WILD LOVE????​ #27

Malam datang, begitupula dengan dingin malam yang terbawa oleh angin malam. Layaknya seorang greliyawan, kami memakai semua peralatan komplit dari anton. Entah dimana koplak yang lain, yang jelas aku hanya bisa mendengar instruksi anton dari dalam mikropon. Keberadaan anton pun tak ku ketahui, yang jelas dia berada dekat denganku. Koplak yang lain yang tidak berada satu lokasi denganku adalah tugiyo dan udin, mereka berada di lokasi depan gedung. Tak diketahui keberadaan mereka yang jelas, didepan geudng yang menjadi tempat pertemuan ini ada sebuah gedung tua yang dusah tidak dipakai lagi. Ah, Berada di belakang gedung, memandang sesuatu yang membuat jenuh. Mungkin saat ini yangpaling enak adalah minum teh hangat ditambah dengan sulutan dunhill.

“merokok dulu bro, ndak papa” ucap anton dari dalam mikropon ke semua koplak yang sudah pada posisinya

“dimana kamu?” ucapku

“dibelakang kalian, ditempat tinggi. Kalian dalam perlindunganku” ucap anton

“koyo kapten amerika kowe su! (seperti captain america kamu njing)” ucap parjo

“sudah tenang saja kalian, tunggu aba-aba dariku, kontol bro?” ucap anton

“tempiiik (siap-red)” ucap kami kompak, jelas saja kami sudah merasakan tempik semua

“iiih gatel deh... masa cewek cantik suruh masuk ke kebun” ucap dira

“cowok!” teriak kami semua bersamaan

“rese semua uh..” ucap dira

Waktu sudah menunjukan pukul 18:00, kami masih berada jauh dari gedung tersebut. Tapi kami belum melihat para Target kelihatan. Ada dua orang berjaga di pintu belakang gedung, terlihat mereka adalah dua orang yang menghajarku kemarin. Sebuah tanah lapang didepan kami, tempat yang cocok untuk parkir mobil. Lebarnya hampir bisa untuk parkir 5 mobil sedangkan panjangnya? A, itu sebuah jalan yang memutari gedung. Seandainya ada mobil datang mereka tidak perlu memutar balik, tinggal lurus dan berbelok ke kanan mereka sudah bisa keluar dari gedung.

“ingat, jangan bergerak sebelum aku memberi komando. Biarkan semua target masuk ke dalam gedung, setelahnya kita bisa masuk kedalam. Terlalu berbahaya jika sekarang kita masuk, bisa jadi target 

“roger!” ucapkami semua

“bro, di sini gelap bro... ngeri... kayaknya angker nih gedung” ucap tugiyo

“halah... setan kok takut setan” ucap hermawan

“sssst... ada bayi lagi bobo” ucap karyo

“wakakakakakaka...” tawa kami bersama

Dari jam 6 sore hingga jam 8 malam, beberapa mobil berdatangan silih berganti. Yang pertama datang tepat pukul 19:00, mobil yang sudah pasti aku kenal mobil ayah dan om nico. Mereka berdua keluar dengan santainya dan berjalan menuju gedung. Sesampainya di pejaga, ayah kemudian bercakap-cakap sebentar. Satu orang kemudian berlari ke depan gedung, entah apa yang terjadi di depan gedung sana. Setelah ayah dan om nico masuk, satu orang penjaga keluar dan memani satu orang yang ditinggal tadi.

“ada mobil box masuk lewat pintu depan” ucap udin

“diterima, bisa kamu lihat sedang apa mobil box itu?” ucap anton

“tidak begitu kelihatan, mobil box itu masuk hingga ke dalam gedung” ucap udin

“oke... semua maju perlahan dan ingat jangan terlalu dekat, target belum semuanya datang” ucap anton

Kami perlahan maju mendekat, tanpa sepengeahuan dari penjaga pintu belakang. Setelah pukul 19:00, ada 1 mobil datang lagi dengan dua mobil di belakangnya. Diikuti oleh dua mobil yang diikuti 4 mobil dibelakangnya.

“kalian lihat, 3 mobil yang di jaga oleh 6 mobil” ucap anton

“ya..” ucapku

“3 mobil terdepan adalah 3 bandar yang sudah banyak beroperasi, tetapi sulit untuk ditangkap. 6 mobil adalah penjaga mereka, setiap bandar memiliki 2 mobil penjaga. Jadi 1 orang bandar akan dijaga oleh 6 orang, 2 orang bersama si bandar dalam satu mobil. Paham?” ucap anton

“paham sih paham, tapi buat apa menjelaskannya” ucap aris

“buat menghitung lawan koplak!” ucap anton

“nesu... (marah)” ucap aris

“dasar koplak” ucap anton, kami tertawa tertahan mendengar percakapan mereka berdua

Pukul 20:00 waktu setempat. Semua orag telah masuk hanya meninggalkan penjaga dibelakang gedung.

“Dir, maju...” ucap anton

“iya sayang...” ucap dira

Kami semua melihat ke arah dira, dengan gaya lari tergopoh-gopohnya menuju kearah para penjaga pintu. Melihat dira berlari, dua orang tsebut nampak bersiap-siap mengeluarkan senjata. Namun kemudian terdengar sebuah percakapan yang terdengar dari mikropon dira.

“tolong mas, saya dikejar-kejar satpol PP” ucap dira

“oh... ya ya ya...” ucap lelaki 1 sambil melihat ke arah lelaki 2

“sudah, mbaknya tenang saja disini ya. nanti biar kita yanng tangani” ucap lelaki 2, tampak lelaki 1 memainkan sematponnya.

“tolongin dong mas, aku dia upmetin gitu nanti kalau ketangkep ndak bisa ngobyek akunya” ucap dira

“iya mbak, tenang kalau nanti satpol PP-nya sampai sini. Kita akan jelaskan kepada mereka” ucap lelaki 2

Tiba-tiba pemandangan menjadi mencekam, lelaki 2 menarik kedua tangan dira kebelakang. Lelaki 1 
Mengambil sebuah pistol dan mengarahkannya tepat ke kening dira. Dan munculah seorang lelaki lagi yang sudah tidak asing lagi. 

“nton bagaimana ini? dira tertangkap!” ucap wongso

“kalian tenang saja, dira bukan sembarang cewek, ingat itu. jika memang terjadi hal yang buruk, segera menyerang. Ambush!” ucap anton. Kami hanya menunggu dira.

(percakapan yang terdengar dari di mikropon dira)

“ini yang kemarin membuatku loyo, bunuh saja dia” ucap lelaki 3 yang ternyata adalah korban dira ketika kami menggerebek rumah aspal. Tapi kenapa dia bisa lepas?

“lebih baik kita pakai dulu, lumayan kan ada cewek kaya gini” ucap lelaki 2

“iya nih bodi sintal juga” ucap lelaki 1

“goblok, bisa saja dia membawa teman!” ucap lelaki 3 yang berdiri disamping lelaki 1

“benar juga ya?” ucap lelaki 1 dan melihat kesekeliling

“tapi dimana mereka, kita harus hati. Lha terus ini cewek mau diapain?” ucap lelaki 2

Tiba-tiba saja wongso bergerak maju dan menimbulkan bunyi kresek-kresek tepat ketika lelaki 1 menoleh, menyapu sekeliling perkebunan yang rimbun ini mengamati yang terjadi. Aku tahan tubuh wongso yang bersamaku ini, Tiba-tiba saja dira menendang tangan lelaki satu yang memegang pistol. Pistol kemudian terlempar kearah perkebunan. Dengan sedikit melompat kebelakang dengan sandaran lelaki 2, dira menendang wajah lelaki 3. Tangan dira masih dipegang oleh lelaki 2, setelah menendang jatuh lelaki 3. Kepala dira dipukulkannya kewajah lelaki 2. Lelaki 2 mengaduh dan terlepas tangan dira, dira kemudian memutar tubuhnya melancarkan sebuah tendangan yang mendorong lelaki 2 hingga jatuh tersungkur. Sedikit merunduk dira maju, dan memberikan upper cut ke lelaki 1 hingga terjungkal. Tapi...

“mati kau...” ucap lelaki 3 yang menodongkan pistol, ke arah dira. Dira sudah tersudut dan tak bisa melakukan pergerakan lagi

Deg... deg... deg...

“Relax... this is my job” ucap anton

Jleb... lelaki 3 langsung jatuh. Tepat sebuah tembakan mengenai jidat lelaki.

“Bro... TOL...” ucap lelaki 1 yang mendekati lelaki 3

“Berani berteriak kalian mati!” ucap dira yang menodongkan dua buah pistol kearah lelaki 1 dan 2. kedua lelaki tersebut sudah tidak bisa bergerak lagi, hanya mampu melihat moncong pistol dira.

“semuanya maju...” ucap anton

“serahkan pistol kamu” ucap dira kepada lelaki 2, terdengar suara dira dari mikropon ketika kami mendekat

“wong, ambil pistolnya” ucap dira dengan nada lelakinya

“oke bos” ucap wongso

“darimana kamu dapat pistol” ucap dewo

Ceklek...

“ini korek api mas bro...” ucap dira

“ikat mereka, bius atau bunuh saja mereka. lelaki yang aku tembak tadi buang mayatnya ke kebun” ucap anton. Aku dengan dewo kemudian menyeret tubuh lelaki itu dan kubuang ke kebun. 

“ada satu pintu disamping gedung, kalian harus lumpuhkan mereka dulu setelahnya masuk ke dalam. Cepat segera ke arah samping kegedung, pandanganku terhalang dari sini” ucap anton namun kami masih sibuk mengikat kedua orang ini setelah anton memberi instruksi.

“BODOH! Segera kesamping gedung, kalau nanti ada yang datang” ucap anton bertersiak di mikropon

“eh, iya...” ucap dewo yang kemudian berlari namun...

“HEH SIAPA KALIAN!” ucap dua orang bersamaan. Mereka terlihat setangah berlari, langsung mereka mengeluarkan pistol dan mengarahkan ke kami

“waduuuh... matilah kita...” ucap wongso

Jleb... jleb... dua orang tersebut langsung jatuh tersungkur tak bernyawa...

“tenan to su! Makane yen diandani iku manut su! (benar kan njing! Makanya kalau diberitahu itu nurut njing)” ucap anton marah

“ndes, anton nesu (ndes, anton marah)” ucap aris

Tiba-tiba keluar seorang dari kebun yang rimbun itu, tidak lain adalah anton. Dengan menenteng sebuah senapan laras panjang, eh... itu adalah alat tembak para penembak jitu. Dengan dunhill dimulutnya dian mendekati kami semua. 

“ssst... kemari kalian” ucap anton, Kami kemudian jongkok memutar. Setelah kedua lelaki penjaga kami ikat dengan kuat, dan dua mayat lagi sudah kami buang ke kebun.

“kita sudah berada dibelakang gedung, aku akan mejelaskan sedikit mengenai gedung ini. Aku pertegas lagi, jika aku bilang kiri, kanan, depan, belakang adalah kiri, kanan, depan, belakang kalian ketika memasuki gedung dari belakang, okay paham?” kami semua mengangguk

“ingat, gedung ini terdiri dari dua bagian. Dengan 2 tingkat hanya pada bagian belakang gedung. Bagian belakang adalah ruangan dengan dua lantai dan itu yang akan kita masuki. Sedangkan bagian depan adalah ruangan sangat luas tanpa tingkat. Pada bagian depan terdapat ruangan berderet disamping kiri” jelas anton

“sssst... siksa mereka agar menunjukan dimana letak pertemuan” ucap anton kepada dewo

Dewo kemudian dengan kasar, mencekik leher lelaki yang sudah dibuka penutup mulutnya. dengan sangat ketakutan lelaki itu mengatakan letak pertemuan besar. Dan...

“Okay, sipz.... ikat dia kembali” ucap anton, setelah mengikat dewo kembali ke kerumunan

“aku lanjutkan... Bagian belakang, terdapat tiga jalur. Jalur 1 menuju ke samping kiri (ruangan berderet) pada bagian depan gedung ini. Jalur 2, ini adalah tempat tepat berada di belakang bagian depan, jadi yang akan ditugaskan menuju jalur dua harus membantu yang menuju jalur satu membereskan para bajingan. Dan jalulr 3 adalah jalur menuju tingkat atas”

“dan... apapun yang terjadi, frontman kita tetap dira” ucap anton, dan membuat kami menengok kearah sudira

“terserah, aku cewek kalau disebut cowok, ogah, aku mau narik dipinggir jalan sajahhhh” ucap dira berdiri sambil menata rambutnya

“tolong dong mbak dira, pleaaaaaaaaaaaaaaase...” ucap kami pelan tapi kompak

“gitchu dong, iya sayang nanti mbak tangani, ni mbak masuk dulu kan?” ucap dira

“iya mbak...” ucap anton dengan wajah cengengesan walau agak geli sendiri kami

“kawan semuanya... arya, wongso bagian depan kiri” ucap anton

“siap!” ucapku dan wongso

“Dewo, Aris denganku lantai 2” ucap anton kembali

“Inggih ndan!” ucap dewo dan aris bersamaan

“Karyo, joko, parjo, Hermawan... kalian amankan jalur 2 agar arya dan wongso ke jalur 1” ucap anton

“siap ndan!” ucap mereka berempat kompak

“din, yo, bagaimana didepan?” ucap anton

“beres! Kami sudah dipintu masuk, dua orang lumpuh tapi... eeee.... mati bro, gak papa ya?” ucap 
Tugiyo

“sing mateni udin (yang membunuh udin)” ucap tugiyo tedengar dari mikropon kecil di telingaku

“gundulmu, kamu juga ngebnuh satu” ucap udin

“sudah, kalian jangan bertengkar. Yang penting jaga pintu depan. Ketika ada aba-aba dari aku, kalian langsung masuk, okay?” ucap anton

“Sebentar...” ucapku yang kemudian berdiri dan menuju ke mobil ayahku

“hei mau kemana?!” ucap anton

“sudah sebentar!” ucapku

Selang beberapa saat kemudian...

“jaga-jaga?” ucap anton

“kalau kita semua sekarat, aku masih bisa membuat dia mati kan?” ucapku

“terserah kamu, itu urusan keluargamu...” ucap anton

“Semuanya... masuk...!” ucap anton

Karena anton yang membawa senjata, maka dia yang berada didepan pintu sedangkan kami semua berada di samping pintu masuk. Anton masuk dengan mngacungkan pistol kecil dengan peredam mungkin tapi entah itu jenis apa, maklum saja aku tidak pernah tahu mengenai jenis-jenis senjata. Anton kemudian memberi aba-aba kepada kami untuk masuk semua, tepat sekitar 3 meter dari pintu masuk ada sebuah tangga naik keatas. Terdengar musik yang sangat keras dari bagian 1 gedung.

“Dewo, aris... ikut aku ke atas, kalian berenam dan juga dira ke jalur 2 dan 1. Jalan arah lurus kedepan, lihat didepan sana ada mengarah ke kanan setelahnya akan ada belokan kekiri. Tepat ketika kalian belok kekiri didepan kalian jalan akan bercabang. Ke kanan adalah jalur 2, kekiri adalah jalur 1. Dan ingat, kerja sama! mereka sudah tahu mengenai dira, front women memang dira tapi tidak melulu dira,okay? Dan....” 

“jangan rame, nanti kita dibawa ke ruang BK lagi ingat!” ucap anton sedikit ada canda mengingatkan kami mengenai masa SMA kami, kami hanya mengacungkan jempol saja dan beberapa saat kemudian anton, dewo dan aris menghilang naik ke atas lantai 2

Anton, Dewo,Aris
“bro, aku dulu yang naik” ucap anton

“Okey... kalau kamu mati ntar aku pinjam pistolnya ya?” ucap dewo

“buat apa njing?” ucap aris

“ya paling tidak aku mati dengan bawa pistol, biar keren gitu” ucap dewo

“asu! (Anjing)” ucap anton

Anton maju kedepan menaiki tangga dengan gaya yang memang benar-benar seperti seorang agen terpercaya. sebuah pistol dengan peredam dan sebuah senapan laras panjang berada di bagian punggungnya. Anton, Menaiki tangga diikuti oleh dewo dan aris dari belakang yang selalu bersiap ketika ada sebuah pertarungan didepan. Tepat disebuah pintu anton kemudian menyuruh dewo dan aris menyandarkan tubuhnya disamping pintu. Anton tepat berada didepan pintu. 

“sssttt... ingat setelah aku dobrak pintu tunggu aba-aba dariku, okay?” ucap anton dan dewo dan aris hanya mengangguk

“dan ingat jangan terlalu banyak suara” ucap anton sekali lagi

Tok... tok... 

Kleeeeeek...

Dherb... (suara pistol yang diberi peredam), satu orang yang membuka pintu tepat didepan anton langsung terkapar ketika keningnya terkena tembakan. Pintu kemudian terbuka sangat lebar.

“Hah?! Siapa kam...” ucap lelaki berikutnya tidak sempat menyelesaikan ucapannya, dan dhreb... suara tembakan dari anton kembali terdengar membuat lelaki itu terjatuh.

Anton kemudian langsung maju, tapi tanpa disangka sebuah tendangan ke tangan anton. Pistol terjatuh dan tendangan ke dua langsung menghampiri kepala anton. Anton jatuh kesamping setelah memasuki ruangan, ketika lelaki yang menendang hendak menginjak kepalanya. Sebuah pisau belati melayang dan menancap di lehernya membuat lelaki itu jatuh, ya aris masuk dan melamparkan sebuah belati. Situasi semakin panas, seorang lelaki mencoba mengeluarkan pistol dari pinggang belakangnya. Namun dewo terlebih dahulu melempar belatinya dan tepat mengenai sasaran di leher lelaki tersebut. Anton yang bangkit kemudian langsung menubruk seorang lelaki yang mencoba mengeluarkan pistol, aris berlari dan menendang seorang lelaki yang tampak sedikit kebingungan dengan keadaan yang terjadi. Seorang lelaki dengan tubuh tinggi besar mengacungkan pistol ke arah anton, kemudian dengan sigap dewo melakukan sliding tekel plus hantaman pada kelamin lelaki tersebut hingga pistolnya jatuh entah kemana.

Lelaki yang ditendagng aris terjatuh, lelaki tersebut bangkit dan meraih sebuah botol congyang. Dihantamkannya ke aris namun aris dapat menangkisnya dengan tangannya hingga botol itu terpecah. Aris melancarkan sebuah tendangan ke perut lelaki tersebut hingga lelaki tersebut terjatuh ke lantai untuk kedua kalinya dan botol pecah yang digenggamnya jatuh. Lelaki itu kemudian berdiri menghadap ke aris, dan...

“Taichi... sial aku tidak pernah menghadapi seni beladiri ini, sial!” bathin aris

Perkelahian kembali berlanjut, gerakan lambat dari lelaki tersebut dan juga bisa menghidari semua serangan aris dengan tenang. Setiap pukulan aris bisa dihindari, bahkan sebuah serangan balik ke arah pertahanan aris yang terbuka membuat aris terjatuh. Aris berdiri kembali dan berdiri di atas kuda-kudanya.

“tenang, lambat, waspada, dan counter attack... sial! Sulit sekali masuk ke dalam pertahananya” bathin aris

Kembali aris mencoba melancarkan pukulannya dengan sigap si lelaki tersebut meraih tangan aris dan membanting aris. Bahkan cap sepatu jatuh diwajah aris, dipukulnya kaki lelaki tersebut hingga lelaki tersebut mundur. Aris kembali berdiri, mencoba memikirkan serangan ke arah lelaki tersebut.

“catenaccio.... hmmm... total Football, masa bodoh dengan pertahanan, pasti ada titik lemah dari cara bertahannya” bathin aris

Sekali lagi aris, menyerang membabi buta. Sekalipun terjatuh aris langsung bangkit dan melancarkan serangan kembali, beberapa kali tangan aris bisa diraih oleh si lelaki tersebut dan tubuhnya terkena hantaman keras dari si lelaki. Walaupun hantaman terus bersarang di tubuhnya, aris tetap menyerang an terus menyerang. Bahkan setiap pukulan yang dilancarkannya sudah keluar dari teknik beladirinya. Setiap serangan yang dilancarkan aris membuat lelaki tersebut mundur kebelakang. Mundur, mundur dan mundur hingga si lelaki tersebut tidak memperhatikan langkahnya. Kakinya sedikit terpeleset, pertahananya terbuka dan satu pukulan aris bisa masuk TELAK! ke wajahnya lelaki tersebut. Lelaki tersebut jatuh dan matanya terbelalak ke atas... tak bangkit lagi. Aris tampak sekali ngos-ngosan, heran akan lawannya tak bangun lagi didekatinya lawan tersebut.

“Botol makan tuan...” ucap aris dan duduk disebelah mayat lelaki tersebut

Anton, yang sebelumnya menubruk tubuh seorang lelaki mendapat hantaman sikut pada punggungnya. Anton langsung melepas pelukan dari tubuh lelaki tersebut, dengan sedikit pukulan ke wajah lelaki tersebut. Kini, 2 orang telah berdiri saling berhadapan. Mereka tampak sangat berhati-hati dalam mengambil langkah. Anton tampak lebih tenang daripada lelaki tersebut, si lelaki kemudian melancarkan sebuah pukulan, dengan teknik beladirinya anton dapat menangkis serangan. Tapi tak disangka, ketika serangan dari lelaki itu dapat ditangkis tubuh anton diraihnya dan dibanting oleh lelaki tersebut.

“Judo... sama berarti, tinggal mana yang lebih kuat” bathin anton ketika berdiri

Dan yup, di awal anton dan lelaki tersebut tidak memperlihatkan bahwa mereka menguasai judo. Tapi sekarang, dari kuda-kuda mereka sudah terlihat dua ahli beladiri judo akan menentukan siapa yang paling ahli. Kedua lelaki ini kembali ke medan pertempuran, masing-masing dari mereka mengeluarkan teknik yang sama. Saling membanting, tapi setiap kali dari mereka mencoba mengunci pergerakan lawan mereka tampak sekali mereka bisamenghindar.

“Sial, kalau begini terlalu lama” bathin anton

Anton kembali menyerang lelaki tersebut, begitu pula dengan si lelaki. Hingga akhirnya, anton dapat mengunci lelaki tersebut walau harus melarang aturan dari seni beladirinya. Dengan gerak yang cepat, anton dapat mengunci leher lawan. Dan klek... lelaki itu sudah tidak bernyawa.

Dewo, menghadapi lelaki bertubuh besar sama dengan dirinya bahkan bisa di bilang memiliki berat badan yang sama. Sama-sama menyerang tanpa mempedulikan pertahanan mereka masing-masing, setiap pukulan bersarang di wajah mereka.

“cuih... kuat juga dia ternyata, kalau begini caranya pakai cara karyo saja” bathin dewo

Dewo kini mengendurkan serangan menunggu dari si lawan untuk menyerang. Tepat ketika si lawan melancarkan pukulan tangan kanannya, dewo merunduk dan bergerak kesamping tapi masih dalam posisi menghadap ke lawannya. Dewo kemudian meraih tubuh lelaki tersebut, dipeluknya erat tepat dibelakang si lawan. Dengan sekuat tenaga dewo melakukan bantingan kebelakang ala pegulat.

Brughhh..... lawan yang tidak siap, kepalanya pada posisi tegak sehingga ketika kepalanya menyentuh lantai lehernya tidak dalam posisi menekuk. Sesaat itu hantaman keras kepala dan lantai menjadi satu membuat nyawa lelaki tersebut melayang.

“Hai... ada yang punya rokok” ucap aris, anton kemudian melempar sebungkus dunhill

“ris...” ucap dewo dan langsung aris melempar bungkus itu

“kamu itu anjing tenan ton, katanya ndobrak malah mertamu (bertamu)” ucap aris, dan hanya di senyumi oleh anton

Arya, Wongso, Karyo, Parjo, Hermawan, Joko, Dira
Ditikungan pertama, mereka bersandar pada tembok...

“bagaimana ini?” ucap wongso yang berada didepan

“aku juga bingung” ucap arya

“sudah-sudah minggir semua...” ucap dira, yang dengan santai melangkah maju dengan santai

“ndak ada apa-apa kok ya pada bingung, sini sayang jalan sama akyu” ucap dira, membuat semua bergetar jantungnya

“sial, ini waria ndak takut mati apa?” ucap karyo

“alah, pikir nanti saja itu” ucap parjo menarik karyo untuk maju

“hati-hati dir, masih ada tikungan ke kiri dan nanti baru ada cabang” ucap arya

Akhirnya 7 orang ini bergerak dengan cepat dan hati-hati. Dengan langkah mengendap-endap, terlihat didepan mereka sebuah jalan bercabang. Terdengar suara dentuman dari gedung bagian satu semakin terdengar jelas da KERAS!. Tapi tanpa diduga ketika sudah dekat dengan jalan bercabang itu, tiba-tiba ada satu orang muncul.

“siapa kalian!” ucap lelaki tersebut

“hei ada penyusup!” ucap lelaki kemudian, tapi setelahnya dira berlari dan melompat menendang kepala lelaki tersebut hingga terjatuh tersungkur

8 orang kemudian berlari ke arah temannya yang ditendang oleh dira, beruntungnya bagi kelompok pada jalur 2 dan 1 ini dikarenakan suara dentuman keras dari gedung bagian 1. 8 orang tersebut datang diikuti oleh 7 orang dibelakang mereka. 2 orang lelaki mencoba menyerenga dira tapi dengan santainya dira, melorotkan penutup dadanya. Kedua laki-laki itu tercengang dengan kedua kepala merunduk melihat payudara indah dira. Kedua tangan dira langsung memegang kepala mereka dan wajah mereka dihadiahi oleh lutut dira. Tapi tak disangka satu orang dibelakang memberi bogem mentah ke wajah dira. Wongso langsung maju dan memberikan pukulan dipelipis kiri lelaki tersebut hingga terjatuh. 

Akhirnya terjadi perkelahian yang sedikitnya ramai, 4 orang dari lawan telah terjatuh. Tapi masih ada 12 orang lagi. Karyo langsug meraih salah satu tubuh dari lawa dan dibanting berulang-ulang hingga nyawa lelaki tersebut tidak bisa ditolong lagi. 1 gugur. Wongso mendapatkan tendangan setelah menendang orang yang memukul sudira. Arya muncul dan langsung menghajar orang tersebut, diikuti parjo yang melompati tubuh karyo setelah membanting dan menendang lawan yang akan menghujamkan pisau ke arah karyo. 

Beberapa lawan juga menyerang joko dan hermawan, nampak sekali lawan-lawan mereka bukan ahli beladiri namun bisa berkelahi. Joko tertendang ke belakang dan menghantam ke tembok, sedangkan hermawan bisa menghindari tendangan dari seorang lelaki yang terbang. Setelah berhasil menghindari lawan, hermawan maju dan memberikan pukulan telak pada lelaki yang ada didepannya hingga terjatuh. Lelaki yang sebelumnya melompat menendang hermawan akhirnya bisa memberikan sedikit rasa sakit pada punggung hermawan dengan pukulannya. Joko yang sebelumnya terhantam ke tembok, langsung bangkit dan maju menghampiri lelaki yang menendangnya. Pukulan melayang ke arah joko namun joko menghindar dengan merunduk dan memberikan uppercut pada lelaki tersebut tepat didagunya. Setelah memberikan uppercut, Diambil sebuah belati dari perlengkapannya dan ditancapkan ke arah lelaki yang memukul hermawan dari belakang. 2 gugur.

Arya, setelah berhasil memukul terkena pukulan kayu dari seorang yang datang lagi hingga dia tubuhnya kehilangan keseimbangan tapi tak jatuh. Ditahanya tubuh arya oleh wongso, wongso kemudian bergerak maju dan memberikan sodokan pada alat kelamin lelaki tersebut hingga tubuhnya membungkuk memegang kemaluannya dan kayunya pun terjatuh. Kayu tersebut diraih oleh wongso, dan dipukulkan keras ke arah kepala lelaki tersebut hingga dara terciprat dari kepalanya. 3 gugur. Lelaki yang sebelumnya di lutut oleh sudira, hendak memberikan tendangan ke arah sudira yang duduk bersimpuh dan menangis karena wajahnya terkena pukul tapi karyo dengan tubuh besarnya langsung bergerak dengan sedikit melompat menubruk dua orang tersebut. Lelaki yang sebelumnya ditendang dira, bangkit dan hendak menyerang sudira juga tapi arya bergerak terlebih dahulu mengambil belati dari perlengkapannya dan ditusukan ke perut sebelah kiri lelaki tersebut. 4 gugur.

Joko kemudian berbalik lagi menghampiri lelaki yang baru saja mendapatkan upper cutnya, belum sempat berdiri joko menancapkan belatinya tepat pada perut bagian belakang dari lelaki tersebut. 5 gugur. Hermawan yang terpukul ada bagian punggungnya tersungkur kedepan dan langsung melancarkan bogem mentah pada lelaki yang baru saja dipukulnya sekaligus untuk menghindari pukulan dari lelaki lainnya lagi. Hermawan ikut jatuh diatas lelaki tersebut. Sambil berguling diraihnya belati pada perlengkapannya dan ditusukan di dada lelaki yang baru saja (6 gugur) lalu kedua tangannya menyilang menangkis tendangan dari lelaki yang baru saja dihindari pukulannya. Joko dengan cepat melihat pertahanan lelaki yang menendang hermawan terbuka, langsung di tusuk dengan belati yang baru saja membunuh seorang dari mereka. 7 gugur. Lelaki yang ditusuk joko terjatuh dengan lututnya muncul dua orang dari belakang melompat dan tepat mengenai dada joko. Joko terdorong kebelakang dan untuk kedua kalinya terhantam ke tembok. Hermawan bangkit dan menarik belati, dua lelaki yang baru saja menendang joko tidak sadar akan keberadaan hermawan. Ditusuk satu orang lelaki, dan ditendang satu orang lagi ke arah joko. Tepat ketika lelaki yang ditendang ke arah joko maju, dan jleb... pisau sudah menusuk ke perut lelaki tersebut. 9 gugur.

Dua orang dibawah karyo, kepalanya dijambak dan dibentur-benturkan kelantai dengan sangat keras hingga darat keluar dari kepala mereka. 11 gugur. Wongso dengan kayu keras ditangannya melihat dua orang lelaki terbang ke arahnya, terlambat untuk menghindar ataupun menangkis wongso terkena tendangan mereka berdua hingga hampir terjatuh dan ditahan oleh arya. arya, yang tadi sudah menusuk satu orang mencabut belatinya dan menahan tubuh wongso. Dilemparkan belati itu ke arah satu orang lelaki dan menancap pada leher lelaki. 12 gugur. Satu orang menendang wongso tampak kaget, wongso yang kemudian bergerak mengayunkan kayu keras itu ke arah kepala lelaki yang meendangnya barusan. Dengan sigap lelaki tersebut menahannya dengan tangannya, tapi rasa sakit setelah menahan membuatnya membuka pertahanan. Diayunkan untuk ke dua kalinya kayu tersebut kekepala sang lelaki dan bugh... jatuh ke arah lelaki yang lehernya terkena belati arya. arya maju dan di raihnya belatinya kembali dan ditusukannya beberapa kali ketubuh lelaki yang dihantam kayu oleh wongso. 13 gugur. 3 orang dibelakang melihat teman-temannya gugur, melangkah mundur dan berteriak minta tolong. Tapi apa mau dikata, suara dentuman musik terlalu keras dan tak ada satu pun yang mendengar.

Dhreb... dhreb... dhreb....

Tiga orang langsung terjatuh tanpa nyawa, pas 16 gugur. Semua orang menoleh kearas asal tembakan tersebut. Sudira.

“tidak boleh ada yang menyentuh wajah dira, kecuali yayang eko hiks... eko maafin dira, wajah dira lebam huuuuu” ucap dira sambil memegang pistol

“mbak, dapat dari mana pistol?” ucap arya

“goblok saja mereka, tahu ada musuh malah miih berantem. Tuh dari yang kamu tusuk tadi... ih sebel deh masa wajah dira jadi jelek? Kan sayang operasinya hiks” ucap dira

“hasyuuuuu (anjing)... nanti di permak lagi mbak yang cantik” ucap karyo

“iiih... mas karyo, makasih nanti dira kasih anus deh...” ucap dira

“gundulmu, kariati masih enak ketimbang kamu dir!” ucap karyo

“ssssssttt.... sudah... sudah, kita keposisi masing-masing” ucap wongso

“Siap!” ucap mereka bersamaan

Kembali Ke arya
Benar-benar membahayakan malam ini, tapi aku lihat mereka sudah mulai terbiasa dengan istilah membunuh. Aku sendiri masih merasa jijik dan bersalah ketika harus melakukan ini semua. Tapi bajingan itu harus dihentikan.

“Ar, ayo ke jalur 1” ucap wongso mengajakku

“oke, kalian hati-hati” ucapku kepada teman-teman

“siap!” ucap mereka berlima

Aku kemudian ke jalur 1 bersama wongso, kulihat ruangan disamping bagian satu tak ada kaca hanya sebuah kusen-kusen yang masih terpasang dan juga sebuah kusen pintu tanpa pintu yang terpasang. Ruangan tersebut berada agak sedikit naik dari lantai pada bagian satu. Dentuman keras suara musik menggelegar di tempat ini. tampak sekali mereka sedang berpesta, tapi ada beberapa perempuan yang sedang menari erotis disana. Aku dan wongso mengendap-endap agar tidak terlihat dan setiap kali melewati kusen pintu kami selalu menunggu saat yang tepat. Dan hap... yap... jap... akhirnya kami berdua bisa berada disebuah ruangan yang langsung lurus ke tempat kejadian perkara. Aku bersandar dibelakang tembok tepatnya tembok disamping pintu yang mengarah langsung ke lantai bagian satu, sedangkan wongso berada disampingku.

“kalian sudah ada diposisi?” ucap anton

“sudah” balas kami semua bersamaan

“bagus, tunggu aba-aba” ucap anton kembali

“okay bro” balas kami semua

Nafas kami bersatu dengan ketakutan kami, entah apa yang akan terjadi. Kegelisahan kami bersatu dengan dentuman musik yang keras, namun tiba-tiba suara musik kembali berhenti. kami semua terdiam, mengatur nafas kami sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh mereka. walau ebenarnya tidak mungkin mereka mendengar nafas kami.

“Well.. well buat para kawan-kawanku, aku persembahkan mainan untuk kalian” ucap om nico

“wah... wah... secepatnya!” ucap seorang lelaki yang menurut anton itu adalah bandar (bandar 1)

“kayaknya ada yang bagus ini, aku mau yang hasil operasi saja kelihatanya bodinya bagus, ayo cepat keluarkan” ucap bandar 2

“aku yang masih muda saja, katanya ada 2 atau tiga. Okelah kalau begitu” ucap bandar 3

“ha ha ha ha... semua kebagian” ucap ayah

“ayo... cepat suruh mereka semua masuk, seret saja anjing-anjing itu! ha ha ha ha” ucap ayah dengan suara sangat keras

“cepat! Dasar lonte!” teriak seorang lelaki yang tengah menyeret seorang perempuan

Aku dalam keadaan tidak mengintip apa yang terjadi, tapi hanya bersandar dan mendengarkan suara mereka. perlahan terdengar suara perempuan meminta ampun, seakan aku mengenal suara itu tapi entah kapan aku pernah mendengarnya. Kucoba sedikit mengintip dari kusen pintu tersebut kulihat empat orang wanita yang dilempar dan jatuh bersimpuh didepan ayah dan...

“itu kan... ah sial, aku tahu siapa dia tapi aku lupa, siapa dia sebenarnya...” bathinku 

Bathinku semakin berkcamuk melihat empat orang wanita, dua diantaranya aku mengenal mereka tapi dua orang wanita setengah baya itu, argh... entah siapa dia aku tidak pernah mengetahuinya tapi aku pernah melihatnya. Wajah wanita setengah baya itu seakan membawaku kembali ke masa lalu tapi aku tidak ingat siapa mereka, wanita sangat ayu dan putih kulitnya. Dua orang wanita lagi kelihatanya dia seumuran denganku lebih tua sedikit, wajahnya ayu, muda dan dari wajahnya seakan aku pernah melihatnya. Argh, siapa mereka berempat kenapa otakku tidak bisa mengingat terutama dua wanita setengah baya itu.

“Ar...” ucap anton

“eh, ya...” balasku

“itu nenekmu, dua wanita itu adalah istri dari kakekmu, kakek tian. Pak media bercerita kepadaku dan aku juga sudah mencari biodatanya” ucap anton

“apa? Nenek?... “ bathinku, kucoba menengok lagi dan melihat kembali keempat perempuan itu, mereka semua mengenakan pakian ketat tanpa pakian dalam

“itu nenek iya, itu istri dari kakek tian, sekarang aku ingat... nenek laila dan nenek ifah. Tapi kenapa... benar aku sekaran ingat pak media pernah bercerita kalau setelah kematian kakek tian, tak ada kabar dari mereka tapi siapa dua orang perempuan muda itu...” bathinku, aku kembali bersandar

“Ar, tenang jangan gegabah okay?” ucap anton

“eh iya nton...” ucapku, tangan wongso kemudian menepuk pundakku pelan, aku menengok kearah wongso dan mengangguk

“ibuuu hiks hiks aku takut bu... hiks....” ucap seorang perempuan

Aku terkejut ketika mendengar kata-kata perempuan itu. aku menengok kembali ke arah dan mengintip kembali. Seorang perempuan muda memeluk nenek laila dan seorang perempuan lagi memeluk nenek ifah. Sebuah memori kembali terulang, mataku mendelik tajam. Dimataku tergambar sebuah bayangan masa lalu.


Tiba-tiba saja air mataku menetes jatuh dipipiku, tak mengira aku akan bertemu dengan mereka lagi setelah sekian lama tak berjumpa. Aku kembali lagi dan bersandar di tembok bersama wongso, wogso mencoba menenangkan aku.

“itu tante-tanteku, anak dari kakek tian hiks” ucapku di mikropon, yang didengar oleh semua koplak

“eh... aku tidak mendapatkan data untuk itu, ar kamu jangan gegabah. Tenang ar...” ucap anton

“iya ton...” ucapku

“Hei mana yang dua lagi, seret saja!” ucap om nico

“lepaskan, dasar bajingan kamu! lepaskan! Dasar kalian bajingan semua!” teriak seorang perempuan

Deg... deg... 

“ah... lepaskan dasar kalian semua bajingan!” teriak seorang perempuan itu lagi

“lepaskan dia, jangan sentuh dia” ucap seorang wanita 

“aaaw....” teriak kesakitan seorang perempuan yang dihempaskan kelantai

Sedari awal aku mendengar suara wanita itu, hatiku berdetak sangat kencang. Sedari awal aku mendengar rintih kesakitan perempuan itu membuatku semakin tersayat. Aku kembali menengok ke arah mereka semua dan...

“Nico, lepaskan Arda!” teriak wanita itu, tante wardani

Plaaaaak...

“diam dasar lonthe!” teriak om nico yang menghempaskan tamparan ke pipi perempuan tersebut

“Wardaaaaa!” teriak tante wardani dan melepaskan pegangan seorang lelaki. Tante wardani berlari kemudian memeluk perempuan yang dia panggil Arda. Mataku terbelalak tak mungkin salah mata ini memandang, tak mungkin salah kalau hati ini berkata jika wanita itu adalah...

DIAN!


“aku sudah datang, aku sudah menepati janjiku” ucap seorang perempuan kepada seorang lelaki yang berada didalam sebuah rumah di perumahan SAE

“kau datang sendiri?” ucap lelaki tersebut

“Ya, aku datang sendiri. kau bisa lihat sendiri kan? Orang-orangmu juga sudah memeriksa mobilku” ucap perempuan tersebut

“bagus, ha ha ha ha...” ucap lelaki tersebut dan diakhiri dengan tawa yang sangat keras

“sekarang tepati janjimu, lepaskan ibuku!” bentak perempuan tersebut

Sejenak lelaki itu diam dan melihat perempuan yang berdiri tak jauh didepannya. 

“he he he Ha ha ha ha ha ha ha ha” tawa lelaki itu semakin keras

“melepaskan ibumu? Ha ha ha ha” ucap lelaki tersebut dengan tawa yang keras membuat perempuan tersebut terkejut, sedikit rasa takut mulai menyelimuti udara disekitarnya

“Hei ikat dia!” teriak lelaki tersebut kepada anak buahnya, kedua anak buahnya langsung mendekati perempuan itu, dengan sangat kasar para anak buah lelaki tersebut memiting dan mengikat pergelangan tangan perempuan tersebut

“LEPASKAN! DASAR KAMU BAJINGAN! KAMU INGKAR!” teriak perempuan tersebut yang meronta mencoba melepaskan ikatan hingga dia jatuh duduk bersimpuh

Lelaki itu kemudian bangkit dari duduknya dan mendekati perempuan tersebut. Dengan sedikit berlutut lelaki tersebut memgang dagu perempuan yang berada dihadapannya. Dipandanganginya dengan senyum setan berada di bibirnya.

“kamu semakin lama semakin cantik, sayang sekali kalau aku melepaskanmu ha ha ha ha” ucap lelaki tersebut

“cuih... dasar kamu bajingan” ucap perempuan tersebut sembari meludahi wajah lelaki yang dihadapannya

Plak... sebuah tamparan mendarat di pipi, tiba-tiba seorang wanita berlari dari dbagian dalam rumah menghampiri perempuan tersebut. 

“ARDAAA!” ucap wanita setengah baya tersebut dan memeluk perempuan yang aru saja ditampar oleh lelaki tersebut

Sembari membersihkan ludah di pipinya lelaki tersebut kembali duduk dan menyulut rokok dihdapan perempuan tersebut. Dipandanganginya kedua wanita dihadapan dengan senyum setan yang menawan. 

“melepaskan kalian ha ha ha ha aku tidak akan sebodoh itu arda...”

“atau perlu aku panggil Dian Rahmawati? Ha ha ha ha ha...” ucap dan tawa lelaki tersebut

“Nico, sudah lepaskan arda dia tidak ada kaitannya dengan semua ini. aku akan menuruti semua keinginanmu dan aku layani semuanya. Aku akan menjadi budak kalian, tapi aku mohon lepaskan arda hiks hiks hiks...” ucap wanita setengah baya yang mendekap Arda atau yang dikenal dengan nama Dian

“Hei wardani, aku tidak sebodoh itu. banyak sekali yang telah hilang karena gerombolan-gerombolan bajingan yang membunuh aspa dan tukang. Jadi kalian berdualah yang akan menjadi tema hari ini, ibu dan anak ha ha ha ha oh ya aku beritahu lagi, kalian juga punya teman tenang saja, mereka juga sama seperti kalian ibu dan anak yang montok.... dan lonthe! Ha ha ha ha” ucap nico

“dasar bajingan, semoga kalian semua akan mati secepatnya!” teriak arda 

“Hei hei hei... kamu tidak boleh seperti itu sayang, kamu adalah anak papa yang paling cantik ha ha ha ha tidak rugi aku menikmati tubuh ibumu dan melahirkan kamu ha ha ha ha” ucap dan tawa nico, dihadapan wardani dan arda.

“kamu tahu untung saja kamu tidak tomboi, kamu mau mempercantik diri kamu. coba saja kalaukamu masih lusuh, ndak bakal ada yang mau sama lonthe kaya kamu, ndak bakal laku ha ha ha ha” ucap dan tawa nico

“maafkan mama sayang hiks hiks kamu tidak seharusnya berada disini, kamu seharusnya lari kehidupanmu masih panjang, maafkan ibumu nak hiks hiks hiks...” ucap warda kepada anaknya warda nicolaswati (Dian) yang berada dalam pelukannya

“Mama... mama ndak salah hiks hiks... Cuma mama yang aku punya, arda ndak bakal meninggalkan mama sendirian hiks hiks” ucap arda kepada ibunya

“maafkan ibu nak maafkan... hiks hiks hiks...” ucap warda terisak sambil memeluk anaknya

“ha ha ha ibu dan anak memang indah ha ha ha ha lonthe-lontheku ha ha ha, hei kalian semua juga akan menikmati tubuh ini, nanti malam kita akan bersenang-senang ha ha ha ha” teriak nico dihadapan mereka, diikuti anak buahnya juga ikut tertawa

Dua orang wanita, ibu dan anak, sang ibu memeluk anaknya yang tangannya terikat dibelakang tubuhnya. Air arda, keluar dengan seribu penyesalan karena janji nico yang secara garis biologis adalah ayahnya telah diingkarinya. Maksud hati menyelamatkan ibunya namun yang terjadi malah sebaliknya dia dan ibunya menjadi tahanan. 

“maafkan aku, arya... hiks hiks hiks... mungkin setelah ini kamu akan melihatku dalam keadaan yang tidak kamu inginkan. Aku harap kamu akan menemukan wanita yang benar-benar bisa mendampingimu. Ini sudah keputusanku untuk menyerahkan diriku dan aku tidak tahu kalau semuanya akan berakhir bertambah buruk... sekali lagi maafkan aku, aku harap jika aku hidup dan kamu hidup kamu mau memaafkan aku walau kau tidak menginginkanku lagi... maafkan aku hiks hiks hiks...” bathin arda

----

“Ar... itu...” ucap anton mencoba menyadarkanku dari lamunan akan kemarahanku terhadap dua bajingan yang telah menangkap dian, entah apa yang sebenarnya terjadi kenapa dian bisa berada disini. 

Semua benang terikat dengan sendirinya, dan membuat sebuah rangkuman dalam perjalanan hidupku. Setiap kata-kata dian yang keluar saat itu membuatku tersadar akan keinginannya lari bersamaku membangun kehidupan bersamaku. Ucapannya setiap kali diucapkan kepadaku membuat semua terlihat jelas bagaimana perasaan dia yang sebenarnya ingin selalu bersamaku. Dia tidak ingin aku berangkat ke tempat ini agar dia bisa lari bersamaku. Tapi aku yang keras kepala tetap saja pergi, dan aku tidak tahu mengapa. Ah, aku teringat akan kata-kata tante wardani tentang anaknya bernama arda nicolaswati yang berganti nama. Tapi kenapa aku tidak pernah menyadarinya kalau dian adalah warda nicolaswati, wajahnya padahal mirip tetapi kenapa aku tidak bisa menyadarinya.

Bodoh, aku bodoh seandainya sedari awal aku menyadarinya mungkin aku bisa mengambil tante wardani terlebih dahulu agar dian bisa selamat. Bodoh, kenapa bisa seperti ini? nenek-nenekku dan tante-tanteku juga berada disana. Kenapa hidupku seperti ini? kenapa?!

“Arya!” ucap anton sedikit keras

“ya ton...” ucapku dengan suara sedikit parau yang kembali bersandar pada dinding, kulihat wongso sedikit bergerak ke depanku dan mengintip keadaan disana. Setelahnya dipandangi wajahku oleh wongso, malu rasanya ketika ada air mata di pipiku

“keep calm, we can kill them all, okay, jadi aku mohon jangan gegabah...” ucap anton

“Ar, you sacrifice your life for me, dan aku akan melakukan hal yang sama hari ini, kamu tenang saja” ucap wongso tersenyum kepadaku dengan kedua tangan memgang pundakku

“bukan hanya wongso, aku juga ar...” ucap dewo

“jangan lupakan aku dan udin” ucap tugiyo yang berada didepan gedung

“good time and the bad, i will...” ucap aris

“iiih... bikin cemburu tuh cantiknya,harus aku bawa hidup-hidup biar di ajari jadi cantik sama mbaknya...” ucap dira terdengar dari mikroponku

“Aku, hermawan, joko, parjo cuma butuh aba-aba saja... we are bad family but bad for good, dan kita tidak akan meninggalkan satu orang pun... we walk together, no one in front or behind!” ucap karyo

“i’ll cover you all and stand with you, life or die!” ucap anton

“you hear that?! We with you...” ucap wongso sambil mengucek-ngucek rambutku, sedikit tersenyum tapi tidak bisa menutupi keraguan dan kebingunganku

Wongso tetap berada didepanku, aku kemudian memutar tubuhku dan mulai kembali melihat keadaan. Kini wongso dibelakangku menyiapkan sebatang belati dan senjata mainan ketika kami masih SMA. Entah apakah senjata mainan itu akan berguna atau tidak, tapi yang jelas aku dan koplak akan berusaha semaksimal mungkin. Kini mataku semakin pedih melihat apa yang ada dihadapanku...

“hei hei, yang ini cantik sekali, aku mau yang ini...” ucap bandar 1 kepada ayah dan nico

“okay, silahkan kalau kamu mau. Bisa disini, bisa juga di bawa ha ha ha ini lonthe masih perawan...” ucap nico

“cuih...” dian meludahi namun ludahnya tak sampai pada nico

“wo wo wo... galak juga, pasti diranjang juga galak ha ha ha ha” ucap ayah

“nanti aku yang kedua tidak masalah tapi ada yang masih perawan lagi?” ucap bandar 2

“pilih saja, mereka berdua... masih perawan tapi yang itu sama itu sudah kadaluarsa tapi masih nikmat ha ha ha” ucap ayah menunjuk mbak alya dan mbak alsa, dan kemudian menunjuk nenek laila dan ifah

“bajingan kamu mahesa, lepaskan anakku, aku saja yang melayani mereka” bentak nenek laila

“kamu sudah kendor, yang masih rapet saja ada, kamu nanti hidangan penutup ha ha ha” teriak dan tawa ayah

“berarti masih ada sisa perawan satu lagi, oke aku yang satunya ha ha ha” ucap bandar 3

“baiklah aku akan memulai, tapi kelihatannya susunya gede, aku akan menikmatinya dihadapan kalian semua tapi kalau sudah main akan aku mainkan di sana saja ha ha ha” ucap bandar 1 yang kemudian menunjuk ketempatku

Tanganku mengepal, gigiku seakan ingin mengunyah semua lelaki yang ada ditempat itu. Penjagaan memang sedikit longgar didalam sini, mungkin dikarenakan beberapa sudah tewas ditangan kami. kurang lebih ada 28 orang, 18 dari 3 bandar dan ada 10 orang tambahan didalam sini. Berarti 5 orang berada diluar gedung adalah anak buah ayah, dan juga 2 orang yang berada didepan. Jika ditotal dengan yang kami habisi sebelumnya adalah 23 orang tapi aku tidak tahu berapa yang berada diatas yang jelas anton, dewo, aris sudah menghabisinya. Argh, nafasku sedikit keras membuat semua udara masuk kedalam paru-paruku, bahkan bau bensin yang masih tercium di tangan dan tubuhku yang aku dapatkan sebelum masuk ke gedung ini.

“bibirmu indah sayang, boleh aku menciumnya?” ucap bandar 1 menggoda dian

“aku tidak sudi menciummu juih...” ucap dian 

“o... o... ow... tak apa tidak dapat bibirmu, tapi nanti aku pasti dapat bibirmu sayang. Terutama bibir bawahmu ha ha ha ha” ucap dan tawa bandar satu, dengan mata semakin jelalatan melihat tubuh indah dian

“ah... hmmm... susunya besar sekali, ukuran berapa ini? ha ha ha ha owh... mungkin ukuran susu kaleng paling besar ya ha ha ha ha” ucap bandar 1 yang meraba-raba dihadapan semua orang didalam gedung

“hmm... bagaimana ya rasanya? Nyam... nyam...” ucap bandar 1 yang kemudian berjongkok dan dian mencoba mundur tapi rambutnya kemudian dijambak

“mau kemana sayang? Mau lari? Lari kemana? Ha ha ha ha huh!” ucap bandar 1 dan menarik kaos tipis yang dikenankan dian ke atas hingga terlihat BH yang dipakainya

“Semuanya tutup mata, dira kamu yang melihat!, arya, we wait for you!” ucap anton

Aku sedikit tertegun dengan sikap koplak yang memang benar-benar memgang erat persahabatan kami. aku sedikit menengok kebelakang dan kulihat wongso memejamkan matanya. Aku tidak menyangka bisa sejauh ini sikap koplak. Aku kembali melihat mereka, dengan perlahan, tangan kirinya menarik ke bawah penutup BH yang menutupi susu dian bagian kiri sedang tangan kanannya masih menjambak rambut dian.

“ha ha ha indah bukan? Barang bagus ini ha ha ha” ucap bandar 1 dengan penuh tawa, kluihat ayah dan om nico tampak menelan ludah

“sudah hentikan! Hentikan! Jangan sentuh anakku” ucap tante wardani

“diam!” ucap ayah dan menendang pundak tante wardani

“coba aku rasakan dulu ya, ha ha ha” ucap bandar 1

Kepalanya menunduk ke arah susu dian, dian hanya menangis. Kepalanya mencoba menggeleng-geleng namun bandar satu sesekali menarik rambutnya dengan keras. Bibir itu mulai mendarat di susu dian, dan dengan pelan dia mulai memainkan puting dian dengan lidahnya. Disedotnya susu dian, Dian semakin menangis dan...

“ehg... ahg... juh juh... ahg... apa ini ergh....” ucap bandar 1 terduduk dan melepaskan jambakan pada rambut dian

“kalian mau meracuni kami ehg... ahg... ehg.... aghh aghhh egg...” bandar 1 terkapar membuat semua orang ditempat itu terkejut tak terkecuali ayah dan nico

“apa yang kalian lakukan dengannya, kalian mencoba meracuni kami hah!” teriak bandar 2

“kalian mencoba membunuh kami!” teriak bandar 3

“bukan kami tapi wanita ini, dasar bajingan... plak” ucap om nico dan menampar dian hingga dian tubuhnya ambruk ke samping

“kalian harusnya mati! Bunuh mereka saja!” ucap bandar 2

“hei cepat bunuh mereka kenapa kalian diam saja?!” ucap bandar 3

“ha ha ha... kalian bodoh, ha ha ha hei kalian semua ikat mereka” ucap ayah dan kemudian anak buah dari bandar-bandar itu memiting tubuh kedua bandar itu

“bajingan kalian, aku membayar kalian kenapa kalian malah menangkapku” ucap bandar 3

“kalian tahu, mereka akan menjadi bos-bos dicabang kami. jadi mereka akan menjadi kesatuan dengan kami dan kalian akan MATI! Ha ha ha ha” ucap ayah

“hei... nico kenapa lebih baik bunuh saja anakmu itu, bisa jadi tubuhnya juga beracun!” ucap ayah kepada om nico

“dasar! Plak... plak... plakkk...” ucap om nico yang menjambak rambut dian dan ditamparnya berulang kali

“bunuh saja aku, aku yakin kalian semua pasti akan hancur suatu saat nanti” ucap dian dengan darah mengalir di bibirnya, sekali lagi tamparan mengarah ke pipi dian hingga dian ambruk kembali

“lebih baik kamu mati saja!” bentak om nico mengeluarkan pistol dan diarahkan ke dian

“jangan hentikan!” teriak wardani

“hei ikat dia..”

“dan kamu anak durhaka, mati saja ka...” ucap om nico

---
“aku sudah tidak peduli dengan hidupku, aku harus menyelamatkannya” ucapku dimikropon

“let’s go!” ucap koplak

---
(sudut pandang orang ketiga)

“Wo, ris, lompat dari sana itu tempat terendah dan tidak membahayakan” ucap anton kepada aris dan dewo bebarengan dengan arya yang keluar dan berteriak...

“Bajingan hentikan!” teriak arya keluar dari persembunyiannya 

“Arya...” ucap mahesa terkejut melihat anaknya berada ditempat ini

Arya berlari sambil melemparkan sebuah belati ke arah nico, belati itu tidak melukai nico tapi aling tidak menghentikan tarikan pelatuk pada pistol yang kemudian terjatuh. Sesaat itu juga anton, membidikan senapan laras panjangnya ke arah anak buah ayah dan om nico. Dewo dan ari melompat ke sebuah atap dan langsung menjatuhkan diri ke arah dua orang yang mencoba menghadang arya. arya berlari ke arah nico yang sedang mencoba mengambil kembali pistolnya seadangkan mahesa pun melakukan hal yang sama. Arya kemudian melompat dan berhasil menjejakan telapak kakinya ke kepala nico yang sedang tertunduk. Mahesa yang sudah berhasil mengambil pistol tapi joko dengan cepat melemparkan kayu hingga mahesa terdorng ke depan.

Dhreb... dhreb... dhreb... tiga tembakan anton berhasil menjatuhkan tiga orang. 3 gugur. karyo dengan tubuh besarnya menarik seorang lelaki dihadapannya yang tidak sadar kalau dibelakang mereka ada koplak. Ditarik dan kemudian dengan gaya kayang dibantingnya kebelakang, karyo kemudian bangkit dengan cepat lututnya dihantamkan pada leher lelaki tersebut. 4 gugur. Arya yang berhasil menendang nico, melihat ayahnya maju langsung didaratkannya sebuah pukulan telak di wajah ayahnya hingga terjungkal kebelakang. Nico yang bangkit mencoba memukul arya, tapi wongso dari belakang yang berlari setelah arya keluar melompat. Sebuah tendangan mendarat di kepala nico untuk kedua kalinya.

“akan aku bayar kalian dengan mahal, asalkan lepaskan aku sekarang” ucap bandar 2 kepada mantan anak buahnya

“aku sudah tahu kebusukanmu, lebih baik aku menghajar mereka” ucap anak buahnya

“dasar pengkhianat” ucap bandar 3

Bugh... sebuah pukulan mendarat di wajah kedua bandar besar ini. empat orang mulai bergerak maju ke dalam kerumunan. Dewo yang sebelumnya mendarat tepat di atas tubuh seorang lelaki, langsung memberikan pukulan bertubi-tubi ke wajah orang tersebut begitu pula dengan aris. Tak sadar sebuah pukulan kayu mendarat dipunggung dewo membuat aris terkejut melihat dewo terseungkur. Tapi tak lama kemudian aris mendapatkan pukulan dipunggungnya. Joko dan hermawan yang keluar langsung berlari ke arah aris dan dewo melompat ke arah dua orang lelaki yang memukul aris dan dewo. Jleb, jelb sebuah belati tetanam di punggung dua orang lelaki tersebut. Ditariknya kepala kedua lelaki tersebut oleh joko dan herman kebelakang hingga terjatuh dan belati itu pun menancap dengan sempurna. 6 gugur. Joko dan hermawan kemudian berlari kembali meninggalkan dewo dan aris untuk menghadapi musuh kembali. Dewo dan aris bangkit adn meraih kepala dari dua orang lelaki yang ditubruknya tadi. Diplintir kepala mereka hingga tak bergerak. 8 gugur. 

Melihat ayahnya terjatuh dan juga nico, arya bergerak ke arah dian. tangan dian masih terikat dan wardani mencoba untuk melepaskan ikatan itu. arya, mendekati dian dan menutup kembali pakian yang dikenakan oleh dian.

“ini milikku...” ucap arya pelan kepada dian, dian mengangguk an kemudian tertunduk

“nenek laila, nenek ifah, mbak alsa dan mbak alya cepat lari cari perlindungan. Tante wardani juga...”

“ade juga” ucap arya membantu dian berdiri dan kemudian berbalik menuju medan pertempuran

“hati-hati” ucap dian

“pasti” ucap arya

“kamu?????...” ucap laila seakan terngat akan wajah seorang anak kecil

“arya” jawab arya sembari tersenyum dan langsung menghantam wajah seorang lelaki yang menghampirinya

Dhreb... dhreb... dhreb tiga tembakan keluar dari senapan anton dan tepat mengenai kening tiga lelaki. 11 gugur.

“diatas, tembak” ucap seorang mantan anak buah bandar, kemudian dua orang mengarahkan pistol ke arah anton

“hei sayangkyu...” ucap dira

“hah...” ucap mereka berdua kaget

Dhuar... Dhuar...dua orang tersebut sedikit terpental karena tembakan dari dira yang memegang dua pistol. 13 gugur. Tak sadar akan dibelakangnya ada orang, ketika karyo membalikan badan setelah menjatuhkan lutunya di leher anak buah ayah sebuah pisau mengarah ke dirinya. Tapi dengan sigap karyo danpat bergerak walau akhirnya pisau itu memberika luka pada dadanya. Seperti sebuah sabetan samurai.

“yo, kayang!” teriak parjo yang berada disamping karyo

Karyo kemudian melakukan gerakan menjatuhka dirinya kebelakang, parjo kemudian mengayunkan kayu ke arah lelaki yang pertahannya terbuka. Tepat di wajah lelaki itu sebuah kayu menghantam keras hingga kayu tersebut patah menjadi dua. Patahan kayu yang masih dipegang parjo langsung ditusukan ke perut lelaki tersebut kuat-kuat. 14 gugur. Arya dan wongso kembali pada perkelahian yang sangat keras. Dian beserta yang lainnya mencoba untuk mencari tempat yang aman, bersembunyi di sebuah merapat ke esbuah dinding gedung. Tampak empat orang mendekati arya dan wongso dari belakang ketika perkelahian semakin brutal. 

Dhuar... dhuar... dhuar... dhuar... udin dan tugiyo masuk dan langsung menembakan pistol ke arah empat orang tadi. Tampak sekali dua koplak ini tak bisa menggunakan pistol seperti halnya dira yang kelihatan sedikit mahir. 18 gugur. Dua orang didepan wongso dan arya nampak terkejut, situasi ini dimanfaatkan arya dan wongso untuk menghabisi mereka. 20 gugur. 

“asu... ternyata susah, mending pakai pisau saja tadi” ucap udin

“benar bro” balas tugiyo

Disisi lain, mahesa yang melihat berkurangnya jumlah anak buahnya. Matanya tampak takpercaya akan yang terjadi pada malam ini. semua rencananya berantakan karena seorang lelaki. Seorang lelaki yang lahir karena ulahnya sendiri dan mencoba menghentikan semua perjalanannya. Dimatanya tampak sebuah kelompok yang dia kenal dulu, kelompok ketika masa merek SMA sering membuat ulah. Sering pula mahesa melihat mereka menerima hukuman dari salah satu keluarganya. Sekarang kelompok itu sedang mencoba menghentikan semua karir busuknya, semua rencana yang telah dia susun dengan sangat matang. Ketakutan, kegelisahan dan kekhawatiran mulai menyelimuti dirinya sendiri. tatapannya kembali menyapu tempat dimana ia akan melakuukan pesta besar-besaran. Dilihatnya bagaiamana lelaki-lelaki yang selalu menaruh hormat ketika masa SMA mereka sedang menghajar anak buahnya, dilihatnya anak buahnya tewas satu persatu. Ya, keringatnya muali bercucuran melihat bagaimana mayat-mayat mulai berjatuhan dihadapannya. Dalam benaknya menghitung hampir sebagian bahkan lebih dari sebagian anak buahnya tewas ditangan anak-anak ini. mereka kalang kabut, bahkan beberapa hendak mencoba berlari untuk menyelamatkan diri mereka namun selalu saja terhenti oleh anak-anak ini. 

Dlihatnya salah satu sahabatnya yang tersisa, nico. Mahesa kemudian mengambil pistol yang berada dilantai dan kemudian bergerak ke arah nico. Mahesa menarik nico untuk segera melarikan diri.

“Kita harus lari, setelah kita selamat kita bisa hancurkan mereka setelahnya, ayo cepat!” ucap mahesa ke nico

“baiklah kita tinggalkan mereka saja” ucap nico

Dua orang sahabat ini kemudian berlari menuju pintu yang menghubungkan bagian 1 gedung dengan jalur 2. Sesaat kemudian mahesa berbalik dan mengarahkan pistolnya ke arah arya yang tak sadar akan nyawanya yang terancam. Dengan penuh kemarahan terhadap darah dagingnya sendiri, mahesa berteriak.

“Dasar anak kurang ajar! Rasakan ini” teriak mahesa dengan moncong pistol ke arah arya.

Seketika itu arya menoleh ke arah ayahnya, seakan semua waktu terhenti ketika itu. koplak terkejut karena mereka melupakan pimpinan mereka yang harus dilumpuhkan. Tak ada yang bisa menghentikan jari itu menarik pelatuk pada pistol yang digenggam mahesa. Tak ada satupun dari koplak yang bisa menghambat pergerakan jari iitu. Semua dalam posisi yang tidak mungkin bergerak ke arahnya. Dira, tugiyo, dan udin mereka terlambat mengarahkan senjata mereka ke mahesa. Anton, tak bisa mengarahkan senjatanya karena mahesa tepat berada dibawahnya. Arya tersudut, karena baru tersadar akan posisinya sekarang yang tidak bisa menghindar. Dan ...

Dhuar ...

Sebuah peluru keluar dari pistol mahesa dan terbang menuju ke arah arya. Tapi sesosok tubuh berlari kemudian terbang melayang tak jauh di depan mata arya. mata aya terbelalak terkejut, seakan tak percaya atas apa yang dilihatnya. Tubuh itu adalah tubuh yang dia kenal, tubuh itu adalah tubuh yang pernah bersatu dengannya. Bersatu penuh dengan kehangatan akan cinta ...

... Jangan, tidak ...
... Aku mohon ...
... Jangan ...
... Jangan dia ...
... Jangan dia, aku mohon ...
...aku masih mempunyai mimpi bersamanya ...
... tidak ..
... jangan dia ...

“DIAAAAAAN!” teriak arya




Sebuah pemandangan yang sebenarnya tidak ingin dilihat arya. sebuah pemandangan yang sebenarnya tidak ingin dilihat oleh koplak. Namun sosok tubuh itu melayang dihadapanku menghalangi sebuah peluru yang terbang ke arahku. Sesosok tubuh itu adalah tubuh yang entah dari mana datangnya. Aku mengenal tubuh itu, aku mengenal setiap nano meter tubuh itu. Tubuh itu terjatuh dihadapanku. Aku berlari mencoba menangkap tubuh itu, tapi terlambat tubuh itu telah jatuh ke lantai gedung. Bebarengan dengan aku berlari ke arah tubuh yang tergeletak di lantai, kulihat dira mengarahkan pistolnya ke arah ayah.

Dhuar ...

Walau aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tangan ayah melepaskan pistol itu dan mengaduh kesakitan. Kuraih tubuh perempuan yang berada di lantai, Kubalikan tubuhnya dan Kuangkat tubuhnya kepangkuanku, dia tetap tersenyum memandangku.

“cepat kejar dia mas” ucap dian yang masih aku dengar jelas

“ta.. ta.. pi” ucapku dengan air mata menetes, melihat darah disebagian dada dian

“cepat! Jika dia lolos banyak yang akan menderita ergh...” ucap dian

“argh...” geramku. Seketika itu aku mengarahkan pandanganku ke ayah.

“sialan kamu banci!” ucap ayah kepada Dira

“ayo cepa mahesa” ucap om nico yang menarik ayah untuk segera kabur dari gedung ini.

Ayah dan om nico kemudian berlari menuju ke pintu yang menghubungkan bagian 1 gedung dengan jalur 2. Aku letakan tubuh dian.

“Aku mohon bertahanlah...” ucapku dengan mata sedikit berkaca-kaca

“he’em...” ucap dian sambil menganggukan kepalanya

Aku kemudian bangkit dan berlari mengejar dua bajingan yang sudah menghilang dari pandanganku. Berlari ke mengejar mereka berdua dengan penuh kemarahan, penuh dengan emosi. Penuh dengan dendam yang ingin aku luapkan kepada mereka.

---

“KALIAN SEMUA JANGAN ADA YANG BERGERAK! ATAU MATI!” teriak anton dari lantai 2 dengan mengarahkan senapan laras panjangnya menyapu ke kanan dan kiri membuat semua anak buah ayah arya mengangkat tangan mereka semua. Ya, mereka sadar tak akan menang sekalipun berkelahi kembali tetap saja mereka akan mati oleh penembak jitu di atas gedung.

“Hei kamu jangan bergerak! Berlutut!” teriak tugiyo dan udin yang mengarah pistolnya ke arah beberapa lelaki yang masih tersisa

Delapan orang telah menyerah kepada koplak, mereka semua berlutut dengan kedua tangan mereka berada dibelakang kepala masing-masing. Dengan sangat kasar dan buas, koplak mengikat mereka sesekali menjejak kepala mereka satu per satu. Anton kemudian turun dari lantai 2 dan berlari ke arah dian, begitupula dengan dira. Didekat dian sudah ada wardani yang memangku kepala dian. Koplak yang lain tampak tak berani mendekati dian. Kondisi gedung kini sudah aman.

---

Aku berlari menyusuri jalan dijalur dua ini, sendiri tanpa satu pun koplak yang menemaniku. Aku yakin bisa menghentikan mereka. aku mengira mereka akan sedikit tertatih dengan kondisi mereka tetapi ternyata tidak, mereka berlari lebih cepat dari yang aku kira. Hingga aku berbelok tepat ketika di jalur utama untuk keluar gedung ini, kulihat mereka sedang berlari.

“Bajingan berhenti!” teriakku

Ayah dan om nico hanya menoleh dan tetap terus berlari menuju pintu keluar. Hingga akhirnya mereka dapat keluar dari gedung dan hilang dari hadapan mataku. Pintu itu masih terbuka terakhir aku melihat mereka dari dalam gedung ini, mereka berlari ke arah mobil mereka yang diparkir. Aku terus berlari mengejar mereka, pintu yang hendak tertutup dengan sendirinya ku tendang. Diluar gedung aku melihat mereka menaiki mobilnya.

Segera aku berlari kembali ke arah mereka yang sudah menyalakan mesin mobil. Ketika mobil itu berjalan aku kemudian melompat terbang. Tepat ketika mobil itu berjalan aku berhasil menarik kawat yang telah aku hubungkan dengan penyumbat pada lubang tangki bensin mobil itu. ya, sebelum aku masuk aku melubangi tangki bensin mobil ayahku, aku sudah persiapkan semuanya sebelum berangkat ke gedung ini. mencoba mempelajari mobil yang dikendarai ayah dan letak tangki bensin mobilnya. Aku melubangi tangki tersebut dan kemudian menyumbatnya. Sumbat kemudian aku hubungkan dengan sebuah kawat yang aku ikatkan pada sebuah paku dibelakang mobil. Kelemahannya hanya pada kawat tersebut, kawat terlalu pendek jika tidak aku pegang pasti tidak akan melepaskan penyumbat bensin tersebut.

Kawat yang aku tarik juga ikut menarik penyumbat karet hingga terlepas. Aku yang berada dibelakang mobil dalam kondisi tengkurap tersenyum. Aku berdiri melihat mobil yang mengalirkan bensin tersebut berjalan.

“HEI!” teriakku dengan senyum sembari mengeluarkan sebatang dunhill mild dan korek api

Mungkin aneh bagi mereka melihat orang yang mengejarnya berhenti mengejar. Mobil tersebut sempat berhenti dan tampak ayah mengacungkan jari tengah ke arahku.

“this is my theater...” ucapku lirih, setelah aku menyulut dunhill mild, aku dekatkan korek api itu ke arah bensin yang tercecer

Whugggg.... sebuah kobaran api langsung menyala dan berlari ke arah mobil ayah yang hendak kembali berjalan ...

“Wherever you will go, fire always love you” ucapku sembari mengeluarkan asap melihat api yang semakin mendekat ke arah mobil itu

Mobil bergerak namun baru beberapa meter mobil tersebut berhenti. tampak dua pintu depan mobil terbuka, ayah dan om nico sudah berada diluar dan berusaha menjauhi mobil yang ditungganginya. Baru saja mereka berlari kurang lebih 5 meter dari mobil tapi sayang api terlalu mencintai mereka.

“Avra ka davra...” ucapku lirih dan ...

DHUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAR ...

Sebuah ledakan besar tak jauh dari hadapanku mungkin sekitar 15 meter dari tempatku berdiri. Dua tanganku menutupi wajahku, tubuhku sedikit terhempas kebelakang. Dari sela-sela kedua tanganku aku melihat bayangan dua orang terpental. Satu orang terpental ke arah kanan dan seorang lagi terpental ke arah kiri. Mereka berdua terpental jauh, yang aku harapkan hanya satu mereka masih hidup. Beberapa saat setelah ledakan pertama masih terjadi ledakan kedua dan ketiga namun ledakan kedua dan ketiga hanya ledakan kecil dari mobil tersebut.

Walau tubuhku terhempas kebelakang aku masih bisa menjaga keseimbanganku. Aku buka kedua tanganku yang menutupi pandanganku ini, dengan sebatang dunhill mild masih terselip diantara kedua jari tangakan kiriku. Aku melihat api itu tampak tersenyum, berkobar-kobar mencoba menggapai langit malam. Walau terangnya api ini tidak seterang mentari yang bersinar kala siang tapi cukup membuat sekitar tempat itu terlihat sangat jelas. Panasnya lebih panas dari terik matahai di siang hari, karena api yang berkobar lebih dekat dari mentari. Aku langkahkan kakiku mendekati mobil itu, sebuah pintu depan mobil terlihat sudah tidak tergeletak tak jauh dari mobil tersebut.

“ughh... tolonghhh.....” sayup-sayup rintih seorang lelaki, aku mendengarnya, sedikit rasa iba tapi aku tak mempedulikan rasa iba itu.

Aku kemudian berjalan ke kiri mobil tak jauh dari mobil tersebut ku temukan seorang lelaki yang sering aku sebut sebagai om nico. Tampak dia mengaduh kesakitan tapi aku tidak mempedulikannya. Aku tarik kerah bagian belakang lehernya, kutarik dengan kasar. Kuseret tubuhnya ke arah satu orang lagi yang sebelumnya aku lihat mencoba untuk bergerak. Dengan langkah sedikit berat sisi batinku merasa sedikit lebih senang malam ini. rasa senang karena telah mengakhiri perjalanan dari seorang maestro kejahatan di daerahku. Berjalan melewat belakang mobil yang terbakar dengan rintihan minta tlong dari om nico. kebenaran adalah akhir dari sebuah kekejaman, tapi entahlah apakah yang aku lakukan ini benar atau salah. Yang jelas aku hanya ingin mengakhiri perjalanan dari para maestro kejahatan ini. kulihat tubuh ayah yang mencoba menyeret tubuhnya dari tempat dia terjatuh. Aku menghempaskan tubuh om nico didekat tubu ayah. Suatu pemandangan yang aneh emang ketika aku melihat itu semua.

Dua orang lelaki yang kesehariannya hanya menebar ancaman kesana-kesini. Sekarang sedang tergolek lemas dan hancur dihadapanku.

“Arya tolonghhhh ayah... ughh... ayo nak tolonghhh ayah nak...” ucap ayahku

“kenapa? kamu takut ya? tenang saja aku tidak akan membunuhmu...” ucapku sembari melangkah dan mendekati mereka berdua

Tanganku masuk kedalam saku rompi yang aku pakai. Dengan posisi setengah berjongkok ditengah-tengah mereka, aku tersenyum.

“Kalian bunuh KS, kepala pembantu di Rumah Eri, kalian juga kan yang membunuh kakek Tian...” ucapku dengan pandangan penuh amarah

“aghh... tolonglah nakhhh ayah khilaf...” ucap ayahku

“Khilaf? Itu juga kan yang kalian katakan kepada Ibu dan tante ima ketika kalian memperkosa mereka di hotel? Dan tanpa kalian sadari, salah satu dari kalian telah menghadirkan seorang lelaki yang menghentikan langkah kalian sekarang ini bukan?” ucapku

“erghh... dasar kamu bajingan!” ucap ayah

“bunuh saja kami! erghhh...” ucap om nico

“Ha ha ha ha ha biasanya kalian tertawa seperti itu kan? Kenapa sekarang menyerah pada kematian?”

“membunuh kalian ya? hmmm.... tidak, aku tidak ingin membunuh kalian... terlalu dini membunuh kalian sedangkan banyak yang kalian buat menderita hingga bertahun-tahun lamanya” ucapku

“apa maumu sebenarnya? Segera habisi kami!” ucap ayah

“Ayah... ayah... masih ingat ini?” ucapku sambil memegang kalung berbandul giok dengan seekor kerbau didalamnya

Mata mereka berdua terkejut ketika melihat benda itu. ketakutan mereka terpancar dari wajah mereka yang dihiasi ileh karbon-karbon dan juga darah.

“erghh.. itu...” ucap ayah

“ya, ini milik nenekku dan kakekku, kakek Wicaksono dan nenek mahesawati. Kalian pasti terkejut karena aku mendapatkan ini kan? Kalian tahu apa yang telah kalian perbuat kepada mereka? hingga mereka harus tinggal di gubuk tua tanpa ada yang merawat? KALIAN HARUS MERASAKAN HAL YANG SAMA DAN HARUS LEBIH SAKIT LAGI DARI MEREKA!” uacpku diakhiri dengan bentakan, air mataku mengalir dipipiku mengingat bagaimana kakek dan nenekku meninggal dipelukanku

“kalian kan hiks yang membuat mereka menderita, ini belum seberapa dibandingkan apa yang mereka rasakan karena ulah kalian!” ucapku

“oh ya ayah... aku akan tetap memanggilmu ayah tenang saja, aku hanya ingin mengatakan satu hal. Di daerah ini hanya akan ada satu kerbau dan itu adalah aku! Ingat baik-baik! Ha ha ha ha...”ucapku sambil tertawa

“kalian membuat semua orang menderita ibu, tante ima, KS, mbak erlina, eri, rani, kakek, nenek dan dian.. ah dian...” ucapku tiba-tiba teringat kembali dengan dian

Kalung yang aku genggam langsung aku pakai leherku, aku tarik baju mereka dan aku seret. Langkahku semakin cepat menuju ke dalam gedung, dian... aku mohon jangan sampai dia pergi. Dian, tunggu dian...

“Argh... lepaskan kamihhh.... “ ucap ayah

“bunuh saja kami...” ucap om nico

“DASAR BAJINGAN! KALIAN DIAM!” bentakku

Semakin cepat langkahku ketika berada didalam gedung, ingin segera menemui dian. tapi jika mereka aku tinggalkan, bisa saja ada orang yang membawa mereka. aku harus cepat dan cepat. Jantungku berdebar, pikiran kacau tak kupedulikan rasa sakit yang mereka terima ketika aku menyeret mereka. meleati jalur 2, hingga akhirnya aku berdiri melihat tante wardani memangku kepala dian. aku melihat seluruh koplak, tapi mereka menggelengkan kepala denga wajah ng sedih. Kulihat nenek dan tanteku juga sam memandangku dengan perasaan sedih. Matanya tidak terbuka, kenapa? Jantungku berdetak dengan kencang. Kulempar tubuh om nico adn juga ayah kelantai. Aku segera berlari, air mataku teruurai. Koplak menyaksikan itu semua tampak terdiam.

Aku berlari dan mendekati tante wardani, dan langsung duduk bersimpuh dihadapan tante wardani. Kulihat matanya terpejam, aku menangis, air mataku semakin deras lebih deras dari air hujan badai. Tangan kananku meraih lehernya sedangkan tangan kananku meraih tubuhnya. Terlihat darah yang menempel pada tubuh itu. Kupeluk tubuh dian...

“Ade... hiks hiks hiks bangun... bangun... maafkan mas dek hiks hiks hiks hiks..”

“AYO BANGUN!... hiks hiks hiks hiks... aku mohon bangun!”

“Jangan pergi hiks hiks hiks hiks hiks... aku mohon hiks hiks hiks jangan pergi hiks hiks...”

“bangun sayang... bangun... hiks hiks hiks... aku mencintaimu, aku mohon bangun hiks hiks...” tangisku meledak

“DIAN BANGUN! Hiks hiks hiks hiks...” ucapku dengan kepala terbenam diantara leher dan pundak kanannya

Semua hening...

Tak ada suara sedikitpun...

Hanya tangisku yang terdengar masih menderu...

Dan semuanya telah...

“iiih... cengeng!” ucap dian

Aku terkejut... dan mengangkat wajahku...

“Eh... ade... ade?!” ucapku terkejut melihat wajah dian yang tersenyum kepadaku, aku pun tersenyum kepadanya

“HA HA HA HA HA HA.... Woi ada preman cengeng! Ha ha ha ha ha” teriak wongso diikuti tawa semua koplak yang ada didalam gedung, tapi aku tidak mempedulikannya

“Apa?!” ucapnya kembali, judesnya tetap saja tidak hilang dalam situasi seperti ini

“mas kira ade... ah hiks hiks hiks” ucapku dan kembali memeluknya

“aduh mas, mas, aduh sakiiiit pelan... pundak kanan ade itu tadi yang kena peluru...” ucapnya sambil tangan kirinya memukul pelan punggungku

“Ade... sih.... hiks hiks hiks...” ucapku, menganngkat wajahku dan memandang wajahnya

“I Love you...” ucapku lirih tepat di depan wajahnya

“I Love you too...” ucapnya

Wajahku semakin dekat, bibir kami bersentuhan dan ...

“E... e... e.... e..... main cium anak orang saja!” ucap tante wardani yang kelihatan habis menangis

“Eh tante, he he he...”

“mmm.. tan jadi, dian itu anak...” ucapku dan tante wardani mengangguk. Terkejut aku mendengarnya walau sebenarnya aku sudah tahu sejak dian memasuki gedung ini. jelas aku terkejut mengingat aku pernah...

“Auch....” aku mengaduh, tangan kiri dian masuk dan menari kuping kiriku. Matanya melotot tajam ke arahku

“eh.. itu anu de, eh... aduh...” ucapku mengingat aku pernah bersetubuh dengan ibunya

“Ndak boleh lagi, awas!” ucapnya pelan

“Maaf...” ucapku kembali menyentuhkan keningku ke keningnya

“Arda, maafkan mama ya... mama tidak tahu...” ucap tante wardani

“he’em ma, sekarang mama bisa kumpul lagi bareng papa kan?” ucap dian, dan tante wardani mengangguk

Bugh...

“Gila kamu benar-benar gila, aku jadi ikut nangis dasar sialan lu cat hiks hiks hiks...” ucap dewo

“romatis bener sih kamu cat, dasar kampret!” ucap wongso

“iiiih arya romantis bangeeeeeeet....” ucap sudira

“niatnya mau ngerjain kamu, malah bikin orang nangis kamu, asu! (Anjing)” ucap karyo

Aku tersenyum...

“koplak, terima kasih...” ucapku memandang semua koplak

“celeng, gawe nangis... rokok’e su! (babi hutan, buat nangis... rokoknya njing)” ucap aris meminta rokok kepada anton

Kulihat semua koplak menitikan air mata...

“Arya...” panggil seorang wanita

“Eh... iya nek...” ucapku menengok ke arah nenek laila

“sebentar...” ucapku mengembalikan dian ke tante wardani, dian mengangguk pelan

Aku melangkah mendekati nenek laila dan nenek ifah yang memeluk mbak alya dan mbak alsa. Kudekati mereka berempat tepat ditengah-tengah nenek laila dan nenek ifah.

“Apa kamu benar, arya anaknya mahesa?” ucap nenek ifah

“bukan...” ucapku sambil tersenyum dan membuat mereka terkejut

“aku arya, anak dari diah ayu pitaloka” ucapku, mereka berdua kembali tersenyum dan memelukku

“Arya... hiks terima kasih nak, kamu memang anak yang baik hiks hiks hiks terima kasih...” ucap nenek laila

“nenek senang kamu ada disini hiks hiks hiks” ucap nenek ifah yang terisak

Kupeluk erat tubuh mereka berdua...

“mbak alya, mbak alsa...” panggilku kepada mereka berdua yang nampak masih asing denganku. Kulepaskan pelukanku dan menarik tangan mereka berdua

“nanti beli es krim bareng-bareng lagi yuk...” ucapku tersenyum, tiba-tiba saja air mata mereka keluar sangat deras. Mereka melompat memelukku, hingga aku jatuh kebelakang

“dasar kamu cengeng! Hiks hiks hiks” ucap mbak alsa

“cengeng, cowok cengeng!” ucap mbak alya

“Ha ha ha ha... ternyata kita sama-sama cengeng ya mbak hiks hiks...” ucapku

“he’em... terima kasih ar...” ucap mbak alsa dan mbak alya bebarengan

“iya mbak sama-sama...” ucapku

Tak berlama-lama, koplak kemudian melepas semua pakaian dari anak buah ayah. Dipakaikannya ke nenek alya, nenek ifah, mbak alya dan mbak alsa. Kulihat dian duduk bersandar pada tante wardani, sesekali kami melempar senyum ketika aku dan koplak mengumpulkan para anak buah ayah dalam satu tempat. Nenek dan tanteku juga duduk bersebelahan dengan tante wardani dan dian. Tampak ayah serta om nico tak bisa berdiri dan hanya bisa merintih kesakitan dengan tubuh hancurnya itu.

“Aku bayar berapapun, lepaskan aku...” ucap bandar 2

“iya, kalian minta berapapun aku pasti..” ucap bandar 3 yang terhenti

Dhuar... dhuar....

“Arghh.....” teriak dua bandar

“dasar bajingan! tuh makan uang kalian, kalau akyu sih ndak mau uang, mau kontol saja deh...” ucap dira sambil berjalan melenggak lenggok bak seorang pragawati mendekati dian

“ssst... mbak... mbak... nanti dira diajarin ya biar susunya tambah gedhe hi hi hi...” ucap dira pelan tapi terdengar oleh kami

“Dasar koplak!” ucap koplak

“lho sudah gedhe lho mbak masa mau lebih gedhe lagi...” ucap nenek ifah

“iiih nenek gitu deh, kan dira pengen lebih seksi lagi...” ucap dira menyahut

“yaelah nenek jangan percaya tuh sama mbaknya, itu mah luarnya aja yang mbak, dalamnya mas ha ha ha..” ucap dewo

“iiih dewo nakal deh, nanti dira sedot baru tahu rasa...” ucap dira menimpali dewo

“iya ngeri banget...” terdengar suara lirih dari gerombolan anak buah ayah

“WOI BILANG APA KAMU! MAU MATI KAMU!” ucap dira dengan suara cowoknya

Kami semua tertawa dan nenek beserta tanteku juga tersadar kalau dira bukanlah cewek. Satu persatu koplak duduk dan melempar sebungkus rokok. Ketika bungkus rokok itu dilempar kearahku, kulihat dian sejenak. Dia mengangguk dengan senyumannya, aku tersenyum dan kusulut sebatang dunhill mild.

“Okay semuanya... dengarkan...” ucap anton lantang

Kami semua menoleh ke arah anton...

“Kalian koplak, pergilah, kembali berkumpul 2-3 hari lagi. Jika kalian berada didalam rumah, lakukan aktifitas seperti biasanya. Aku tidak ingin kalian diinterogasi berlebihan, dan kalian semua beristirahatlah selama 2-3 hari ini. biar aku yang menangani mereka semua.... okay bisa?” ucap anton

“ya, tapi jangan katakan kalau kami yang berada disini” ucap tugiyo

“ya jelaslah tidak, bisa-bisa kalian malah di tahan...” ucap anton

“yeee takut nih takut habis bunuh orang ya he he he” ejek udin

“gundulmu kamu saja sudah bunuh banyak...” ucap tugiyo

“kan terpaksa ha ha ha” ucap udin

“sudah... sudah... sebentar lagi mereka datang, kalian pergilah sampai aku mengabari kalian semua..” ucap anton

“tapi nton... eeee...” ucapku

“sudah, tenang saja dian akan baik-baik saja...” ucap anton

“baiklah terima kasih...”ucapku

Sayup-sayup terdengar suara sirine, anton kemudian menyuruh kami segera pergi. Aku dekati dian...

“Mas pergi dulu, 2-3 hari lagi mas temui ade...” ucapku

“he’em hati-hati, jangan macem-macem...” ucapnya, aku mengangguk

“tante... tolong jagain dian ya...” ucapku kepada tante wardani

“iya, ar... pasti...” ucapnya

“nenek ifah, nenek laila, mbak alya dan mbak alsa... arya pergi dulu, 2-3 hari lagi kita akan bertemu. Anton akan mengurus semuanya”ucapku

“iya ar, kamu hati-hati ya...” ucap nenek laila

“jaga diri kamu...” ucap nenek ifah

“terima kasih keponakanku yang cengeng... cup...” ucap mbak alya dan mbak alsa sambil mengecup pipiku

Sekali lagi aku dekati dian dan kukecup bibirnya, dian tersenyum dan aku kemudian berlari keluar gedung bersama-sama dengan koplak. Berlari menyusuri kebun yang rimbun hingga akhirnya menemukan motor-motor kami sendiri-sendiri. aku dan wongso, aris dan dewo sedangkan yang lainnya diparkir ditempat yang berbeda. Aris dan Dewo melaju terlebih dahulu diikuti aku dan wongso. Setelah aris dan dewo menghilang dari pandangan kami, tiba-tiba sebuah mobil sedan hitam melaju disamping kami lalu mendahului kami. mobil itu tiba-tiba berhenti didepan kami, aku dan wongso tampak terkejut. Kami pun bersiap-siap jika saja ada sebuah hambatan lagi. Ketika pintu mobil itu terbuka...

“Arya, ayo pulang...” ucap wanita itu, Ibu

“eh...Ibu...” aku terkejut ketika melihat ibu

“huft... ternyata tante to... owalah tak kira siapa, tapi bukannya tante...” ucap wongso

“sudah, nanti kamu dengar cerita dari arya saja ya, arya ayo masuk...” ucap ibu

“wong, aku bareng sama ibu ya...” ucapku

“yoi bro, malah enak kalau gini, aku bisa langsung ke rumah menemui bidadariku...” ucap wongso

Aku dan wongso akhirnya berpisah, wongso langsung mendahului kami ketika aku masuk ke dalam mobil.

“kenapa ibu bisa sampai disini, bukannya ibu mmmm...” ucapku tersumbat oleh bibir indahnya

“sayang... ibu kangen, sekarang kamu ikut ibu sayang ?” ucap ibu

“eh... bu tapi dian...” ucapku

“dian akan baik-baik saja percaya sama ibu, Tante asih juga ikut dalam datang ke gedung saat ini, jadi kamu tenang saja sayang, okay?” ucap ibu, sambil mengalihkan pandangannya kedepan

“ibu ingin kita berpisah... dan menjadi seorang ibu dan anak lagi... dan ini yang terakhir sebelum kamu bersama dian...” ucap ibu, kupandangi wajah ibu dari samping. Kudekatkan wajahku ke wajah ibu..

“cup... “

“jika memang begitu seharusnya...” ucapku, ibu memandangku dan kami kemudian saling melumat bibir kami

---

Sebuah rombongan mobil kepolisian dan juga mobil intelejen Negara beserta 3 mobil ambulance datang ke gedung. Bersamaan dengan kedatangan mereka, koplak telah menghilang. Disana hanya ada anton, anak buah mahesa dan nico serta dua orang bandar. Wardani, dian (Arda), dan juga keluarga arya juga berada disitu. Ketika semua datang masuk, serbuan polisi dan IN tampak tak berarti apa-apa karena mereka hanya menemukan anton yang duduk dengan sebatang dunhill mild di tangannya juga senapan laras panjang di pangkuannya.

“Anton, apa kamu yang?” ucap seorang lelaki yang tidak lain adalah komandan anton

“buka ndan, yang melakukannya adalah orang-orang gila” ucap anton dengan senyuman

Tanpa memperpanjang pembicaraan, IN kemudian membantu kepolisian untuk mengevakuasi para tersangka. Namun tiba-tiba saja dua orang polisi yang merupakan pimpinan kepolisian yandatang ke tempat itu langsung ditubruk dan di borgol oleh anak buahnya sendiri.

“Apa-apaan kalian ini?” ucap pimpinan 1

“Maaf pak, saya tidak bisa membiarkan anda menolong mereka, anda salah satu dari mereka” ucap anak buahnya

“kalian tidak punya bukti untuk itu semua” ucap pimpinan2

Kemudian seorang IN memperlihatkan rekaman video dan suara dihadapan dua pimpinan itu. kedua pimpinan kepolisian tertunduk dan tak bisa berkutik lagi.

“terima kasih untuk kerjanya IN, setelah ini pasti mereka akan masuk penjara dan menjadi orang biasa kembali” ucap seorang yang menangkap pimpinan 1

“sama-sama” ucap anggota IN

“masukan mereka kedalam mobil tahanan semua...” ucap seorang yang menangkap pimpinan 1

Mereka berdua kemudian berjalan menghampiri anton. Ternyata mereka berdua adalah anggota kepolisian yang diberi tugas untuk mengawasi pergerakan kedua pimpinan kepolisian tersebut. Mereka ditugaskan oleh kepolisian pusat setelah kepolisian pusat mendapat laporan dari IN. Setelah para tersangka dievakuasi, begitu pula dengan Mahesa dan Nico yang ditandu masuk ke dalam ambulan. tampak asih berjalan mengahampiri dian. ifah, laila beserta anaknya di evakuasi oleh perawat lain. Walau berpapasan dengan asih, asih masih tidak sadar kalau itu adalah keluarganya, wajar karena asih tahu dari diah kalau dian ada didalam gedung itu. sehingga asih hanya fokus kepada dian.

“kamu ndak papa yan?” ucap asih

“ndak apa tan...” ucap dian

“apakah anak saya bisa sembuh lagi mbak?” ucap wardani kepada asih

“eh, anda ibu dian?” ucap asih

“iya, ini anak saya Warda nicolaswati...” ucap wardani

“mama... mulai sekaranng dan seterusnya namaku Dian, Dian Rahmawati..” ucap dian kepada Ibunya

“eh, iya... Dian Rahmawati Sukoco...” ucap wardani dengan senyuman, dian tampak terkejut mendengar nama itu

“terserah mama, yang penting mama harus bawa papa ke dian, biar dian tahu papa dian” ucap dian dengan senyuman karena mengetahui nama dibelakangnya. Jelas itu adalah nama seorang laki-laki yang di cintai oleh ibunya

Asih tampak berada diantara percakapan mereka tapi asih tahu dengan jelas jika yang dibicarakan oleh dua perempuan dihadapannya mengenai keluarga dan cinta. Selepas percakapan, kemudian dian dibawa asih beserta wardani menuju ke ambulan. Dian ditandu dan dimasukan ke dalam ambulan beserta wardani, asih masih berada diluar. Keramaian dan suara sirine polisi menghiasi malam ini. Asih bersyukur karena dian baik-baik saja. Asih berdiri masih berada di lokasi melihat ambulan yang membaawa dian pergi, ketika melihat kesekelilingnya asih tampak terkejut.

“TANTE!...” teriak asih ke laila dan ifah. Laila dan ifah memandang asih, tampak asing bagi mereka berdua. Asih lalu menghampiri laila dan ifah, mereka berdua masih sedikit bingung dengan kehadiran asih yang datang menghampiri mereka.

“tante laila, tante ifah? Ini asih... keponakan om tian” ucap asih dengan mata berkaca-kaca, tiba-tiba saja ingatan mereka berdua, laila dan ifah, kembali ke masa dimana suami mereka masih hidup

“Asiiiiiiih...” teriak mereka berdua, laila dan ifah, yang langsung memeluk asih

“tante bersykur masih bisa lihat kamu lagi...” ucap laila yang memeluk asih dengan sangat erat, diikuti ifah yang memeluk asih

“tante kemana saja?” ucap asih mencoba mencari tahu tentang tantenya yang tiba-tiba saja berada di tempat ini

“panjang sih, oh iya ini alsa dan alya... tapi lebih cocok jadi keponakan kamu” ucap ifah

“eh... tante asih...” ucap alsa sedikit ragu

“eh, manggilnya mbak kan kalian anak dari om-ku” ucap asih tersenyum dengan air mata mengalir dipipinya

“he’em mbak...” ucap alya

Mereka berpelukan , saling melepas rindu satu sama lain. Tawa riang mereka berdua senantiasa menghiasi bibir mereka. laila dan ifah tampak begitu gembira bertemu dengan keluarganya lagi setelah sekian lama terpenjara didalam sebuah rumah bersama anak-anaknya. Masih beruntung kedua anaknya keluar untuk sekolah dan kuliah. Namun tetap saja alya dan alsa ketika sekolah hingga kuliah selalu mendapatkan penjagaan ketat. Alsa dan alya sengaja dikuliahkan di luar daerah agar tidak bertemu dengan keluarga dari pak warno kakek arya.

“nanti tante ceritakan sih, tadi itu ar...” ucap ifah

“sssst... asih sudah tahu, jangan ngomong disini hmmm...” ucap asih

“jadi mbak sudah tahu ya?” ucap alya

“jelas, 12 anak laki-laki, tapi yang satu tidak jelas itu laki apa cewek hi hi hi” ucap asih, mereka berempat tampak bingung karena asih mengetahui semuanya

“lho kok bisa tahu?” ucap laila

“sudah nanti asih ceritakan, asih akan hubungi om warno dan tante ayu...” ucap asih, mereka sedikit terhenyak ketika mendengar nama yang disebutkan asih

“eh bagaimana kabar mereka sih?” ucap laila dengan sedikit sedih

“baik kok, nanti asih ceritakan semua... oh ya ayah dan ibu juga bareng dengan mereka kok” ucap asih

“Mas wardi dan mbak Umi?” ucap ifah

“he’em pokoknya nanti asih ceritakan semua dan asih mau ngabari ke mereka kalau tante ifah dan tante laila sama alsa dan alya sudah kembali , pasti mereka senang...” ucap asih

“tapi sih, om kamu sudah tiada. Kami bukan...” ucap laila terpotong

“masih... bukan berarti om tiada, tante bukan keluarga kami lagi, tante dan adik-adikku ini masih, masih keluarga sampai kapanpun...” ucap asih

Air mata mengalir di pipi ifah dan laila, begitu pula alsa dan alya tak mampu menahan haru lagi. Sekali lagi mereka menagis untuk kedua kalinya, menangis bersama karena kebahagiaan yang sempat tertunda bertahun-tahun lamanya. Dalam tangisnya ifah dan laila teringat akan suaminya. Seandainya saja tian masih berada disini mungkin saja mereka akan merasakan kelengkapan dalam kebahagiaannya. Berlima mereka kemudian memasuki sebuah ambulan menuju ke rumah sakit daerah.



Didalam sebuah ambulan yang terlebih dahulu berangkat...

“Arda...” ucap wardani yang duduk disamping dian yang telah mendapat pertolongan pertama

“Dian ma, aku lebih suka dian...” ucap dian memandang ibunya

“eh, iya dian...” hening sesaat setelah wardani menjawab. 

Kedua mata itu bertatapan senyum mereka saling mengembang namun wardani tampak sedikit kikuk dihadapan dian. sesaat kemudian wardani menundukan kepalanya, merasa malu terhadap anaknya sendiri.

“Maafkan mama...” ucap wardani

“Sudah ma, itu semua sudah berlalu... Arya juga sudah cerita semuanya kepada dian...” ucap dian

Namun wardani tetap saja tak mampu memandang anaknya...

“Ma...” panggil dian

“Maafkan mama hiks hiks hiks mama tidak tahu kalau arya adalah... hiks hika hiks...” ucap wardani terisak didalam mobil ambulan bersama dua orang perawat. Kedua orang perawat itu memilih untuk diam ketika mereka tahu pembicaraan antara kedua wanita itu sangat serius.

“Mama jangan nangis...”

“Ma... apapun yang terjadi mama adalah Ibu dian, sewaktu mama cerita ditelepon mengenai seorang lelaki yang datang kerumah mama dan mama... sebenarnya dian saat itu mengira jika lelaki itu adalah arya namun pikiran itu dian hilangkan. Tetapi setelah arya cerita semuanya kepada dian...”

“Sebenarnya, ya ada sedikit rasa sakit didalam hati tapi jika dian mengingat bagaimana kondisi mama dirumah itu. itu bukan kesalahan, secara psikologis mama memang membutuhkannya. Mama sendiri pernah cerita kan kalau disana mama tidak pernah mmm...” ucap dian yang selalu melanjutkan kata-katanya dengan pandangan mata ketika mengatakan tentnag sesutu yang tabu, dikarenakan ada perawat disana.

“iya, yan maafin mama ya sayang... mama janji ndak akan melakukan lagi, ndak akan. Mama harap kamu tetap sama Arya ya sayang...” ucap wardani mendekati dian dan memeluknya

“Dian juga minta maaf ma...” ucap dian, wardani kemudian melepaskan pelukan

“Minta maaf apa?” ucap wardani

“selama ini, dian berada didaerah ini tidak pernah diluar kota...” ucap dian

“eh, ndak papa sayang...ndak papa...” ucap wardani

“setelah mama meminta bajingan itu untuk membawa dian pergi, pada awalnya dian berada diluar daerah tapi dian kangen dengan daerah ini. walaupun itu bukan alasan utama, alasan utama dian adalah dian ingin membawa mama dan yang kedua karena bocah itu...” ucap dian terhenti

“bocah?” ucap wardani bingung

“ya bocah tu, ketika itu dian nekat ke daerah ini lagi, tapi malah dapat masalah dan bocah itu menyelamatkan dian. maka dari itu setelah bertemu dengan bocah itu, keinginan dian untuk kembali ke daerah itu semakin kuat” ucap dian

“bocah? Bocah siapa??” ucap wardani tampak penasaran

“Yang tadi...” ucap dian dengan wajah sedikit memerah

“oooo... jadi kamu sudah pernah ketemu dengan bocah itu sebelumnya sayang?” ucap wardani, dian hanya mengangguk

“Pantesan saja tadi mama lihat kamu, hmmm... kayanya cinta banget?” ucap wardani tampak sedikit menggoda dian

“iih mama apaan sih?” ucap dian

Ada tawa di dalam wajah mereka, ada senyum di dalam pikiran mereka berdua...

“setelah itu, dian memaksa dia (nico) itu untuk membawa dian kembali ke daerah ini. kuliah hingga S2 dan itu tanpa sepengetahuan mama. Semakin hari dia semakin menginginkan dian, karena dian berbeda dengan dian yang dulu. Tapi dian selalu menolaknya dengan ancaman akan bunuh diri dan lain sebagainya. Entah kenapa dia sedikit takut dengan ancaman itu...” ucap dian

“karena dia ingin menjadikan kamu sebagai pengganti mama...” ucap wardani membuat dian sedikit terkejut

“mama tahu itu ketika dia dan orang itu (mahesa) berbincang-bincang dirumah, ketika mama sudah tidak mampu lagi kamulah pengganti mama. Tapi sudahlah semua telah berakhir dan kita selamat, itu juga karena bocah itu...” ucap wardani

“iya ma, mungkin karena ada bocah itu semuanya telah berubah. karena bocah itu semuanya semuany menjadi baik-baik saja...” ucap dian

“Ya begitulah mbak, bu... namanya saja koplak. Walau koplak dia tetap baik...” ucap perempuan disamping dian yang memakai baju perawat 

“Eh...” dian dan wardani tampak terkejut

“kenapa mbak? Terkejut ya saya tahu? Hi hi hi... Koplak itu memang seeperti itu, walau brutal tapi baik, dan ndak terus jadi preman gitu... mbak pacarnya kan? Waktu itu didepan warung yang teriak-teriak itu kan mas arya kan? Hi hi hi...” ucap perawat perempuan

“Eh...” wajah dian semakin memerah

“teriak bagaimana mbak?” tanya wardani heran

“ya, gimana waktu itu... pokoknya gini dian i love you hi hi hi hi didepan warung-warung lho bu...” ucap perawat

“oh... pantesan saja anak saya tergila-gila hi hi hi” canda wardani

“ih mama apaan sih...” ucap dian

Semua tertawa dalam ambulan tersebut, dan dian dengan wajah erahnya terus saja di bully oleh orang-orang yang berada didalam mobil ambulan tersebut. Selang beberapa saat, rasa lelah menghinggapi mereka dalam perjalanan pulang ke rumah sakit. Hingga hening karena lelah tertawa.

“Mas, aku memang merasakan sakit ketika aku tahu bahwa lelaki itu adalah kamu. Sekalipun itu bukan keinginanmu tapi keinginan ibu, aku juga tidak bisa menyalahkan ibuku karena kondisi ibu yang hanya dijadikan mainan oleh mahesa dan nico. Ibu juga butuh kepuasan mungkin itu jawabannya... ah... Arya, arya banyak sekali wanita yang telah kamu tidur sayang. Bahkan ibumu juga, sangat sakit dan aneh ketika melihat itu semua bahkan aku sempat tidak percaya jika kamu memang melakukannya. Tapi ketika aku adtang kerumahmu, berbicara dengan ibumu. Sesaat itu aku benar-benar tidak menyangka jika kamu benar-benar melakukannya. Dari cara ibumu berbicara, memandangku semuanya mengatakan bahwa kamu melakukannya...”

“Aku sakit, merasa lebih sakit dari siapapun... tapi itu semua juga karena mahesa dan nico... siapa yang salah entah, tapi jika aku harus berpisah denganmu. Aku memilih mati, pandanganmu saat itulah yang mengembalikan kepercayaanku, keyakinanku. Setelah ini, setelah kita bertemu kembali... akan aku jadikan kamu sebagai rajaku dan aku hanya satu-satunya ratuku... aku akan membuatmu lebih jauh lagi dan lebih dalam lagi tersesat dalam hatiku, agar kamu tidak bisa keluar lagi. Akan aku buat sebuah labirin tanpa pintu kleuar didalam hatiku... akulah ratumu dan akulah wanitamu, akan kujaga pandanganmu setelah bersamaku...” bathin dian

“Eh, ngalamun saja...” ucap wardani menyadarkan dian

“ih, mama bikin kaget saja...” ucap dian

“Lucu sih kamu... akhirnya kamu dapat cowok yang sip buat kamu” ucap wardani dengan senyuman, wajah dian semakin memerah

“eh, ma...” ucap dian

“iya..” balas wardani

“lelaki yang namanya mama tambahkan dibelakangku....?” ucap dian, sesaat itu wajah wardani langsung tertunduk

“mama tidak tahu nak, apa papamu itu masih mau menerima mama...” ucap wardani

“cobalah mama temui...” bujuk dian

“tidak nak, mama tidak sanggup mama merasa sangat bersalah pada papa kamu...” ucap wardani

“tidak ada salahnya mencoba...” ucap dian

“eh...” wardani diam sesaat

Mobil ambulan telah sampai di rumah sakit...

“ya nak, nanti mama akan temui setelah mama yakin kamu baik-baik saja” ucap wardani

“he’em...” ucap dian sambil mengangguk

Disebuah mobil dibelakang mobli tahanan yang berjalan...

“Untung kamu selamat ton..” ucap seorang lelaki

“iya ndan, berkat mereka...” ucap anton

“seharusnya kamu tidak bergerak sendiri seperti ini” ucap komandan

“kalau aku bergerak bersama IN, aku akan kehilangan mereka” ucap anton

“ha ha ha ha... dasar! Beruntung aku menemukanmu saat itu...”

“oia, tadi di sematpon kamu yang ketinggalan dikantor ada telepon dari cewek namanya Anti” lanjut komandan

“eh...” anton tampak terkejut

“Setelah ini, kamu suruh pulang cepat. Kangen katanya” ucap komandan, sesaat kemudian anton tersadar jika dia tidak membawa alat komunikasinya tapi...

“komandan jangan bohong, tadi waktu berangkat saya bawa ndan. Paling tadi pas mau masuk ke mobil komandan yang ngambil kan?” ucap anton

“Ha ha ha ha ketahuan juga ternyata... setelah ini mu cepatlah pulang, biar kami yang menangani dan saya pastikan semuanya beres!” ucap komandan

“yaelah ndan, saya itu anak buahnya. Kok malah komandan yang mau mengrusi semuanya” ucap anton

“Ndan ijin menyela” ucap seorang 

“ya silahkan” ucap komandan

“sudah nton, istirahat! Biarkan sekali-kali kami semua yang begadang, okay?” ucap teman anton

“Eh... baiklah” ucap anton

“oh iya, tapi kamu tetap saya hukum ya nton...” ucap komandan

“Eh...” anton terkejut

“karena kamu tidak menginformasikan semuanya, jadi kamu saya hukum... liburan satu minggu setelah kasus ini selsai, okay?” ucap komandan

“terima kasih ndan...” ucap anton tertawa lebar

Didalam mobil ambulan yang berisi mahesa dan nico, tampak mereka hanya bisa merintih kesakitan. Tampak sekali mereka tidak menyangka yang telah terjadi pada mereka. pilihan mati hanya ada didalam otak mereka, namun ketika mengingat apa yang diperlihatkan oleh Arya tampaknya matipun tak akan pernah bisa dicapai oleh mereka. Mereka berdua teringat sebuah memori dimasa yang lalu...


Menyesal ya, mereka sekarang menyesal namun perkataan dari perempuan itu adalah sebuah kejadian yang tertunda sangat lama. Walau tertunda tapi sekarang telah menjadi kenyataan, menderita, sangat menderita itulah yang akan terjadi pada mereka berdua.



0 komentar: