mau kamu ngontrol diri kamu yah Dim, aku tau kamu saat ini lagi kacau perasaan juga fikirannya".

"Iya, makasih yah dek", kataku sambil merangkul pinggul indah yang duduk disampingku dilantai teras villa ini".

Kami lalu berbincang membahas hal yang lain. Ia begitu gembira saat menceritakan jika ia nanti memiliki anak, walaupun anak itu bukan anak Andi. Namun ia berkata bahwa rasa sayangnya pada Andi tak pernah berubah. Kami berbincang hingga tak terasa pukul 1 siang saat tiba tiba aku mendengar suara teriakan laki laki dari dalam.

"TOLLOOONNGGGG!!!". Suara pak Hendra begitu nyaring terdengar.

"Nggak usah teriak teriak!!", gertakku saat berhadapan dengan hendra dan pak karto yang sudah sadar terlebih dahulu.

"Kenapa kami diikat pak Dimas", kata pak karto.

"Iya,apa apaan ini pak Dimas saya bisa melaporkan anda kepolisi?, gue nggak salah dengar?, beratan mana ama hukuman orang yang jadiin istrinya kayak pembantu, beratan mana ama orang yang make badan istri orang?, beratan mana ama orang yang tega menyiksa istrinya demi harta", kataku sambil menatap tajam mereka sambil mengungkapkan segala perbuatan Hendra yang kudapat dari Dian.

"Apa maksud bapak?", tanya hendra dengan wajah kebingungan.

"Maksud gue ini anjing, bugghhh", kataku lalu memukul wajah pak hendra sekali dan juga wajah pak Karto yang sedari tadi sudah terlihat gemetar ketakutan.

"Udah dim, ingat janji kamu tadi", kata Indah sambil berusaha menarik tubuhku.

"Indah lebih baik kamu jaga sinta dikamar aku nggak mau kamu ngeliat aku sekarang".

"Nggak aku disini aja ngawasin kamu".

"Plis indah yah", kataku. 

"Oke tapi cuma 5 menit aku tinggalin kamu", kata indah sambil berlalu pergi.

"Apaan isshh aappan ini pak kok kami dipukul?", kata Hendra sambil meringis kesakitan.

"Kenapa? Lo masih belum sadar juga kesalahan lo anjing hah?", kataku mulai sangat emosi.

"Apa salah kami emang", tanya hendra seperti menantang, rasanya ingin kuhancurkan wajahnya itu.

"Salah lo, liat nih bangsat", kataku sambil memutar video yang berisi perbuatan bejat mereka bersama sinta.

"Dddaari man buggghhhh", belum sempat hendra berkata apa apa aku sudah menghantam bagian pipi kirinya dengan tendanganku yang cukup keras

"Ampun pak Dimas, ampun", kata pak karto mengiba 

"Dasar bangsat tua bangka !!", kataku lalu memukuli wajah dada dan perutnya bertubi tubi terakhir kuberikan ia tendangan tepat didadanya sehingga ia terjatuh bersama kursi yang ia duduki.

"Ammpuun pak Dimas, Ammpuunnn", kata Hendra yang seperti ingin menangis seperti banci. Kujambak rambutnya sambil menatap tajam matanya.

"Ampun? Nggak ada ampun buat bangsat babi kayak loe", kataku lalu membenturkan lututku kewajahnya berkali kali sambil tetap memegang kepalanya sebagai tumpuan. Lututku mampu mencapainya karena ia terduduk disebuah kursi yang cukup pendek.

"Dimas!!!, cukup dimas", Indah tiba tiba menarikku menghentikan perbuatanku. Kulihat wajah pak karto dan hendra sudah dipenuhi darah, bahkan dapat kulihat jika gigi pak karto terlepas dan tercecer di lantai ruangan ini.

"Kenapa mereka??, aduh dim kan gue udah bilang sabar". Kata marcel yang mendudukkan kembali kursi yang diduduki pak karto.

"Dasar menantu bajingan, bugghhh", kepala hendra dipukul memakai tongkat oleh seorang pria tua dan disampingnya adalah seorang wanita bertubuh cukup gemuk yang mungkin adalah istri hendra seperti yang diceritakan dian.

Aku lalu mematikan video yang terputar di layar,setelah itu aku berdiri dihadapan hendra sambil melipat kedua tanganku didepan dadaku.

Sekarang lo ceritain kenapa bisa sinta mau maunya ama loe bangsat", perintahku.

Dengan gemetaran sambil meringis kesakitan ia lalu menceritakan semuanya, setiap kata demi kata darinya seakan kilatan petir yang menyambarku, sungguh keji perbuatan mereka. Aku lalu kembali memukul wajah hendra. Saat tiba tiba marcel menahanku.

"Udah dim, apa lo nggak puas lo udah bikin mereka bonyok kayak gini?", kata marcel.

"Gue nggak bakalan puas sebelum mereka mati".

"Sabar dimas,sabar", kata Dian sambil memegang tanganku.

"Saya selaku pemilik perusahaan sungguh meminta maaf nak dimas, akibat perbuatan menantu atau lebih tepatnya mantan menantu saya ini ikut melibatkan istri nak dimas".

"Nggak perlu meminta maaf pak, bukan salah bapak kok", kataku.

"Yok dim ikut aku", kata Indah tiba tiba meraih tanganku dan menyeretku kekamar.

"Ada apa Dek?". Tanyaku usai kami masuk dalam kamar. Bukannya menjawab pertanyaanku indah malah melucuti seluruh pakaiannya.

"Loh?".

"Nggak usah kaget dimas. Daripada kamu ngelampiasan emosi kamu dengan cara seperti tadi, mending kamu lampiasin seluruh kekecewaanmu pada sinta dengan menyetubuhiku didepannya". Kata Indah.

"Nggak indah, apa bedanya aku dengan sinta jika aku seperti itu".

"Bukan begitu bang, anggap ini sebagai pembalasan buatnya jika ia mampu melakukan hal itu maka kamupun bisa". Kata Indah.

"Baiklah", kataku sambil meneguhkan hatiku.

BRT​

Pov Sinta

"Uhh terus mass ahh"

"Plok plok plok".

Saat aku tersadar aku mendengar suara erangan, dan suara tepukan, mataku masih berat untuk kubuka. Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Ingin kugerakan tubuhku namun aku tak bisa, tanganku seperti terikat di posisi aku yang sedang duduk saat ini.

Suara erangan itu makin lama makin terdengar jelas, saat aku membuka mataku sinar cahaya mentari menyilaukan mataku, sepertinya hari sudah mulai sore. Mataku terbelalak saat melihat apa yang disinari oleh cahaya itu. Diatas tempat tidur dimas sedang menyetubuhi seorang wanita dengan posisi doggy.

"Ahh indah mau keluarr dek",

"Ahhh mas keluarrin mas hamilin akuhh oohhh",

"Indahh kelluaerr" erang dimas

"Ahhh indah jygga mass, ohh", teriak indah.

"TTTTTTIIIIDDDAAKKK HHEENNNTTIIIKKAANNN", Teriakku sambil menangis, membuat mereka menoleh padaku.

"Mas, kenapa mas, kenapa mas ngelakuin itu mas hiks,kenapa aku diikat seperti ini mas",tangisku pecah, hatiku benar benar hancur melihat dimas melakukan sex dengan wanita lain.

Indah kemudian merebahkan diri, sementara dimas berdiri dan memakai celana kolornya lalu ia berjalan mendekatiku.

"Kenapa?, harusnya aku yang menanyakan sayang kenapa kamu selingkuh", tanya dimas sambil menatapku tajam.

"Aku tak pernah berselingkuh mas", kilahku.

"Ohh ya?, liat ini". Kata dimas sambil menyalakan tv yang ada dikamar ini, aku terbelalak saat melihat videoku yang sedang disetubuhi pak hendra didepan dimas yang sedang tertidur ada disana.

"Mmm mas akku akku hiks", kataku sambil menangis terisak.

"Kenapa nggak bisa mungkir lagi kan, apa salahku sebenarnya sinta sama kamu, apa?",

"Maaf mas, maaf". Aku hanya bisa menunduk sambil menangis.

"sinta taukah kamu perasaanku saat pertama kali melihat video itu, duniaku seakan runtuh, aku benar benar sakit hati padamu, ingin rasanya aku membunuh bosmu. Aku tak menyangka kepercayaanku padamu, dengan membiarkanmu bekerja ternyata kamu salah gunakan.

"Maaf mas hiks maaf",

Sambil menunduk aku menyesali semua perbuatanku. Terdengar kemudian suara indah yang berpamitan pada dimas lalu keluar dari kamar yang cukup luas ini. Hanya isakanku yang kemudian terdengar dikamar ini.

"Sinta aku akan menceraikanmu, aku akan kekalimantan 4 hari lagi, aku akan lama berada disana", kata kata dimas membuatku menegakkan kepala menatapnya sambil berlinang air mata.

"Jangan mas jangan, aku akan berubah mas, demi kamu, demi nina, jangan tinggalin aku mas hiks".

"Ini demi kebaikanmu, sebagai pelajaran buatmu, tak ada lelaki yang suka diselingkuhi sinta, sama seperti wanita yang tak ingin diduakan".

"Aku janji mas hiks, akan berubah, aku juga akan berenti dari hiks pekerjaanku".

"Terlambat sinta sudah terlambat, berkas perceraian kita sudah ku urus yang kamu lakukan hanya tinggal menandatanganinya saja".

"Hiks mas hiks", aku semakin menangis, hari Aniversary yang harusnya aku bahagia disaat merayakannya, malah kesedihan yang dalam yang kurasakan.

Dimas kemudian melepaskan ikatanku. Aku langsung bangkit dan memeluknya sambil terus menangis. Sementara ia hanya diam saja tak membalas pelukanku.

Ia kemudian menuntunku duduk diranjang, lalu memintaku menceritakan awal mula perselingkuhanku juga menanyakan apakah nina adalah anaknya atau bukan. Dalam tangis aku menceritakan semuanya, kuharap kejujuranku dapat merubah keputusan dimas. Setelah aku menceritakan semua. 

"Jadi kamu merasa aku tak bisa puasin kamu, kamu pernah nggak sih berfikir kalo kamu dimanfaatin selama ini, kamu hanya terbuai kenikmatan sementara sinta". Kata kata dimas sungguh membuat nafasku tercekat.
Ia lalu memakai baju kaosnya dan mengajakku keluar. Di ruangan lain itu kulihat pak karto, pak hendra, seorang pria tua yang tak kukenali ada disana, istri pak hendra pun ada disana sedang berdiri disamping dian.

"Saya tidak menyangka kamu memperbudak anak saya, mulai sekarang kamu harus berenti dari pekerjaanmu dan tenang saja saya jamin kamu akan masuk penjara untuk waktu yang cukup lama", kata pria tua itu sambil merangkul istri pak hendra. 

Kondisi pak hendra dan pak karto sungguh mengenaskan. Mereka babak belur disekitar wajahnya. Saat mereka melihat Dimas yang datang bersamaku, mereka yang dalam kondisi terikat ketakutan seperti melihat monster.

"Ampun pak dimas jangan pukuli saya lagi", kata pak hendra memohon.

"Saya cuma mau kamu ceritain motif kamu lagi pada sinta", kata dimas.

Pak hendra pun mulai menceritakan semuanya, ia memperalatku selama ini. Secara detil ia menceritakan kejadian 3 tahun lalu bagaimana bisa ia mendapatkanku. Airmataku berlinang, selama 3 tahun aku dibohongi, aku benar benar baru merasa jijik dengan diriku sekarang.

"Pak tua ini bisa kuat melayani kamu karna ini", kata dian sambil membawa sebuah tas besar lalu ia menumpahkan seluruh isi tas itu yang ternyata berupa botol obat obatan.

"Tahukah kamu kalau dia itu menderita ejakulasi dini dan susah untuk ereksi, kalo tak percaya coba buktiin gue jamin nih orang bakalan muncrat sebelum 1 menit", kata dian lagi.
Tentu saja aku tak akan melakukan kata kata dian, semua kenyataan yang kudapatkan sekarang betul betul membuat kepalaku pusing. Dan kembali pandanganku gelap.

oo0oo​

Aku tersadar saat malam hari. Tapi kulihat kamar tempatku berbaring ini cukup familiar ini adalah kamar di rumahku saat aku keluar dari kamarku kudapati ibuku yang tengah memangku nina sedang berbicara dengan ayahku sambil ditangannya memegang sebuah kertas.

"Duduk sini sinta kami mau bicara", kata ayahku setelah mendapatiku memandangi mereka.

"Dimas sudah cerita semuanya, kami berdua sangat malu dengan kelakuanmu", kata ayahku. Aku hanya bisa menunduk dan menangis, ninapun ikut menangis melihatku bersedih.

"Hiks kenapa kamu bisa berbuat seperti itu nak hiks", kata ibuku yang juga ikut menangis.

"Maafin sinta mah, hiks pah maafin sinta". Aku hanya bisa mengatakan maaf pada mereka.

"Papah sebenarnya ingin mengusirmu saja karna membuat kami malu, tapi dimas menahan papah agar tak marah padamu, dimas betul betul laki laki yang baik. Ini kamu tandatangani surat perceraian yang dia kasih ke papah tadi". Kata ayahku sambil menyerahkan surat itu. Aku sama sekali tak bergeming, aku benar benar tak ingin berpisah dengan dimas.

"Nak, inilah akibat dari kelakuan kamu, kamu berbuat kamu harus berani bertanggung jawab, apa kamu ingin menjalani rumah tangga dengan pria yang sudah hilang rasa kepercayaannya padamu, dengan lelaki yang sudah sangat sakit hati kau buat, syukurlah dimas masih bisa bersabar, kalo seandainya ayah yang ada diposisi dimas ayah tak tau apa yang akan ayah lakukan padamu. Jadi tanda tangani saja, terimalah keputusan dimas".
Dengan berat hati akupun menandatangani surat itu. Tetesan air mataku membasahi surat perceraianku. Berakhir sudah 3 tahun bahtera rumah tanggaku bersama dimas. Maafkan aku dimas sungguh maafkan aku.

##X##​

Pov Dimas

3 HARI KEMUDIAN.

Ini adalah hari perceraianku, saat ini hakim telah mengetok palu tanda aku sudah resmi menyandang status Duda. Hak asuh nina dibebankan ke sinta, namun aku tetap akan memberikan biaya untuk nina terlepas dia anakku ataupun bukan, namun dalam hatiku aku sudah benar benar menyayangi anak berumur 2 tahun itu. Aku kemudian mendatangi sinta dan orang tuanya juga nina untuk sekedar bersalaman.

"Bu, pak maafkan aku kalau selama ini punya salah", kataku setelah menyalami mereka.

"Kami yang harus meminta maaf nak dimas", kata ayah sinta.
Sinta hanya menunduk dan menangis saja, aku kemudian mendatanginya. Sinta memandangku dengan berurai air mata penyesalannya. Sementara nina yang digendongnya tersenyum padaku.

"Maafkan aku mas, hiks maafkan aku", kata sinta.

"Sudah, aku pasti akan memaafkanmu, semoga jika kamu sudah memiliki pendamping hidup yang lain, hargai pasanganmu, jangan rusak kepercayaan mereka yah, jadikan semua ini sebagai pembelajaran buatmu" , kataku sambil membelai rambutnya.
Saat aku akan berbalik meninggalkan mereka, langkahku terhenti karna mendengar suara baru dalam hidupku, suara cempreng anak anak.

"Pa, pa, pa", suara itu keluar dari mulut mungil nina.
Aku benar benar terkejut, aku lalu menggendongnya sembari ia mengucapkan kata "pa", hatiku terenyuh, kenapa harus saat ini kau mengatakannya nina, hampir saja airmataku menetes.Dengan rasa dilema dalam hatiku, kukembalikan nina ke pelukan sinta, dan pergi meninggalkan mereka.

Aku lalu menuju ke rumah Andi dan Indah tempatku menginap selama beberapa hari kemarin. Selama itu terkadang aku dan Indah tetap berhubungan badan, memastikan bahwa aku dapat menghamilinya, disaat Andi bekerja dimalam hari. Walau kutau Andi mengijinkanku namun aku benar benar tak enak hati padanya.
Aku hanya terdiam di ruang tamu rumahnya sambil merokok, ditemani oleh Andi.

"Bagaimana perasaanmu sekarang bang", tanya Andi.

"Entahlah ndi, fyuuuhh entahlah", kataku sambil menghembuskan asap rokokku.

"Ya sudah bang, ngomong ngomong kulihat indah makin ceria saat abang tinggal disini",

"Haha indah memang selalu ceria kok Andi", kataku.

"Hehe jika suatu saat aku nggak pulang dari kerja tolong jagain Indah yah bang", kata Andi.

"Hei kau ngomong apa, aku kan bakalan pergi ke kalimantan besok kamu yang harusnya jagain Indah.

"Ya sudah yok maen game, lupain aja kata kataku bang".

Aku dan andi bermain game hingga malam menjelang, setelah itu andi pamit untuk bersiap siap untuk pergi bekerja. Setelah andi pergi, kusiapkan barang barangku di kamar tamu rumah andi, lalu bergegas mandi. Seusai mandi aku ditemani Indah menonton televisi. Ia membaringkan badan dan kepalanya bertumpu di pahaku.

"Besok jam berapa berangkat mas?", kata Indah.

"Hmm pagi jam 7".

"Mas, sebelum mas pergi aku mau kita melakukannya sekali lagi", kata Indah sambil bangkit dari pahaku. Ia lalu menarik tanganku menuju kamarnya dan melepas jilbab serta pakao

"Ohh dek", kataku sambil memegangi kepalanya. Ia begitu telaten menjilati penisku. Ia lalu bangkit dan menyambar bibirku. Setelah itu dengan merangkak menaiki tempat tidur lalu Indah tidur terlentang diatas kasur, sejenak aku hanya memandanginya lalu akupun mulai mendekati indah, dan mulai mencumbui dada indahnya, lelah bermain dengan payudara kirinya, jilatanku kupindahan ke dada kanannya.

"Uhh sshh", indah mendesah.
Cumbuanku turun menuju perutnya, kukangkangkan kakinya lalu mulai menjilati vaginanya yang ternyata sudah amat becek,.

"Ahh mas uhh enak", kata indah
Kumainkan lidahku menyusuri bibir vaginanya, dengan tak sabar indah malah menarik tubuhku ke atas dan menciumi bibirku.

"Langsung aja mas uhh", kata Indah sambil tangannya menyentuh penisku dan menuntunnya menuju vaginanya. Dengan sekali hentakan peniskupun sukses masuk ke liang kenikmatannya.
Tak perlu waktu lama aku mulai menggenjot vagina Indah yang lembab dan hangat itu, mulutku bergantian menyedoti payudaranya terkadang mencium bibirnya.

"Uhh ahh enak mas, trus genjot", erang indah.
"Memekmu sempit banget dek".

"Uhh iya mas aduh enakk", indah mengerang sambil mengunci tubuhku diatas tubuhnya.

Bosan dengan posisi misionaris aku pun merubah posisi Indah agar menungging, dengan posisi ini selangkanganku begitu dimanjakan oleh pantat Indah yang montok, betapa nikmat saat selangkanganku itu menghantam pantatnya

15 menit kupompa tubuh Indah, peluh sudah bercucuran, tanganku makin liar meremasi payudara Indah dari belakang sambil sesekali berciuman.

"Uhh aduh mas, indah dikit lagi nih auhh uhh".

"Ah indah aku juga.. ahh",

"Keluarinn mas keluarrin dimemekku".

"Ahh inndaahhhh"

"Uhhh bang Dimas"

Tubuh kami berdua sama sama menegang, begitu banyak sperma yang kusemprotkan di dalam vaginanya. Setelah gelombang orgasme kami sama sama mereda, kami berdua langsung ambruk berbaring menyamping, tubuh Indah kupeluk dari belakang tanpa melepaskan penisku dari vaginanya. Kami berdua sama sama kelelahan dan langsung tertidur.

**

Kini aku sudah berada di bandara bersama Indah, Dian, Linda, dan juga marcel. Mereka mengantarkanku pagi pagi sekali. Tak terasa sebentar lagi aku akan meninggalkan kota Ini dan merantau ke kalimantan. Secara bergantian mereka menyalamiku dan berpesan padaku untuk berhati hati.

Dian dan indah menangis saat melepaskanku masuk ke dalam bandara, aku lalu menunggu didalam hingga kemudian para penumpang pesawat yang kutumpangi dipanggil untuk menaiki pesawat, selama sejam diatas pesawat aku melamun, begitu banyak yang terjadi dalam hidupku, pengalamanku bersama sinta, saat aku bersama Dian dan pengalaman pahit yang dialaminya, permintaan gila Andi dan indah, semua pengalaman itu terus bermain di kepalaku hingga aku tiba di kota tempatku akan bekerja selama beberapa tahun. Aku harus semangat menyongsong hari hariku.

oo0oo

3 TAHUN KEMUDIAN
Tak terasa sudah 3 tahun aku berada disini, perusahaan pusat memanggilku untuk kembali kesana, tak banyak kenangan disini karna aku hanya menghabiskan Hari hariku dengan bekerja. Beberapa kali aku dikenalkan dengan wanita lokal namun aku tak tertarik, seluruh usahaku kini tak sia sia, kini aku akan menjadi wakil manajer di perusahaan pusat.
Malam hari aku telah tiba dibandara kota ini, kota yang penuh kenangan manis bersama 3 wanita yang kini kutak tau kabarnya bagaimana, saat 6 bulan aku dikalimantan, handphoneku terjatuh saat aku berada dilapangan tempat penggalian batubara. Aku tak tahu siapa yang menemukannya atau mungkin juga sudah rusak karena terlindas mobil pengeruk batubara.

Aku lalu mencari taksi dan mencari penginapan disekitar pusat kota, esok aku harus segera pergi bekerja. Esok paginya akupun bersiap siap menuju kantor, dan memulai pekerjaan baruku, pekerjaan yang tak terlalu berat menurutku, tak terasa sorepun menjelang, kuputuskan untuk sekedar berkunjung kerumah Indah.

Memasuki gang menuju rumah Indah kembali terkenang semua kenangan 3 tahun lalu, sesampainya disana aku hanya berharap semoga Indah tak pindah rumah. Akupun mengetuk pintu rumahnya dan tak lama kemudian seorang wanita berjilbab membukakanku pintu. Dialah Indah.

"bang Dimas", ucap Indah lirih dengan mata berkaca kaca

"Indah apa kabar", tanyaku namun tak dijawab oleh Indah dan malah memelukku erat dan kemudian menangis

"Jahat kamu mas, ngilang gitu aja nggak pernah bisa dihubungi",

"Hehe maaf yah Indah",

Tiba tiba dari dalam rumah muncul kedua orang tua indah, ibunya tengah menggendong seorang bayi laki laki yang matanya mirip denganku, apakah dia anakku, aku bertanya dalam hati.

"Oh nak Dimas ayo masuk masuk", kata ibunya Indah.

Akupun masuk ke rumahnya dan duduk di ruang tamu, Indah kemudian menemaniku berbincang
sembari meminum teh yang ia buat.

"Oh iya Andi mana dek?", tanyaku. Indah hanya tersenyum tipis lalu menunduk.

"Mas Andi, dia sudah meninggal 2 tahun lalu mas", kata Indah lirih. Aku benar benar terkejut dengan jawaban Indah.

Indah dengan mata berkaca kaca menceritakan bahwa Andi meninggal disaat ia sedang bertugas, saat itu ia berusaha menangkap pencuri yang beraksi didalam Mal yang dijaganya, namun naas saat mengejar dan menangkap pencuri itu, Andi dan pencuri itu terjatuh dari eskalator. Kepala Andi menghantam lantai dan ia mengalami pendarahan hebat, belum sempat ambulans datang, nyawa Andi sudah tak dapat ditolong lagi. Inikah maksud kata kata andi dahulu padaku.
Aku hanya dapat memeluk indah berusaha menenangkannya. Disaat impian mereka terwujud, andi malah harus meninggalkan Indah dan juga anak yang dilahirkannya.

"Sudah jangan menangis lagi", hiburku.

Setelah indah tenang, kualihkan pembicaraanku ke hal hal lain yang tak menyangkut masalah Andi. Setelah itu akupun menuju Penginapanku.

--×--



Selama 6 bulan aku selalu bersama Indah, terkadang aku datang menemui nina yang kini berusia 5 tahun, nina kini memanggilku dengan sebutan papah, ia begitu senang bertemu denganku. Saat kutanyakan dimana keberadaan sinta, mereka bilang kalau sinta sedang berada diluar kota menemani ibu dewi mantan istri pak hendra yang kutau, pak hendra kini berada dalam penjara bersama pak karto. Sinta masih diterima bekerja di kantor lamanya karena kebaikan hati ibu dewi.

Saat usia hubunganku dengan Indah 7 bulan, kuutarakan niatku untuk menikahinya, agar aku bisa lebih menjaganya, juga dapat ikut membesarkan Didi, nama anak yang dilahirkan oleh Indah, gabungan nama Andi dan juga namaku.
Saat pesta pernikahan keduaku, Marcel dan linda hadir, dian juga hadir bersama pacarnya, sinta dan orang tuanya datang bersama Nina, dalam tangis Sinta berpesan pada Indah untuk tidak seperti dirinya, suasana haru sejenak melingkupi pesta pernikahanku saat istri dan mantan istriku berpelukan sambil menangis.

Kini aku sudah berbaring bersama Indah di ranjang kami didalam kamar rumah yang cukup mewah yang aku beli dengan hasil kerjaku. didi tidur diranjang khususnya yang ada disamping tempat tidur kami.

"I love you mas", kata Indah lalu kemudian tidur dengan memelukku. Sementara aku hanya menatapi wajahnya sambil tersenyum lalu berdoa dalam hati. Semoga BAHTERA RUMAH TANGGA kami berjalan hingga maut memisahkan kami.

"Ilove u too Istriku".

0 komentar: