WILD LOVE????​ #24

You know you're everything to me and I could never see
The two of us apart
And you know I give myself to you and no matter what you do
I promise you my heart

I've built my world around you and I want you to know
I need you like I've never needed anyone before

“I found you...” ucapku sambil kakiku melangkah mendekatinya. Mendekati wanita dengan celana ketat model legging dengan tank-top putih yang sebagian ditutupi oleh jaket kainnya. Tas mungil berada disamping kanannya ya walau aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, ada tali panjang yang menggantung di samping kananya.

“hiks hiks hiks hiks...” tangisnya, kedua tangannya memeluk perutnya. 

Langkah kakiku semakin mendekatinya, angin menyapaku membuat semua telingaku membisu. Hati serasa ingin menangis ketika melihatnya...

“hiks hiks hiks hiks...” tangan kanannya mengusap air matanya

“hiks hiks hiks hiks... hiks hiks you found me before...” suaranya memecah kekakuan diantara kami berdua langkahku terhenti, berdiri mematung layaknya arca di pintu gerbang sebuah istana dengan tatapan yang tertuju pada wanita itu

Pandangannya lurus kedepan, seakan tak menghiraukan kedatanganku...

“iya kan? Kamu telah menemukanku sebelumnya? Hiks hiks hiks” ucapnya kembali, setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya membuatku semakin membisu, pandanganku terjatuh ke tanah dihadapanku

“Hiks hiks hiks... kenapa? kenapa diam? hiks” lanjutnya semakin tak kuasa aku berkata-kata, keegoisanku hanya mampu membuatku mendengar lagi dari sematponnya

I live my life for you
I wanna be by your side in everything that you do
And if there's only one thing you can believe is true
I live my life for you


“Aku sudah mencoba untuk membangun duniaku disekitarmu... tapi apa? Apa yang selama ini aku dapat? Setiap kali aku mencoba mendekatimu, setiap kali aku sudah merasa dekat denganmu kamu semakin menjauh hiks hiks hiks... apa sih sulitnya mendengar? Apa sih sulitnya memaafkan? Apakah memang benar aku ini tidak bisa dimaafkan?” lanjutnya, membuatku memandangnya kembali memandang wajah itu untuk kesekian kalinya

“APA SIH MAUMU?!” teriaknya tanpa sama sekali memandangku

“eh...” aku sedikit terkejut dengan teriakannya

Alunan nafasku merasakan ketakutan, karbon dioksida pun terasa malas untuk keluar dan rasa bersalah kepadanya membuatku semakin tertancap di tempatku berdiri...

“Aku tahu aku memang salah, aku mencarimu, aku menunggumu... mencoba untuk bisa mengerti akan dirimu... hiks hiks hiks”

“Aku tahu aku salah, tapi apa salahnya kamu mendengar sedikit saja penjelasan dariku hiks hiks... felix? ahhhh... hiks... oke aku tahu salah karena pernah jatuh hati kepadanya, tapi apakah hatiku bisa menerimanya dan melupakan bocah itu begitu saja? TIDAK!”

“memang benar aku telah menyakiti hati ketika aku dilamar, tapi seandainya hati itu tahu aku juga meraskan sakit karena telah membohongi hatiku sendiri. AKU TIDAK MENERIMANYA! KARENA AKU... AKU MEMILIH HATI YANG SELAMA INI AKU CARI!” teriaknya

“DENGAR TIDAK?! Hiks hiks hiks” lanjutnya dengan teriakan-teriakan menghakimi egoku, membuatku semakin tak mampu untuk melangkah mendekatinya

“Apa hanya karena apa yang dilihat oleh matamu kamu tidak mau mendengarkan kata hatimu dan mencoba mendengar penjelasanku? Egois!” ucapnya mengingatkan aku tentang apa yang aku lihat ketika wanita ini dipaksa diruang dosen

I dedicate my life to you, you know that I would die for you
But our love would last forever
And I will always be with you and there is nothing we can't do
As long as we're together
I just can't live without you and I want you to know
I need you like I've never needed anyone before
“Kenapa hanya diam? Marahi aku yang selama ini menyakitimu... aku sudah putus asa... aku mendatangimu dan mengatakan siapa aku, tapi kamu malah menjauhiku... Apa?”

“Apa hiks apa salahku? Hiks hiks hiks hiks Saat itu aku sudah ingin menyerahkan hatiku, hati yang selama ini mencarimu, hati yang malu ketika bertemu denganmu hiks hiks kenapa? kenapa menjauh hiks hiks hiks...” ucapnya dengan isak tangis yang semakin menjadi, kucoba melangkah mendekatinya.

“Aku kotor...” ucapku lirih bertepatan dengan satu langkahku mendekatinya

“kotor? Kotor bisa dibersihkan, rusak bisa diperbaiki! Kenapa selalu menyalahkan diri sendiri? apa tidak ada keyakinan dalam batin untuk bisa berubah? Dan kenapa harus menjauh? AKU TIDAK INGI JAUUUUUUUUUUUUUUHH!” ucapnya, membuatku semakin menjadi manusia terbodoh di dunia ini

“kenapa sih tidak memberikan sedikiiiiiiiit saja untuk hati berpikir, berkeyakinan kalau semua pasti bisa diperbaiki tanpa harus menjauh, tanpa harus menyakiti!... hiks hiks hiks hiks... bisa kan untuk saling mengerti?” lanjutnya, memang benar jika wanita selalu lebih dewasa dari lelaki. Kakiku semakin membeku dengan alunan angin malam yang dingin

“Ayo ngomong dong hiks hiks hiks... katanya ahli bela diri... semua orang takut kepadamu... semua orang merinding di hadapanmu... tapi he he hiks hiks dengan hati saja tidak bisa jujur, memangnya hidup hanya untuk berkelahi! Hiks hiks hiks” ucapnya, aku semakin terpaku dibuatnya

“Aku yang salah...” ucapku lirih

“Ini bukan pengadilan hiks hiks hiks bukan untuk mencari siapa yang benar atau salah hiks hiks hiks... in tentang bisa tidaknya manusia menghargai hatinya sendiri” lanjutnya, hati? Apa benar aku mempunyai hati. Kenapa aku diam? Apakah karena hatiku sudah tidak ingin mengalah lagi?

I live my life for you
I wanna be by your side in everything that you do
And if there's only one thing you can believe is true
I live my life for you

“kenapa masih ganjel karena di marahi sama cewek judes dan ndak jelas? Iya kan?”

“Pakai hati? Pakai perasaan, punya ndak sih!... wanita itu mikirnya pakai perasaan, wanita itu inginnya dimengerti kenapa sih lelaki selalu berpikir pakai logikaaaaaaaaaaa terus hiks sekali saja...sekaliiiiii saja... pakai hati, pakai perasaan... hiks hiks tanyakan pada hati kenapa sih ada cewek marah-marah kepadaku? Pasti ada jawabannya, pasti hiks hiks kalau pakai hati mikirnya! Hiks hiks hiks” lanjutnya... aku tertunduk dan semkin tak mampu berkata-kata lagi, mungkin memang karena terlalu egois dan tidak mau disalahkan

Srrsssrrrssshhhh.... angin dingin menerpa kami berdua, suasana semaikin dingin dengan setiap deru tangisnya

“Anda? Iya kan laki-laki itu kan? Apakah hati tidak mengatakan untuk berjuang? Apakah karena kotor harus kalah? Menjatuhkan puluhan laki-laki dengan kepalan tangan saja bisa, tapi menunjukan kata hati... hiks hiks hiks kenapa malah mengalah? Apakah hatimu memang sudah berpaling dariku? Katakan kepadaku?” ucapnya yang kini memandangku dengan air mata yang mengalir di pipinya

“Aku... aku ... maafkan aku...” ucapku

“kenapa mas? Apakah janjimu dulu kepadaku adalah bohong? Aku selalu mengharapkan janji itu mas... selalu... karena bocah itu, adalah lelaki pertama yang membuatku menjadi seorang wanita dengan kata-katanya... hatiku juga sudah berjanji untuk menemukannya dan yakin akan bertemu dengannya...”

“dan... sekarang aku bertemu dengannya tapi... tapi apakah dia masih ingat akan janjinya? Hiks hiks hiks... aku terlalu bodoh... terlalu bodoh mengharapkannya... benarkan mas? Aku ini bodoh? Katakan mas kalau aku ini bodoh... iya kan he he aku bodoh ya mas hiks hiks hiks sangat bodoh tepatnya kan mas hiks hiks hiks” ucapnya memandangku, 

“Eh... tidak” ucapku

Aku langsung melangkah mendekatinya dan berlutut dihadapannya, kupegang kedua bahunya...

“tidak, kamu tidak bodoh, aku yang bodoh... akulah yang selama ini salah... aku yang salah maafkan aku... aku tidak pernah bisa menangkap apa yang kamu inginkan maafkan aku...” ucapku kepadanya memandang kedua matanya

“aku benci! Aku benci kamu! dasar lelaki sok ganteng! Dasar lelaki bodoh... aku benci... aku sngat benci kamu... hiks hiks dasar lelaki sok jago... lelaki suka menyakit hati perempuan... aku benci... kamu itu gak ganteng... kamu itu jelak hiks hiks... mahasiswa jelek... “ ucapnya, ke dua tangannya mengepal memukuli dadaku

“suka bohong... ndak mau jujur aku benar-benar benci kamu... gak ganteng, jelek, suka nyakitin, bodoh hiks hiks sok ganteng hiks ndak mau ngalah ndak mau jujur hiks pokonya benci aku benci kamu.. benci... benci... benci... benci... benci... benci... benci... benci... benciiiiiiiiiiiiiiiiii...” ucapnya terus menerus sambil memukuli dadaku, walau aku tahu bukan itu kata hatinya

Aku memeluknya, kedua tanganya berkumupul didadaku...

“hiks hiks hiks aku benci kamu... benci... sama kamu hiks hiks hiks... sangat benci kamu hiks hiks hiks” ucapnya disertai isak tangis

“iya... aku tahu maafkan aku...” ucapku

“Dasar bodoh! Hiks hiks hiks” ucapnya

“Aku mencintaimu...” ucapkku tepat ditelinga kanannya

Kedua tanganya yang semula berkumpul didadaku, menelusup masuk diantara tangan dan dadaku. Kedua tangannya memelukku dengan erat...

“dasar bodoh laki-laki bodoh... hiks hiks hiks...” ucapnya

“I LOVE YOU” ucapku mengulangi

“bodoh hiks hiks” pintanya

“I LOVE YOU” ucapku mengulangi

“lagi....” pintanya

“katanya bodoh...” sedikit godaku dalam haruku

“cepetaaaaaaaaan! Hiks hiks hiks” ucapnya dengan masih memelukku

I LOVE YOU” ucapku mengulangi

“ndak denger... masih benci...” pintanya

“I LOVE YOU” ucapku mengulangi

“masih benci hiks hiks...” pintanya

“benci... benar-benar cinta kan?” ucapku 

“hiks hiks hu’um hiks hiks...” pintanya

“benar-benar cinta kamu...” ucapku 

“bodoh!...” ucapnya yang semakin manja

“lagiiiiii pokoknya lagiiiiiii....” pintanya

“I LOVE YOU... I LOVE YOU... I LOVE YOU” ucapku mengulangi

“ndak dengger....” pintanya

“I LOOOOOOOOOOOOVE YOU” ucapku panjang

“ENGGAK DENGER! Who is ‘you’? hiks” pintanya semakin manja 

“ AKU CINTA DIAN RAHMAWATI” ucapku keras

“Aku siapa? hiks” pintanya kembali semakin manja dengan sedikit tangis yang belum reda

“ARYA MAHESA WICAKSONO CINTA DIAN RAHMAWATI” ucapku kembali dengan pelukan semakin erat, aku mencium bahunya

“Ndak denger...” ucapnya datar kelihatan judesnya

“HEIIIII SEMUANYA REMBULAN ANGIN MALAM LANGIT POHON-POHON .... AKU ARYA MAHESA WICAKSONO CINTA DAN SANGAT MENCINTAI DIAN RAHMAWATI DOSENKU SENDIRI” teriakku dengan sedikit melepas pelukannya, 

Kupegang kedua pipinya...

“sudah dengar?” ucapku

“ndak denger apa-apa...” jawabnya sambil sedikit menggelengkan kepala

“beneran belum dengar?” ucapku kembali memandangnya dengan tatapan cinta

“belummmhhhhh.... mffffhhhh....” ucapnya, seketika itu pula ketika dia menjawab aku memajukan bibirku dan menciumnya. Ya bibir kami saling melekat.... Hingga sebuah lagu dari firehouse (I live my life for you) berhenti dan sebuah agu lawas kembali berputar

I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you're far away and dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment forever
Every moment spent with you is a moment I treasure
Kedua tangannya memeluk leherku, tubuhnya di jatuhkannya ke tubuhku. Dibalasnya ciumanku, aku duduk terjatuh dan perlahan aku jatuhkan tubuhku kebelakang. Kedua kakiku terbuka lebar, tubuhnya berada diatasku. Kedua tanganku berpindah dan memeluknya dai bawah ketiaknya. Kupeluk erat tubuhnya, kedua tanganya yang masih berada di belakang kepalaku berpindah di atas dadaku. Kini wajahnya tepat berada diatas wajahku, dia tersenyum kepadaku dan aku membalasnya. Tiba-tiba saja sedikit air mataku mengalir. 

“cengeng...” begitu ucapku

“hiks... jelek...” ucapnya

“biarin yang penting dapat dosennya sendiri” ucapku menggodanya, dia hanya tersenyum dan sedikit mengangguk

“Bodoh...” ucapnya yang kemudian beringsut kebawah, pipinnya direbahkan di atas dadaku. Ah wanita, memang sulit dimengerti. Sedikit kuangkat kepalaku untuk melihatnya kembali. Kulihat dia sangat nyaman berada di atas dadaku, aku pun begitu.

“bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodoh bodo jelek jelek jelek jelek...” ucapnya, sambil jari telunjuknya menekan-nekan di dadaku

“cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta cinta...” balasku sambil sedikit tersenyum, kuusap air mataku dan kembali memeluknya dengan pandangan ke langit atas

“lagi...” ucapnya manja

“ndak mau...” balasku sambil nyengir dan aku tahu dian tidak melihatku

“auuuuch... iya aku cinta dian...” ucapku karena kesakitan di cubit pada bagian dadaku

“ndak denger...” ucapnya lirih tapi aku merasa dian mengatakan dengan sedikit senyuman di bibirnya

“arya cinta dian...” lanjutku, tangan kananku perlahan berpindah ke kepalanya, kuelus rambut panjangnya yang terurai

Aku merasakan remasan erat dari tangan kanannya tatkala tangan itu berada di pundakku. Deru tangisnya mereda seketika itu, hati kami seakan menjadi satu malam ini. ya menjadi satu kembali setelah beberapa tahun terpisah. Memang kebodohanku mungkin ketika orang yang dulu mmm teptanya seorang perempuan yang dulu pernah aku temui aku campakan begitu saja. Rasa bersalahku kepadanya tetap masih ada walau sekarang mulai sedikit ditenangkan oleh hatinya. Hembusan nafasnya sangat terasa di dadaku, tubuhnya terasa hangat mungkin karena hatinya memang benar-benar hangat. Rembulan, ya rembulan itu masih sama dengan yang dulu ketika aku membuatnya benar-benar menangis. Argh... mungkin rembulan yang selama ini identik dengan keindahan perempuan tidak terima dengan apa yang aku lakukan padanya. Mungkin jika rembulan itu bisa berbicara kepadaku, dia akan memaki-makiku pada saat itu tapi kelihatannya dia sedang tersenyum kepadaku saat ini.

“mau bobo disini?” ucapku memecah kesunyian

“hu’um...” ucapnya tanpa mau menggeser tubuhnya

“ntar digigit nyamuk lho...” ucapku

“asal sama mas...” ucapnya pelan tapi membuatku seakan menjadi seorang ksatria, aku tersenyum.

“dek, geser yuk... tubuh kamu berat banget..” ucapku

“eng...” ucapnya sambil sedikit memukul dadaku

“maksud mas ade gendut gitu?” ucapnya

“endaaak... eh itu... sebentar erghhh...” ucapku bingung, salah ngomong bisa berubah ini suasana

Sedikit aku angkat tubuhnya, aku duduk dan begitupula dia kupandang matanya yang masih sembab karena tangisan. Kami berdua saling melempar senyum, walau dipipi kami berdua masih ada sisa air yang jatuh dipipi kami berdua. Aku bergeser dan bersandar pada bangku tempat duduk bagian bawah, kutarik masuk tubuh dian ke dalam pelukanku. Dengan posisi kedua lututku tertekuk keatas, kupeluk erat tubuhnya. Pipi kanannya di rebahkan di dadaku dengan posisi tubuhnya miring, kini aku dapat melihat wanita ini dengan jelas. Kukecup keningnya... seketika kedua tangannya beralih ke belakang memelukku, tubuhnya kini benar-benar menempel di dadaku. Dari keningnya kuarahkan bibirku ke telinga kirinya...

“terima kasih... karena telah memilih hatiku... terima kasih karena telah mau menjadi sandaran hatiku...”

“I Love You... i’’ll fix my life with you...” ucapku

I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing
'Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

“keep close to me... I Love You Too... Arya” ucapnya

“I’ll keep my heart close to you, not only my heart but me, myself and i... will always close to you...” ucapku

“Hu’um... me too... give me hug, it’s cold...” ucapnya, yang langsung aku peluk lebih erat lagi

Wajahnya terbenam ke dalam dadaku, ditutupi oleh kepalaku yang tepat berada didepannya. Wajahku memandang wajahnya, wajah yang terasa sangat nyaman. Matanya terpejam, seakan tak ingin lepas dan beranjak dari tempat ini begitupula denganku.

Lying close to you
Feeling your heart beating
And I'm wondering what you're dreaming
Wondering if it's me you're seeing
Then I kiss your eyes and thank God we're together
And I just wanna stay with you
In this moment forever, forever and ever
Ujung jari telunjuk kananku menaikan dagunya membuat dian membuka matanya. Kudaratkan bibirku sekali lagi di bibirnya tanpa embel-embel dedek arya. 

“hatching... ada yang membicarakanku? Ah tidur lagi, dingin” ucap dedek arya

Tubuhnya yang semula mendekapku, berpindah posisi bersandar ke dadaku tanpa melepaskan ciuman. Punggun kecil ini bersandar di dadaku, kupeluk erat perutnya dengan kedua tangannya melingkar di belakang kepalaku. Lama kami berciuman, dengan aroma nafas kami berdua. Aku tarik bibirku dari bibirnya dengan maksud mengakhiri ciuman, tapi tangannya yang melingkar di kepalaku menahan dan bibirku kembali tersungkur di bibirnya untuk ketiga kalinya. 

I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

'Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

Perlahan dilepaskannya bibir merahnya dari bibirku, tangannya berpindah memeluk kedua tanganku yang mendekap perutnya. Tatapanya beralih dari menatap wajahku ke arah rembulan yang bersinar sempurnya. Aku masih tetap memandang wajahnya yang kini tampak dari samping. 

“rembulannya indah ya mas” ucapnya

“jelek... bagus rembulan yang ini” ucapku sembari mengecup pipi kananya

“emm... gitu sekarang...”godanya

“he’em... bagusan yang mas lihat” ucapku, kemudian wajahnya berpaling dan memandangku yang sedari tad terus memandangnya

“yang mana?” ucapnya

“ini...” ucapku sambil telunjuk tanganku menyentuh hidungnya

Tangan kanannya mengelus pipi kananku dan menarik lebih dekat lagi...

“kenapa mmmmhhhhff....” untuk keempat kalinya bibir kami bertemu tapi tak selama yangketiga tadi

“Maafkan aku...” ucapku lirih

“sudah tidak ada yang perlu dimaafkan, sekarang kita lanjutkan apa yang sudah kita lalui... tanpa harus mengulang dari awal, karena kita tidak bisa kembali lagi dimasa seorang bocah duduk berdua di halte bis bersama seorang perempuan...” ucapnya tersenyum kepadaku

“aku akan memperbaiki semuanya...” ucapku

“he’em ade akan selalu bersama mas...” ucapnya

“he’m dengan ade...”ucapku yang langsung aku tempelkan pipiku di leher bagian kanannya, kupeluk erat tubuhnya dengan tangannya mengelus-elus kepalaku

“We will fix what has been broken...”

“ dan kita akan membangun kebahagiaan dari serpihan-serpihan kesedihan kita...”

“together...” ucapnya

“Yes, I Will....” balasku

Tangan halusnya mengangkat pipiku, aku memandangnya...

“I Love you...” ucapnya sambil merebahkan keningnya tepat di pelipis kiriku

“I Knew... I love you too...” ucapku dengan pelukan semakin erat di tubuhnya


I don't wanna miss one smile
I don't wanna miss one kiss
Well, I just wanna be with you
Right here with you, just like this

I just wanna hold you close
Feel your heart so close to mine
And just stay here in this moment
For all the rest of time

Don't wanna close my eyes
Don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

'Cause even when I dream of you
The sweetest dream will never do
'Cause I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thing

Semilir angin masih menemaniku disini, menemani disetiap kebersamaan kami. Benar-benar lengket, dari aku dan bu dian eh sayang eh ade he he he he... tidak ada satu pun yang ingin lepas dari pelukan. Kini wanita yang selama ini selalu dan hanya bisa aku pandang untuk kedua kalinya bisa aku peluk. Jadi teringat masa-masa dimana aku dan dia sedang bermain hingga aku bisa memeluknya dari belakang, kini? He he he he jangan salah, sudah aku peluk dengan erat.

Tubuhnya kembali bergeser, merebahkan tubuhnya miring ke dalam dekapan pelukan sang pangerannya. Pangeran? Yah... sekali-kali dunkz biarkan aku ini menyombongkan diri, baru ini lho arya punya pacar. Hiks hiks hiks setelah sekian lama, akhirnya hiks hiks hiks.... sebenarnya aku yang bodoh atau memang aku yang sok ganteng? Ah tapi sudahlah, perempuan berbaju SMA saat itu, perempuan yang selalu dalam ingatanku, perempuan yang selama ini selalu aku harapkan dalam mimpi malamku, akhirnya berada dipelukanku. Ah... apakah ini mimpi? Jika memang benar ini adalah mimpi... tolong jangan pernah bangunkan aku. Matanya yang indah, hidungnya... sekarang dalam dekapanku, aku tak akan pernah lagi melepaskannya.

Wajahnya tampak sekali lelah, matanya terpejam memeberikan isyarat kepadaku agar tak mengganggunya sementara ini. Alunan nafas yang teratur, terasa hangat didadaku. Aroma wangi rambutnya yang sedikit acak-acakan ini sangat terasa menusuk hidungku. Tangan kananku meraih kepalanya menekan ke dalam dadaku, tangan kiriku memeluk erat pinggangnya. Pipi kiriku aku rebahkan di atas kepalanya.

“Pulang?” ucapku lirih

“Kalau mas bareng ade...”

“ade baru mau pulang” jawabnya

“Kalau mas pulang, ade mau disini saja...” ucapnya yan sebenarnya aku tidak begitu mengerti

“Iyaa... bareng ade, yuk, dingin...” ucapku

Tubuhnya bangkit, lepas dari pelukanku. Matanya terbuka perlahan, sangat indah yang kemudian menatap mata hina ini. dian tersenyum kepadaku, ya dian dan mengangguk ke arahku mengisyaratkan bahwa dia setuju untuk pulang. Aku kemduian bangkit dengan kedua telapak tangannya aku genggam sembari aku berdiri aku tarik kedua tangannya agar ikut berdiri bersamaku. 

“ternyata kamu kecil ya?” godaku

“iih apaan sih... huh...” ucapnya sambil meleparkan pukulan ringan ke dadaku

“iya iya... ndak papakan kecil tapi pacarnya tinggi” ucapku dengan senyuman, sebenarnya tidak kecil ini cewek, standarlah. Hanya mungkin karena aku tinggi saja dia kelihatan kecil.

“he’em...” ucapnya tersenyum tepat didepanku, kakinya sedikit berjinjit dengan kedua tangannya bertautan dilakang tubuhnya. Aku letakan tangan kiriku tepat di atas kepalanya.

“cup...” kucium keningnya

Tangan kananku meraih dagunya...

“mmmhhh mmmhhh mmmhhh mmmhh mmh mmhhh mhh...” sekali lagi aku menciumnya, yes yes!

“Sssssttt... maunya... ehem... ayo pulang mas...” ajaknya

Maunya? Jelaslah... kamu kan perempuan yang aku mau sejak aku SMP dulu. Hmmm... kulihat dia mengambil tas dan sematponnya yang masih memutar lagu klasik. wanita ini kemudian berdiri dan tersenyum kepadaku, aku bergerak ke arah kirinya dan meraih tangan kirinya.

“Yuk....” ucapku, dijawabnya ajakanku dengan pandangan sipit matanya karena bibirnya tersungging ke atas

Dosenku pacarku dan juga kekasihku, akan aku usahakan semampuku untuk menjadi istriku. Mungkin judul cerita yang paling tepat adalah jalan cintaku bersama dosenku. Berjalan beriringan, memandangnya dan juga dipandang olehnya. Seakan jalan di taman ini semuanya memihak kepada kami berdua, melebar dan tak ada halangan.

“aduh....” ucap dian, tiba-tiba kakinya sedikit kesleo hingga dia terjatuh namun dapat aku raih tubuhnya.

Kulihat ke sepatu yang dipakainya, ternyata hak pada sepatunya patah. Segera aku jongkok di depannya, kulepas sepatunya dan aku lihat hak sepatunya.

“Sudah mas, aku lepas saja” ucapnya

“ndak papa ndak pakai sepatu?” ucapku

“he’em ndak papa... kan ada mas” ucapnya sambil tersenyum kemudian berdiri

“aku bawakan saja sepatunya” ucaku sambil aku meraih kedua sepatu yang dicincing oleh tangan kirinya

Beberapa langkah kemudian aku berjalan kembali...

“Aw... mas... “ ucapnya yang kaget ketika aku bergerak kebelakangnya dan membopongnya

Aku tidak menjawab keluhan dari bibirnya. Dengan manjanya kepalanya dimasukan ke dalam dadaku. Senyumnya semakin melebar, aku sedikit meliriknya kebawah. Langkahku aku lambatkan agar lama aku menggendongnya. 

“waktu ade datang kesini, rasanya tadi dekat jalan dari tempat parkir sampai ke bangku tadi...” ucapnya dengan kedua mata terpejam

“...” aku tidakmenjawabnya

“masih jauh kah?” ucapnya menggoda dengan senyumnya

“sangat jauh...” ucapku

“sangat jauh atau dibuat jauh?” ucapnya kembali

“dibuat jauh... walau berat” ucapku

“iiiih... berarti ade ndut gitu maksudnya?” ucapnya sambil membetet hidungku

“auch... awas nanti aku betet hidung ade...” ucapku

“emang berani? tak kasih C nanti TA-nya” ancamnya

“tegan banget... kalau mas jadi dosen ade, mas kasih A” ucapku

“enggak ah... C aja, bagus kok” balasnya

“kan bagusan A” rayuku

“C... Cinta...” ucapnya kembali memjamkan matanya dengan bibir semakin melebar

“A... Aishiteru...” balasku

Tak ada perbincangan diantara kami berdua, semuanya terdiam dengan senyum masing-masing. Aku berjalan walau lambat akhirnya aku sampai di depan REVIA. Dapat aku merasakan REVIA tersenyum kepadaku. 

“Non... sudah sampai...” ucapku

“...” tak ada jawaban tapi bibirnya tetap tersenyum

“adeeeee... sudah sampai, apa mau dibonceng didepan?” ucapku

“he’em...” balasnya, waduh gimana cara mboncenginnya?

Dengan susah payah aku posisikan duduk dan memmangku dian....

“iiih beneran didepan, ntar ade jatuh lagi...” ucapnya tiba-tiba dan sedikit melompat, membuatku sedikit kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh

“dibelakang saja...” ucapnya yang langsung membonceng di belakang

“katanya tadi di depan....” ucapku

“ndak, pengen dibelakang bisa meluk mas...” ucapnya dengan pipi direbahkan di punggungku dan memelukku dengan sangat erat

Entah mimpi apa sebenarnya aku semalam, memboncengkan dian dosenku. Aku nyalakan REVIA dan berjalan dengan kecepatan sangat cepat, 40 Km/jam menuju rumahnya. Tangan kiriku mendekap kedua tangannya yang memeluk tubuhku. Perjalanan sangat indah ini aku lalui dengan hati yang bermawar-mawar. Akhirnya memasuki daerah kota yang penuh dengan keramaian malam, melewati keramaian di sebuah warung pinggiran yang berjajar.

“Cinta mas...” ucapnya

“AKU CINTA DIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN!” balasku dengan teriakan keras

“ih... mas keras banget banyak yang denger tuh” ucapnya dengan dagu bersandar di bahuku

“biarin semua orang tahu...” balasku 

“tuh pada lihatin kita mas” ucapnya

Aku berhentika motorku di tengah-tengah warung berjajar...

“WOI.... INI PACARKU AKU CINTA DIA...” teriakku membuat semua orang yang berada dalam warung keluar melihat kami

“Woooo... Arya koplak...” ucap seorang dari mereka yang mengenalku

“mas... sudah... ayo pulang, iiih...” ucapnya sambil mencubitku

“auch... iya... he he he” balasku

Beberapa orang kemudian masuk ke dalam warung lagi, dan aku jalankan lagi motorku.

“Woi cat... ojo lali mangan-mangane (jangan lupa makan-makannya)” teriak seseoranng, yang setelah aku lihat ternyata wongso dan asmi. Aku balas acungan jempol ke arahnya, dan mereka hanya tersenyum kepadaku. 

“kok malah sembunyi?” ucapku

“iiih mas, kan ndak perlu gitu juga...” ucapnya

“berarti malu punya pacar mas?” balasku

“ndak...” jawabnya

“he he he...” jawabku cengengesan

“AKU JUGA CINTA ARYA!” teriaknya

Aku terkejut mendengar teriakan wanita yang aku bonceng dibelakangku. Pelukannya semakin erat dan semakin membuatku terhanyut dalam alunan cintanya. Tak kupedulikan orang-orang yang melihatku dan kadang menertawakanku. Masa bodoh,kalau cinta, dunia milik kami berdua yang lain harus bayar uang sewa. Tak terasa perjalananku akhirnya sampai di gerabang perumahan ELITE, dengan santai satpam keluar dari posnya dan langsung mengijinkan aku masuk. Sesampainya di depan rumah bu dian kumatikan motorku, bu dian kemudian turun tapi sebelumnya mengecup leherku. Dengan cepat bu dian membuka pintu gerbang rumahnya, aku memandangnya dengan takjub akan kecantikan wanita ini.

“Mas.. dimasukin...” ucapnya,

“eh... aku pulang saja ade.... kan udah malam” balasku, tiba-tiba dia jongkok menutupkan wajahnya di lipatan lutunya

“Sudah sana pulang... pergi saja! Ndak usah kembali lagi” ucapnya yang sangat terlihat marah, apakah ini maksud dari kata-kata tadi “kalau mas bareng ade, ade mau pulang”. Dasar laki-laki kurang peka terhadap perempuan.

Aku sebenarnya bingung juga, masa aku tidur dirumah dosenku. Tanpa pikir panjang aku nyalakan motorku dan kujalankan. Aku arahkan motorku ke dalam rumah bu dian, kulihat dian kembali berdiri dan tersenyum kepadaku. Setelah masuk ke dalam aku segera aku turun dari motor dan kutarik pintu gerbang rumahnya dengan posisi dian masih di luar. Hanya kepalaku yang terlihat dari luar.

“Maaf mbak mau nyari siapa? Ini sudah malam mbak... nyonya lagi tidur” ucapku

“Mas, apaan sih! Bukain pintunya...” jawabnya sambil kedua tanganya menarik gagang pintu gerbang rumahnya

“mbak tolong, nyonya sudah tidur, nanti kalau keganggu saya bisa dipecat mbak...”godaku

“maaaaaaaaaassss... eng eng eng...” ucapnya sambil memukul-mukul pintu gerbangnya, kulihat dia sedikit akan menangis

“iya... iya silahkan masuk” ucapku dengan membuka pintu gerbang rumahnya

Dengan pipi yang mencembung, dian masuk. Wajahnya tampak sedikit judes ketika itu, marah mungkin karena ku goda. Segera aku tutup dan berbalik kerahnya, kulepas helmku dan mendekati wanita yang berdiri dihadapanku.

"jangan marah... ntar tambah cantik lho” godaku dari belakangnya

“berarti kalau senyum tambah jelek?” ucapnya yang berbalik ke arahku

“ndak juga, kalau marah tambah cantik berarti kalau senyum tambakh semakin cantik” rayuku

“iiih... gombal... dasar jelek!” ucapnya

“beneran jelek?” balasku, dian hanya menjawab dengan gelengan kepalanya

“peluk” ucapnya

Aku maju dan kemudian memeluknya... ditariknya tanganku, dengan bergandengan kami berjalan menuju pintu rumahnya. Setelah pintu terbuka, dian kemudian masuk dan melepaskan gandengan tangannya. Dian berdiri didalam rumah dengan kedua tangan bertautan memandangku, kadang kakinya berjinjit-jinjit.

“Selamat datang, sekarang ini rumah mas” ucapnya sambil menunduk, aku letakan helmku di kursi teras rumahnya

“permisi bu, saya mau bimbingan boleh?” godaku kembali

“iiih... mas... bercanda mulu!” ucapnya yang kemudian bersedekap dan membuang muka

“bimbingan cinta maksudnya” lanjutku

“he’em...” ucapnya dengan kedua tangan kembali bertautan dibelakang tubuhnya

Aku kemudian masuk dan kututup pintu rumahnya. Dian kemudian maju dan meraih kedua tanganku. Menariku masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ditinggalkannya aku tepat di pintu kamarnya. Dian kemudian masuk dan menyalakan kamarnya, aku begitu terkejut ketika lampu telah menyala. Benar-benar terkejut ketika melihatnya....



Malam ini aku dan dian telah sepakat dengan kata hati kami berdua untuk melanjutkan cerita cinta kami berdua berjalan kembali. Aku sudah tidak peduli lagi dengan siapa saja laki-laki yang suka, cinta dengan dian, pacarku. Seandainya saja ada orang yang menyuruhku mundur, aku pasti akan menghajarnya. Aku laki-laki, fisik akan aku andalkan, masalah hati biar dian yang menenangkan aku. Karena aku yakin dian akan selalu bersamaku saat ini hingga akhir hayatku.

Setelah kedua tangannya meraih tanganku dan menuntunku ke dalam kamarnya. Dian kemudian melepaskan kedua tanganku dan menyalakan lampu. Aku begitu terkejut dengan apa yang aku lihat benar-benar aku tidak menyangka akan apa yang aku lihat kali ini.

“mas... mas kenapa?” ucap dian

“eh... ini?” ucapku dengan hati yang menganga heran, aku melihat ke arah dian yang menautkan kedua tanganya di belakang tubuhnya. Kepalanya tertunduk dengan bibir yang tersungging ke atas

“Ya seperti yang mas lihat hi hi ...” ucapnya sambil tersenyum nakal

Aku melangkah ke tengah kamarnya, dan kemudian berputar melihat semua dinding yang membuatku terkejut. Semuanya memang benar-benar membuatku sangat terkejut.

“ini ketika aku masih bayi”

“ketika SD...”

“ini ketika aku SMP...”

“ini ketika aku bersama koplak ketika SMA”

“aku bersama kakek dan nenek”

“aku bersama om dan tante”

“aku bersama pak dhe dan bu dhe”

“aku bersama teman-teman kuliahku”

“Aku sendirian yang jelas itu adalah aku ketika sudah kuliah”

“kenapa semua foto-fotoku dia punya?” bathinku

“Ade... dari mana ade dapat foto-foto ini semua?” ucapku

“dari efbe” ucapnya sambil tersenyum

Aku kembali memutar tubuhuku melihar semua foto-fotoku yang menempel di dinding kamarnya, semuanya sejak aku bayi hingga aku kuliah. Menempel teratur dan rapi didalam dinding kamar dian, Dian Rahmawati. Ah, memang benar aku mengupload semua foto-fotoku ke dalam jejaring soial tersebut. Benar-benar hal gila yang pernah aku lihat...

“apakah benar ade yang melakukan ini semua” ucapku sambil memegang kedua lengannya

“hu’um...” jawabnya, 

Aku langsung memeluk tubuhnya, tubuh yang selama selalu mengaggumiku. Bahkan aku sebagai lelaki yang mengaguminya tidak pernah melakukan hal segila ini. aku memeluknya dengan sangat erat, seakan ingin aku remas tubuhnya dengan pelukanku.

“seperti itulah ade, mas”

“seandainya mas tahu, sejak ade bertemu mas pertama kali di semester lima... semenjak itu ade tidak bisa melepaskan pikiran ade ke mas, sekalipun ade pernah terlena dengan felix untuk kedua kalinya, foto-foto itu tidak pernah sekalipun lepas dari dinding kamar ade. Siapapun itu yang mendekati ade, semenjak ade menemukan mas kembali... foto itulah yang selalu mengingatkan ade akan hati yang dulu selalu menyanjung ade, menggandeng tangan ade. Ade tidak peduli tentang status mas tidak pernah peduli, sekalipun ade adalah dosen mas. Ade tetap cinta mas” ucapnya sambil memelukku erat

“terima kasih hiks hiks terima kasih... maafkan aku yang selalu menyakitimu... maaf hiks....” ucapku dengan dian dalam pelukanku. Kenapa aku yang menangis, hufth...

“maafin ade juga ya mas..” jawabnya

“hiks... tapi mas ndak nyangka kalau ade bisa seperti ini...” jawabku sambil melepas pelukanku dan menatap kedua matanya yang juga mengalirkan air mata dipipinya

"sebenarnya ade mau nunjukin ke mas waktu mas dikejar-kejar sama orang-orang kemarin, tapi masnya ndak mau owk hiks...” ucapnya

“iya maafin mas ya ade’ku sayang... mas ndak akan jauh lagi, mas akan selalu dekat dengan ade” ucapku

“he’em... harus... harus dekat terus” ucapnya yang kembali kami berpelukan lagi

“sudah jangan menangis lagi mas... ternyata mas lebih cengeng daripada ade hi hi hi” ucapnya dalam pelukanku

“ade yang bikin mas cengeng... hiks hiks hiks seneng banget mas...” ucapku sambil melepaskan pelukanku dan memandangnya

Kami berdua berpandangan dan saling melempar senyum. Tak satupun dari kami melepaskan pandangan dari mata masing-masing. Benar-benar sesuatu yang membahagiakan, seperti orang baru menikah saja. Ku betet hidung mancungnya sambil aku goyang ke kanan dan kekiri. Dia hanya membalasku dengan senyuman dan saking gemasnya aku dengan dian aku menggoyangnya terlalu keras.

“iih...sakhhheet mas...” ucapnya dengan suara cempreng

“habis gemas lihat ade...”

“ade... ade... ade... ade...” ucapku

“Dalem (iya) maaaaas...” balasnya sambil tersenyum

Kami berpandangan lagi entah apa yang akan kami lakukan setelah ini...

“bobo yuk mas, ade ngantuk...” ucapnya

“he’em...” balasku

Aku kemudian beranjak keluar dari kamarnya...

“mas mau kemana?” ucapnya

“bobo diluar...” balasku dengan wajah polosku

“bobo sini, bareng adeeeee...” ucapnya manja sekali

“t... tt....tapi kan anu itu...” ucapku, sambil melihat wajahnya yang jengkel

“i.. iya bobo sini...” ucapku, Dengan gugup dan kebingungan aku berjalan menuju tempat tidur daripada semakin membantahnya bisa-bisa dia ngambek lagi.

“mau tidur pakai jaket mas?” ucap dian sedikit menggodaku

“ya seadanya saja” balasku yang sekarang berada di samping tempat tidur menghadap ke tembok. Aku lepas jaketku dan hanya mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam

“ni mas, pakai ini” ucapnya, aku kemudian berbalik seektika itu, kuraih celana pendek yang diberikannya. 

Dian kemudian berbal menuju ke arah almari pakiannya, entah kenapa bisa ada celana pendek disini. Dian kini berdiri tepat didepan almari pakaian, posisiku tepat disamping almari pakaiannya. Tiba-tiba saja aku melamun memandang tubuhnya, dian yang entah kapan melepas jaket kaosnya itu terlihat sangat seksi sekali. Tubuhnya seperti halnya spanish-guitar patah, kenapa patah? Jelas karena kalau tidak patah leher dian pasti panang seperti jerapah. Segera aku berbalik lagi menghadap ke tembok dan bingung mau berganti celana dimana. 

“ganti disini saja mas ndak papa” ucapnya memecah keheningan

“eh... iya, ndak papa disini?” ucapku

“memang kenapa?” balasnya

“eh... iya...” ucapku dengan gugup dan kebingungan,

Aku masih kebingungan dengan keadaan ini, bisa-bisa dedek arya bangun dan siap untuk perang. Aduh bagaimana ini? oke dia pacarku, oke dia kekasihku, oke aku sudah menyatakan cinta kepadanya tapi kan tidak langsung seperti ini. apa dian ingin memberikan sesuatu kepadaku dengan perlakuan yang hangat darinya ini? aduh tidak, tidak aku belum siap. Belum siap? Aku kan sudah berpengalaman, tapi hmmm... bagaimana ini? Aku menghadap ke arah tembok di dekat tempat tidur yang penuh dengan per didalamnya. Aku kemudian lepas jeansku, sambil melirik-lirik kebelakang, dan segera aku pakai celana pendek dari dian. sret... sret... sret...

“kalau sudah ganti mas bobo dulu ndak papa, ade mau cuci muka dulu, biar tambah cantik hi hi hi” ucapnya, aku menoleh ke arahnya

“ndak cuci juga sudah cantik” balasku 

“iya sekali dua kali, kalau berkali-kali, mas mau ade jadi jelek?” balasnya

“benar juga ya, hu’um...” ucapku

“bener ade kan weeek...” 

“dah mas bobo dulu saja, ade mau cuci muka dulu” ucapnya sambil melet dan masuk ke kamar mandi yang juga berada didalam kamar mandi

“eh iya...” balasku memandang dian masuk ke kamar mandi,

Aku kebingungan dan benar-benar kebingungan dengan posisiku sekarang. Tidur dimana? Aduh aku jadi bingung, kalau sama cewek lain saja bisa langsung brak brik bruk tapi kalau dengan dian aku malah yang kebingungan. Aku benar-benar bingung...

“Ade, mas kekamar mandi belakang dulu ya” teriakku mendekat ke pintu kamar mandi yang terbuat dari kaca buram

“mmmm.... myah....” balasnya

Kleeek....

“masmmm mau nglokohk?” ucapnya dengan kepala keluar dari pintu kamar mandi sambil menggosok gigi, aku hanya mengangguk melihat wanita cantik ini

“nantifffhhhh...” ucapnya dengan semburan busa pasta gigi, aku langsung mundur menghindarinya

“mmaaffff...” ucapnya yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi kembali, setelahnya dian keluar lagi dengan sedikit busa di bibirnya

“mau ngrokok, nanti pas mau bobo gosok gigi dulu sama cuci muka, ade nggak suka bau rokok” ucapnya dengan wajah ngambeknya

“iya... ade.... iyaaaaa...” ucapku

“jangan lama-lama, ade dah ngantuk” wajah ngambeknya semakin menjadi

“iya ade, iyaaaa....” ucapku sambil membetet hidungnya, kami berdua kemudian tersenyum 

Dian kembali ke dalam kamar mandi dan aku berjalan keluar kamar dian. Ketika hendak keluar dari kamar dian aku lihat poto aku dan ibu. seketika itu, aku berpikir mengenai kepura-puraan ibu sebelumnya. Apa ketika ibu berpura-pura jadi pacarku, dian sudah tahu ya? ah masa bodoh lah, aku ke dapur dan membuat minuman hangat. Sebuah tatanan dapur khas wanita yang benar-benar rapi. Setiap botol bertuliskan isi dari botol tersbut, gula, garam, merica dan lain-lain. Tak sulit bagiku untuk membuat teh hangat ketika didapurnya, hampir sama dengan Ibu ketika dirumah semuanya diberi label agar tidak tertukar. Dan yang jelas semua berwarna pink, putih dan warna-warna muda. Argh, dasar wanita semua harus terlihat cerah, secerah cinta dan senyum kaum hawa. Segelas teh hangat aku buat dan segera aku ke pekarangan rumah dan menyulut dunhill yang sudah aku ambil dari jaketku. Kupandangi pekarangan rumah dian yang lumayan luas ini, aku benar-bnear tidak menyangka kalau aku akan bersamanya malam ini. Untuk kedua kalinya bersama perempuan dengan kulit gelap ketika itu. sebatang dunhill telah menemani lamunanku, kesekeliling dengan hembusan asap dari bibirku dan...

“ssssshhhhhhh.......”

“what? Ternyata celana yang aku pakai berwarna pink? Berarti ini adalah celana dian?kenapa aku tidak menyadarinya sedari tadi? Tapi bagus juga, tak apalah hanya dian yang tahu kalau preman pakai celana dalam pink he he he he” bathinku

Tak kusangka celana yang aku pakai bermodel celana boxer. Lucu juga warna pink. Sebatang dunhill masih menemaniku walau dirinya telah berubah menjadi setengah abu. Teh hangat buatan sendiri memang terasa enak tapi lebih enak mungkin jika dian yang membuatnya. Hmmm... pikiranku semakin menerawang dari setiap detik pertemuanku dengannya. Oh iya? kenapa dia marah-marah ya waktu itu? tanyakan ke hati? Aduuuh... aku jug abingung jika harus menanyakan ke hati, hatiku sudah diambil olehnya masa aku ambil lagi. Aku angkat segelas teh hangat itu, dan...

“MAAAAS! Bobo sudah malam! Ade sudah ngantuk!” teriak dian dari dalam rumahnya

“uhuk uhuk uhuk uhuk.... iya huk huk iya sebentar huk huk huk...” ucapku terkejut dan tersedak oleh minumanku

“cepetaaaaaaaan! BOBO!” teriaknya dengan nada lebi keras dan sepertinya dia marah

“uhk uhuk iya ade iya... ini sudah selesai” ucapku

Sial, rokok masih 1 centimeter sudah diteriaki. Segera aku menghisap rokok itu hingga habis dan kuteguk minuman itu langsung. Aku beranjak dari tempatku duduk dan segera ke dapur dan kuletakan di tempat cucian. 

“Kalau gosok gigi ada di dapur, di bifet sebelah kanan gula, kalau cuci muka pakai sabun muka ade saja!” teriaknya keras kelihatan sekali judesnya

“iya... ade... iya...” balasku dengan langkah cepat mengambil sikat gigi

“cepetaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan! Ade sudah ngantuk!” teriaknya kembali dari dalam kamar

“iya... ade... iya...” balasku dengan segera aku ke kamar mandi

Gosok gigi... srk srk srk srksr k... kuluk kuluk kulul ah.....

Cuci muka, tangan, kaki... blup blup blup blup.... ahhhh....

Aku ambil handuk kecil yang sudah nangkring di gantungan kamar mandi. Dan aku usap muka sekaligus memngeringkan tangan dan kakiku. Segera aku ke kamar lagi, kulihat sepi dan hanya aku dengan gemericik air di kamar mandi. Oh iya aku belum menceritakan tata letak kamar dian, ketika masuk ke dalam kamar dian disebelah kiri pojok ada kamar mandi. Tepat di depan pintu kamar mandi kurang lebih 2 meter ada tempat tidur yang bagian untuk kepala sejajar dengan pintu kamar mandi. Bagian kiri dari pintu masuk kamar, ada dua buah almari pakaian. Sedangkan didepan pintu masuk kamar berjarak kurang lebih 3 meter lebih ada sebuah meja rias yang disebelahnya ada sebuah almari kecil. Disebalah kanan pintu masuk agak ketengah ada sofa dan TV dalam ruangan yang pada dinding sebelah kanan dihiasi oleh jendela dengan gorden pink berumbai-rumbai bunga.

Dengan garuk-garuk kepala sebenarnya aku ingin keluar dari kamar ini, tapi kalau aku keluar kamar pasti akan di hajar oleh omelan sang dewi ini. Ddaripada perang dunia, aku segera berjalan menuju ke arah sepring bet. Aku tidur disebelah kanan dengan tubuh miring ke arah kamar mandi. 

Kleeeeeek....

“Oh mas sudah masuk, ade kira masih ngrokok” ucapnya

Deg... aku langsung sedikit membenamkan mukaku ke bantal..

Bugh... duing duingh duing.... sebuah benda keras menghantam ke kasur sepring bet ini. masih terasa goyangan pegas dalam kasur ini.

“Mas ada apa? Hayooooo....” ucapnya

“iiih... jangan ditutup terus mukanyaaa maaaaaaaaaaas” ucapnya manja

“mmmmm... mmmm mmmmm mmmmm” jawabku

“ih ndak denger, ndak tahu” ucapnya

Aku membuka mukaku dan langsung dihadapanku sudah ada wajah dengan rambut yang sedikit acak-acakan. Senyumnya manis, senyuman itu tidur menyamping menghadapku. Aku membalasnya tanpa berani melihat pada bagian bawah.

“ada apa mas?” tanya dian

“eh... celana..” ucapku gugup

“celana? Celana apa?” tanyanya, aduuuuh... slah ngomong aku

“ini, celana mas ndak ada yang warna selain pink?”tanyaku mengalihkan pembicaraan

“ndak ada, ada putih sama hitam tapi lagi dicuci, oooooo.... pasti bukan itu yang mau mas tanyakan kan?” jawabnya, dengan jari memainkan ujung hidungku

“itu kok yang mau mas tanyainmmmmm” ucapku kembali membenamkan mukaku ke bantal

“iiiih... buka!” paksanya 

“iya iya ade... ugh...” balasku, dan aku angkat wajahku kembali dan tepat dihadapnku sekarang dian sedang duduk dengan kaki berssimpuh. Aduh...

“adeeee.... pakai celana dong” ucapku yang memandang selangkagan yang hanya ditutup celana dalam itu, dan segera kualihkan pandanganku ke arah wajahnya

“ndak ada celana mas, tuh kan mas pakai yang lain lagi dicuci” balasnya santai

“eh... ya sudah cepetan tidur” ucapku segera mengakhiri pembicaraan dan membalikan badanku menghadap ke tembok

“huh... ternyata ade jelek ya? ya sudah pacarin itu tembok!” ucapnya judes kurasakan gerakan yang membuat kasur bergoyang, segera aku berbalik dan seketika itu wajah dian sudah didepanku

“auch... sakit ade...” ucapku hidungku dibetet

Kami saling berpandangan sebentar, tak kusangka sekarang aku satu ranjang dengan dosenku. Aku memang seharusnya berterima kasih dengan penulisku karena memposisikan aku seperti sekarang ini. seandainya bisa juga, tolong dimatikan juga semua karakter yang membuat aku pusing tanpa aku harus berlelah-lelah mengurusi mereka.

“hatching.... sialan ada yang ngomongin nubie” down hill

Aku memandangnya sekali lagi lebih dalam ke matanya. Kutelusupkan tangan kananku diantara leher dan kasur, sedang tangan kiriku menarik tubuhnya mendekat. Tanganya memelukku dan sekarang terasa sangat kenyal didadaku. Kepalanya tepat menghadap ke leherku.

“endus endus ada bau vagina... apa?! Tidak jadi, kalau ini seijin dari kakak” dedek arya

“ade, mas boleh tanya” ucapku sambil memeluknya

“apa?” ucapnya

“itu ada foto mas sama ibu, apa ade suda tahu kalau ibu adalah ibunya mas waktu, ibu ngaku pacarnya mas?” ucapku, kemudian tubuh dian berbalik membelakangiku, kupeluk perutnya dan didekapnya kedua tanganku oleh tangan kirinya

“belum, Ade tahu itu setelah ade mengantar mas pulang, ade kembali ke rumah sakit. Disitu ade ngobrol sama tantenya mas. Pas mas nganter ade pulang, ade nyari-nyari di efbe mas, ketemu tante asih dan disitu ada foto mas dan mama. Jadi ade sebenarnya lega juga waktu itu” jawabnya

“tapi kenapa waktu itu...” ucapku dipotong olehnya

“ya, pura-pura aja hi hi hi tapi ya cemburu sih” balasnya, aku hanya tersenyum mendengar jawabannya

“terus... mmmm” ucapku sedikit bingung memulainya

“apaaaa?” balasnya lembut

“waktu marah-marah?” tanyaku, kuberanikan diriku untuk bertanya

“auuuuuuuhcccc....” teriaku karena tanganku diangkat dan digigitnya

“mas itu, sejak mas ngomong yang ini itu dan buat ade nangis, terus mas pergi gitu saja. Ade itu kangen berat sama mas, mas sih ndak tahu rasanya. Dan tiba-tiba mas datang pas tahun baru, selain jengkel juga seneng banget mas bisa berduaan dengan mas. Tapi setelahnya mas pergi, jadinya ade jengkel. Pengen ngobrol sama mas, tapi mas ndak pernah hubungi ade lagi. Pas mas hubungi ade ya seneng tapi kalau seneng pasti respon mas jadi kaku dan hilang lagi. Makanya ade marah-marah, tapi maafin ade waktu itu kelewatan mas... namanya juga kangen... mas jahat!” ucapnya sambil mendekap erat tanganku. Mendengar jawaban itu seperti orang bodoh yang tidak mau mengerti mengenai orang lain.

“iya, maafin mas ya, sekarang mas sudah sama ade” balasku

Tanganku diraihnya, dibukanya telapak tanganku dan diletakannya di buah dadanya, susunya... Antara ego dan nafsu akhirnya logikaku mencoba bertahan.

“please... fix me” ucapku

“eh... but...” jawabnya

“selama mas bersama ade, mas pasti bisa” ucapku

“maaf, ade hanya berpikir dengan jalan itu mas bisa bersama ade terus. Maafin ade... tapi mas jangan main lagi diluar ya, janji sama ade” ucapnya

“janji, mas pasti bisa selama dengan ade... I Love you” ucapku lirih

“mee to honey” jawabnya

“yeah, i like that name honey” balasku

Aku memeluknya dalam tidur lelapku. Aku mencium wangi rambutnya dalam tidur lelapku. Aku merasakan hangatnya dalam tidur lelapku.

“I’m happy... “ ucapnya

“aku lebih bahagia lagi” balasku

o0o​

Di dalam sebuah rumah yang masuk dalam kategori mewah. Dua orang laki-laki sedang bercengkrama dengan seorang wanita setengah baya yang sangat cantik telanjang di bawah mereka. satu tangannya memgang penis dari seorang laki-laki tersebut dan mulutnya mengulum batang kemaluan yang satunya. Wanita yang bertelanjang dan memamkai sebuah ikat leher layaknya seekor biantang piaraan.

“setelah pertemuan besar besok kita akan menguasai semuanya” ucap laki-laki tambun tesebut

“tapi keluargamu itu bisa menjadi penghalang” ucap lelaki gempal

“ah itu beres, nanti setelah pertemuan itu aku akan menghabisi mereka semua, tepat setelah mereka pulang liburan” ucap laki-laki tambun

“anak istrimu?” ucap laki-laki gempal

“aku akan menghabisi mereka juga ha ha ha” jawab lelaki tambun itu

“ha ha ha... memang rencana yang sempurna, bagaimana dengan wanita menyakitkan itu?” ucap seorang lelaki gempal

“kita akan lempar mereka bersama anak mereka, dan kita akan menikmati mereka juga” jawab lelaki tambun

“ingat, kalau kita bisa menguasai para bandar-bandar besar, kita juga bisa menguasai daerah ini. dan aparat keamanan yang keparat dan juga para pejabat tak akan berkutik. Sekali mereka tidak melindungi kita, kita bantai. Akan kita buat daerah ini menjadi kekuasaan kita dan akan kita buat daerah ini sebagai negara meksikano kecil. We are the bos ha ha ha ha” ucap lelaki tambun itu diikuti tawa lelaki gempal

Pandangan wanita berikat leher itu seakan tak percaya dengan apa rencana lelaki yang telah memperbudaknya. Dalam hatinya ingin sekali berteriak minta tolong dan lapor ke aparat keamanan tapi apa dayanya, bisa saja mereka telah disusupi oleh komplotan dari kedua laki-laki ini. Hanya terbesit sebuah harapan kepada seorang pemuda yang pernah menemuinya. Berharap dia bisa menghentikan aksi kedua laki-laki tersebut.

Kriiing kriiing kriiing....

“ya halo” jawab lelaki tambun

“mungkin aku akan menikmati darah segar terlebih dahulu, kalian dapat sisa bagaimana?” ucap seseorang dari telepon

“Ha ha ha ha... yang penting masih sempit saja no problemo” ucap lelaki tambun

“ha ha ha ha ha... oke... oke... aku akan menjemputnya dulu, sampai jumpa tiga minggu lagi” ucap lelaki dari dalam telepon. Tuuut.

“bagaimana dengan orang itu?” ucap lelaki gempal

“kita akan habisi dia juga, hanya kita berdua yang akan berkuasa” jawab lelaki tambun

HA HA HA HA HA HA HA HA HA HA... tawa kedua orang lelaki yang mengiris hati seorang wanita yang diperbudaknya


Matahari mulai merambat naik, memberi hari baru kepada siapa saja yang menyambutnya dengan senyum dan tawa. Sinarnya mulai memasuki dari lubang-lubang kecil rumah yang aku tinggali ini. kepalaku terasa sangat berat untuk bangun, kucoba membuka mata. Segera aku duduk, ku garuk-garuk kepalak sambil sesekali menguap. Kulihat wanita yang semalam bersamaku tidak ada lagi disampingku. Kupandangi sekali lagi kamar yang menjadi tempat aku tidur ini. perasaan bangga tapi juga malu ketika harus melihat kembali foto-foto kenangan yang pernah aku unggah ke jejaring sosial. Tawa dan senyum difoto itu membuatku teringat akan masa-masa indah tanpa ada yang harus dipermasalahkan. Kulirik jam dinding yang menempel indah di kamar ini, jam dinding bertuliskan arya pada titik pusat jam dinding. Aku hanya tersenyum melihat tulisan itu tapi...

“Sial sudah jam 10, aduh kenapa tidak dibangunkan” bathinku

Aku melangkah ke luar kamar dengan mengucek-ucek mataku tanpa melepaskan garukan di kepalaku. Langkahku terhenti ketika sampai didapur melihat seorang wanita memakai tang-top putih dan hanya bercelana dalam. Wanita itu sedang asyik meracik sayur dan bumbu untuk dimasak, tampak anggun sekali. Tak kusangka aku akan mempunyai seorang wanita secantik bersamaku.

“hoaaaaaaaaam....” aku menguap

“ih, mas sudah bangun ya?” ucapnya tersenyum kepadaku

“bu dian kenapa ndak bangunkan aku” ucapku, kulihat wanita itu kembali ke aktifitasnya dan tak ada jawaban darinya

“bu diaaaaan... ditanya malah diem saja to” ucapku, tak ada respon darinya sama sekali. 

Apa ada yang salah dengan apa yang aku ucapkan? Kenapa wannita ini malah diam dan wajahnya sedikit cemberut? Aku berpikir sambil melangkah mendekatinya, semakin dekat aku baru sadar.

“Ayang... kenapa ndak bangunin mas?” tanyaku yang berjarak kurang lebih satu meter darinya

Seketika itu wanita yang sedang asyik dengan acara masaknya melepaskan semua yang dia pegang dan berbalik kearahku sambil tersenyum lebar. Dia kemudian melompat kearahku, digantungkannya kedua tangannya ke leherku. Jelas sekali sekarang terlihat tank-top berenda pada bagian atasnya.

“habis tadi ayang tidurnya lelap sekali” ucap dian kepadaku

“ya kan dibangunin subuh dong yang” ucapku

“Suka deh dipanggil ayang sama mas” ucapnya, aku tersenyum dan kukecup keningnya

“awas kalau tidak dikampus jangan panggil ade dengan sebutan itu” ucapnya

“iya... iya... ayang, adeku” jawabku

“ugh... bau sana, mandi dulu sayang... bauk”ucapnya sambil memundurkan kepalanya dan menutp hidungnya

“yee... bau bau gini ayang juga suka kan?” ucapku

“emang kalau sudah sayang, sudah cinta terus ndak mandi gitu?” ucapnya

“iya adeku sayang iya” ucapku

Sekali lagi aku mengecup keningnya dan melepaskan pelukanku. Dian tersenyum dan kembali ke aktifitasnya sedangkan aku segera mandi. Tak kuhiraukan semua peralatan mandi dikamar mandi ini, semua aku pakai toh ini semua punya dian. ndak papalah bekas wanita cantik, lumayan. Kupakai kembali pakaianku dan keluar kamar mandi.

“mas kaosnya diganti, di almari yang sebelah kiri sudah ada” ucapnya dari dapur sambil menata makanan

“ndak usah yang, ntar dikasih warna pink lagi weeeek” ledekku

“yeee dilihat dulu sana, masa pakai kaos kotor terus” ucapnya

“daripada ade, pakai itu-itu terus. Ndak paka celana lagi” ucapku

“nggak suka ade pakai begini?” ucapnya

“eh... suka sih tapi... kenapa dari semalam ndak pakai celana?” ucapku

“biasanya ade kalau dirumah juga ndak pernah pakai weeeek... dan biar mas betah dirumah” ucapnya dengan wajah memerah dan membuang muka

“he’eh gitu saja” ucapku spontan sambil berlalu dan menuju ke kamar

Aku membuka almari pakaian yang ditunjukan kepada dian. dan aku terkejut untuk kedua kalinya, kaos-kaos yang diletakan di hanger semuanya sama persis dengan kaos-kaos miliku d jug asebuah celana jeans yang menggantung di hanger. Semua kaos berwarna gelap, dan hanya sedikit corak pada kaos-kaos yangmenggantung. Celana jeans model cutbray berwarna abus-abu dan gelap. Ketika aku melihat kaos-kaos ini membuatku kembali ke masa-masa sebelum bertemu dian. aku pakai salah satunya dan kupakai celana jeans. 

“mas...” ucap dian dari belakang membuatku terkejut

“copot... ade nganggetin saja” ucapku

“yeee... mas saja yang lebay, ni celana dalamnya. Celana dalam mas dimasukan ke mesin cuci” ucapnya

“eh...” aku menerima celana dalam yang masih berbungkus

“itu ukurannya ada dua, ade kan ndak tahu ukurannya mas jadi tadi pagi ade belikan dua ukuran” ucapnya

“kenapa ndak bangunin mas saja, kasihan ade kan pasti malu beli celana dalam cowok” ucapku

“biasa saja kali... weeekk.... cepetan ganti, terus maem. Ndak usah pakai celana jeans panjangkenapa, itu ada celana jeans pendek kan” ucapnya mengecup pipiku dan berputar meninggalkanku, pandanganku terus kearahnya hingga dian menghilang dibalik pintu

Setelah aku berganti pakaian, kubawa pakaian kotorku. Dian yang sudah menungguku sambil melihat televisi menunjukan letak mesin cuci. Setelahnya aku makan bersama dian, wanita ini memang dari atas kebawah mencoba memancing syahwatku. Mungkin memang dia ingin melakukannya denganku, atau dian hanya ingin memancingku? Semalam aku sudah bisa menolaknya tapi kalau setiap hari seperti ini, huft semoga bisa semoga bisa. Aku ingin menikmatinya nanti kalau semuanya sudah selesai dan dia sah menjadi miliku. Kalau bisa?!

“maem... aaak...” ucap dian sambil mengambilkan sesuap nasi dan diarahkannya kemulutku

Ketika aku berganti menyuapinya dian malah tidak mau. Huh malah seperti anak kecil saja kalau begini. Aku hanya bisa mengikuti permainannya. Hingga selesai makan dian membersihkan dan aku membantunya sambil kita bercanda kesana kemari. Kadang aku usapkan busa sabun ke pipinya, dian pun juga membalasnya. Jika di masukan ke guiness book of record mungkin ini adalah acara mencuci piring yang sangat lama walau akhirnya selesai juga.

Sambil nonton TV dian duduk minta dipeluk olehku yang duduk bersandar disofa depan TV

“yang, anda gimana?” tanyaku sambil menciumi rambutnya

“hi hi hi... sok jago dia yang, sayang juga aneh dibilangin gitu sama anda malah ugh!” ucapnya

“auch... sakit sayang...” jawabku

“ade kan sudah tahu dia sebelumnya, ade sama anda kan cuma teman. Anda sendiri yang pdkt, kalau ade sudah bilang sama dia kalau kita cuma teman. Semenjak ngajak makan, ade selalu tidak mau tapi dianya selalu memaksa. Lagi pula anda itu sudah pernah punya hubungan sama mbak erna, mbak erna sendiri yang bilang. Pas kemarin anda bilang gitu ke mas, setelahnya ade semprot anda mengenai hubungan dia sama mbak erna. Eh, dia-nya langsung kaya orang bloon gitu, dan akhirnya dia mengakuinya mas. Dan satu lagi...” ucap dian sambil beranjak kemudian duduk, didekatkannya wajahnya ke wajahku

“stay close!” ucapnya dengan wajah judesnya

“eh... i... iya... ade wajahnya kaya gitu, mas takut nih” jawabku

“hi hi hi biarin weeeek...” ucapnya

Seharian aku bersama dian, mulali bercanda dan bergurau bersamanya. Ternyata di balik wajah judesnya tersimpan sifat manja yang tak kalah dengan seorang anak kecil. Benar-benar kewalahan aku dibuatnya. Tapi menjadi cerita sendiri bagiku yang selama ini belum pernah sama sekali merasakan memiliki pacar. Itulah kenapa wanita selalu menyembunyikan sifat aslinya ketika dia bersama lelaki yang bukan miliknya. Wanita penuh misteri? Mungkin benar apa kata Bon Jovi, She’s Mystery dalam album yang Crush. 

“Maaaaaaaaas, gatel...” ucapnya manja sambil mengangkat tangannya mendekatkan ke arahku yang duduk memeluknya

“lha terus?” balasku

“garukin...” ucapnya

“jaded (manja)...” balasku lirih

“ndak suka?” ucapnya sambil tanganku menggaruk pelan kulit yang selalu membuat tanganku terpeleset

“ndak nyangka saja ade manja banget he he he padahal kalau dikampus hiiiii” ucapku

“oooo jadi kalau dikampus njengkelin gitu iya? he’em... gitu?” ucapnya dengan nada super judesnya

“ndak judes kok, tapi banyak he he he” ucapku 

Langsung saja aku ditimpanya dengan bantal, tak berani aku membalasnya. Hanya mampu meringkuk di atas sofa. Dian, dian... Dari mau mengambil minum saja harus digendong, mau mandi harus digendong sampai ke dalam kamar mandi tapi akunya langsung keluar. Gatal saja, dia ndak mau garuk sendiri, minta digarukin. Hadeeeeeeh... dosenku dosenku.

“Ade punya plestesien juga to?” ucapku ketika kami bersantai didepan TV kembali

“hu’um... kan ade suka game, tapi ya ndak suka-suka banget. Cuma buat refreshing saja, sekarang ndak mau main lagi. Dah ada yang bisa buat refreshing” ucapnya

“huh? Emangnya apa?” ucapku

“mas... kalau mas disini ade ndak perlu ngegame lagi hi hi hi” ucapnya

Akhirnya aku main game pe-es juga bareng dian. dia duduk disofa atas tepat dibelakangku dan aku duduk dibawahnya. Kami main balapan sembari menikmati waktu kebersamaan bersamanya.

“tadi mama telepon” ucap dian

“mama?” tanyaku heran

“ibunya mas” ucapnya

“ke sematpon mas?” balasku sambil kepalaku mendongak ke atas

“ndak, ke telepon rumah ade. Mama bilang kalau mama sekarang sama tante ratna” ucapnya mendekatkan wajahnya ke wjahku

“eh... mas akan telepon ibu dulu, boleh?” ucapku berbalik ke arahnya

“ya boleh lah, masa ade nglarang mas buat nelepon mama. Tapi ingat lho...” ucapnya sambil menggoyang jari telunjuk tangannya

“he’em...” jawabku sambil tersenyum

Aku kemudian menelepon ibu dari telepon rumah dian. untung saja aku menyimpan nomor telepon tante ratna di sematponku.

“halo”

“tan, ni arya. ibu ada?”
“eh kamu mblo... mbak arya telelpon”

“halo”
“ibu, ibu dirumah tante ratna?”

“eh sayangnya ibu, iya kemarin setelah kamu keluar rumah. Ibu beres-beres terus berangkat ke tante ratna”

“owh... egh...” (Dian memelukku dari belakang)

“ada apa sayang?”
“ndak papa kok bu, ibu kok tahu nomor dian?”

“ehem... ehem... sudah ndak pakai kata bu nih? Dah jadian ya? hi hi hi...”

“yeee ibu ditanya malah ndak jawab”

“ya bisa dong, kan tinggal tanya developernya. Kan punya nenek kamu, lagian perumahan dian itu belum sepenuhnya selesai jadi gampang nyari tahunya. Pasti lagi dipeluk sama dian ya?” (dian menarik pundakku dan menempelkan kupingnya)

“iya, mah... hi hi hi “ (Dian menjawab)

“eh sini.. sini ibu mau ngobrol lagi sama dian, mumpung kamunya ada disitu”

“apaan sih ibu” (direbutnya telepon dan dian berdiri didepanku tangannya meraih tanganku agar memeluknya)

“iya mah” (dian)

“jagain arya ya, bilang sama arya, ndak usah pulang kerumah kalau perlu rumahnya sekarang di rumah kamu ya sayang”

“iya mah, mas arya juga denger kok. Mah, mama bicara sama mas arya saja ya”

“iya, sayang”
“halo bu, tapi ibu ndak papa kan?” (dian berbalik dan bersandar di meja telepon memandanngku sambil tersenyum, tanganku meremas tangannya)

“ndak papa, ibu sudah sama tante ratna. Jaga dian ya” 

“iya bu, tapi bu kalau arya dirumah dian apa dia tidak curiga?”

“sudah kamu tenang saja, ibu sudah telepon ke dia kalau arya akan kos demi memperlancar penelitiannya. Dan ingat kamu harus selalu hati-hati”

“ya bu”

“ya sudah, ibu mau bantu tante kamu dulu”

“iya bu”

“dah sayang”

“dah ibu” tuuuut

Langsung saja dian memelukku, ada sedikit getir ketika mendengar suara ibu. rasanya aku ingin kembali tapi jika aku kembali tak akan ada perubahan dalam hidupku. Sekarang dianlah yang akan menjadi pendampingku dan ibu adalah ibu suri dikerajaanku. Dan aku harus segera menyelesaikan masalahku. Aku peluk dian dengan erat karena memang dialah “waktu” yang menghentikan semua kegilaanku

“mas kelihatannya ada yang mas sembunyikan dari ade?” ucap dian melepas pelukanku dan memandang kedua mataku

“belum saatnya kamu tahu yang, nanti mas akan cerita tapi mas mau pulang dulu sore ini ambil pakaian dan beberapa file yang memang mas harus bawa” ucapku

“iya, mungkin belum saatnya ade tahu. Tapi mas, mas harus hati-hati, karena... sejak mas dikejar-kejar oleh orang-orang itu ade mulai khawatir kalau mas terlibat sesuatu” ucapnya

“ya, memang terlibat sesuatu tapi tenang saja ade, mas ndak papa, karena mereka tidak pernah tahu jatidiri mas. Yang penting mas akan selalu hati-hati karena skripsi mas belum selesai ntar di judesi lagi sama dosen mas” candaku

“iya... mmm... dosen mas kaya apa sih?” tanyanya

“cantik.... tapi....” ucapku

“tapi apa?” balasnya

“judesnya minta ampun huh... dimarahin terus mas kalau bimbingan” ucapku, sambil melirik ke arah matanya

“oh gitu ya... hmmm... ya ya ya... cantik ya mas? Mmm... mas jangan kepincut sama dosen mas ya...” ucapnya. Lho?

“ya kalau dia mau sama mas bagaimana?” ucapku

“kan judes, kalau ade kan enggak. Pokoknya awas kalau mas main dibelakang ade, apalagi sama dosen mas itu” ucapnya

“ade itu ada-ada saja” ucapku sambil menyentuhkan hidungku kehidungnya

Menjelang pukul 18:00, aku segera pulang dan diantar dian hingga ke gerbang pintu. Berbeda dengan dian didalam rumah, ketika dia keluar rumah dia tampak lebih anggun dengan pakaian longgarnya dan celana legging. Kata “hati-hati” selalu terucap dari bibirnya dan sungguh membuatku sangat nyaman. Aku jalankan REVIA menuju ke rumahku, hingga aku tepat didepan rumah sudah ada mobil ayah yang terparkir di garasi. Pintu rumah terbuka, dan aku segera masuk ke dalam.

“Romo..” ucapku menghampiri ayah yang sedang sibuk menata pakaian di dalam kamarnya dan salim tentunya

“Oh, kamu. ndak ikut ibu kamu liburan besok?” ucap ayahku

“ndak mo, aku mau ngekos di temanku. Penelitianku ada yang ndak beres” ucapku

“ya, ibu sudah kasih tahu. Ibumu di rumah tante ratna tadi romo yang mengantar” jawabnya

“kapan romo akan berangkat?” ucapku

“mungkin minggu depan, beberapa hari ini romo akan mengurusi pekerjaan romo dulu sebelum perjalanan dinas romo” ucapnya

“ya mo, setelah penelitian selesai arya balik ke rumah lagi. Paling juga seminggu sekali arya pulang. Kalau romo?” ucapku

“ndak usah kembali juga ndak papa. Rumah ini hanya akan jadi kenangan. Romo ndak akan pulang sampai urusan romo selesai” ucapnya

“maksud romo, jadi kenangan?” ucapku

“kamu akan tahu sendiri suatu saat nanti” jawab romo

“ya sudah arya mau menata barang arya” ucapku, tanpa menghiraukan jawaban dari ayahku

Sambil melangkah menuju kamarku, ingatanku terbawa ke waktu bersetubuh dengan ibu. semua tempat dirumah sudah aku coba dan aku ciprati dengan cairan kenikmatan kami berdua. Tapi mungkin tak akan ada lagi semua itu. setiap langkah menaiki tangga, pikiranku masih berputar pada keindahan tubuh ibu. hingga di dalam kamarpun aku duduk dan memandang seisi kamarku. Hatiku berkecamuk dengan semua hal yang pernah terjadi, di kamar ini lah semua berawal. Ah, memang semuanya harus berakhir.

Segera aku mengemasi beberapa pakaianku yang akan aku kugunakan dirumah dian, wlaau sebenarnya tidak perlu karena disana sudah lengkap. Kunyalakan komputerku dan aku pindahkan file-file penting yang aku butuhkan, dan tentunya menghapus semua history dari komputerku. Tidak lupa aku mengambil sematpon KS dan juga kalung dari nenek mahesawati. Setelah semua beres aku duduk kembali di samping kamarku, kulihat sekelilingku dengan tangan masuk dalam saku jaketku. Ketika tangan kiriku memegang sesuatu yang berada di saku jaket, kutarik keluar dan kulihat. Aku hanya tersenyum...

“mungkin suatu saat nanti...” bathinku

Aku kembali berjalan keluar kamarku dan menghampiri ayahku. Wajahnya masih tetap sama, wajah tak peduli kepadaku. Apalagi kalau ada ibu, sama saja tidak ada kepedulian sedkitpun. Segera aku berpamitand dan keluar dari rumah ini. rumah yang akan menjadi kenangan. Aku jalankan REVIA menjauhi rumahku. Tiba-tiba dalam benakku kembali bergejolak karena teringat perkataan ayahku.

“kamu akan tahu sendiri suatu saat nanti” 

Apa mungkin memang waktunya sudah semakin dekat? Apakah mungkin? Ah kenapa aku jadi gugup seperti ini. kenapa juga rani belum memberitahuku mengenai eri? Dalam perjalanan pulang kerumah baruku, pikiranku berkecamuk kesana kemari. Aku hentikan motorku dan mengrim bbm ke dian tapi sial, aku belum invite ulang BBM-nya setelah emosi saat itu. aku cari sms dan nomor telepon dari history Hpku. Sudahlah mungkin aku harus segera pulang. Ketika hendak menarik gas motor.

Forever and one, i will miss you... (helloween). Ringtone. Nomor tidak diketahui.

“Halo”

“mas...”
“oh ade, kirain siapa”

“makanya kalau marah-marah jangan hapus semua nomor sama kontak BBM. Huh!”
“iya... iya... maafin mas, jangan marah dong”

“hu’um”

“ada apa de?”

“mas kalau main ma koplak ndak papa, tapi inget ya”

“iya, mas ingat... tapi kenapa disuruh main sama koplak? 

“ade ndak mau rumah penuh asap rokok, terakhir mas rokok di ruang tamu waktu itu. baunya ndak karuan”

“pengertian banget siiiih”

“Hm... gimana ya, kalau saja bisa ya ndak usah ngrokok”

“eh... iya, iya mas maen saja. Masalah rokok dibahas kapan-kapan yah”

“pulangnya jangan malam-malam dan kalau pulang langsung pulang saja ndak usah mampir-mampir!”

“eh... iya, langsung pulang kok. Oia Ade mas invite lagi dong bbm-nya”

“ndak mau! Invite saja sendiri weeeeek.... dadah sayang”

“iya sayangku” tuuuut

Ternyata punya pacar tidak selamanya di penjara. Nyatanya aku masih bisa main sama teman-temanku, mungkin dian sadar kalau aku juga butuh sahabat untuk berbagi. Argh, begitu beruntungnya aku. Tapi kenapa tiba-tiba ya? nantilah aku telepon lagi, ku save nomor dian. Ku arahkan motorku ke arah warung wongso, disana sudah ada anton dan dewo.

“WEIDIYAAAAAN (GILA) dah punya pacar nih” ucap dewo

“mas arya, peluk aku dong... ku pengen dipeluk” ucap anton dengan gaya cewek

“iya sayang aku peluk sini, ARYA CINTA DIAN!” timpal dewo dan kemudian sedikit berteriak meneriakan apa yang pernah aku teriakan di depan warung

“Ah, matamu su (njing)... biasa saja kali bro, kalian kan juga sudah punya. Masa aku ndak boleh punya?” ucapku sambil berjalan menuju ke arah mereka

“tapi lebay-nya itu lho ha ha ha ha” balas wongso yang keluar dari warung karena mendengar keramaian

“Mas, dimasukin saja ah... masuk mas...” goda dewo

“gundulmu, emang aku seperti kamu leng (leng = celeng = babi hutan)” balasku

“Oooooo lha bocah! Apa ndak ada kata-kata yang sopan lagi heh!” teriak ibu wongso dari dalam warung yang mendorong wongso kedepan

“AMPUUUUUUUN NDORO PUTRI!” ucap kami bersamaan

“kalian ngomong ndak sopan lagi ibuk giles pakai ulekan!” ucap ibu wongso

“inggih (iya) ndoro putri” balas kami, setelahnya ibu wongso masuk ke dalam rumah

Kami kemudian ngobrol, senampan teh panas diantarkan oleh asmi satu persatu mulali meningkatkan gas pemicu pemanasan global. Canda dan gurau kami berbalas dari masing-masing. Beberapa koplak tidak bisa datang karena mungkin banyak kesibukan, keberuntunganku saja bisa bertemu mereka bertiga. Dewo tiba-tiba melakukan foto selfie dengan memperlihatkan kami bertiga bersamanya.

“ngapain selfie? Kaya ababil saja kamu wo” ucap wongso

“alah, sekali-kali kenapa?” ucap dewo yang kemudian sibuk dengan sematponnya

“Lha kamu kenapa nton? Pakai ngrekam suara kita segala? Mau kamu laporin ke teman-teman kamu?” tanyaku

“enggak ini lebih darurat daripada temen, penting bro” ucap anton yang kemudian sibuk dengan sematponnya juga

Selang beberapa saat mereka memasukan sematponnya. Tiba-tiba aku teringat akan kata-kata ayah kembali, dan...

“bro, ada yang janggal tadi waktu aku ketemu sama ayahku” ucapku, kemudian aku menceritakan percakapanku dengan ayahku ketika mengambil barang dirumah

“ada yang aneh memang, apa mungkin pertemuannya akan diajukan?” ucap anton

“lha ada kabar dari si buku?” ucapku

“kalau dari sibuku belum ada, dia ada ditempat yang aman. Sedangkan ara, sudah aku posisikan untuk melakukan aktifitasnya seperti biasa dan tentunya aku suruh dia pasang wajah sedih setiap harinya. Tidak boleh bercanda ataupun memperlihatkan perasaan biasa-biasa saja atas ketidak adanya ayah angkatnya itu” ucap anton

“wah keren juga kamu nton, sampai segitunya menyetting orang” ucap wongso

“kalau tidak begitu, ara bisa saja diculik. Kemarin ara didatangi seseorang” ucap anton

“si siapa nton?” ucapku

“hantukah?” ucap dewo

“dewa mabuk! Ini serius” ucap wongso

“aku tidak tahu jelasnya, ketika itu ara bercerita kalau dia didatangi orang yang tidak dikenal. Menanyakan ayah angkatnya itu, tapi karena dari awal sudah aku atur. Ara menunjukan perasaan sedihnya, bahkan menurut penuturan ara, lelaki itu sangat percaya dengan aktingnya. Bahkan ara sempat menangis dan memohon kepada lelaki itu untuk menemukan ayahnya. Setelah itu semua terjadi tidak ada lagi gerak-gerik mencurigakan yang terjadi pada ara. Kami yang merasa kecolongan karena tidak mengawasi ara merasa lega dan sekarang ara aman, karena kita sudah mengirim empat orang secara bergantian untuk mengawasi ara” ucap anton

“oia cat, ada kabar dari rani?” ucap wongso

“belum ada kabar, ada sebuah pesan yang dikirimkan ke sematpon ayahku dan ibuku membacanya” ucapku kemudian menceritakan isi dari pesan yang masuk. Semua kemudian hening dan terdiam.

“darah dan sisanya...” ucap wongso

“kalau minum darah ndak mungkin ya? mereka kan bukan drakula, masa iya minum darah mereka... hiii ngeri dah, gimana ngrasainnya” ucap dewo. Anton tiba-tiba terhenyak dan memukul bahu dewo yang sedang mengankat gelas berisi teh hangat

“makasih wo!” teriak anton

“uhuk wasu celeng! Alon-alon (pelan-pelan) to ndes!” ucap dewo yang tehnya tupah kemana-mana

“kamu menemukan sesuatu ton?” ucapku dan wongso bersamaan

“begini, maksud dari darah dan sisa adalah mungkin eri akan diambil dulu keperawanannya dan sisanya akan dilemparkan ke ayah arya dan temannya itu” ucap anton 

Membuat mataku terbelalak seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Kami semuanya terdiam tidak tahu harus berbuat apa, tak ada pesan dari rani ataupun telepon darinya. Bagaimana mungkin kami bisa mencegah itu semua jika tak ada satu orang pun diantara kami yang mengetahui keberadaan Eri. Aku kirimkan pesan ke rani mungkin saja akan ada jawaban dari rani. Tapi lama kami menunggu sambil mengobrol kesana kemari pun juga tidak ada balasan dari rani. Seperti kapal bajak laut tanpa kompas tak tahu harus berbuat apa.

“ah, sudahlah itu hanya perkiraan saja. Kalau ada yang tidak beres pastinya rani akan telepon kita kan?” Ucap dewo menenangkan kami semua

“benar juga ya, kenapa juga kita seperti orang ling-lung ha... hahaha...” ucap wongso

“iya ya... ha..... hahaha” ucapku

“dasar ketawa nggak ikhlas kalian ha ha ha ha” ucap anton

Kami kembali ke asal kami, masa bodoh dengan urusan yang tidak jelas sama sekali. Kami kembali ngobrol menemani malam yang sudah semakin dingin. Canda gurau selalu bersama kami walau kami tahu dalam hati masing-masing dari kami semua sedang dalam kebingungan. Lawakan dewo, selalu dibalas dengan lelucon dari anton, aku pun tak mau kalah dengan mereka berdua. Apalagi wongso yang juga tidak mau ketinggalan.

Tringting.... ringtone sms

Langsug kubalas sekenannya, widih ini cewek ternyata galak juga. Baru saja sampai di warung wongso jam delapan malam. Kumpul baru satu setengah jam sudah disuruh pulang, bagaimana nanti kalau dia jadi istriku? Bisa jadi aku ndak bisa keluar-keluar? Haduuuuuuuh tapi tak apalah kalau ndak boleh keluar, mending tak masuki saja si dian kalau sudah aku nikahi. Senyum cengengesan karena membaca sms dan membayangkan hal yang lain membuat aku dibully oleh mereka berempat.

“Sms dari pacar tuh....” ucap dewo

“baru Lejom bro, maklum ha ha ha” ucap wongso

“apaan lejom?” ucap anton

“lepas jomblo ha ha ha” ucap wongso diikuti gelak tawa mereka berdua

“ah sialan kalian, memangnya kalian ndak pernah ngrasain apa?” ucapku

“ya pernah sih, malahan waktu itu si asmi ck ck ck... sssstttt... aku lagi BAB saja ditungguin di depan pintu. Risih sebenarnya tapi mau bagaimana lagi?” ucap wongso berbisik

“beneran itu wong? Saking cintanya sama kamu ya wong” tanyaku dan wongso menganggukan kepala

“Parah lagi si dewi bro... sssstttt.... kemanapun aku pergi harus ngirim foto aku bareng sama teman-teman. Bahkan kalau aku lagi keluar daerah, semua harus aku foto dengan sudut pandang yang berbeda. Takutnya kalau foto perjalanan sebelumnya aku kirim ulang” ucap dewo

“hah?! Kamu kan bisa foto beberapa tempat dengan sudut pandang yang berbeda?” ucapku

“aku dulu mikir kaya gitu buat bohongin dia, tapi setelah ketemu isi sematpon di geledah semua bro. Dilihat detail gambar, kalau ndak ada gambar yang sama gimana coba? Aku pernah gitu satu kali dan yah... ngambek satu minggu bro si dewi, bahkan aku datang kerumahnya saja malah dikasih fotonya dia, dianya masuk ke kamar. terus kalau aku pulang karena jengkel, dia bakalan marah lebih lama! Gila nggak?!” ucap dewo

“berarti nasib kita sama... si anti juga seperti itu, tapi bedanya aku harus rekam suara percakapan kalian per jamnya dan aku kirimkan via email. Kalau sudah bareng, ndak boleh lepas gandengan. Mau BAB saja aku senasib sama wongso” ucap anton

“tapi kalian betah?” tanyaku keheranan

“YA BETAHLAH BRO! NAMANYA JUGA CINTA!” ucap mereka bertiga serempak

“kalau ndak ada asmi mungkin sama halnya aku ndak ada koplak. Bisa hancur masa depanku, dia yang selalu mendampingiku bro. Seandainya tidak ada dia, mana mungkin warung ini bisa jalan. Kalian tahu semenjak kebakaran itu fisik ibu sedikit melemah, tapi asmi yang menyediakan semua kebutuhan ibu. Dari mandi sampai BAB saja asmi yang ngurus, dari sakit menjadi sehat juga asmi yang ngurus. Jadinya ya, aku termasuk suami-suami takut istri tapi ya tidak sepenuhnya takut, karena aku juga laki-laki. Asmi paling takut kalau aku marah... ” ucap wongso

“kalau aku, kalau ndak ada anti ya, duniaku bisa-bisa hambar. Seposesifnya dia, tetap saja dia yang number one. Karena jarang ada cewek seperti anti yang mau menerima segala kekuranganku semenjak SMA. Kalian tahu sendiri kan aku dari keluarga yang biasa-biasa saja, dan yang paling aku suka dia hanya dandan kalau ada aku walau sebenarnya ndak dandan pun dia tetap cantik. Pernah aku mengintainya, ada beberapa cowok mendekatinya lebih tajir dari aku, dia nolak. Bahkan kalau keluar ketika ndak bareng aku dandanannya biasa saja, tapi kalau pas ada aku wuiiiiih.... cuantiknya, setiap kali selesai jalan-jalan langsung aku tubruk ugh.. mangsatbz!” ucap anton

“kalau aku, dewiiii engkaulah... pujaan hatiku huoooooo.... seorang dewo tanpa dewi, well goodbye my life... kenapa aku bisa berhenti dari kebiasaan minumku, karena dewi. Kenapa aku tidak sebrutal dulu juga karena kamu yang mempertemukan aku dengan dewi ar, dia itu ugh... aku selalu bertekuk lutut dihadapannya. Apalagi hiks hiks hiks kalau dia sudah buka baju dan celananya, aku... aku hiks hiks hiks ndak tahan” ucap dewo dengan gaya orang menangis

Benarkah yang mereka katakan tentang pacar-pacarnya?

“hei ar, kita itu seperti hewan liar... kamu masih ingatkan bagaimana kita dulu? Nah mereka pacar-pacar kita adalah pawang kita. Coba kamu lihat si hermawan, berapa kali dia ganti-ganti pacar? Kalau dia tidak ketemu sama Hermi, jomblo dia. Cuma hermi yang bisa menjinakan hermawan. Seperti halnya aku, anton dan dewo” ucap wongso

“dan satu hal lagi cat, aku memang dari dulu senang ketika kamu dekat dengan dian. karena dian yang akan menjinakan keganasanmu diluar, aku ndak pengen kamu membabi buta kaya dulu lagi ar” ucap anton

“benar tuh cat, coba dian suruh telanjang mungkin kamu akan menemukan sesuatu didalamnya ha ha ha” ucap dewo

“dasar ngeres!” ucap anton dan wongso

Aku tersenyum melihat mereka, aku sendiri juga sudah mulai merasakan hal yang sama seperti mereka. preman-preman yang takut pada istrinya, tapi jika dilihat dari pernyataan mereka bukan takut dalam artian sebenarnya. Takut karena memang mereka ingin selalu bersama dengan pasangan mereka. sama halnya pasangan mereka takut akan kehilangan mereka.

“oke bro,terima kasih buat share-nya... mau pulang dulu” ucapku

“mau pulang ke dian? betul kan?” ucap wongso

“iya, kok tahu?” ucapku

“lha itu tas segede trailer kamu bawa ha ha ha”

“aku juga pulang dulu” ucap anton

“aku juga, sudah ada warning nih” ucap dewo

“maaaas, tanganku gatel, garukin!” ucap asmi dari dalam

“iya dindaku...” ucap wongso yang langsung mendekati asmi kedalam warung, sambil mengacungkan jempol dan mempersilahkan kami pulang

Kami melihat itu hanya tersenyum, teringat ketika dian memintaku menggarukan kakinya yang gatal. Aku kemudian berpisah dengan koplak menuju rumah, dalam perjalanan aku senyum-senyum sendiri mengingat cerita mereka. tak terasa aku telah sampai di rumah dian. aku masukan motor dan masuk ke dalam rumah, maklum sudah punya kunci serepnya.

“adeeee...” teriakku pelan memanggil ketika menutup pintu depan. Tak ada balasan dari dalam, aku kembali melangkah ke dalam rumah kudapati dian sedang menonton televisi

“kok diem de?” ucapku sambil berlutut bersandar pada bagian samping sofa dimana dian berada didepanku

“ndak usah pulang sekalian saja!” ucap dian

“eh... waduh dia marah” bathinku

“maaf-maaf namanya juga kumpul-kumpul, dah lama ndak kumpul sayang. Senyum dong sayang” ucapku merayu

“iiih... sudah dikasih waktu buat main malah pulangnya malam, jelek jelek jelek” ucapnya sambil mencubit lenganku

“ouch... sakiiit ade...” balasku pelan

“awas kalau besok-besok lagi pulang larut malam. Maem dulu mas” ucapnya sambil berdiri menuju ke dapur. 

Aku tersenyum ketika melihat tingkah dian. wanita dengan tank-top hitam dan celana payet berwarna hitam tapi ada yang aneh hmmm... aku mencoba mengamati lebih detail lagi. Akhirnya aku menemukannya, kenapa dadanya sekarang tampak lebih besar ya? hmmm... apa perlu aku menanyakannya? Aku kemduian ke dapur dan makan malam bersama dian.

“ade tuh dah lapar, mas disuruh main maksudnya bias ade bisa masakin mas. Malah mas pulangnya malam banget” ucap dian

“he he he maaf ndak tahu...” ucapku

“besok besok lagi kalau main dibatesi, mas sudah punya pacar. Dan pulangnya harus kesini, pokoknya kesini “ ucapnya dengan wajah ngambek

“uke...” jawabku cengengesan

Kenapa sekarang aku seperti memiliki istri ya? padahal belum juga disahkan oleh KUA. Tapi tak apalah, semua pasti ada jalan kedepannya. Aku tidak ingin tergesa-gesa seperti koplak yang lain. Aku sudah pernah merasakannya dan untuk yang satu ini, nanti dulu. Setelah selesai makan malam, aku membantu dian memebersihkan meja makan dan piring dicuci. Aku kemudian ke kamar mandi karena perutku terasa sangat mulas, sedari pagi belum setor. Memang benar-benar enak kalau BAB, tapi sayang tidak ada rokok yang menemaniku. Lama aku didalam kamar mandi.

“Maaaaaas ngapain sih lama banget didalam kamar mandi?” ucap dian dari balik pintu

“Sial! Kenapa nasibku sama seperti wongso dan anton” bathinku

“lagi BAB sayang, perut mas sakit” ucapku

“BAB lama, pasti sambil mainan Hape!” ucap dian

“ndak mainaaan, Hp mas ada di kantong jaket dilihat deh” ucapku

“cepetan! Ade ngantuk!” bentak dian

“iya sebentar” balasku

Segera aku membersihkan diriku, muka, dan gosok gigi. Selama membersihkan diri, pikiranku terus melayang kenapa dian bertingkah seperti ini ya? mungkin karena memang aku harus diseperti inikan. Tak apalah, aku akan menikmatinya. Aku kemudian keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamar, kulihat dian mencembungkan pipinya didepan pintu kamar. tanpa ngomong apa-apa dia langsung masuk ke kamar. sebenarnya wanita itu lebih dewasa atau lebih kekanak-kanakan ya? kenapa dia bisa semanja itu? dikamar aku langsung berganti celana dari balik pintu almari, kulihat dian sudah memejamkan mata dengan memeluk guling. Aku bergerak dibelakangnya dan memeluknya dari belakang.

“met bobo sayang” ucapku tanpa canggung

“bodoh!” ucapnya dan aku hanya tersenyum mendengarnya

“mas...” ucapnya

“apa?” balasku

“mas ndak malu kan pacaran sama cewek yang lebih tua?” ucapnya

“ndak, memang kenapa?” ucapku

“ndak papa... hi hi” ucapnya dengan tawa kecil

“ade, apa ndak papa kalau mas tidur dirumah ade terus. Secara kita kan belum...” ucapku tidak melanjutkan

“ndak papa... ade ndak mau jauh lagi dari mas, dan ini salah satu cara agar ade bisa ngawasi mas... to fix you” jawabnya

“terima kasih...” ucapku

Aku memeluknya dan kami terlelap dalam tidur. Aku merasa seperti seorang mahasiswa-mahasiswa lainnya, yang kadang tidur di kos-an pacarnya. Tidur dirumah pacarnya atas seijin orang tuanya, dilayani layaknya seorang suami. Hmmm... begitu beruntungnya aku. Jika dilihat kembali, beberapa teman kuliahku juga ada yang seperti aku sekarang ini, tapi entahlah mereka memang sayang atau hanya mencari kehangatan. Tapi yang jelas aku disini, karena aku tidak ingin jauh darinya, aku ingin selalu dekat dengan dian. malaikatku...

0 komentar: