WILD LOVE???? #7
Di sebuah gang kecil dan sempit ini
aku memarkirkan motorku di depan sebuah rumah yang sangat sederhana. Mencoba
menemui seseorang yang ingin aku investigasi layaknya seorang detektif. Ketika
laki-laki itu membukakan pintu dan melihat wajahku, dia terkejut seakan-akan
melihat sesosok bayangan di masa yang telah berlalu. Wajah yang berubah drastis
seakan-akan alergi terhadap seorang pendatang.
“Hah?!” ucapnya dengan terjejut
“Maaf pak, apakah bapak bernama sukoco?” tanyaku, dalam hati aku merasa heran kenapa laki-laki ini terkejut ketika melihatku
“Bukan, bukan, saya tidak kenal dengan dia” jawabnya yang kemudian akan menutup pintu tapi aku tahan dengan tangan kananku, terlihat ukiran ketakutan di raut wajahnya
“Maaf bapak, saya hanya ingin bertemu dengan Bapak Sukoco dan saya tidak ada maksud apa-apa, mohon bapak bisa mengerti” ucapku perlahan, kemudian laki-laki itu memandangku dengan tatapan tajam, memperhatikanku dengan seksama
“Saya Sukoco, ada perlu apa saudara ke mari?” ucapnya kepadaku
“Saya hanya seorang mahasiswa dari universitas sabarin, saya kesini ingin berbincang dengan bapak, apakah saya bisa duduk bersaman dengan bapak?” ucapku, Bapak Sukoco akhirnya mau menerimaku dengan sedikit terpaksa. Aku kemdian dipersilahkannya masuk ke dalam rumahnya. Tampak dia masuk ke dalam dan mengambil dua gelas teh hangat untuk kami berdua. Di awal saya hanya berbincang mengenai kondisi di daerah ini selayaknya mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas tanpa mengenalkan siapa nama saya sebenarnya. Agar lebih akrab aku memanggilnya Pak Koco seperti halnya orang-orang memanggilnya. Pak Koco memang tidak begitu terkenal di daerah pantai-pantaian dikarenakan baru tinggal, hanya seggelintir orang yang mengenalnya. Pertanyaan demi pertanyaan akhirnya merembet ke pekerjaan dia dan memang betul dia adalah penjaga losmen tersebut di waktu Ibu diperkosa. Dan akhirnya kita mengobrol santai dan situasi memang aku buat seakan-akan tugas kuliahku selesai. Dalam obrolan santai tersebut...
“Pak, jenengan (Anda) kenapa terkejut ketika pertama kali melihat saya?” tanyaku kepada lelaki ini sambil menyulut sebatang Dunhill Mild
“Aku itu cuma kaget mas bukan berarti apa-apa?” jawabnya
“Ouwh... saya kira saya itu mirip dengan seseorang di masa lalu bapak he he he tapi ya ndak mungkin ya pak ya” ucapku cengengesan mencoba menyelidiki
“Tidak mas, sebenarnya sekilas wajah kamu mirip dengan seorang wanita tapi aku lupa siapa dia hanya saja bukan wajahnya tapi kulit putih kamu itu yang mirip sama masnya” ucap pak koco
“Jika saja saya ada hubungannta dengan wanita tersebut bagaimana pak?” ucapku langsung ke poin utama
“Eh...” suara terkejut yang pelan menunjukan ekspresi wajah terkejut dari wajahnya, pandangannya menelanjangi setiap nano meter wajahku. Dari ujung rambut hingga ujung kakiku tak lepas dari pandangannya.
“Sebenarnya siapa kamu? Kamu bukan mahasiswa yang mencari tugas” ucap pak koco yang membuat suasana menjadi tegang
“Saya Arya, Arya Mahesa Wicaksono” begitu ucapku dan seketika itu pula orang itu mendelik dan terlihat wajahnya menjadi takut dengan sedikit lukisan kebersalahan di wajahnya
“Pulanglah dan cepat pergi dari rumahku, jangan kau bawa-bawa aku lagi!” ucapnya sedikit membentak dan berdiri menunjuk ke arah pintu keluar
“Saya tidak akan membawa pak koco dalam masalah ini, hanya saja saya ingin tahu mengenai semua yang pak koco ketahui mengenai Si pembuat masalah itu, Mahesa Wicaksono, dan bapak pasti tahu nama itu” ucapku santai yang masih duduk dan menyulut dunhill mild, mendengar kata-kata “si pembuat masalah” membuat ketakutan pak koco mereda
“Sudah... lah aku tidak ingin ikut capmur urusan kalian para manusia kotor yang membuat aku hancur seperti ini” ucapnya kembali, dia melihatku dan menatapku dengan tajam. Kutatap matanya dengan mata penuh ketenangan kemudian dia duduk dan mengambil rokok dunhiill di atas meja dan menyulutnya tampak matanya menerawang jauh ke masa lalu, masa dimana dia terjerumus dalam kejahatan ayah dan om.
“Baiklah... setelah aku ceritakan pergilah dan jangan sangkut pautkan aku dengan mereka lagi ” ucapnya
“Sebelumnya, Apakah Ibumu itu seorang jepang berkulit putih...” ucapnya dengan semburan asap putih tembakau yang terbakar
“Jika yang saya maksud sama dengan yang pak koco maksud, berarti wanita yang bapak lihat di masa lalu itu adalah Ibuku” jawabku, dipandangnya aku dengan wajah menyesal dengan kepulan asap yang mulai menyelimuti ruangan ini
“Maafkan aku, jika saja kedua bajingan itu tidak menjebakkku..... aku tidak akan pernah membantu mereka memperkosa Ibu dan satu lagi gadis india itu, jika kau mau membunuhku sebagai balasan karena perbuatanku di masa lampau, monggo silahkan” ucapnya, ternyata memang benar itu adalah Ibu dan tante ima, aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kepadanya walau dalam hatiku aku ingin membunuhnya
“Tidak, kenapa harus membunuh anda, saya kesini hanya meminta keterangan dari pak koco”
“Jika tidak keberatan ceritakan kepada saya kenapa pak koco ikut rencana mereka” ucapku kepada pak koco
“Karena.... kare hiks hiks hiks....” tiba-tiba air mata pak koco mengalir dari matany, tangan kanannya mencoba menyeka air yang mengalir itu, terharu ketika aku melihat itu, kejahatan apa lagi yang diperbuat oleh Ayah dan om Nico.
“Akan kuceritakan semuanya, dari awal hingga akhir dan yang membuat aku bersalah hingga sampai saat ini kepada Ibumu, wanita india itu dan juga..... istriku....” setiap kata-kata yang terucap nampak berat sekali keluar dari mulutnya. Istrinya? Kenapa?
“Hufth.... hm.....sssshhhhh....” hela nafasnya disertai kepulan asap dunhill mild keluar dari hidung dan mulutnya membuat suasana ini menjadi lebih berkabut se-berkabutnya pikiran dan masa lalunya.
“Dulu, aku hanyalah seorang penjaga losmen yang kesehariannya mengurusi losmen yang sekarang menjadi hotel melati. Losmen tersebut merupakan losmen paling laris karena pelayanan dan kuallitas kamarnya yang istimewa. Dan satu-satunya losmen, pada saat itu belum ada losmen seperti losmen melati. Dulu orang-orang yang berlibur, mencari angin, selalu menginap di losmen itu tak terkecuali orang-orang yang sedang di mabuk asmara”
“Kurang lebih enam bulan aku bekerja di losmen itu aku dipertemukan dengan seorang wanita keturunan, yang kemudian aku nikahi. Aku selalu bekerja dengan giat untuk bisa membahagiakan istriku dan ayah Ibunya, hingga akhirnya aku berkenalan dengan Mahesa dan Nico, sepasang sahabat dengan gaya hidup glamor dan berfoya-foya. Sebelumnya tidak ada masalah dengan mereka, aku sering di ajak mereka jalan-jalan ditraktir makan, rokok atau apapun itu. Masalah muncul ketika Orang tua istriku mengidap penyakit yang harus di operasi, aku kebingungan mencari uang hingga akhirnya aku meminjam uang ke mahesa dan nico. Entah itu suatu keberuntungan atau kebodohanku. Tapi usahaku sudah mencapai tahap akhir dan Ayah Ibu istriku tidak dapat ditolong. “
“Hutang menumpuk, tapi dengan tenang aku menjalani hidupku dengan mengembalikan uang mereka satu persatu walau sedikit. Tapi Ketika itu Mahesa dan Nico meminta uangnya kembali dalam jangka waktu yang sebentar dan itu membuat aku kelabakan. Karena hutang terbanyakku ada pada mereka.”
“MAHESA BAJINGAN.... NICO BAJINGAN....!” ucapnya berhenti ketika pak koco mengingat kejadian itu, air matanya mengalir sangat deras
“Pak jika bapak tidak berkenan menceritakan kepada saya, mungkin itu sudah cukup” jelasku kepada pak koco, karena aku tidak tega ketika melihat air matanya mengalir
“Tidak, kamu harus tahu semua mengenai kedua bajingan itu, aku tidak peduli lagi jika kamu marah atau membenciku dengan aku menyebut mereka bajingan...”
“Ingat mas, tujuanku adalah untuk menunjukan wajah ayahmu itu agar kamu tidak mengikuti jejak mereka karena aku yakin kau adalah orang baik yang akan membawa mereka masuk dalam kubangan lumpur hufffffffffttth” ucapnya dengan kepulan batang dunhill mild baru disulutnya
“Saya memang ingin mengetahui semua tentang Ayah saya, Mahesa, setelah saya tahu saya tidak akan pernah lagi menghubungi bapak dan saya harap bapak juga tidak membocorkan kepada siapapun mengenai kunjungan saya kerumah ini” ucapku dengan senyuman, sebuah tatapan kudapatkan dari pak koco tatapan akan keyakinan yang terus mendorongku untuk mengubah keadaan.
“Baiklah aku lanjutkan....”
“Kedua bajingan itu, kemudian menyuruhku.... hufftttthh ssssshhhh.... mereka minta istriku untuk melayani mereka, aku tidak setuju dengan ucapan mereka. Ketika itu mereka meminta uang di rumahku. Dan... mereka memperkosa istriku di hadapan kedua mataku, dengan tubuh terikat itu aku hanya hiks hiks hiks hiks hiks bisa menangisi semua. Mereka juga merekam adegan pemerkosaan itu dengan tawa masing-masing. Setelah kejadian itu istriku tidak pernah menyalahkanku akan semua itu, dia tetap sayang kepadaku. Tapi itu semua tidak berhenti begitu saja, Nico terus datang dan meminta jatah kepada istriku dengan kasar dengan bertubi-tubi, aku tidak bisa berbuat banyak karena aku pasti di lumpuhkannya terlebih dahulu hingga akhirnya istriku hamil dan melahirkan anak perempuan. Walaupun sebenarnya aku tidak mempermasalahkan dari mana datangnya anak itu tapi Nico malah membawa pergi mereka berdua, entah dimana mereka. Yang aku ingat tentang istriku, hanya sebuah uluran tangan memohon kepadaku untuk diselamatkan, tapi apa dayaku pada saat itu aku terkapar dengan lumuran darah dari wajahku. Aku sering memohon kepada Nico untuk mempertemukan aku dengan istriku tapi yang aku dapat adalah nihil, tendangan dan makian yang aku dapatkan, kucoba mencarinya tapi tak pernah aku temukan. Rindu kepda istriku masih aku simpan hingga sekarang”
“Dengan berbagai ancaman di daratkan kepadaku mulai dari video akan disebarkan, hutang belum dibayar dan akan dilaporkan polisi akhirnya aku menuruti semua permintaan mereka. Jujur saja aku rindu akan istriku. 4 tahun setelah kejadian itu aku yang sudah menjadi budak mereka mau tidak mau harus menuruti kemauan mereka. Menjalankan rencana pemerkosaan terhadap anak kepala daerah, Ibumu, dan wanita india itu. Sebenarnyaitu adalah rencana sederhana hanya membuat mobil mereka bocor dan menyiapkan kamar yang sesuai dan merekam kejadian itu. Yang paling parah adalah wanita india itu, ku dengar dengan samar bagaimana nico memperkosanya dengan brutal hingga menjerit histeris tapi mahesa tidak dia memperkosa Ibumu dengan cepat. Mobil yang mereka kendarai aku yang menambalnya.” Ucapnya terhenti ketika dunhill telah mencapak pada filternya dan menyulutnya lagi
“Pantas saja tante ima segila itu ketika melakukan seks” bathinku
“Paman mengenai minuman keras itu...?” tanyaku
“Ternyata kamu tahu banyak ya, aku tidak tahu siapa yang memberi tahumu, tidak ada minuman keras yang diminum hanya di kumur-kumur saja dan kemudian sedikit di tumpahkan ke baju mereka sebagai tanda mereka mabuk. Kalau kamu tahu cerita itu entah dari siapa, pastinya kamu heran mereka bisa menyetir mobil setelah kejadian itu”
“Kedua wanita itu diperdaya habis-habisan oleh mereka dengan satu tujuan kekayaan. Kamu tahu, Ibumu anak kepala daerah yang berwibawa dan wanita india itu anak dari seorang kepala dinas pemerintahan. Aku tidak tahu menahu tentang tujuan mereka yang aku tahu adalah ketika mereka mengobrol sebelum kejadian yang mereka bicarakan hanyalah uang, uang dan uang”
“Ketika itu wanita india keluar dari losmen terlebih dahulu dan selang beberapa menit, Ibumu. Mereka tampak menangis dan aku hanya memandang mereka dengan tatapan penuh penyesalan. Membantu si bajingan-bajingan itu dengan menolak semua pemesan kamar yang akan menginap waktu itu. Seandainya kamu tahu, di losmen itu tidak ada satupun pengunjung pada hari itu kecuali mereka berdua padahal banyak orang yang memesan kamar di losmen itu” Jelasnya dengan wajah tertutup sebagian oleh asap dunhill
“Pak koco, apakah pak koco tahu mengenai tujuan mereka?” tanyaku kembali memastikan
“Aku sudah katakan kepadamu, tujuan mereka hanya kekayaan dari kakek mu dan ayah dari wanita india itu” ucapnya, aku hanya merunduk dan menggosok wajahku dengan kedua telapak tangaku, kulihat pak koco melihatku dengan tatapan tajam.
“Kenapa bapak bisa seterpuruk seperti sekarang ini? Apakah karena mereka juga?” ucapku menanyakan tentang keadaan yang sekarang
“Ketika Losmen itu dibeli oleh seorang pengusaha, mereka berdua menghasut pemilik baru agar aku keluar dari Losmen yang sudah menjadi hotel itu. Kemudian mereka menyebarkan berita miring tentangku, aku stresslah, aku banyak hutang, pecandulah yang membuat warga sekitar memandangku dengan sinis dan selalu mencibirku. Aku tidak tahan dan pindah dari rumahku yang dulu. Tujuan mereka memfitnahku adalah jika suatu saat nanti aku membocorkan kejahatan mereka tidak ada yang mempercayainya karena aku seorang yang gila” jelasnya dengan pandangan mengingat akan masa itu
“Ternyata bapak orang yang baik...” ucapku, kulihat matanya kembali menitikan air mata ketika mendengar perkataan itu.
“Mas, aku bukan orang baik... maafkan aku” ucapnya kepadaku
“Sudahlah pak, jika saja tidak ada kejadian itu aku tidak akan berada disini” ucapku dengan senyuman. Disulutnya sebatang dunhill mild kembali, kepulan asap kembali menyelimuti wajahnya.
“Cobalah kau temui orang tua mahesa, kemungkinan mereka tahu alasannya... kalau orang tua nico kelihatanya mereka sudah tidak ada. Dari yang aku tahu, nico dibesarkan oleh orang tua mahesa juga... cepatlah kau cari mereka jika ingini mengetahui semua jawaban dari pertanyaanmu” ucapnya, aku mengangguk tersenyum kepada pak koco, akhirnya dengan beberapa pertanyaan di jawab oleh pak koco dengan jelas sejelas-jelasnya. Akhirnya aku pamit dan diantar pak koco keluar rumah.
“Pak, apakah bapak masih ingin bertemu dengan istri bapak?” ucapku
“Tentu saja... Aku masih mencintai istriku sekalipun mungkin dia tidak lagi mencintaiku...” jawabnya
“Jaga rahasia ini, dan aku berjanji akan membawa istri bapak ke pelukan bapak lagi, setelah itu bawalah wanita itu pergi dari daerah ini” ucapku tegas, pak koco memadangku dan meneteskan air mata. Dia kemudian memelukku dan mengucapkan terima kasihnya.
“Tapi aku tidak janji jika dalam waktu dekat, jika aku berhasil menemukannya aku akan hubungi pak Koco” ucapku kepada pak koco, kemudian pak koco memberikan nomor HP-nya kepadaku. Dia berpesan kepadaku agar aku lebih berhati-hati agar mereka tidak mengetahui keberadaanku, Dia sangat berharap keberhasilanku, agar dia bisa bertemu dengan istrinya.
Perjalanan pulang aku tempuh, berjuta pertanyaan bertambah di dalam otakku. Aku saja selama ini tidak pernah tahu keberadaan kakek dan nenekku dari Ayah, bagaimana aku bisa menemukannya? Jika saja aku harus menanyakan kepada Ayah, itu akan sangat berbahaya bisa saja Ayah mencurigaiku. Aku sampai dirumah, tampak Ayah dan Ibu sedang bersiap-siap untuk pergi.
“Lho Romo dan Ibu mau kemana?” tanyaku kepada mereka berdua, nampak Ayah masih sibuk dengan HP-nya
“Tante Ratna sakit, dia meminta Ibu menemaninya karena Suaminya sedang keluar kota ada proyek hingga awal tahun dan Ayahmu ini ada pertemuan dengan koleganya” ucap Ibu tersenyum kepadaku,tampaknya akan lebih bahagia jika tidak dirumah
“Ouwh... Oke dech kalo begitu” ucapku
Aku masih menunggu mereka berkemas-kemas, setelah semua perlengkapan beres Ayah kemudian keluar terlebih dahulu. Aku kemudian membawakan Tas Ibu dan barang-barang lainnya untuk dibawa kerumah Tante Ratna. Ketika masih di lorong rumah.
“Maafkan Ibu ya nak, mungkin kamu bakal puasa lama hi hi hi” ucapnya kepadaku dengan senyum nakalnya
“Tidak apa-apa bu... Arya bisa tahan bu” balasku
“Iya deh percaya ada satu lagi...” ucapnya terpotong
“Itu lagi, itu lagi... bosen Arya dengernya bu, pokonya kalau si itu minta Arya tidak tanggapi, janji...” ucap Ibu
“Pokoknya seizin Ibu ya...” ucap Ibuku
Ibu kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Pelukan dan remasa aku berikan kepada tubuhnya, kuremas dengan sedikit kuat pada susu Ibuku. membuatnya semakin ganas dalam mencium bibirku.
Tiiiiin Tiiiiiin Tiiiiiin.... terdengar klakson dari mobil Ayah. Kami menyudahinya dan kemudian aku mengantar kepergian Ibu. Setelah mereka berangkat aku hanya mematung di dalam ruang tamu, berpikir sejenak apa yang harus aku lakukan besok. Aku melangkah menuju ke kamarku, ketika aku melintas melewati dapur rumah pandanganku tak henti-hentinya memandang dalam sebuah ruang penyimpanan disamping dapur rumahku. Pandanganku memapah kakiku menuju ke dalam ruangan itu.
“Mungkin aku bisa mengetahui identitas dari orang tua Ayahku dari ruangan ini” bathinku
Ruangan yang begitu sempit tampak trap-trap almari dari kayu jati berdiri kokoh. Aku masuk di kanan kiriku semuanya adalah almari kayu jati. Sambil menutup mataku kuhirup aroma kayu jati tua perlahan dan kubuka mataku. Satu persatu trap almari aku buka mencari dokumen-dokumen yang aku butuhkan. Lama aku mencari dari setiap trap, kadang aku sangat bahagia ketika aku membuka almari-almari ini. Ijazah dan rapor-rapor Ibuku dari SD hingga S2, kulihat perubahan wajahnya yang dulu imut dan menggemaskan sekarang menjadi sangat cantik, manis dan menentramkan. Kutemukan pula ijazah SD hingga SMA-ku, tak ada yang menarik hanya saja lucu juga ketika melihat wajahku ketika SD. Ku cari terus dan terus dan akhirnya aku menemukan sebuah dokumen keeper yang berisi ijazah, Akta kelahiran, Kartu Keluarga ketika belum menikah milik Ayahku. Kucoba membukanya satu persatu dan kuamati benar-benar wajah seorang anak mama. Foto ketika dia SD membuat aku sangat tertawa terpingkal-pingkal bagaimana seorang penjahat kelas kakap seperti sekarang ini dulunya culun.
Dan akhirnya aku membuka dokumen-dokumen penting lainya. Wicaksono, ya aku temukan nama Kakekku dan Mahesawati, nama nenekku. Kuteliti setiap dokumen-dokumen dengan sangat detail dan teliti lagi. Dan yupz akhirnya aku dapatkan alamat mereka, dari universitasku ke arah barat dan tepatnya di perbatasan kota kurang lebih 40 Km dari Universitasku. Aku kemudian merapikan semuanya kembali dan ku tata rapi sesuai dengan letaknya. Aku kembali ke dalam kamarku, kunyalakan telepon cerdas temuanku. Kucoba membaca semua isi sms dari Ayahku ke KS, beberapa sms di awal sebelum KS mulai melawan Ayah tampak smsnya penuh dengan teka-teki.
Di bokong,da KR.Pi’ah
id ilakrila 1/9/8/7 cium ikan mati
Ketika asap berhenti mengepul
Temui hewan pelari cepat dan pemangsa
Di bawah penari berleher panjang
Antarkan sesuai perintahku
/X+-
Ya ini adalah sms yang terpotong ketika aku membacanya hanya muncul 1 kalimat terakhir dan tanda /x+-. Sms-sms di awal tampak sms yang tidak dapat dipahami olehku, tapi hingga sms KS mulai melawan dan diancam akan dibunuh tampak terlihat jelas jika KS sudah mulai melawan Ayah. Apa maksud dari itu semua? Id ilakrila apa maksdunya?. Ah sangat membingungkan, kusulut dunhill mildku kembur sambil berbaring di lantai kamarku. Kuamati semua dinding kamar, melihat semua bagian-bagian dari kamrku ini. Dengan sedikit menengadahkan kepalaku dalam posisi tidurku, kusapu semua bagian kamarku ini tampak pula kursi, meja belajar, almari kamarku. Pandanganku terhenti pada kursi kamar.
Ku amati kursi itu, semaikin lama aku mengamatinya semakin menyambung dengan kebingunganku selama ini. aku kemudian tengkurap terlihat kursi kamar sewajarnya, aku terlentang dengan kepala menengadah tampak aangka empat, tengkurap lagi kursi lagi, terlentang lagi angka 4 lagi. Aku bangkit dan aku ambil telepon cerdas temuanku itu. Ya, id ilakrila adalah di kalialir, coba aku browsing melalui simbahe “guugel” dan kutemukan, ini adalah sebuah tempat dimana industri-industri besar dan juga instansi-instansi pemerintahan berdiri megah disana. Di tempat itu banyak kabar mengenai kasus-kasus penyuapan yang tidak pernah terungkap sama sekali. Pihak kepolisian kewalahan dalam mengungkap kasus ini karena sulitnya akses masuk ke dalamnya yang dilindungi oleh orang-orang yang memiliki jabatan dalam pemerintahan di daerah itu. Pernah aku mendengar berita dimana Kepala Kepolisian mengungkapkan Jika saja ada orang yang membantu pihak kepolisian walau sedikit saja informasi, pasti pihak kepolisian akan bisa meluluh lantakan kejahatan di tempat itu.
Daerah Kalialir merupakan sebuah nama dari kawasan di Industri di kecamran yang masih satu kota dengan kotaku yaitu kecamatan Amis. Daerah tempat tinggalku merupakan sebuah kabupaten dengan luas yang sangat luas, terdiri dari beberapa kecamatan dengan penghasilan daerah yang sangat besar dan terbesar di provinsinya. Kecamatan Amis? benar saja cium ikan mati itu adalah maksud dari kata-kata itu. Mulailah aku mencoba mengartikan setiap kata-kata dari sms itu. Ketika asap berhenti mengepul, menjadi tanda tanya besar dalam hatiku, otakku dan hatiku oh oh huooooooooooo. Bener-bener orang sempak yang mengirim sms ini, Aaaaaaaaaaaaaaaah. Centung.... ada BBM masuk ke dalam telepon cerdasku (bukan telepon cerdas temuanku). Kubuka dari Bu Dian, kenapa juga malam-malam BBM aku.
“Hah?!” ucapnya dengan terjejut
“Maaf pak, apakah bapak bernama sukoco?” tanyaku, dalam hati aku merasa heran kenapa laki-laki ini terkejut ketika melihatku
“Bukan, bukan, saya tidak kenal dengan dia” jawabnya yang kemudian akan menutup pintu tapi aku tahan dengan tangan kananku, terlihat ukiran ketakutan di raut wajahnya
“Maaf bapak, saya hanya ingin bertemu dengan Bapak Sukoco dan saya tidak ada maksud apa-apa, mohon bapak bisa mengerti” ucapku perlahan, kemudian laki-laki itu memandangku dengan tatapan tajam, memperhatikanku dengan seksama
“Saya Sukoco, ada perlu apa saudara ke mari?” ucapnya kepadaku
“Saya hanya seorang mahasiswa dari universitas sabarin, saya kesini ingin berbincang dengan bapak, apakah saya bisa duduk bersaman dengan bapak?” ucapku, Bapak Sukoco akhirnya mau menerimaku dengan sedikit terpaksa. Aku kemdian dipersilahkannya masuk ke dalam rumahnya. Tampak dia masuk ke dalam dan mengambil dua gelas teh hangat untuk kami berdua. Di awal saya hanya berbincang mengenai kondisi di daerah ini selayaknya mahasiswa yang harus menyelesaikan tugas tanpa mengenalkan siapa nama saya sebenarnya. Agar lebih akrab aku memanggilnya Pak Koco seperti halnya orang-orang memanggilnya. Pak Koco memang tidak begitu terkenal di daerah pantai-pantaian dikarenakan baru tinggal, hanya seggelintir orang yang mengenalnya. Pertanyaan demi pertanyaan akhirnya merembet ke pekerjaan dia dan memang betul dia adalah penjaga losmen tersebut di waktu Ibu diperkosa. Dan akhirnya kita mengobrol santai dan situasi memang aku buat seakan-akan tugas kuliahku selesai. Dalam obrolan santai tersebut...
“Pak, jenengan (Anda) kenapa terkejut ketika pertama kali melihat saya?” tanyaku kepada lelaki ini sambil menyulut sebatang Dunhill Mild
“Aku itu cuma kaget mas bukan berarti apa-apa?” jawabnya
“Ouwh... saya kira saya itu mirip dengan seseorang di masa lalu bapak he he he tapi ya ndak mungkin ya pak ya” ucapku cengengesan mencoba menyelidiki
“Tidak mas, sebenarnya sekilas wajah kamu mirip dengan seorang wanita tapi aku lupa siapa dia hanya saja bukan wajahnya tapi kulit putih kamu itu yang mirip sama masnya” ucap pak koco
“Jika saja saya ada hubungannta dengan wanita tersebut bagaimana pak?” ucapku langsung ke poin utama
“Eh...” suara terkejut yang pelan menunjukan ekspresi wajah terkejut dari wajahnya, pandangannya menelanjangi setiap nano meter wajahku. Dari ujung rambut hingga ujung kakiku tak lepas dari pandangannya.
“Sebenarnya siapa kamu? Kamu bukan mahasiswa yang mencari tugas” ucap pak koco yang membuat suasana menjadi tegang
“Saya Arya, Arya Mahesa Wicaksono” begitu ucapku dan seketika itu pula orang itu mendelik dan terlihat wajahnya menjadi takut dengan sedikit lukisan kebersalahan di wajahnya
“Pulanglah dan cepat pergi dari rumahku, jangan kau bawa-bawa aku lagi!” ucapnya sedikit membentak dan berdiri menunjuk ke arah pintu keluar
“Saya tidak akan membawa pak koco dalam masalah ini, hanya saja saya ingin tahu mengenai semua yang pak koco ketahui mengenai Si pembuat masalah itu, Mahesa Wicaksono, dan bapak pasti tahu nama itu” ucapku santai yang masih duduk dan menyulut dunhill mild, mendengar kata-kata “si pembuat masalah” membuat ketakutan pak koco mereda
“Sudah... lah aku tidak ingin ikut capmur urusan kalian para manusia kotor yang membuat aku hancur seperti ini” ucapnya kembali, dia melihatku dan menatapku dengan tajam. Kutatap matanya dengan mata penuh ketenangan kemudian dia duduk dan mengambil rokok dunhiill di atas meja dan menyulutnya tampak matanya menerawang jauh ke masa lalu, masa dimana dia terjerumus dalam kejahatan ayah dan om.
“Baiklah... setelah aku ceritakan pergilah dan jangan sangkut pautkan aku dengan mereka lagi ” ucapnya
“Sebelumnya, Apakah Ibumu itu seorang jepang berkulit putih...” ucapnya dengan semburan asap putih tembakau yang terbakar
“Jika yang saya maksud sama dengan yang pak koco maksud, berarti wanita yang bapak lihat di masa lalu itu adalah Ibuku” jawabku, dipandangnya aku dengan wajah menyesal dengan kepulan asap yang mulai menyelimuti ruangan ini
“Maafkan aku, jika saja kedua bajingan itu tidak menjebakkku..... aku tidak akan pernah membantu mereka memperkosa Ibu dan satu lagi gadis india itu, jika kau mau membunuhku sebagai balasan karena perbuatanku di masa lampau, monggo silahkan” ucapnya, ternyata memang benar itu adalah Ibu dan tante ima, aku hanya menggelengkan kepala dan tersenyum kepadanya walau dalam hatiku aku ingin membunuhnya
“Tidak, kenapa harus membunuh anda, saya kesini hanya meminta keterangan dari pak koco”
“Jika tidak keberatan ceritakan kepada saya kenapa pak koco ikut rencana mereka” ucapku kepada pak koco
“Karena.... kare hiks hiks hiks....” tiba-tiba air mata pak koco mengalir dari matany, tangan kanannya mencoba menyeka air yang mengalir itu, terharu ketika aku melihat itu, kejahatan apa lagi yang diperbuat oleh Ayah dan om Nico.
“Akan kuceritakan semuanya, dari awal hingga akhir dan yang membuat aku bersalah hingga sampai saat ini kepada Ibumu, wanita india itu dan juga..... istriku....” setiap kata-kata yang terucap nampak berat sekali keluar dari mulutnya. Istrinya? Kenapa?
“Hufth.... hm.....sssshhhhh....” hela nafasnya disertai kepulan asap dunhill mild keluar dari hidung dan mulutnya membuat suasana ini menjadi lebih berkabut se-berkabutnya pikiran dan masa lalunya.
“Dulu, aku hanyalah seorang penjaga losmen yang kesehariannya mengurusi losmen yang sekarang menjadi hotel melati. Losmen tersebut merupakan losmen paling laris karena pelayanan dan kuallitas kamarnya yang istimewa. Dan satu-satunya losmen, pada saat itu belum ada losmen seperti losmen melati. Dulu orang-orang yang berlibur, mencari angin, selalu menginap di losmen itu tak terkecuali orang-orang yang sedang di mabuk asmara”
“Kurang lebih enam bulan aku bekerja di losmen itu aku dipertemukan dengan seorang wanita keturunan, yang kemudian aku nikahi. Aku selalu bekerja dengan giat untuk bisa membahagiakan istriku dan ayah Ibunya, hingga akhirnya aku berkenalan dengan Mahesa dan Nico, sepasang sahabat dengan gaya hidup glamor dan berfoya-foya. Sebelumnya tidak ada masalah dengan mereka, aku sering di ajak mereka jalan-jalan ditraktir makan, rokok atau apapun itu. Masalah muncul ketika Orang tua istriku mengidap penyakit yang harus di operasi, aku kebingungan mencari uang hingga akhirnya aku meminjam uang ke mahesa dan nico. Entah itu suatu keberuntungan atau kebodohanku. Tapi usahaku sudah mencapai tahap akhir dan Ayah Ibu istriku tidak dapat ditolong. “
“Hutang menumpuk, tapi dengan tenang aku menjalani hidupku dengan mengembalikan uang mereka satu persatu walau sedikit. Tapi Ketika itu Mahesa dan Nico meminta uangnya kembali dalam jangka waktu yang sebentar dan itu membuat aku kelabakan. Karena hutang terbanyakku ada pada mereka.”
“MAHESA BAJINGAN.... NICO BAJINGAN....!” ucapnya berhenti ketika pak koco mengingat kejadian itu, air matanya mengalir sangat deras
“Pak jika bapak tidak berkenan menceritakan kepada saya, mungkin itu sudah cukup” jelasku kepada pak koco, karena aku tidak tega ketika melihat air matanya mengalir
“Tidak, kamu harus tahu semua mengenai kedua bajingan itu, aku tidak peduli lagi jika kamu marah atau membenciku dengan aku menyebut mereka bajingan...”
“Ingat mas, tujuanku adalah untuk menunjukan wajah ayahmu itu agar kamu tidak mengikuti jejak mereka karena aku yakin kau adalah orang baik yang akan membawa mereka masuk dalam kubangan lumpur hufffffffffttth” ucapnya dengan kepulan batang dunhill mild baru disulutnya
“Saya memang ingin mengetahui semua tentang Ayah saya, Mahesa, setelah saya tahu saya tidak akan pernah lagi menghubungi bapak dan saya harap bapak juga tidak membocorkan kepada siapapun mengenai kunjungan saya kerumah ini” ucapku dengan senyuman, sebuah tatapan kudapatkan dari pak koco tatapan akan keyakinan yang terus mendorongku untuk mengubah keadaan.
“Baiklah aku lanjutkan....”
“Kedua bajingan itu, kemudian menyuruhku.... hufftttthh ssssshhhh.... mereka minta istriku untuk melayani mereka, aku tidak setuju dengan ucapan mereka. Ketika itu mereka meminta uang di rumahku. Dan... mereka memperkosa istriku di hadapan kedua mataku, dengan tubuh terikat itu aku hanya hiks hiks hiks hiks hiks bisa menangisi semua. Mereka juga merekam adegan pemerkosaan itu dengan tawa masing-masing. Setelah kejadian itu istriku tidak pernah menyalahkanku akan semua itu, dia tetap sayang kepadaku. Tapi itu semua tidak berhenti begitu saja, Nico terus datang dan meminta jatah kepada istriku dengan kasar dengan bertubi-tubi, aku tidak bisa berbuat banyak karena aku pasti di lumpuhkannya terlebih dahulu hingga akhirnya istriku hamil dan melahirkan anak perempuan. Walaupun sebenarnya aku tidak mempermasalahkan dari mana datangnya anak itu tapi Nico malah membawa pergi mereka berdua, entah dimana mereka. Yang aku ingat tentang istriku, hanya sebuah uluran tangan memohon kepadaku untuk diselamatkan, tapi apa dayaku pada saat itu aku terkapar dengan lumuran darah dari wajahku. Aku sering memohon kepada Nico untuk mempertemukan aku dengan istriku tapi yang aku dapat adalah nihil, tendangan dan makian yang aku dapatkan, kucoba mencarinya tapi tak pernah aku temukan. Rindu kepda istriku masih aku simpan hingga sekarang”
“Dengan berbagai ancaman di daratkan kepadaku mulai dari video akan disebarkan, hutang belum dibayar dan akan dilaporkan polisi akhirnya aku menuruti semua permintaan mereka. Jujur saja aku rindu akan istriku. 4 tahun setelah kejadian itu aku yang sudah menjadi budak mereka mau tidak mau harus menuruti kemauan mereka. Menjalankan rencana pemerkosaan terhadap anak kepala daerah, Ibumu, dan wanita india itu. Sebenarnyaitu adalah rencana sederhana hanya membuat mobil mereka bocor dan menyiapkan kamar yang sesuai dan merekam kejadian itu. Yang paling parah adalah wanita india itu, ku dengar dengan samar bagaimana nico memperkosanya dengan brutal hingga menjerit histeris tapi mahesa tidak dia memperkosa Ibumu dengan cepat. Mobil yang mereka kendarai aku yang menambalnya.” Ucapnya terhenti ketika dunhill telah mencapak pada filternya dan menyulutnya lagi
“Pantas saja tante ima segila itu ketika melakukan seks” bathinku
“Paman mengenai minuman keras itu...?” tanyaku
“Ternyata kamu tahu banyak ya, aku tidak tahu siapa yang memberi tahumu, tidak ada minuman keras yang diminum hanya di kumur-kumur saja dan kemudian sedikit di tumpahkan ke baju mereka sebagai tanda mereka mabuk. Kalau kamu tahu cerita itu entah dari siapa, pastinya kamu heran mereka bisa menyetir mobil setelah kejadian itu”
“Kedua wanita itu diperdaya habis-habisan oleh mereka dengan satu tujuan kekayaan. Kamu tahu, Ibumu anak kepala daerah yang berwibawa dan wanita india itu anak dari seorang kepala dinas pemerintahan. Aku tidak tahu menahu tentang tujuan mereka yang aku tahu adalah ketika mereka mengobrol sebelum kejadian yang mereka bicarakan hanyalah uang, uang dan uang”
“Ketika itu wanita india keluar dari losmen terlebih dahulu dan selang beberapa menit, Ibumu. Mereka tampak menangis dan aku hanya memandang mereka dengan tatapan penuh penyesalan. Membantu si bajingan-bajingan itu dengan menolak semua pemesan kamar yang akan menginap waktu itu. Seandainya kamu tahu, di losmen itu tidak ada satupun pengunjung pada hari itu kecuali mereka berdua padahal banyak orang yang memesan kamar di losmen itu” Jelasnya dengan wajah tertutup sebagian oleh asap dunhill
“Pak koco, apakah pak koco tahu mengenai tujuan mereka?” tanyaku kembali memastikan
“Aku sudah katakan kepadamu, tujuan mereka hanya kekayaan dari kakek mu dan ayah dari wanita india itu” ucapnya, aku hanya merunduk dan menggosok wajahku dengan kedua telapak tangaku, kulihat pak koco melihatku dengan tatapan tajam.
“Kenapa bapak bisa seterpuruk seperti sekarang ini? Apakah karena mereka juga?” ucapku menanyakan tentang keadaan yang sekarang
“Ketika Losmen itu dibeli oleh seorang pengusaha, mereka berdua menghasut pemilik baru agar aku keluar dari Losmen yang sudah menjadi hotel itu. Kemudian mereka menyebarkan berita miring tentangku, aku stresslah, aku banyak hutang, pecandulah yang membuat warga sekitar memandangku dengan sinis dan selalu mencibirku. Aku tidak tahan dan pindah dari rumahku yang dulu. Tujuan mereka memfitnahku adalah jika suatu saat nanti aku membocorkan kejahatan mereka tidak ada yang mempercayainya karena aku seorang yang gila” jelasnya dengan pandangan mengingat akan masa itu
“Ternyata bapak orang yang baik...” ucapku, kulihat matanya kembali menitikan air mata ketika mendengar perkataan itu.
“Mas, aku bukan orang baik... maafkan aku” ucapnya kepadaku
“Sudahlah pak, jika saja tidak ada kejadian itu aku tidak akan berada disini” ucapku dengan senyuman. Disulutnya sebatang dunhill mild kembali, kepulan asap kembali menyelimuti wajahnya.
“Cobalah kau temui orang tua mahesa, kemungkinan mereka tahu alasannya... kalau orang tua nico kelihatanya mereka sudah tidak ada. Dari yang aku tahu, nico dibesarkan oleh orang tua mahesa juga... cepatlah kau cari mereka jika ingini mengetahui semua jawaban dari pertanyaanmu” ucapnya, aku mengangguk tersenyum kepada pak koco, akhirnya dengan beberapa pertanyaan di jawab oleh pak koco dengan jelas sejelas-jelasnya. Akhirnya aku pamit dan diantar pak koco keluar rumah.
“Pak, apakah bapak masih ingin bertemu dengan istri bapak?” ucapku
“Tentu saja... Aku masih mencintai istriku sekalipun mungkin dia tidak lagi mencintaiku...” jawabnya
“Jaga rahasia ini, dan aku berjanji akan membawa istri bapak ke pelukan bapak lagi, setelah itu bawalah wanita itu pergi dari daerah ini” ucapku tegas, pak koco memadangku dan meneteskan air mata. Dia kemudian memelukku dan mengucapkan terima kasihnya.
“Tapi aku tidak janji jika dalam waktu dekat, jika aku berhasil menemukannya aku akan hubungi pak Koco” ucapku kepada pak koco, kemudian pak koco memberikan nomor HP-nya kepadaku. Dia berpesan kepadaku agar aku lebih berhati-hati agar mereka tidak mengetahui keberadaanku, Dia sangat berharap keberhasilanku, agar dia bisa bertemu dengan istrinya.
Perjalanan pulang aku tempuh, berjuta pertanyaan bertambah di dalam otakku. Aku saja selama ini tidak pernah tahu keberadaan kakek dan nenekku dari Ayah, bagaimana aku bisa menemukannya? Jika saja aku harus menanyakan kepada Ayah, itu akan sangat berbahaya bisa saja Ayah mencurigaiku. Aku sampai dirumah, tampak Ayah dan Ibu sedang bersiap-siap untuk pergi.
“Lho Romo dan Ibu mau kemana?” tanyaku kepada mereka berdua, nampak Ayah masih sibuk dengan HP-nya
“Tante Ratna sakit, dia meminta Ibu menemaninya karena Suaminya sedang keluar kota ada proyek hingga awal tahun dan Ayahmu ini ada pertemuan dengan koleganya” ucap Ibu tersenyum kepadaku,tampaknya akan lebih bahagia jika tidak dirumah
“Ouwh... Oke dech kalo begitu” ucapku
Aku masih menunggu mereka berkemas-kemas, setelah semua perlengkapan beres Ayah kemudian keluar terlebih dahulu. Aku kemudian membawakan Tas Ibu dan barang-barang lainnya untuk dibawa kerumah Tante Ratna. Ketika masih di lorong rumah.
“Maafkan Ibu ya nak, mungkin kamu bakal puasa lama hi hi hi” ucapnya kepadaku dengan senyum nakalnya
“Tidak apa-apa bu... Arya bisa tahan bu” balasku
“Iya deh percaya ada satu lagi...” ucapnya terpotong
“Itu lagi, itu lagi... bosen Arya dengernya bu, pokonya kalau si itu minta Arya tidak tanggapi, janji...” ucap Ibu
“Pokoknya seizin Ibu ya...” ucap Ibuku
Ibu kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Pelukan dan remasa aku berikan kepada tubuhnya, kuremas dengan sedikit kuat pada susu Ibuku. membuatnya semakin ganas dalam mencium bibirku.
Tiiiiin Tiiiiiin Tiiiiiin.... terdengar klakson dari mobil Ayah. Kami menyudahinya dan kemudian aku mengantar kepergian Ibu. Setelah mereka berangkat aku hanya mematung di dalam ruang tamu, berpikir sejenak apa yang harus aku lakukan besok. Aku melangkah menuju ke kamarku, ketika aku melintas melewati dapur rumah pandanganku tak henti-hentinya memandang dalam sebuah ruang penyimpanan disamping dapur rumahku. Pandanganku memapah kakiku menuju ke dalam ruangan itu.
“Mungkin aku bisa mengetahui identitas dari orang tua Ayahku dari ruangan ini” bathinku
Ruangan yang begitu sempit tampak trap-trap almari dari kayu jati berdiri kokoh. Aku masuk di kanan kiriku semuanya adalah almari kayu jati. Sambil menutup mataku kuhirup aroma kayu jati tua perlahan dan kubuka mataku. Satu persatu trap almari aku buka mencari dokumen-dokumen yang aku butuhkan. Lama aku mencari dari setiap trap, kadang aku sangat bahagia ketika aku membuka almari-almari ini. Ijazah dan rapor-rapor Ibuku dari SD hingga S2, kulihat perubahan wajahnya yang dulu imut dan menggemaskan sekarang menjadi sangat cantik, manis dan menentramkan. Kutemukan pula ijazah SD hingga SMA-ku, tak ada yang menarik hanya saja lucu juga ketika melihat wajahku ketika SD. Ku cari terus dan terus dan akhirnya aku menemukan sebuah dokumen keeper yang berisi ijazah, Akta kelahiran, Kartu Keluarga ketika belum menikah milik Ayahku. Kucoba membukanya satu persatu dan kuamati benar-benar wajah seorang anak mama. Foto ketika dia SD membuat aku sangat tertawa terpingkal-pingkal bagaimana seorang penjahat kelas kakap seperti sekarang ini dulunya culun.
Dan akhirnya aku membuka dokumen-dokumen penting lainya. Wicaksono, ya aku temukan nama Kakekku dan Mahesawati, nama nenekku. Kuteliti setiap dokumen-dokumen dengan sangat detail dan teliti lagi. Dan yupz akhirnya aku dapatkan alamat mereka, dari universitasku ke arah barat dan tepatnya di perbatasan kota kurang lebih 40 Km dari Universitasku. Aku kemudian merapikan semuanya kembali dan ku tata rapi sesuai dengan letaknya. Aku kembali ke dalam kamarku, kunyalakan telepon cerdas temuanku. Kucoba membaca semua isi sms dari Ayahku ke KS, beberapa sms di awal sebelum KS mulai melawan Ayah tampak smsnya penuh dengan teka-teki.
Di bokong,da KR.Pi’ah
id ilakrila 1/9/8/7 cium ikan mati
Ketika asap berhenti mengepul
Temui hewan pelari cepat dan pemangsa
Di bawah penari berleher panjang
Antarkan sesuai perintahku
/X+-
Ya ini adalah sms yang terpotong ketika aku membacanya hanya muncul 1 kalimat terakhir dan tanda /x+-. Sms-sms di awal tampak sms yang tidak dapat dipahami olehku, tapi hingga sms KS mulai melawan dan diancam akan dibunuh tampak terlihat jelas jika KS sudah mulai melawan Ayah. Apa maksud dari itu semua? Id ilakrila apa maksdunya?. Ah sangat membingungkan, kusulut dunhill mildku kembur sambil berbaring di lantai kamarku. Kuamati semua dinding kamar, melihat semua bagian-bagian dari kamrku ini. Dengan sedikit menengadahkan kepalaku dalam posisi tidurku, kusapu semua bagian kamarku ini tampak pula kursi, meja belajar, almari kamarku. Pandanganku terhenti pada kursi kamar.
Ku amati kursi itu, semaikin lama aku mengamatinya semakin menyambung dengan kebingunganku selama ini. aku kemudian tengkurap terlihat kursi kamar sewajarnya, aku terlentang dengan kepala menengadah tampak aangka empat, tengkurap lagi kursi lagi, terlentang lagi angka 4 lagi. Aku bangkit dan aku ambil telepon cerdas temuanku itu. Ya, id ilakrila adalah di kalialir, coba aku browsing melalui simbahe “guugel” dan kutemukan, ini adalah sebuah tempat dimana industri-industri besar dan juga instansi-instansi pemerintahan berdiri megah disana. Di tempat itu banyak kabar mengenai kasus-kasus penyuapan yang tidak pernah terungkap sama sekali. Pihak kepolisian kewalahan dalam mengungkap kasus ini karena sulitnya akses masuk ke dalamnya yang dilindungi oleh orang-orang yang memiliki jabatan dalam pemerintahan di daerah itu. Pernah aku mendengar berita dimana Kepala Kepolisian mengungkapkan Jika saja ada orang yang membantu pihak kepolisian walau sedikit saja informasi, pasti pihak kepolisian akan bisa meluluh lantakan kejahatan di tempat itu.
Daerah Kalialir merupakan sebuah nama dari kawasan di Industri di kecamran yang masih satu kota dengan kotaku yaitu kecamatan Amis. Daerah tempat tinggalku merupakan sebuah kabupaten dengan luas yang sangat luas, terdiri dari beberapa kecamatan dengan penghasilan daerah yang sangat besar dan terbesar di provinsinya. Kecamatan Amis? benar saja cium ikan mati itu adalah maksud dari kata-kata itu. Mulailah aku mencoba mengartikan setiap kata-kata dari sms itu. Ketika asap berhenti mengepul, menjadi tanda tanya besar dalam hatiku, otakku dan hatiku oh oh huooooooooooo. Bener-bener orang sempak yang mengirim sms ini, Aaaaaaaaaaaaaaaah. Centung.... ada BBM masuk ke dalam telepon cerdasku (bukan telepon cerdas temuanku). Kubuka dari Bu Dian, kenapa juga malam-malam BBM aku.
Dari : Bu Dian
Kaosnya beneran buat saya?tidak apa-apa kan?
Kaosnya beneran buat saya?tidak apa-apa kan?
“kenapa juga ditanya lagi to bu bu, lha wong mau buat
lap pel saja juga tidak masalah” bathinku
To : Bu Dian
Iya bu tidak apa-apa, buat bu dian
Maaf Bu, Ibu Dian kok belum tidur? Kan sudah malam?
Iya bu tidak apa-apa, buat bu dian
Maaf Bu, Ibu Dian kok belum tidur? Kan sudah malam?
Dari : Bu Dian
Sedang mengerjakan karya ilmiah
untuk di ajukan sebagai penelitian
Sedang mengerjakan karya ilmiah
untuk di ajukan sebagai penelitian
To : Bu Dian
Wah, senangnya penelitian
Asyik ya bu bisa penelitian
Wah, senangnya penelitian

Asyik ya bu bisa penelitian
(aku mulai sok akrab dengan bu
dian)
Dari : Bu Dian
Kalo kamu mau, kamu bantu saya dalam penelitian ini bagaimana?
Waktunya masih lama sampai semester depan berakhir
Kalo kamu mau, kamu bantu saya dalam penelitian ini bagaimana?
Waktunya masih lama sampai semester depan berakhir
To : Bu Dian
Wah Bu, saya yakin KTI bu Dian number one
takutnya kalau nanti persentasi di luar kota
saya tidak sanggup Bu
Wah Bu, saya yakin KTI bu Dian number one
takutnya kalau nanti persentasi di luar kota
saya tidak sanggup Bu
Dari : Bu Dian
Maksudnya kamu bantu saya saja mengerjakan penelitian ini
Nanti yang persentasikan saya, ini juga bisa kamu gunakan sebagai
Judul skripsi kamu
Maksudnya kamu bantu saya saja mengerjakan penelitian ini
Nanti yang persentasikan saya, ini juga bisa kamu gunakan sebagai
Judul skripsi kamu
To : Bu Dian
Ouwh begitu ya bu, gimana ya bu?
Jujur saja kalau keluar kota saya masih malas bu
Karena tidak mau meninggalkan rumah kasihan yang dirumah
Ouwh begitu ya bu, gimana ya bu?
Jujur saja kalau keluar kota saya masih malas bu
Karena tidak mau meninggalkan rumah kasihan yang dirumah
Dari : Bu Dian
Iya saya tahu, kamu lagi mencoba mandiri
buka toko baju sama Ibu kamu, santai saja, saya Cuma butuh bantuan kamus saja
Iya saya tahu, kamu lagi mencoba mandiri
buka toko baju sama Ibu kamu, santai saja, saya Cuma butuh bantuan kamus saja
To : Bu Dian
Oke bu, saya pertimbangkan
Oke bu, saya pertimbangkan
Dari : Bu Dian
Kok belum tidur?
Kok belum tidur?
“Haruskah aku mengatakan kalau aku sedang memecahkan
teka-teki?mungkin aku bisa mendapatkan batuan
dari Dosenku ini”bathinku
To : Bu Dian
Ini bu lagi baca komik detektif, ada kata-kata yang tidak aku mengerti
Jadinya ya saya cari, komiknya terbit 1 bulan lagi
Ini bu lagi baca komik detektif, ada kata-kata yang tidak aku mengerti
Jadinya ya saya cari, komiknya terbit 1 bulan lagi
Dari : Bu Dian
Memangnya apa?mungkin bisa aku bantu
Daripada kamu nanti mati penasara
Memangnya apa?mungkin bisa aku bantu
Daripada kamu nanti mati penasara
“Sial ini cewek, cantik, judes, suka ngeledek orang,
harus aku samarkan sedikit” bathinku
To : Bu Dian
Ini si tokoh utama lagi mencari kata-kata dari
“bertemu di bawah penari berleher panjang, adalagi waktu dimana asap berhenti keluar, dan menemui pelari cepat dan pemangsa” begitu bu...
Ini si tokoh utama lagi mencari kata-kata dari
“bertemu di bawah penari berleher panjang, adalagi waktu dimana asap berhenti keluar, dan menemui pelari cepat dan pemangsa” begitu bu...
Lama aku menunggu jawaban dari bu
dian, satu batang dunhill mild pun habis terbakar.
Dari : Bu Dian
Sudah ketemu? Saya sudah menemukannya, bagaimana dengan kamu?
Sudah ketemu? Saya sudah menemukannya, bagaimana dengan kamu?
To : Bu Dian
Kalau sudah ketemu, saya tidak akan tanya bu dian
Kalau sudah ketemu, saya tidak akan tanya bu dian
Dari : Bu Dian
*ROTFL* Itu maksudnya....
*ROTFL* Itu maksudnya....
Sometime i feel like live in a
dream, alone in my paradise lost, can it ber real tell me what does it mean
alone in my paradise lost.... telepon
cerdasku berbunyi... Bu Dian
“Ya Halo selamat malam” ucapku
“Mau tahu jawabanya?” ucapnya
“Iya bu...” jawabku
“Dengan catatan kamu harus mau bantu KTI saya, bagaimana?” ucapnya ditelepon
“Kalau saja ini benar-benar komik, aku pasti akan menolaknya, tapi aku sangat membutuhkannya” bathinku
“Iya bu saya siap menerima tawaran Ibu, saya akan bantu Ibu” jawabku
“Oke dengarkan ya... bertemu di bawah penari berleher panjang itu kan tidak mungkin bertemu jerapah yang sedang menari kan? Yang jelas itu adalah sebuah nama tempat atau bisa juga nama sebuah pohon, itu maksudnya pohon angsana, karena angsa berleher panjang”
“Ketika asap berhenti mengepul, seperti orang merokok, kalau asapnya berhenti mengepul berarti dia sedang beristirahat sejenak, kemungkinan itu adalah waktu dimana sebuah usaha berhenti untuk beristirahat”
“Yang terakhir saya sebenarnya sedikit bingung, komik kamu keluaran dari negara mana?” jelasnya,
“Eeeee.... Komik Lokal Bu, buatan sahabat saya dari luar pulau, memangnya kenapa bu?” jawabku sekenanya, gelagapan juga sebenarnya he he he
“Itu begini, sebenarnya kalimat itu memiliki maksud tentang kendaraan bermotor mungkin, kamu tahu sendiri kan di beberapa negara ada beberapa nama mobil/ motor yang biasanya di identikan dengan nama hewan, kalau itu di negara kita sendiri mungkin saja itu pelari cepat itu kijang, kuda pemangsanya panther, tiger, bisa juga kan?” ucap Bu Dian
“eh iya bu, terima kasih banyak bu...”
“Ya sudah pegang janji kamu, sekarang saya mau istirahat dulu, sudah ya...tut...” salam perpisahan dari Bu Dian, bahkan aku sendiri belum mengucapkan salam dia sudah mengakhirinya
“Ya Halo selamat malam” ucapku
“Mau tahu jawabanya?” ucapnya
“Iya bu...” jawabku
“Dengan catatan kamu harus mau bantu KTI saya, bagaimana?” ucapnya ditelepon
“Kalau saja ini benar-benar komik, aku pasti akan menolaknya, tapi aku sangat membutuhkannya” bathinku
“Iya bu saya siap menerima tawaran Ibu, saya akan bantu Ibu” jawabku
“Oke dengarkan ya... bertemu di bawah penari berleher panjang itu kan tidak mungkin bertemu jerapah yang sedang menari kan? Yang jelas itu adalah sebuah nama tempat atau bisa juga nama sebuah pohon, itu maksudnya pohon angsana, karena angsa berleher panjang”
“Ketika asap berhenti mengepul, seperti orang merokok, kalau asapnya berhenti mengepul berarti dia sedang beristirahat sejenak, kemungkinan itu adalah waktu dimana sebuah usaha berhenti untuk beristirahat”
“Yang terakhir saya sebenarnya sedikit bingung, komik kamu keluaran dari negara mana?” jelasnya,
“Eeeee.... Komik Lokal Bu, buatan sahabat saya dari luar pulau, memangnya kenapa bu?” jawabku sekenanya, gelagapan juga sebenarnya he he he
“Itu begini, sebenarnya kalimat itu memiliki maksud tentang kendaraan bermotor mungkin, kamu tahu sendiri kan di beberapa negara ada beberapa nama mobil/ motor yang biasanya di identikan dengan nama hewan, kalau itu di negara kita sendiri mungkin saja itu pelari cepat itu kijang, kuda pemangsanya panther, tiger, bisa juga kan?” ucap Bu Dian
“eh iya bu, terima kasih banyak bu...”
“Ya sudah pegang janji kamu, sekarang saya mau istirahat dulu, sudah ya...tut...” salam perpisahan dari Bu Dian, bahkan aku sendiri belum mengucapkan salam dia sudah mengakhirinya
To : Bu Dian
Terima kasih banyak bu, saya tidak pernah menyangka
bisa ngobrol dalam waktu lama dengan Bu Dian
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih
Terima kasih banyak bu, saya tidak pernah menyangka
bisa ngobrol dalam waktu lama dengan Bu Dian
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih
Dari : Bu Dian
Ya, sama-sama, sudah cepat sana tidur!
Ya, sama-sama, sudah cepat sana tidur!
Wiiii galak banget ni cewek, tapi
memang aneh juga dengan sikap Bu Dian. Kenapa juga malam-malam begini
menanyakan mengenai kaos lengan panjangku? Kangen sama aku? He he he he he GeEr
jadinya. Kalau dipikir lebih jauh lagi, aneh juga Bu Dian mau meneleponku hanya
karena masalah komik-komikanku. Bu Dian... Bu Dian... aku tersenyum sendiri
dengan semua yang terjadi.
Aku kemudian merebahkan tubuh di lantai kembali, kepalaku membentur sesuatu. Ya itu adalah telepon cerdas temuanku, kubuka lagi dan kuingat-ingat kembali apa yang dikatakan Bu Dian. Memang benar adanya semua analisa bu Dian mengenai pesan itu. Aku pejamkan mata ini yang lumayan lelah, sel-sel otak kembali berputar-putar mencoba merangkai ingatanku dan teka-teki itu.
Tiba-tiba sebuah ingatan terpampang jelas membuat sebuah jawaban atas teka-teki itu. Kuda dan Panther sepasang mobil ini pernah aku lihat di rumah Rahman. Itu adalah mobil Om Nico, berarti memang benar pada saat itu mereka sedang melakukan transaksi dengan kurir KS. Dari semua yang telah aku lalui, kedua orang itu adalah sepasang penjahat yang berkedok sebagai pejabat. Kubaca lagi, di bokong ada KR.Pi’ah, dan 1/9/8/7, kenapa juga tadi tidak aku tanyakan kepada Bu Dian.
Dengan mencoba mengikuti jalan pikiran Bu Dian dari penjelasannya kemudian aku menelaah hsendiri isi dari pesan itu. Tak perlu waktu lama seperti sebelum-sebelumnya, Dibagian belakang ada R.Pi’ah mungkin itu Rupiah atau uang, karena mereka sedang melakukan transaksi. 1/9/8/7 itu mungkin saja mengenai nomor tempat Kalialir tersebut. Kuhubungkan angka tersebut dengan tanda di bawah pesan /+x-, tidak mungkin aku membagi angka-angka tersebut tapi kenapa tandanya adalah tanda / (bagi). Ku amati lagi, mungkinkah? / diganti + dan x diganti -? Dan kucoba sekali lagi 25 yang aku dapatkan. Langsung aku browsing melalui guugle dan kutemukan gambar sebuah taman di kecamatan Amis. Lengkap sudah semua teka-teki ini, Mahesa dan Nico sepasang penjahat yang sedang menikmati aliran uang tersebut. Kurapikan kamarku dan kusimpan rapat telepon cerdas temuanku itu dalam tempat yang aman.
Aku terlelap dalam tidurku, hingga pagi menjelang. Aku segera berangkat kuliah dan keseharian fokus pada kuliah dengan melupakan semuanya terlebih dahulu. Beberapa hari dalam kesendirian aku mendapat kabar bahwa Ibu akan tinggal bersama tante ratna dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan karena selain tante ratna sakit, Tante juga takut tinggal sendirian karena suaminya sedang dalam tugas dari perusahaan yang harus membuat om Andra berangkat ke negeri Tirai bambu. Ayah? Dia sedang dalam perjalanan Dinas Luar Kota hingga beberapa bulan ke depan. Lengkaplah sudah, kini aku juga harus fokus dengan kuliahku terlebih dahulu sebelum mulai mengungkap teka-teki mengenai Ayah. Tak ada hari libur karena aku sudah berjanji pada Bu Dian akan membantunya.
Bulan demi bulan aku lalui dengan fokus pada kuliah dan KTI Bu Dian. Aku semakin dekat dengan Bu Dian, karena hasil kerja kerasku membuahkan hasil dimana KTI Bu Dian akan di “tarungkan” di tingkat nasional. Namaku juga ikut di cantumkan dalam KTI tersebut tapi aku tidak diikutkan dalam persentasinya. Tak terasa semester 5 hampir berakhir, Ibu masih dengan Tante Ratna ditambah lagi giliran kakek dan nenek yang sakit sehingga mengharuskan Ibu merawat mereka berdua, begitupun tante ratna. Ayah? sangat jarang pulang, Ayah hanya pulang sesekali dalam waktu dua minggu. Pernah ketika Ayah pulang dan aku sedang menonton TV, Dia masih tetap dingin kepadaku.
Hingga pada suatu malam ketika aku pulang malam, aku menemukan Ayah tertidur dengan pulasnya di kamar. Dompet dan HP-nya tertinggal di kursi ruang keluarga. Iseng-iseng aku buka HP dan kubaca setiap isi smsnya, bersih-sih tidak ada sms yang menjurus ke masalah KS atau suatu kejahatan-kejahatan yang akan dilakukan. Ku coba mebuka aplikasi Note pada HP-nya, kulihat sebuah note yang bertuliskan PIN dan yupz itu PIN ATM Ayah, 123456789, kusimpan PIN tersebut dalam telepon cerdasku. Tak akan lengkap PIN ATM tanpa kartunya maka kuambil kartu ATM Ayah dari dompetnya dan kusimpan, kuletakan lagi pada posisi semula. Kutengok Ayahku yang berada dalam kamarnya, Ah... ternyata HP yang biasa di gunakan untuk komunikasi Ayah berada dalam genggamanya. Tak apalah, yang terpenting aku mendapatkan ATM-nya, aku bisa mengurasnya habis jika aku mau tanpa harus ketahuan. Kembali aku keluar rumah lalu ku sms Ayah jika aku tidak pulang dalam beberapa hari karena menginap di kos temanku dengan mengirimkan sms kepada Ayahku, membuat sebuah keadaan jikalau nanti Ayah mencari ATM-nya dan ternyata Kartu ATM-nya hilang dia tidak akan mencurigaiku.
Setelah beberapa hari aku tidak pulang kerumah, Ayah meneleponku menanyakan kepadaku mengenai kartu ATM-nya, dan jelas saja aku jawab aku tidak mengetahuinya karena dalam beberapa hari ini aku menginap di kos temanku. Ayahpun percaya kepadaku dan alibiku berhasil dengan baik. Pada suatu malam hari di malam dimana aku sendiri di dalam rumahku. Aku mulai melihat kartu ATM ayahku, apakah kartu ATM ayah masih fungsi atau tidak, jika masih berfungsi berarti aku bisa mengambilnya.
“Aku harus mengeceknya, aku harus mempunyai rencana agar jika nanti aku terekam di CCTV ATM mereka tidak tahu siapa aku, bisa saja dilacak mengenai lokasi penarikan” bathinku
Pada malam itu, malam dimana aku sendiri di rumah, aku pergi ke warung nasi kucing daerahku dimana aku biasa nongkrong ketika aku SMA. Tak lupa aku membawa tas hikingku. Disana aku meminjam sepeda motor pemilik warung tak lupa aku meminjam wig dari seorang waria yang sering mangkal di daerah itu. Kukendarai motor itu hingga pada suatu tempat yang sepi aku menyamar menjadi orang lain, menggunakan wig dari seorang waria, kemudian memakai pakaian lengan panjang. Tentunya wajah ditutupi dengan seabrek make-up entah solasi hitam dijadikan kumis palsu dan yang lainnya. Yang terutama adalah menutupi kulitku yang berwarna putih ini, bisa berabe jika terekam karena Ayah pasti akan langsung mengetahui siapa yang mengambil. Dengan menggunakan motor pinjaman aku pergi menuju ATM terdekat, masukan kartu dan kucoba memasukan PIN dan berhasil. Ku cek saldo milik Ayah, WHAT THE HELL????! Uang dengan jumlah 6 angka nol masuk dalam tabungan Ayah. Tidak mungkin jika itu adalah uang dari pekerjaan Ayah.
Segera aku kembali kerumah yang terlebih dahulu mengembalika motor dan untuk Wig tidak jadi aku kembalikan biasa sudah keburu mangkal lagi pula waria itu juga temen dekatku ketika masih SMA. Kulhat jam dinding di rumah menunjukan pukul 23:00. Ku cek di laptop mengenai kartu ATM ayahku, ternyata kartu ATM jenis ini hanya dimiliki nasabah prioritas dan bisa mengambil hingga 25 juta per harinya. Jika nasabah reguler hanya sampai pada 5 juta per hari dalam satu penarikan. Segera aku bangkit dan menuju warung nasi kucing itu dan kembali meminjam untuk mengambil uang dari ATM tersebut. Penarikan aku lakukan sebesar 25 juta perhari dan aku lakukan selama kurang lebih satu bulan tanpa diketahui oleh Ayahku. 1 bulan 30 hari dikalikan 25 jutajika di hitung penghasilan dalam 1 bulan ini aku mendapatkan 750 juta dari penarikan dari ATM Ayahku. Dengan pemikiran yang teratur aku menyimpannya dalam kamarku tanpa diketahui oleh siapapun. Kartu ATM masih aku simpan di tempat rahasia dimana tidak ada siapapun mengetahuinya. (Ingat ini hanya fiktif, yang sebenarnya mengenai pengambilan ATM batasannya berapa saya juga tidak tahu, hanya berdasarkan pada browsing internet so be calm okay, it just my imagination)
Bulan demi bulan berjalan, Terkadang aku juga menjenguk Ibu karena saking kangennya, tapi tak bisa berharap banyak. Aku kadang mengajaknya pulang sebentar tapi tante ratna selalu memasang wajah memelasnya dan membuat Ibu tidak tega meninggalkannya sendirian. Apalagi Kakek dan nenek juga masih dalam keadaan yang belum sehat betul, kalaupun hanya tante ratna dirumah kakek rasanya juga tidak mampu untuk merawat mereka berdua. Cenggur? Pastilah... apalagi selama semester 5 ini aku selalu menolak ajakan Rahman untuk menginap di rumahnya. Mungkin di semester 6 nanti aku mulai berangkat lagi. Memang aneh dalam semester 5 ini, dalam jangka waktu satu minggu aku mendapati semua kenyataan-kenyataan pahit terkuak tapi kulupakan sejenak untuk fokus dengan kuliahku, itulah pesan Ibu. Tante Ima? Ya tante ima kadang-kadang sms aku, Dia sudah diperbolehkan Om Nico untuk keluar rumah tapi aku terus menolaknya karena situasi saat itu tidak memungkinkan karena aku tidak pernah tahu keberadaan Om Nico dan apa yang dia lakukan. Sekalipun aku bisa menginap dirumahnya dan tante ima memberikan obat tidur lagi, aku masih menolaknya takut Ibu cemburu. Tante Ima pun memahami itu semua karena dia juga sebenarnya ketakutan dalam kondisi ini. Jika aku ingat lagi, aku hanya melakukan persetubuhan itu di satu minggu itu saja. Setelahnya tidak pernah sama sekali dan membuat aku merindukan Ibu, Ibu dan Ibu.
Demi mengalihkan perhatian akan nafsuku, aku mengalihkan perhatianku ke Wicaksono dan Mahesawati, Kakek dan Nenekku. Besok sudah memasuki minggu tenang selama 2 minggu untuk menyambut Ujian Semester 5, aku putuskan untuk mencari Kakek dan Nenekku. Aku berangkat tanpa memberitahukan Ibu dan Ayahku kemana aku pergi tak lupa aku membawa uang yang cukup banyak 50 juta dalam perjalananku. Kuarahkan ke arah barat Revia, melewati daerah Rumah Kakek dan Nenekku dari Ibu. Hingga mendarat pada sebuah daerah yang bernama Desa Banyu Sawah, di desa yang sejuk belum tercemar asap-asap pabrik ataupun asap kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Karena rata-rata di daerah ini orang-orang menggunakan sepeda, mau bagaimana lagi jalan di desa ini baru terjamah kerikil aspal saja belum. Aku hentikan langkah Revia di sebuah warung dengan dinding anyaman bambu, sejenak aku beristirahat dan beradaptasi dengan daerah itu. Aku berada di tempat itu tepat pukul 16:00 ketika aku melihat sematpon ku.
“Bu, minta kopi hangat satu bu?” ucapku kepada Ibu Penjual yang putih cantik dengan senyuman menawan
“Kok Bu to mas, saya itu masih 30 tahun mas, dipanggil mbak saja”
“Kopi hitam apa kopi instan mas?”jawabnya
“Iya Bu eh mbak, Kopi instan yang wait ya mbak” balasku cengengesan
Segelas kopi wait dengan pemandangan desa yang sungguh luar biasa indah. Warung yang berada ditepi jalan dengan pemandangan sawah, sungau dan perbukitan nampak melengkapi kekosongan hati ini. Sore semakin larut dalam gelapnya malam tapi hingga aku berada disini kuberanikan diriku bertanya dan mengobrol dengan mbaknya.
“Mbak, tahu rumahnya Pak Wicaksono dan Bu Mahesawati?”ucapku kepada mbaknya, dia tampak terkejut ketika mendengar nama itu. Kuperhatikan matanya yang menelanjangiku, aku tetapi santai dan otakku mencoba memikirkan apa yang harus aku katakan ketika nanti ada pertanyaan-pertanyaan tambahan dari wanita ini.
“Mas itu siapa kok nyari-nyari mereka berdua?” ucapnya
“Saya orang dari kota mau mengantarkan kiriman uang dari siapa saya tidak tahu, saya hanya suruhan dari jasa ekspedisi istilahnya ya perusahaan jasa pengiriman, dan alamatnya yang tercantum di daerah ini mbak”
“Kalau tidak ketemu saya bisa kena pecat mbak” ucapku kepada mbaknya
“Mas, mereka berdua sudah pindah mas, tidak ditempat ini lagi mereka menghindari anaknya itu yang saya ketahui, mungkin Bapak saya tahu dimana mereka sekarang”
“Apa masnya mau mampir dulu kerumah saya? Nanti saya pertemukan dengan bapak saya, masnya tanya-tanya dengan bapak saya saja mas” jelasnya, tanpa menghiraukan esok hari aku menyetujui untuk kerumah mbaknya. Kami berbincang-bincang mengenai desa ini, dari perbincangan itu akhirnya aku mengetahui namanya Mbak Maya, wanita berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut yang panjang hingga punggungnya, tingginya kurang dari tinggi Ibu dan wajah Ayu nan manis yang bisa membuat semua laki-laki tergoda. Hingga akhirnya aku dan mbak maya pulang kerumahnya, tepat pada jam 18:00 aku sampai di rumab mbak maya. Aku diperkenalkannya kepada mereka semua yang ada di rumah, Ayah mbak Maya Pak Roto, Ibunya Bu Roto dan satu orang anaknya mbak Maya yang berumur 4 tahun bernama Isti. Malam menjelang tepat pukul 19:00, akhirnya aku berbincang dengan Ayahnya di beranda rumah sederhana dengan teras yang sangat luas.
“Apaka kamu benar-benar dari kota, dan dari perusahaan pengiriman?” tatapan mata yang tajam membuat aku merinding ketika mata itu semakin menusuk. Ya Ayah mbak maya hanya seorang petani perawakannya setinggi mbak maya. Aku kemudian tersenyum kepadanya.
“Bisa iya bisa tidak pak?Apakah ada yang salah dengan saya pak?”jawabku dengan senyum candaku
“Sudah jelas kamu pasti bukan dari perusahaan pengiriman barang, kamu pasti ada hubungannya dengan anak dari pak wicak (panggilan kakek dari ayah)” ucapnya kepadaku
“Pak, sebelumnya saya minta maaf, saya memang bukan dari perusahaan pengiriman barang, dan jika saya salah, saya mohon dimaafkan”
“Saya memang ada hubungannya dengan anaknya, tepatnya aku anak dari anak Kakek Wicaksono” jawabku, membuat kedua mata pak roto mendelik kaget melihatku
“Tenang pak, saya kesini bukan maksud apa-apa hanya saja, saya kesini untuk mencari kebenaran pak, seandainya bisa tolonglah agar saya diberitahu keberadaan kakek dan nenekku” ucapku kepada pak roto, sembari mengeluarkan dunhill mild dan menyulut sebatang. Kepulan asap dunhill nampak kalah bertarung dengan kepulan asap dari rokok lintingan pak roto.
“Apa tujuanmu sebenarnya? Jika memang mencari kebenaran, jangan pernah sekali-kali kau bawa mereka berdua kembali dalam kubangan dosa anaknya, mahesa”
“Mereka sudah terlalu menderita” jelasnya yang membuat aku terbatuk-batuk, tersedak ketika menyeruput teh hangat buatan mbak maya yang sudah disediakannya di awal perbincangan kami berdua.
“Apa maksud bapak? Menderita bagaimana? Ayah hidup bergelimang harta, kenapa kakek menderita? Apakah ayah menyakitinya?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulutku, membuat pak roto memandangku dengan terheran-heran
“Apa kamu tidak mengetahui keadaan kakek dan nenekmu?” tanyanya, aku hanya menggelengkan kepala
“Mereka pindah ke desa banyu biru, agar tidak ada seorang pun tahu keberadaan mereka, aku hanya tahu itu saja, banyu biru terletak di balik bukit itu, kamu harus jalan kaki melewatinya”
“Paling tidak butuh waktu 4-5 jam untuk mencapai daerah itu, di desa itu hanya beberapa penduduk yang tinggal mungkin 10-12 Kepala keluarga disana” jelasnya kepadaku
“Jika kamu tahu, Ayahmu selalu membuat menderita mereka berdua, dulu mereka adalah orang terkaya di desa ini selalu berbagi dan dihormati oleh warga, aku tidak tahu menahu soal Ayahmu, yang jelas mereka menjadi miskin dan terlantar karena Ayahmu, Mahesa, makan saja mereka mendapat belas kasih dari tetangga” jelas Pak Roto, membuat aku tertunduk dan di tanganku yang bertumpu pada lutut kakiku. Tetesan air mata mulai mengalir dari mataku, mengingat bagaiman Ayah, Ibu dan Aku selalu dalam kecukupan tetapi Kakek dan nenek wicak malah kelaparan. Tiba-tiba tangan yang kasar mengelus kepalaku dengan lembutnya.
“Kamu cucu yang baik, datanglah kesana esok hari, dan akan aku antarkan kau melalui jalanl terdekat, mungkin hanya 2-3 jam kamu bisa sampai disana. Tidurlah dirumah bapak, kumpulkan semua tenagamu karena besok adalah perjalanan terberatmu” ucapnya, aku kemudian melihat kedua mata itu, aku mengusap air mataku dan kemudian sungkem di bawah pak roto mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Malam larut dalam kegelisahanku disertai suara burung hantu yang membuat kami kedinginan. Kami akhiri semua percakapan kami, aku dipersilahkannya tidur di kamar paling belakang rumah ini. Rumah sederhana terdiri dari ruang tamu, kemudian ruang kumpul keluarga yang lumayan luas di samping ruang keluarga terdapat 2 kamar yang berdekatan. Keluar dari rumah di bagian belakang ada pekarangan beralaskan tanah, kamar mandi dengan sumur tradisional di sebelah kanannya dan sebuah kamar kosong yang sering digunakan pak roto untuk kamar tamu yang menginap, dulunya itu adalah kamar milik anak lelakinya yang kini sudah tinggal di kota berada di kiri tepatnya di depan kamar mandi itu. Ketika berdiri di tengah-tengah pekarangan atau diantara kamar dan kamar mandi itu kita bisa melihat pemandangan sawah kemudian bukit yang indah.
Pak roto mengantarku ke kamar itu dan meninggalkan aku sendirian. Aku kemudian masuk dan merebahkan diri di kamar yang bersih dari debu ini. Kulihat sekelilingnya tampak sangat bersih, berati kamar ini selalu dibersihkan oleh keluarga ini. Malam semakin larut aku masih tidak dapat tidur, aku menyulut dunhill mildku di luar kamar ini. Kamar ini memliki teras kecil didepannya yang beralaskan ubin keramik, tidak begi luas hanya berukuran 2 x 7 ubin keramik. Tampak rumah pak roto yang sangat sepi, tiba-tiba mbak maya keluar dari rumah menuju kamar mandi. Dia tersenyum kepadaku akupun membalasnya dengan senyuman itu. Setelah dari kamar mandi dia menghampiriku, kami kemudian duduk bersebelahan
“Belum tidur mas?” ucapnya kepadaku dengan wajah putih nan Ayunya itu dihiasi oleh rambut panjang yang di letakan dibahu kanannya
“Belum mbak...” ucapku kepada mbak maya
“Kepikiran besok ya?” ucapnya kepadaku hanya aku balas dengan anggukan
“Dulu itu kakeknya mas Arya, benar kan mas Arya namanya? Tadi saya sedikit nguping he he he” ucapnya, aku hanya bisa mengangguk pandanganku tak luput dari tubuh semoknya yang hanya berbalut kaos ketat selengan dengan belahan dada sedikit kebawah, dibagian bawahnya dihiasi rok yang merumbai-rumbai selutut. Yang membuat aku tidak konsen adalah ketika aku memandang mbak maya, aku memandangnya dari samping jadi sangat terlihat jelas bagaimana tonjolan payudaranya itu
“Kakek mas Arya, orang yang baik di daerah ini semua warga disini pernah ditolong olehnya, dari dibangunkan rumah, diberi garapan sawahnya bahkan ketika itu ada yang mau nikah saja dia yang membiayai semuanya. Tapi anaknya kelakuannya HEEEHHHH!” jelasnya dengan nada sedikit kesal ketika menyebut anak dari kakek, ayahku.
“Maka dari itu mbak, saya mau mencari kebenaran” ucapku,
Kami berdua akhirnya terlibat obrolan yang hangat, dari cerita mbak maya aku dapatkan jika suami mbak mmaya berjualan di daerah tempat tinggalku. Dia hanya pulang dalam 2 minggu sekali. Tak ada pembicaraan ngeres dari mulut kami berdua, tapi jika aku punya pikiran ngeres ya jelaslah. Kami mengakhiri obrolan kami dan kembali ke kamar masing-masing. Aku merbahkan tubuhku tampak sms dari Bu Dian.
Aku kemudian merebahkan tubuh di lantai kembali, kepalaku membentur sesuatu. Ya itu adalah telepon cerdas temuanku, kubuka lagi dan kuingat-ingat kembali apa yang dikatakan Bu Dian. Memang benar adanya semua analisa bu Dian mengenai pesan itu. Aku pejamkan mata ini yang lumayan lelah, sel-sel otak kembali berputar-putar mencoba merangkai ingatanku dan teka-teki itu.
Tiba-tiba sebuah ingatan terpampang jelas membuat sebuah jawaban atas teka-teki itu. Kuda dan Panther sepasang mobil ini pernah aku lihat di rumah Rahman. Itu adalah mobil Om Nico, berarti memang benar pada saat itu mereka sedang melakukan transaksi dengan kurir KS. Dari semua yang telah aku lalui, kedua orang itu adalah sepasang penjahat yang berkedok sebagai pejabat. Kubaca lagi, di bokong ada KR.Pi’ah, dan 1/9/8/7, kenapa juga tadi tidak aku tanyakan kepada Bu Dian.
Dengan mencoba mengikuti jalan pikiran Bu Dian dari penjelasannya kemudian aku menelaah hsendiri isi dari pesan itu. Tak perlu waktu lama seperti sebelum-sebelumnya, Dibagian belakang ada R.Pi’ah mungkin itu Rupiah atau uang, karena mereka sedang melakukan transaksi. 1/9/8/7 itu mungkin saja mengenai nomor tempat Kalialir tersebut. Kuhubungkan angka tersebut dengan tanda di bawah pesan /+x-, tidak mungkin aku membagi angka-angka tersebut tapi kenapa tandanya adalah tanda / (bagi). Ku amati lagi, mungkinkah? / diganti + dan x diganti -? Dan kucoba sekali lagi 25 yang aku dapatkan. Langsung aku browsing melalui guugle dan kutemukan gambar sebuah taman di kecamatan Amis. Lengkap sudah semua teka-teki ini, Mahesa dan Nico sepasang penjahat yang sedang menikmati aliran uang tersebut. Kurapikan kamarku dan kusimpan rapat telepon cerdas temuanku itu dalam tempat yang aman.
Aku terlelap dalam tidurku, hingga pagi menjelang. Aku segera berangkat kuliah dan keseharian fokus pada kuliah dengan melupakan semuanya terlebih dahulu. Beberapa hari dalam kesendirian aku mendapat kabar bahwa Ibu akan tinggal bersama tante ratna dalam jangka waktu beberapa bulan ke depan karena selain tante ratna sakit, Tante juga takut tinggal sendirian karena suaminya sedang dalam tugas dari perusahaan yang harus membuat om Andra berangkat ke negeri Tirai bambu. Ayah? Dia sedang dalam perjalanan Dinas Luar Kota hingga beberapa bulan ke depan. Lengkaplah sudah, kini aku juga harus fokus dengan kuliahku terlebih dahulu sebelum mulai mengungkap teka-teki mengenai Ayah. Tak ada hari libur karena aku sudah berjanji pada Bu Dian akan membantunya.
Bulan demi bulan aku lalui dengan fokus pada kuliah dan KTI Bu Dian. Aku semakin dekat dengan Bu Dian, karena hasil kerja kerasku membuahkan hasil dimana KTI Bu Dian akan di “tarungkan” di tingkat nasional. Namaku juga ikut di cantumkan dalam KTI tersebut tapi aku tidak diikutkan dalam persentasinya. Tak terasa semester 5 hampir berakhir, Ibu masih dengan Tante Ratna ditambah lagi giliran kakek dan nenek yang sakit sehingga mengharuskan Ibu merawat mereka berdua, begitupun tante ratna. Ayah? sangat jarang pulang, Ayah hanya pulang sesekali dalam waktu dua minggu. Pernah ketika Ayah pulang dan aku sedang menonton TV, Dia masih tetap dingin kepadaku.
Hingga pada suatu malam ketika aku pulang malam, aku menemukan Ayah tertidur dengan pulasnya di kamar. Dompet dan HP-nya tertinggal di kursi ruang keluarga. Iseng-iseng aku buka HP dan kubaca setiap isi smsnya, bersih-sih tidak ada sms yang menjurus ke masalah KS atau suatu kejahatan-kejahatan yang akan dilakukan. Ku coba mebuka aplikasi Note pada HP-nya, kulihat sebuah note yang bertuliskan PIN dan yupz itu PIN ATM Ayah, 123456789, kusimpan PIN tersebut dalam telepon cerdasku. Tak akan lengkap PIN ATM tanpa kartunya maka kuambil kartu ATM Ayah dari dompetnya dan kusimpan, kuletakan lagi pada posisi semula. Kutengok Ayahku yang berada dalam kamarnya, Ah... ternyata HP yang biasa di gunakan untuk komunikasi Ayah berada dalam genggamanya. Tak apalah, yang terpenting aku mendapatkan ATM-nya, aku bisa mengurasnya habis jika aku mau tanpa harus ketahuan. Kembali aku keluar rumah lalu ku sms Ayah jika aku tidak pulang dalam beberapa hari karena menginap di kos temanku dengan mengirimkan sms kepada Ayahku, membuat sebuah keadaan jikalau nanti Ayah mencari ATM-nya dan ternyata Kartu ATM-nya hilang dia tidak akan mencurigaiku.
Setelah beberapa hari aku tidak pulang kerumah, Ayah meneleponku menanyakan kepadaku mengenai kartu ATM-nya, dan jelas saja aku jawab aku tidak mengetahuinya karena dalam beberapa hari ini aku menginap di kos temanku. Ayahpun percaya kepadaku dan alibiku berhasil dengan baik. Pada suatu malam hari di malam dimana aku sendiri di dalam rumahku. Aku mulai melihat kartu ATM ayahku, apakah kartu ATM ayah masih fungsi atau tidak, jika masih berfungsi berarti aku bisa mengambilnya.
“Aku harus mengeceknya, aku harus mempunyai rencana agar jika nanti aku terekam di CCTV ATM mereka tidak tahu siapa aku, bisa saja dilacak mengenai lokasi penarikan” bathinku
Pada malam itu, malam dimana aku sendiri di rumah, aku pergi ke warung nasi kucing daerahku dimana aku biasa nongkrong ketika aku SMA. Tak lupa aku membawa tas hikingku. Disana aku meminjam sepeda motor pemilik warung tak lupa aku meminjam wig dari seorang waria yang sering mangkal di daerah itu. Kukendarai motor itu hingga pada suatu tempat yang sepi aku menyamar menjadi orang lain, menggunakan wig dari seorang waria, kemudian memakai pakaian lengan panjang. Tentunya wajah ditutupi dengan seabrek make-up entah solasi hitam dijadikan kumis palsu dan yang lainnya. Yang terutama adalah menutupi kulitku yang berwarna putih ini, bisa berabe jika terekam karena Ayah pasti akan langsung mengetahui siapa yang mengambil. Dengan menggunakan motor pinjaman aku pergi menuju ATM terdekat, masukan kartu dan kucoba memasukan PIN dan berhasil. Ku cek saldo milik Ayah, WHAT THE HELL????! Uang dengan jumlah 6 angka nol masuk dalam tabungan Ayah. Tidak mungkin jika itu adalah uang dari pekerjaan Ayah.
Segera aku kembali kerumah yang terlebih dahulu mengembalika motor dan untuk Wig tidak jadi aku kembalikan biasa sudah keburu mangkal lagi pula waria itu juga temen dekatku ketika masih SMA. Kulhat jam dinding di rumah menunjukan pukul 23:00. Ku cek di laptop mengenai kartu ATM ayahku, ternyata kartu ATM jenis ini hanya dimiliki nasabah prioritas dan bisa mengambil hingga 25 juta per harinya. Jika nasabah reguler hanya sampai pada 5 juta per hari dalam satu penarikan. Segera aku bangkit dan menuju warung nasi kucing itu dan kembali meminjam untuk mengambil uang dari ATM tersebut. Penarikan aku lakukan sebesar 25 juta perhari dan aku lakukan selama kurang lebih satu bulan tanpa diketahui oleh Ayahku. 1 bulan 30 hari dikalikan 25 jutajika di hitung penghasilan dalam 1 bulan ini aku mendapatkan 750 juta dari penarikan dari ATM Ayahku. Dengan pemikiran yang teratur aku menyimpannya dalam kamarku tanpa diketahui oleh siapapun. Kartu ATM masih aku simpan di tempat rahasia dimana tidak ada siapapun mengetahuinya. (Ingat ini hanya fiktif, yang sebenarnya mengenai pengambilan ATM batasannya berapa saya juga tidak tahu, hanya berdasarkan pada browsing internet so be calm okay, it just my imagination)
Bulan demi bulan berjalan, Terkadang aku juga menjenguk Ibu karena saking kangennya, tapi tak bisa berharap banyak. Aku kadang mengajaknya pulang sebentar tapi tante ratna selalu memasang wajah memelasnya dan membuat Ibu tidak tega meninggalkannya sendirian. Apalagi Kakek dan nenek juga masih dalam keadaan yang belum sehat betul, kalaupun hanya tante ratna dirumah kakek rasanya juga tidak mampu untuk merawat mereka berdua. Cenggur? Pastilah... apalagi selama semester 5 ini aku selalu menolak ajakan Rahman untuk menginap di rumahnya. Mungkin di semester 6 nanti aku mulai berangkat lagi. Memang aneh dalam semester 5 ini, dalam jangka waktu satu minggu aku mendapati semua kenyataan-kenyataan pahit terkuak tapi kulupakan sejenak untuk fokus dengan kuliahku, itulah pesan Ibu. Tante Ima? Ya tante ima kadang-kadang sms aku, Dia sudah diperbolehkan Om Nico untuk keluar rumah tapi aku terus menolaknya karena situasi saat itu tidak memungkinkan karena aku tidak pernah tahu keberadaan Om Nico dan apa yang dia lakukan. Sekalipun aku bisa menginap dirumahnya dan tante ima memberikan obat tidur lagi, aku masih menolaknya takut Ibu cemburu. Tante Ima pun memahami itu semua karena dia juga sebenarnya ketakutan dalam kondisi ini. Jika aku ingat lagi, aku hanya melakukan persetubuhan itu di satu minggu itu saja. Setelahnya tidak pernah sama sekali dan membuat aku merindukan Ibu, Ibu dan Ibu.
Demi mengalihkan perhatian akan nafsuku, aku mengalihkan perhatianku ke Wicaksono dan Mahesawati, Kakek dan Nenekku. Besok sudah memasuki minggu tenang selama 2 minggu untuk menyambut Ujian Semester 5, aku putuskan untuk mencari Kakek dan Nenekku. Aku berangkat tanpa memberitahukan Ibu dan Ayahku kemana aku pergi tak lupa aku membawa uang yang cukup banyak 50 juta dalam perjalananku. Kuarahkan ke arah barat Revia, melewati daerah Rumah Kakek dan Nenekku dari Ibu. Hingga mendarat pada sebuah daerah yang bernama Desa Banyu Sawah, di desa yang sejuk belum tercemar asap-asap pabrik ataupun asap kendaraan bermotor yang berlalu lalang. Karena rata-rata di daerah ini orang-orang menggunakan sepeda, mau bagaimana lagi jalan di desa ini baru terjamah kerikil aspal saja belum. Aku hentikan langkah Revia di sebuah warung dengan dinding anyaman bambu, sejenak aku beristirahat dan beradaptasi dengan daerah itu. Aku berada di tempat itu tepat pukul 16:00 ketika aku melihat sematpon ku.
“Bu, minta kopi hangat satu bu?” ucapku kepada Ibu Penjual yang putih cantik dengan senyuman menawan
“Kok Bu to mas, saya itu masih 30 tahun mas, dipanggil mbak saja”
“Kopi hitam apa kopi instan mas?”jawabnya
“Iya Bu eh mbak, Kopi instan yang wait ya mbak” balasku cengengesan
Segelas kopi wait dengan pemandangan desa yang sungguh luar biasa indah. Warung yang berada ditepi jalan dengan pemandangan sawah, sungau dan perbukitan nampak melengkapi kekosongan hati ini. Sore semakin larut dalam gelapnya malam tapi hingga aku berada disini kuberanikan diriku bertanya dan mengobrol dengan mbaknya.
“Mbak, tahu rumahnya Pak Wicaksono dan Bu Mahesawati?”ucapku kepada mbaknya, dia tampak terkejut ketika mendengar nama itu. Kuperhatikan matanya yang menelanjangiku, aku tetapi santai dan otakku mencoba memikirkan apa yang harus aku katakan ketika nanti ada pertanyaan-pertanyaan tambahan dari wanita ini.
“Mas itu siapa kok nyari-nyari mereka berdua?” ucapnya
“Saya orang dari kota mau mengantarkan kiriman uang dari siapa saya tidak tahu, saya hanya suruhan dari jasa ekspedisi istilahnya ya perusahaan jasa pengiriman, dan alamatnya yang tercantum di daerah ini mbak”
“Kalau tidak ketemu saya bisa kena pecat mbak” ucapku kepada mbaknya
“Mas, mereka berdua sudah pindah mas, tidak ditempat ini lagi mereka menghindari anaknya itu yang saya ketahui, mungkin Bapak saya tahu dimana mereka sekarang”
“Apa masnya mau mampir dulu kerumah saya? Nanti saya pertemukan dengan bapak saya, masnya tanya-tanya dengan bapak saya saja mas” jelasnya, tanpa menghiraukan esok hari aku menyetujui untuk kerumah mbaknya. Kami berbincang-bincang mengenai desa ini, dari perbincangan itu akhirnya aku mengetahui namanya Mbak Maya, wanita berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut yang panjang hingga punggungnya, tingginya kurang dari tinggi Ibu dan wajah Ayu nan manis yang bisa membuat semua laki-laki tergoda. Hingga akhirnya aku dan mbak maya pulang kerumahnya, tepat pada jam 18:00 aku sampai di rumab mbak maya. Aku diperkenalkannya kepada mereka semua yang ada di rumah, Ayah mbak Maya Pak Roto, Ibunya Bu Roto dan satu orang anaknya mbak Maya yang berumur 4 tahun bernama Isti. Malam menjelang tepat pukul 19:00, akhirnya aku berbincang dengan Ayahnya di beranda rumah sederhana dengan teras yang sangat luas.
“Apaka kamu benar-benar dari kota, dan dari perusahaan pengiriman?” tatapan mata yang tajam membuat aku merinding ketika mata itu semakin menusuk. Ya Ayah mbak maya hanya seorang petani perawakannya setinggi mbak maya. Aku kemudian tersenyum kepadanya.
“Bisa iya bisa tidak pak?Apakah ada yang salah dengan saya pak?”jawabku dengan senyum candaku
“Sudah jelas kamu pasti bukan dari perusahaan pengiriman barang, kamu pasti ada hubungannya dengan anak dari pak wicak (panggilan kakek dari ayah)” ucapnya kepadaku
“Pak, sebelumnya saya minta maaf, saya memang bukan dari perusahaan pengiriman barang, dan jika saya salah, saya mohon dimaafkan”
“Saya memang ada hubungannya dengan anaknya, tepatnya aku anak dari anak Kakek Wicaksono” jawabku, membuat kedua mata pak roto mendelik kaget melihatku
“Tenang pak, saya kesini bukan maksud apa-apa hanya saja, saya kesini untuk mencari kebenaran pak, seandainya bisa tolonglah agar saya diberitahu keberadaan kakek dan nenekku” ucapku kepada pak roto, sembari mengeluarkan dunhill mild dan menyulut sebatang. Kepulan asap dunhill nampak kalah bertarung dengan kepulan asap dari rokok lintingan pak roto.
“Apa tujuanmu sebenarnya? Jika memang mencari kebenaran, jangan pernah sekali-kali kau bawa mereka berdua kembali dalam kubangan dosa anaknya, mahesa”
“Mereka sudah terlalu menderita” jelasnya yang membuat aku terbatuk-batuk, tersedak ketika menyeruput teh hangat buatan mbak maya yang sudah disediakannya di awal perbincangan kami berdua.
“Apa maksud bapak? Menderita bagaimana? Ayah hidup bergelimang harta, kenapa kakek menderita? Apakah ayah menyakitinya?” pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulutku, membuat pak roto memandangku dengan terheran-heran
“Apa kamu tidak mengetahui keadaan kakek dan nenekmu?” tanyanya, aku hanya menggelengkan kepala
“Mereka pindah ke desa banyu biru, agar tidak ada seorang pun tahu keberadaan mereka, aku hanya tahu itu saja, banyu biru terletak di balik bukit itu, kamu harus jalan kaki melewatinya”
“Paling tidak butuh waktu 4-5 jam untuk mencapai daerah itu, di desa itu hanya beberapa penduduk yang tinggal mungkin 10-12 Kepala keluarga disana” jelasnya kepadaku
“Jika kamu tahu, Ayahmu selalu membuat menderita mereka berdua, dulu mereka adalah orang terkaya di desa ini selalu berbagi dan dihormati oleh warga, aku tidak tahu menahu soal Ayahmu, yang jelas mereka menjadi miskin dan terlantar karena Ayahmu, Mahesa, makan saja mereka mendapat belas kasih dari tetangga” jelas Pak Roto, membuat aku tertunduk dan di tanganku yang bertumpu pada lutut kakiku. Tetesan air mata mulai mengalir dari mataku, mengingat bagaiman Ayah, Ibu dan Aku selalu dalam kecukupan tetapi Kakek dan nenek wicak malah kelaparan. Tiba-tiba tangan yang kasar mengelus kepalaku dengan lembutnya.
“Kamu cucu yang baik, datanglah kesana esok hari, dan akan aku antarkan kau melalui jalanl terdekat, mungkin hanya 2-3 jam kamu bisa sampai disana. Tidurlah dirumah bapak, kumpulkan semua tenagamu karena besok adalah perjalanan terberatmu” ucapnya, aku kemudian melihat kedua mata itu, aku mengusap air mataku dan kemudian sungkem di bawah pak roto mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.
Malam larut dalam kegelisahanku disertai suara burung hantu yang membuat kami kedinginan. Kami akhiri semua percakapan kami, aku dipersilahkannya tidur di kamar paling belakang rumah ini. Rumah sederhana terdiri dari ruang tamu, kemudian ruang kumpul keluarga yang lumayan luas di samping ruang keluarga terdapat 2 kamar yang berdekatan. Keluar dari rumah di bagian belakang ada pekarangan beralaskan tanah, kamar mandi dengan sumur tradisional di sebelah kanannya dan sebuah kamar kosong yang sering digunakan pak roto untuk kamar tamu yang menginap, dulunya itu adalah kamar milik anak lelakinya yang kini sudah tinggal di kota berada di kiri tepatnya di depan kamar mandi itu. Ketika berdiri di tengah-tengah pekarangan atau diantara kamar dan kamar mandi itu kita bisa melihat pemandangan sawah kemudian bukit yang indah.
Pak roto mengantarku ke kamar itu dan meninggalkan aku sendirian. Aku kemudian masuk dan merebahkan diri di kamar yang bersih dari debu ini. Kulihat sekelilingnya tampak sangat bersih, berati kamar ini selalu dibersihkan oleh keluarga ini. Malam semakin larut aku masih tidak dapat tidur, aku menyulut dunhill mildku di luar kamar ini. Kamar ini memliki teras kecil didepannya yang beralaskan ubin keramik, tidak begi luas hanya berukuran 2 x 7 ubin keramik. Tampak rumah pak roto yang sangat sepi, tiba-tiba mbak maya keluar dari rumah menuju kamar mandi. Dia tersenyum kepadaku akupun membalasnya dengan senyuman itu. Setelah dari kamar mandi dia menghampiriku, kami kemudian duduk bersebelahan
“Belum tidur mas?” ucapnya kepadaku dengan wajah putih nan Ayunya itu dihiasi oleh rambut panjang yang di letakan dibahu kanannya
“Belum mbak...” ucapku kepada mbak maya
“Kepikiran besok ya?” ucapnya kepadaku hanya aku balas dengan anggukan
“Dulu itu kakeknya mas Arya, benar kan mas Arya namanya? Tadi saya sedikit nguping he he he” ucapnya, aku hanya bisa mengangguk pandanganku tak luput dari tubuh semoknya yang hanya berbalut kaos ketat selengan dengan belahan dada sedikit kebawah, dibagian bawahnya dihiasi rok yang merumbai-rumbai selutut. Yang membuat aku tidak konsen adalah ketika aku memandang mbak maya, aku memandangnya dari samping jadi sangat terlihat jelas bagaimana tonjolan payudaranya itu
“Kakek mas Arya, orang yang baik di daerah ini semua warga disini pernah ditolong olehnya, dari dibangunkan rumah, diberi garapan sawahnya bahkan ketika itu ada yang mau nikah saja dia yang membiayai semuanya. Tapi anaknya kelakuannya HEEEHHHH!” jelasnya dengan nada sedikit kesal ketika menyebut anak dari kakek, ayahku.
“Maka dari itu mbak, saya mau mencari kebenaran” ucapku,
Kami berdua akhirnya terlibat obrolan yang hangat, dari cerita mbak maya aku dapatkan jika suami mbak mmaya berjualan di daerah tempat tinggalku. Dia hanya pulang dalam 2 minggu sekali. Tak ada pembicaraan ngeres dari mulut kami berdua, tapi jika aku punya pikiran ngeres ya jelaslah. Kami mengakhiri obrolan kami dan kembali ke kamar masing-masing. Aku merbahkan tubuhku tampak sms dari Bu Dian.
Dari : Bu Dian
BBM kamu kok tidak aktif?
BBM kamu kok tidak aktif?
To : Bu Dian
Saya lagi dipedalaman bu, tidak ada koneksi data
Ada apa yan Bu? Bisa saya bantu?
Saya lagi dipedalaman bu, tidak ada koneksi data
Ada apa yan Bu? Bisa saya bantu?
Dari : Bu Dian
Kamu itu bagaimana to?kan besok saya mau berangkat persentasi
Tidak di ucapkan semangat atau bagaiman?
Kamu itu tim saya
Kamu itu bagaimana to?kan besok saya mau berangkat persentasi
Tidak di ucapkan semangat atau bagaiman?
Kamu itu tim saya
To : Bu Dian
Aduh Bu maaf...
Teruntuk Bu Dian, Dosen terhebatku
Semoga besok perjalanan menuju tempat persentasi di lancarkan
Dan persentasinya juga lancar
amin
Aduh Bu maaf...
Teruntuk Bu Dian, Dosen terhebatku
Semoga besok perjalanan menuju tempat persentasi di lancarkan
Dan persentasinya juga lancar
amin
Dari : Bu Dian
Telat!
Telat!
To : Bu Dian
Ya maaf bu, lupa... he he he
Lagian Bu Dian kok malah tidak minta ke pacarnya
Malah minta ke saya
Ya maaf bu, lupa... he he he
Lagian Bu Dian kok malah tidak minta ke pacarnya
Malah minta ke saya
Dari : Bu Dian
Ya sudah...!
Ya sudah...!
To : Bu Dian
Jangan marah bu, kan saya Cuma bercanda he he he
Jangan marah bu, kan saya Cuma bercanda he he he
Dari : Bu Dian
Karena kamu itu satu tim dengan saya seharusnya kamu memberikan semangat kepada satu tim
Bagaimana kamu itu?!
Karena kamu itu satu tim dengan saya seharusnya kamu memberikan semangat kepada satu tim
Bagaimana kamu itu?!
To : Bu Dian
Iya bu besok tidak akan saya ulangi lagi,
Iya bu besok tidak akan saya ulangi lagi,
Dari : Bu Dian
Ya, selamat tidur!
Ya, selamat tidur!
Kemudian kubalas dengan ucapan
selamat istirahat, Ah wanita ini kenapa juga dia selalu sms dulu ke aku, apakah
ada sesuatu dibenaknya tentang diriku? He he he he #ngarepdotcom. Kupejamkan
mataku dan kurasakan malam menyelimuti tidurku. Mimpi-mimpi yang datang semakin
lama semakin jelas tentang kedua kerbau yang beradu kekuatan, salah satu kerbau
tertutup matanya tampak tersungkur di depan kerbau yang satunya lagi. Setiap
kali terjaga aku tidak mempedulikannya lagi hingga si raja sinar mulai bangun
dari tidurnya membut Ayam bermahkota itu berkokok sekeras-kerasnya membangunkan
aku dari tidurku.
Aktifitas pagi yang sangat menyegarkan, disambut dengan senyuma keluarga yang ramah ini. terlihat seorang wanita mengenakan baju ketat dengan tonjolan di dadanya membuat pagi ini semakin indah. Mbak maya mbak maya.... aku kemudian sarapan bersama mereka tak lupa aku mencuri-curi pandang ke tonjolan mbak maya, aduh kenapa aku ini. Setelah makan pagi selesai bersama dengan Pak Roto aku pamitan kepda keluarganya, diantarnya aku menuju jalan ke desa banyu biru. Dengan menggunakan celana pendek hingga menutupi lutut dan alas kaki sepatu CAT aku diantar pak roto tak lupa tas hikingku ku gendong di punggungku. Setelah sampai di jalan alternatif itu pak roto berpesan untuk hati-hati karena jalannya lebih terjal dari jalan yang biasanya dilalaui warga untuk menuju desa dibalik bukit itu. Pak Roto kemudian pamit untuk menggarapa sawah yang tidak jauh dari jalan setapak itu, dia berpesan agar ketika bertanya kepada orang di desa itu untuk menyebut namanya. Dengan menggendong tas hikingku yang kubawa dalam perjalanan ke desa banyu abang, aku terus berjalan. Perjalan memang jauh hampir 2 jam aku melangkah melalui jalan terjal ini, untungnya aku mempunyai basic seorang pecinta alam. Kulihat sekelilingku tampak pemandangan indah dari bukit yang menjulang tinggi ini. Terlihat sawah, sungai dan pepohonan berdampingan membentuk suatu keindahanntersendiri. Aku masih terus berjalan hingga setelah hampir 3jam aku mencapai sebuah desa kecil dengan 10 rumah yang dibangun dengan menggunakan kayu jati. Dengan alas kakiku penuh dengan tanah dan Kutemui salah warga disitu.
“Pak, Rumah kakek wicak dimana?” ucapku kepada seorang laki-laki paruh baya yang menenteng canagkul. Tampak terkejut ketika aku bertanya hal itu.
“Maaf mas, tidak ada kakek wicak disini” ucapnya kepdakku, aku kemudian teringat akan ucapan pak roto
“Saya disuruh pak roto untuk menemui kakek wicak” ucapku kemudian, dengan pandangan asingnya dia memandangku.
Kemudian dia mengantarakan aku ke sebuah gubuk kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Tanpa mengetuk pintu, lelaki paruh baya itu membuka pintu . Tertegun ketika aku melihat seorang wanita tua renta terbaring lemah di ranjang kayu beralaskan tikar dan seorang laki-laki tua renta sedang duduk disamping ranjang menyuapinya. Terlihat keharmonisan dan kasih sayang dari laki-laki itu. Laki-laki paruh baya itu kemudian berdiri di samping lelaki tua itu.
“Kek, ada yang mencari” ucap lelaki paruh baya itu, kemudian laki-laki tua itu memandangku dengan tatapan asingnya
“iya... siapa kamu nak?” ucapnya dengan suara pelan nan lembut dan sedikit serak khas suara lelaki yang sudah tua dan renta
“Apakah... anda... Kakek... wicak.... dan nenek... mahesa....?” ucapku sedikit tertahan karena air mata ini ingin sekali mengalir.
“Iya, aku wicaksono dan ini istriku mahesawati, ada kepeluan apa saudara mencari saya?” ucapnya dengan nada kebijaksanaannya. Aku melangkah mendekatinya, berlutut di hadapan kakek wicaksono kemudian memluknya kurapatkan wajahku di perut kakekku, kujulurkan tangan kiriku menggenggam tangan nenenk mahesawati.
“KAKEEEEEEEEK, NENEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK.....” aku berteriak seketika itu, teriakan yang tersumpal oleh perut kakekku.
Aktifitas pagi yang sangat menyegarkan, disambut dengan senyuma keluarga yang ramah ini. terlihat seorang wanita mengenakan baju ketat dengan tonjolan di dadanya membuat pagi ini semakin indah. Mbak maya mbak maya.... aku kemudian sarapan bersama mereka tak lupa aku mencuri-curi pandang ke tonjolan mbak maya, aduh kenapa aku ini. Setelah makan pagi selesai bersama dengan Pak Roto aku pamitan kepda keluarganya, diantarnya aku menuju jalan ke desa banyu biru. Dengan menggunakan celana pendek hingga menutupi lutut dan alas kaki sepatu CAT aku diantar pak roto tak lupa tas hikingku ku gendong di punggungku. Setelah sampai di jalan alternatif itu pak roto berpesan untuk hati-hati karena jalannya lebih terjal dari jalan yang biasanya dilalaui warga untuk menuju desa dibalik bukit itu. Pak Roto kemudian pamit untuk menggarapa sawah yang tidak jauh dari jalan setapak itu, dia berpesan agar ketika bertanya kepada orang di desa itu untuk menyebut namanya. Dengan menggendong tas hikingku yang kubawa dalam perjalanan ke desa banyu abang, aku terus berjalan. Perjalan memang jauh hampir 2 jam aku melangkah melalui jalan terjal ini, untungnya aku mempunyai basic seorang pecinta alam. Kulihat sekelilingku tampak pemandangan indah dari bukit yang menjulang tinggi ini. Terlihat sawah, sungai dan pepohonan berdampingan membentuk suatu keindahanntersendiri. Aku masih terus berjalan hingga setelah hampir 3jam aku mencapai sebuah desa kecil dengan 10 rumah yang dibangun dengan menggunakan kayu jati. Dengan alas kakiku penuh dengan tanah dan Kutemui salah warga disitu.
“Pak, Rumah kakek wicak dimana?” ucapku kepada seorang laki-laki paruh baya yang menenteng canagkul. Tampak terkejut ketika aku bertanya hal itu.
“Maaf mas, tidak ada kakek wicak disini” ucapnya kepdakku, aku kemudian teringat akan ucapan pak roto
“Saya disuruh pak roto untuk menemui kakek wicak” ucapku kemudian, dengan pandangan asingnya dia memandangku.
Kemudian dia mengantarakan aku ke sebuah gubuk kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Tanpa mengetuk pintu, lelaki paruh baya itu membuka pintu . Tertegun ketika aku melihat seorang wanita tua renta terbaring lemah di ranjang kayu beralaskan tikar dan seorang laki-laki tua renta sedang duduk disamping ranjang menyuapinya. Terlihat keharmonisan dan kasih sayang dari laki-laki itu. Laki-laki paruh baya itu kemudian berdiri di samping lelaki tua itu.
“Kek, ada yang mencari” ucap lelaki paruh baya itu, kemudian laki-laki tua itu memandangku dengan tatapan asingnya
“iya... siapa kamu nak?” ucapnya dengan suara pelan nan lembut dan sedikit serak khas suara lelaki yang sudah tua dan renta
“Apakah... anda... Kakek... wicak.... dan nenek... mahesa....?” ucapku sedikit tertahan karena air mata ini ingin sekali mengalir.
“Iya, aku wicaksono dan ini istriku mahesawati, ada kepeluan apa saudara mencari saya?” ucapnya dengan nada kebijaksanaannya. Aku melangkah mendekatinya, berlutut di hadapan kakek wicaksono kemudian memluknya kurapatkan wajahku di perut kakekku, kujulurkan tangan kiriku menggenggam tangan nenenk mahesawati.
“KAKEEEEEEEEK, NENEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK.....” aku berteriak seketika itu, teriakan yang tersumpal oleh perut kakekku.
Di gubuk ini, gubuk yang sebenarnya tidak layak huni ini
terbaring seorang wanita tua renta dan laki-laki tua yang sedang menyuapinya.
Aku melangkah dan memeluk laki-laki itu sambil berlutut, kugenggam tangan kiri
wanita itu dengan eratnya. Tak bisa aku menahan air mata ini, tak bisa pula aku
menahan isak tangisku. Ya meraka adalah nenekku yang melahirkan ayahku dan
kakekku yang ikut membesarkan Ayahku.
"Kamu siapa nang (nak)?" ucap kakek wicak (kakekku)
"Siapa kamu le (nak), sudah jangan menangis" ucap nenek mahesawati (nenekku)
Aku mash menangis dan menangis melihat keadaan mereka, tak menyangka jika kehidupan mereka seburuk ini. Tidak menyangka jika Ayahku, anak mereka membuat semua ini terjadi. Tidak menyangka jika mereka harus merasakan pahitnya hidup karena Ayahku.
"Arya, hiks hiks hiks Arya Mahesa Wicaksono, anak dari Mahesa Wicaksono"
"Arya kesini untuk menemui kakek dan nenek" ucapku tersengal sengal dengan kucuran air mata yang mengalir di pipiku. Jeritan kerasku membuat semua orang yang cerada di desa itu berkumpul di gubuk ini untu kmelihatnya. Tampak air mata juga ikut menetes dari pipi lelaki setengah baya ini. seorang nenek dari luar kemudian masuk membuatkan aku minuman, dan aku masih dalam memeluk kakek dan menggenggam tangan neneku.
"Benarkah kamu Arya, anak mahesa" ucap neneku, yang kemudian mencoba bangkit aku yang tahu itu kemudian membantunya dan kemudian bersandar di dada kakekku. Kini kakek dan nenekku berada dihadapanku dan aku masih berlutut di atas tanah memandang mereka. Kupeluk mereka berdua, kata-kata kangen selalu keluar dari mulutku, kata-kata rindu dan sayang menggelontor selalu dari bibirku untuk mereka. Lama sekali aku memeluk lama pula aku menangis.
"Iya nek, kek, Arya kesini karena dari dulu Arya tidak pernah bertemu kakek dan nenek" ucapku dengan langan air mata yang tak tahu bagaimana cara menghentikannya. Kedua tangan nenek kemudian memegang kedua pipiku dan melihat wajahku.
"Duh gusti, akhire kowe goleki aku karo mbah kakungmu leeeeee.....(Ya Tuhan, akhirnya kamu mencari aku dan kakekmu naaaaaak)" ucap nenek sembari air matanya keluar
"Ganteng yo pak'e putune dewe iki (ganteng ya pak, cucu kita ini)" ucap nenek sembari memandang kakekku
"Wah iyo, ganteng untung kowe ki koyo Ibumu (wah iya, ganten, untung kamu seperti ibumu)" ucap kakek dengan senyum mengembang yang kemudian mereka berdua memeluku dengan sangat erat. Momen indah ini aku rasakan dengan sangat memilukan, akhirnya aku bisa bertemu dengan mereka. Elusan dari tangan yang sudah mulai kasar karena kulit yang mulai menggelambir terasa sangat lembut aku rasakan di kepalaku. Terasa linangan air mata mereka membasahi kepalaku. Lama kami berpelukan tampak semua orang yang melihat kemudian ikut menangis.
"Ini minumnya den" ucap seorang nenek yang menyediakan minuman kepadaku dan kakek yang dibawanya dari arah luar, memang dalam gubuk ini hanya ada ranjang ini saja. Aku mengucapkan terima kasih kepada nenek itu, nenek itu kemudian duduk di atas tanah tak jauh dari tempatku berlutut.
"Kakek dan nenek ikut Arya pulang kerumah ya?" ucapku
"Tidak, nenek dan kakek tidak akan ikut arya, tidak, sekalipun arya memaksa, kami tidak ingin bertemu mahesa lagi" ucap kakek yang kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi wajah kebencian
"Kenapa kek? Daripada kakek tinggal ditempat ini, nanti kakek dan nenek tambah sakit, Akan arya buatkan rumah sendiri untu kakek dan nenek nanti biar Arya bisa sering ketemu dengan kakek dan nenek" ucapku
"Tidak Arya, kakek dan nenek tidak bisa" ucap kakekku
"Kata Pak roto, Kakek dulu orang berpunya kenapa sekarang tinggaldi tempat seperti ini. kakek dan nenek harus ikut arya!" paksaku
"Tidak Arya, kakek dan nenek tidak bisa" ucap kakekku kembali
"Adakah sesuatu antara kakek dan nenek dengan Ayah?" tanyaku
"Banyak...." ucap kakek
"Ceritakan kepada Arya semuanya, kenapa kakek tidak inginbertemu ayah?agar arya tahu siapa sebenarnya ayah" ucapku sambil memandang mereka berdua. Mereka kemudian saling memandang dan mengarahkan pandangan ke arahku
"Biarkan kakekmu yang bercerita, kemarilah nenek masih kangen sama kamu arya" ucap nenek, aku sedikit menggeser tubuhku dan kuletakan kepalaku di pangkuan nenekku.
"Akan kakek ceritakan semuanya...."
"Surti, kamu tidak perlu duduk dibawah seperti itu, kamu bukanlah pelayanku lagi bangkitlah jangan kau rendahkan dirimu dihadapanku" ucap kakek kepada nenek tua yang duduk tidak jauh dariku
"Tidak ndoro, sekalipun ndoro bukan ndoro saya lagi, tapi dalam hati kami, di hati masyarakat desa banyu biru dan desa bayu abang, ndorolah yang telah menjadi penolong kami, kami tidak bisa melupakan itu semua ndoro, apapun yang terjadi, kami semua adalah abdi ndoro" jelas nenek surti, yang kemudian di iyakan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya, tampak mereka masih menaruh hormat kepada kakekku. Kakek dan Nenek hanya tersenyum meliat mereka semua.
Secara perlahan kakek menceritakan semua dari awal, tentang seorang juragan paling kaya di daerahnya memilik istri bernama mahesawati. Dialah kakekku bernama Wicaksono. Kehidupan mereka dikatakan lebih dari cukup, hidup bergelimangan harta tapi tak membuat kakek dan nenek takabur. Hingga lahirlah seorang anak yang kemudian di beri nama mahesa wicaksono.
"Dulu itu uhuk uhuk... nenek memberi nama itu kepada Ayahmu dengan tujuan, dia menjadi seekor kerbau yang kuat,hebat dan bijaksana serta tidak bodoh tapi uhuk uhuk uhuk...." ucap nenekku menyela
"Sudah, nek biar kakek yang bercerita..." ucap kakek yang kemudian kakek melanjutkan ceritanya itu
"Mahesa adalah kerbau? Mimpi itu...." bathinku dalam hati
Mahesa tumbuh menjadi laki-laki yang pintar, pintar dalam berbicara dan pintar dalam ilmu pengetahuan. Dia bersahabat dengan seorang tetangga kakek bernama Nicolas Rahman, ketika berumur 13 tahun Nico ditinggal oleh Ayah Ibunya karena kecelakaan dan kemudian di asuh oleh Kakek dan nenek. Waktu berjalan umur mereka pun bertambah, bukan menjadi laki-laki bijaksan yang disiapkan untuk menjadi penerus kakek tapi Ayah menjadi seorang pemuda yang ugal-ugalan, bengal, mabok-mabokan, pecandu narkoba, dan suka main perempuan. Itu dikarenakan Ayah dan Om Nico salah dalam pergaulan hingga membuat kakek dan nenek kelimpungan dan sering berurusan dengan polisi.
Kelakuan Ayah dan Om Nico berlanjut dengan suka main judi, hingga semua harta kakek dan nenek ludes. Bahkan ketika itu kakek dan nenek diancam dibunuhnya jika mereka tidak melunasi hutang-hutangnya. Dengan terpaksa kakek dan nenek menjual semua kekayaan merekatapi tetap tidak cukup. Kemudian Ayah mendengar kabar jika dulu kakek Ayah (Ayah dari Kakek Wicak) pernah bercengkrama mengenai menikahkan cucunya.
"Pada dasarnya itu bukanlah janji, melainkan hanya candaan kakek buyutmu seandainya tidak dilaksanakannya pun itu tidak melanggar janji kakek buyutmu" ucap kakekku, aku hanya memandang kakek dan masih setia mendengarkan cerita dari mereka
Ayah kemudian memaksa kakek dan nenek agar membuat pernikahan antara Ayah dan Ibu terlaksana. Kakek dan nenek menolak tapi ancaman dibunuh membuat mereka akhirnya tunduk pada kemauan Ayah. Ayah memaksa Kakek dan Nenek untuk berbohong kepada kakek Warno dan nenek Ayu jika itu adalah janji yang harus di lunasi. Karena pada dasarnya kakek warno dan nenek ayu tidak tahu menahu soal itu, mereka akhirnya menyetujuinya.
"Tujuan Ayahmu adalah bisa menjadi pejabat di daerahmu, dan mengeruk semua uang di daerahmu itu. Arya tahukan jika dulu kakek warno adalah seorang kepala daerah" ucap kakek, dan aku hanya menganggukan kepala
Setelah pertunangan itu, karena terbelit hutang yang sangat besar mau tidak mau Ayah harus segera mendapatkan Ibu dan terjadilah pemerkosaan itu. Semua rencana itu dibicarakan di rumah kakek, kakek yang mengetahuinya kemudian mencegah mereka tapi yang didapatkan adalah pukulan dan cacian dari mereka berdua. Hingga pernikahan selesai dilangsungkan, Ayah tidak pernah lagi menjenguk Kakek dan nenek. Kakek dan nenek dilarang menjenguk cucunya yang ketika itu lahir, ya menjengukku. Kakek dan nenek terus memaksa ingin bertemu denganku tapi yang didapat oleh kake dan nenek adalah sebuah balasan yang selama ini tidak diharapkan orang tua dari anaknya. Kakek dan nenek kemudian di miskinkan kembali oleh Ayah, dengan cara menjual satu-satunya rumah milik mereka. Pada saat itu kakek dan nenk tinggal di gubuk kecil di desa banyu abang.
"Pernah saat itu, kakek dikirimi uang oleh Ayahmu, ketika kakek bertanya ini uang dari hasil kerjanya atau mengambil hak orang lain. Ayahmu langsung marah-marah tak tentu dia menyeret kakek dan nenek di tengah jalan mencaci maki dan bahkan meludahi"
"Di bilangnya kakek dan nenek adalah orang tua tidak tahu diuntung...." ucap kakekku, mendengar itu hatiku terasa berdetak semakin kencang, semakin panas terbakar oleh api kebencianku
Hingga suatu hari kakek dan nenek memutuskan untuk pindah ke desa banyu biru dengan tujuan menghidnari anaknya. Pernah sesekali Ayah mencari kakek dan nenek, tapi penduduk desa bungkam akan keberadaan kakek dan nenek. Karena mereka tahu Ayah akan menyiksanya lagi. Hingga sekarang di desa banyu biru ini kakek masih mendapatkan pelayanan layaknya seorang juragan dari penduduk desa, karena kebaikan-kebaikan yang dilakukan dari masa lampau. Ya, kakek selalu mencoba untu berbagi ketika masa jayanya, menyekolahkan anak tetangga, menikahkan mereka yang kekurangan biaya, membangunkan rumah-rumah penduduk dan masih banyak lagi kebaikanb-kebaikan yang tidak bisa dilupakan oleh mereka semua.
"Pak'e kayane wes cukup wektune (pak, kelihatanya sudah cukup waktunya)" ucap nenek kepada kakek yang tidak pernah aku pahami dan mengerti. Kemudian nenek mengambil sebuah kalung dari dalam kenditnya.
"Jika suatu saat nanti, Mahesa terjatuh dan tersungkur perlihatkanlah kalung ini" ucap nenek kemudian mereka berdua memelukku
"Kakek sayang kamu Arya"
"Nenek sayang kamu Arya" ucap mereka berdua
"Jadilah laki-laki yang disegani kawan maupun lawan , bersikaplah bijaksana, tanggung jawab dan jadi orang yang selalu bisa mengayomi orang kecil......." ucap kakekku yang kemudian erat memelukku begitupal nenekku
"Kakek dan nenek sangat bahagia, Arya mencari kakek dan nenek, ini kebahagiaan kami yang kedua... setelah melihat Ayah kamu lahir dulu..." ucap nenekku, pelukan mereka begitu erat posisiku masih dibawah mereka, sambil berlutut akupun memeluk kakek dengan sangat erat. Kurasakan hangat tubuh mereka dalam dekapanku aroma wangi tubuh mereka tercium disela-sela udara yang masuk dalam hidungku.
Lama kami berpelukan karena memang aku sangat rindu dengan mereka, mungkin bukan rindu tapi rasa ingin bersama mereka selalu, jika rindu kan sudah pernah ketemu kemudian tak pernah bertemu lagi dalam waktu yang lama. Kepala Kakek dan nenekku berada di kedua bahuku terasa ciuman hangat di kedua bahuku begitupula aku secara bergantian aku menciumi bahu mereka.Lama kami berpelukan hingga akhirnya aku merasakan hal yang aneh pelukan yang semula erat menjadi sangat lemah, deru nafas yang mengalir di bahuku menjadi sangat pelan hingga tidak terasa. Tiba-tiba tubuh mereka yang semula mereka sendiri yang menahan beban tubuhnya kini roboh ke arah tubuhku . Kurasakan tak ada lagi nafas yang di bahuku.... Mataku mendelik kutolehkan ke arah kanan dan kiriku kulihat mata mereka berdua terpejam dengan senyuman indah di bibir mereka. Air mata ini mengucur deras, bibirku yang semula tersungging ke atas karena bertemu mereka sekarang menjadi sebuah kubah.
"KAKEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK"
"NENEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK"
"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Senyuman mereka ketika bertemu tidak akan pernah aku lupakan, kupeluk tubuh mereka erat hingga aku tidak ingin melepaskannya. Baru pertama kali ini bertemu, baru pertama kali in melihat mereka, baru pertama kali ini bercengkrama dengan mereka tapi kenapa...Ya mereka telah menghembuskan nafas terakhirnya, aku masih memeluknya dan memeluknya. Mendapati takdir yang dialami mereka sangat pahit, sangat pahit dan sangat pahit. Tubuh mereka kini aku rebahkan berdampingan dalam pelukanku yang terduduk di belakang tubuh kakek dan nenek, tubuh sepasang manusia yang selalu bersama sehidup-semati. Kudaratkan pelukan dan ciuman di kening mereka dan pipi mereka secara bergantian. Tetes air mata ini tak tertahankan membuatnya seperti air terjun yang tak pernah kering. Warga semua berdatangan, melihat seorang lelaki dan perempuan yang dulu mengayomi, menghidupi mereka kini telah terbaring kaku. Setuap warga bergantian memeluk dan mencium tangan kanan kakek dan nenek. Aku seperti orang gila yang tak ingin melepas tubuh mereka dari dekapanku andai saja warga tidak menyadarkan aku mungkin aku akan menjadi patung yang terus memeluk tubuh kakek dan nenekku.
Pada hari itu juga warga dari desa banyu abang juga berdatangan semua warga, tidak tua tidak muda semua berdatangan. Dibantu dengan warga aku memnguburkan kakek dan nenek dari Ayahku ini. tampak Pak roto dan keluarganya beserta penduduk desa juga hadir. Tangis menderu, air mata berjatuhan layaknya hujan dari langit. Doa telah dipanjatkan dan Warga mulai berdiri meninggalkan makam untuk melanjutkan aktifitas kembali dengan rasa haru dan sedih dalam hati mereka. Di antara makam mereka yang berdampingan, aku yang berlutut kemudian bangkit dan memandang langit biru yang mulai tercoret oleh kegelapan. Seakan-akan langit tahu kesedihanku, butiran air turun dari langit mencoba menghapus air mataku.
"HEI MAHESA WICAKSONO, KAMU HARUS MEMBAYAR INI SEMUA!" teriakku lantang, semua orang yang berada disitu memandangku. Dalam rintik hujan itu warga mulai meninggalkan makam, aku masih berdiri disitu menikmati hujan yang meghilangkan tangisku.
"Sudahlah den, cita-cita mereka sudah terwujud yaitu bertemu dengan den arya" ucap nenek surti sembari memayungiku, aku terhanyut dan memeluknya sambil menangis. Di tenangkannya diriku dengan elusan lembut di punggungku. Ditemaninya aku pulang dan Diceritakannya kepadaku berbagai penderitaan kakek dan nenek karena Ayah, ya kakek dan nenek menderita bahkan di hari tuanya mereka memilih tinggal di gubuk tua walau banyak warga yang menawari untuk merawat mereka.
Pada hari kedua kepergiaanku, aku tinggal di desa bayu biru untuk melakukan doa selama 7 hari atas kepergian kakek wicaksono dan nenek mahesawati. Banyak cerita indah mengenai kakek dan neneku, warga secara bergantian menceritakan bagaimana kehidupan kakek dan nenek selama masih menjadi orang terpandang. Mereka bahkan tak mengenal waktu ketika menceritakan apa yang mereka dapatkan dari kakek dan nenek. Cerita-cerita mereka membuat aku tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala bagaiamana kakek sehebat itu memiliki anaka seperti Ayah. 7 hari berlalu, hingga akhirnya aku harus meninggalkan tempat ini.
Aku kemudian berpamitan kepada seluruh warga di desa banyu biru dan berterima kasih kepada mereka kutinggalkan uang sebesar 30 juta kepada kepala desa mereka. Nenek Surti mengantar kepergianku hingga di mulut jalan setapak. Dia juga menambahi sedikit cerita bagaimana perlakuan Ayah terhadap warga sekitar. Warga sebenarnya berani melawan hanya saja karena menghormati Kakek mereka mengurungkan niat mereka. Aku berpisah dengan nenek surti, aku kemudian melewati jalan berangkatku dengan penuh rasa sakit di hatiku. Memang aneh dimana-mana perjalan pulang selalu lebi cepat dari perjalanan berangkat.
Aku telah sampai di desa banyu abang langsung aku menuju ke rumah pak roto dengan membawa kesedihan dalam hatiku walaupun begitu aku harus tetap mup-on. Aku tiba di rumah pak roto mereka menyambutku dengan senyuman. Kucoba menghilangkan duka dalam hatiku dan kembali ke kehidupan semula.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
Di hari kedatanganku aku mencoba melakukan semua aktifitas seperti biasa di keluarga pak roto. Ya beres-bereslah atau mungkin membantu pak roto bertani, mbak maya berjualan. Semua kegitan itu akhirnya membuatku bisa kembali tegar dan hatiku kuat kembali . pada hari ke-12 Tubuh ini terasa sangat letih dan tiba-tiba saja badanku panas pada malam harinya, yang mampu aku lakukan hanya tidur. Padahal besok aku harus pulang. Pada pagi harinya di hari ke13 kepergianku pak roto mengetahui aku sakit ketika pak roto tidak mendapatiku makan pagi, dan mbak maya disuruhnya untuk merawatku.
"Mbak Maya...." ucapku lirih, kemudian aku bangkit menatapnya yang sedang menyeka tubuhku.
"Sudah mas, tiduran saja biar saya yang merawat mas, mas tidak udah khwatir..." ucap mbak maya dengan senyumannya
Kami kemudian berbincang-bincang kembali membahas yang tidak perlu dibahas. Kepalaku kemudian menengadah keatas melihat langit-langit kamar. Tiba-tiba mbak maya mengecup leherku.
Aku jadi kaget ketika mbak maya mengecup leherku.
"Eh... mbak bikin kaget saja..." ucapku
"Mas arya yang bikin kaget mbak..."balasnya kepadaku
"Yeee... kok bisa aku mbak...?" belaku
"Ya bisa, itu nyatanya batang tiba-tiba berdiri, mau keluar dari celana dalam mas..." ucapnya sedikit melirik dedek arya
"HEEEEH! Maaf-maaf mbak, tidak tahu aku mbak...." ucapku kemudian di balas dengan tawa cekikikan dari mbak maya. Kemudian mbak maya bangkit hendak meninggalkan aku sendiri di kamar, tapi ternyata hanya mengunci pintu dan duduk kembali di tepi kasur yang tak beranjang ini. Aku jadi bingung dengan kelakuan mbak maya, melihatnya dengan wajah yang sayu kepdaku. Direbahkannya kepalanya di dadaku, dan memluk erat diriku.
"Mbak... ada apa?" ucapku kepadanya, kemudian mbak maya bangkit dan mendaratkan bibir tipisnya ke bibirku. Bathinku menolak tapi tubuhku tidak sama sekali, ditambah hampir beberapa bulan ini Ibu sibuk dengan urusannya. Aku membalas ciuman dari mbak maya, tanganku turun ke dada mbak maya yang ditutupi kaos ketat dengan belahan dada yang lumayan memerlihatkan belahan dadanya dan lengat sedikit tertutup kaosnya. Kuremasi tonjolan itu, ciumanku tetap berjalan lebih ganas dari sebelumnya. Kusedot dengan penuh nafsu dan ku jilati bibir mbak maya dengan penuh birahi, mbak maya pun membalasnya dengan sangat galak. Remasan tanganku kemudian mencoba membuka kaos yang dikenakannya. Kuloloskan bajunya hingga tersembulah susu yang terbungkus BH berpenyangga. Kuremas susu itu dengan kedua telapak tanganku serta kuciumi bagian lembah susunya.
"Aaaaahhh... mas Aryiaaaaahhhh.... enak mas, teruuuusssshhhh" ucapnya
"hmmm.... mmm.... mmmm...." ucapku tersumbat oleh lembah susunya
Kuhentikan ciuman itu, kemudian aku lepas BH mbak maya. Dan Bullll..... terpampanglah susu mbak maya yang montok dan lumayan besar, paling tidak lebih besar punya mbak maya ketimbang punya tante ima, dibandingkan dengan Ibuku? jelas punya Ibu number one. Kuremasi kedua susu itu dengan lembut, dan sesekali aku melumat bibir mbak maya. Semakin gemas aku dengan susunya yang telah lama aku tidak pernah merasakannya. Aku jilati dengan caraku, jilati melingkar pada susu kirinya memutar semakin lama semakin mendekati putingnya pada susu bagian kirinya aku elus dengan jari-jariku memutar seirama dengan jilatan lidahku pada susu kanannya dan ketika sampai pada putingnya aku mainkan putingnya dengan jariku.
"Ahhh... mas... nikmaaathhh mashh... ssssshhhhh..."
"Terushhh mash... mashhh aaaahhhhh.... ufthhh....." racaunya.
Secara bergantian susu mbak maya yang sedikit kendor kebawah ini aku nikamti. Desahan dan racauan semakin keras terdengar. Aku jadi semakin bersemangat menggarap susu mbak maya ini, kemarin dapat kopinya sekarang dapat susunya.
"Mbak..." ucapku sambil memandangnya, kedua tanganku masih meremas susu mbak maya. Mbak maya yan melihatku kemudian menciumku dengan penuh hasrat ingin dipuaskan.
Kurebahkan tubuh mbak maya di kasur itu dan kulorotkan hingga terlepas. Kucium susu mbak maya semakin lama semakin turun keperutnya. Terlihat goyangan tubuh mbak maya yang kegelian. Ciumanku turun semakin turun dan ahhh aroma wangi segar vagina yang tidak pernah aku rasakan. Sedikit aku angkat pinggang mbak maya, langsung aku jilati dari bagian bawah antara anus dan vagina ke atas, begitu berulang-ulang hingga mbak maya kelojotan merasakan jilatanku. Jilatanku kemudian aku variasikan dengan sedotan-sedotan halus pada klitorisnya. HEI! DIMANA AKU MENDPATKAN TENAGA INI?! AKU KAN SAKIT! Masa bodohlah....
"ahh... mas... tempekku mbok apakno... (Vaginaku di apakan)"
"suamiku tidak pernah mashhhh.... aiiiiih nikmat mas... terus... terusssh mash...." racaunya
Aku kemudian menaruh sebatang jari tengahku ke dalam vagina mbak maya, kutanamkan di dalamnya. Kemudian dengan menekuknya aku kocok vagina mbak maya secara kasar dan keras.
"AAAH AAAAH AAAH.... aish auh ouwh...."
"ah.. ah.. ah.. ah.. ah.. enaaaaak... terus mash... "racaunya menerima setiap kocokan jariku didalamnya. Lama aku melakukan hal itu disertai sedotan-sedotan kasar pada klitorisnya.
"aissssh... aissssh.... efthhhh ah ah haaaaaaaaaaaahhhhhhhhh"
"aku mau pipis... ouwh aish ah ah" racaunya. Semakin mendengar racaunya semakin keras aku mengocok vagina mbak maya.
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" teriak mbak maya, terasa cairan hangat keluar dari dalam vaginanya membasahi jari-jariku. Kulihat wajah mbak maya nampak puas menerima pelayananku, aku yang tidak dalam kondisi fit kemudian duduk bersandar mengumpulkan tenaga. Tiba-tiba mbak maya bangkit dan dilorotkannya celanaku dengan paksa maka berdiri tegaklah dedek arya "TOEEEENG... AKU BEBAS! YAELAH.... MASA GAK ADA YANG PERAWAN KAKAK??!". Cerewet sekali ini dedek aryaku, sudah puasa lama masih saja mencari perawan.
"Aaaaaa.... besar banget massssss...." ucap mbak maya kaget, dengan lembut mbak maya kemudian mengocok dedek arya
"Aku capek, mbak masih belum fit, terserahhhhhhhhhhh" ucapku terpotong dan merintih merasakan dedek arya yang masuk dalam rongga mulut mbak maya. Dikulumnya dedek arya dengan sangat buas, tanpa memegangnya mbak maya menjilati setiap bagian dari dedek arya layaknya seekor anjing yang mengendus-endus dengan posisi mbak maya yang sedikit menungging. Dijilatinya dan dikulumnya setiap nano meter dedek arya.
"Terus mbahhhk oufth kulum sedot mbak, sedot kontolku... aiiiih ufth enaaaak mbak" rintih nikmatku
Disedotnya dedek arya dengan ganas dan dengan sangat bernfsu. Melihat pemandangan itu membuat aku semakin menggebu-gebu, posisi mbak maya yang menungging dan mengulumi dedek arya. Dengan segenap kekuatan bulan eh dengan segenap kekuatanku aku kemudian bangkit dan menarik mbak maya untuk rebah kembali. Kuarahkan dedek arya menuju liang senggamanya. Perlahan aku memasukannya, perlahan pula aku mendorongnya.
"Ufthhhhhhhhhhhhhhhhh.... pelan mashhhh... besaarhhhh sakithhhh massshhhh"
"Teruuuusssh masssshhh lebih dhalammmhhhh ehhhh" racaunya
"Pelan apa terus mbak" ucapku sambil menghentikan aksiku
"Pelan mas tapi terus, burung mas itu beshhhhhar" ucapnya kepadaku
"Burung?" tanyaku
"Cepetan masukin kontol, KONTOL mas... KONTOL MAS ARYA KE MEMEKKU!" pinta mbak maya sedikit membentak. Aku tersenyum kemudian aku masukan dedek arya ke dalam memek mbak maya dan bless vagina mbak may telah menelan semua dedek arya. Tenggelamlah sudah kapal dedek arya yang selama ini berlayar dengan gagahnya dan kini harus tenggelam dan hanyut dalam pusaran vagina mbak maya.
"Aissssssssssh besaaaaaar penuh bangetttttttttt...."
"Kontolmu mas, kontolmu mentok didalammmmmhhhhhh"
"kenthu aku... kenthu tempekku mas... kenthu yang dalammmhhh ouewhhh"racau mbak maya
Kembali aku menggoyang dan menggoyang pinggulku semakin lama semakin cepat. Susu mbak maya tampak berguncang seirama dengan goyangan pinggulku. Dengan cepat langsung aku tangkap kedua buah susu itu dengan kedua tanganku, aku remas sangat keras. Semakin keras aku menggoyang semakin keras aku meremas susu mbak maya.
"Remas....aissshh ufth.... goyang teruuussssshshhh nikmat massshhh....."
"sedikit lagi mas, sedikit lagi aaaaaaaaahhhhh...." racaunya
Kugoyang pinggulku dengan keras dan cepat membuat mbak maya belingsatan tubuhnya bergerak ke kanan dan keiri, kadang tubuhnya melengking ke atas ketika aku hujamkan sedalam mungkin dedek arya.
"mashhh... aku keluarrrr..... mau keluarrrhhhh aaaahhh" ucap mbak maya
"kelauaaaarrrr.... aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh" teriak mbak maya ketika di puncak kenikmatan. Aku yang sebentar lagi merasakan muntahnya lahar, terus menggoyang tanpa mempedulikan mbak maya.
"aduh mas, aduh mas.... berhenti dulu...." ucapnya sambil kedua tangannya memegang kedua tanganku yang masih meremas dua buah susunya. Dan...
Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot
Tanpa pikir panjang kukeluarkan sperma itu ke dalam vagian mbak maya. Aku rebah di atas tubuh mbak maya, yang kemudian memelukku erat. Aku kelelahan sangat kelelaha karena tubuh ini masih belum fit. Kuciumi tubuh indahnya dan kemudian kukecup keningnya. Kupeluk erat tubuh mbak maya, hingga aku tertidur di atasnya.
Suara ayam yang petok-petok di siang hari membangunkan aku kudapati diriku terbaring disamping mbak maya. Kulihat mbak maya ikut terbangun kemudian tersenyum kepadaku. Dipeluknya aku kembali dan diciumnya bibirku kami saling melumat dan saling menyedot.
"Sudah ya mas, sudah sembuh belum sakitnya?" ucap mbak maya kepadaku. Memang setelah persetubuhan pagi tadi tubuhk tampak ringan. Kulihat mbak maya kemudian bangkit dan memakai satu per satu bajunya.
"Iya mbak, sudah agak mendingan" ucapku kepada mbak maya, kulihat dari wajahnya dengan taapan sedikit melamun itu tersirat suatu kepuasan tersendiri tetapi ada sesuatu yang tampaknya mengganjal dalam hatinya
"Mbak...." ucapku lirih memanggilnya
"Ada apa mas?" jawabnya, dengan sedikit tersenyum mencoba menyembunyikan sebuah teka-teki dalam hidupnya
"Cuma pengen manggil saja mbak, karena... tidak apa-apa... tidak jadi he he he" ucapku cengengesan
"Terima kasih mbak..." lanjutku, dijawabnya hanya dengan seyum dan anggukan yang kemudian memandang entah kemana.
Kulihat wajah ayunya yang telah mendapat kepuasan itu kembali memandang tembok di samping kasur. Tatapan yang kosong membuat aku merasa bersalah kepadanya. Dengan lembut dan tubuh telanjangku, aku beranjak dari tempatku kemudian memeluknya dari belakang. Mbak maya yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan mendorong sedikit tubuhnya ke arahku.
"Mas..." ucapnya lirih yang hanya terdengar olehku
"Iya mbak...mmmm.... aku minta maaf jika semuanya terjadi sejauh ini" ucapku lirih tepat ditelinga kanannya
"Ndak papa owk mas, Cuma..." balasnya
"Cuma apa mbak?" tanyaku kembali kepadanya
"Jangan sampai Ibu dan Isti tahu ya, kalau masih ingin lagi mbak siap" ucapnya lirih kepadaku, aneh bagiku kenapa yang disebutkan hanya Ibu Roto dan Anaknya, kenapa Pak Roto tidak disebutkan?
"Bingung ya mas? Hi hi hi..." ucapnya tiba-tiba dengan senyuman nakal
"Hm... mungkin mbak..." jawabku
"Sebenarnya... "ucapnya lirih, membuat aku bertanya-tanya dalam diamku aku masih tetap memeluknya. Seakan-akan tahu rasa penasaranku, mbak maya kemudian melanjutkan kalimat yang terpotong itu
"Sebenarnya, mbak maya disuruh sama bapak untuk merawat mas arya" ucapnya
"saya tahu mbak..." jawabku lirih
"Kalau semisal sampai sejauh ini, mas Arya jangan marah ya mas, mbak cuma menjalankan perintah bapak saja" lanjutnya, aneh sangat aneh.
"Berarti kejadian tadi itu juga perintah pak roto? Dan pak roto juga sudah tahu?" tanyaku memburu kepadanya
"Jangan marah gitu mas, mbak maya jelasin ya tapi mas jangan marah-marah nantinya karena kontol mas jadi sasaran tempikku, habis mas ganteng sich... hi hi hi" jawabnya yang semakin aku tidak mengerti, dari kata-katanya terlihat bagaimana dia membutuhkan dedek arya
"Jadi bingung mbak, sebenarnya aku juga seneng kok mbak, kenapa harus marah-marah sama mbak? Kan dapat durian runtuh mbak" ucapku sambil melepaskan pelukanku dan merebah di tempat tidur
"Syukur kalau gitu, takutnya mas arya itu marah kalau dapet lawan wong ndeso..." ucapnya yang benar-benar tidak masuk akal, ndeso sich ndeso tapi bodi kamu, wajah kamu KOTA!
"Ya sudah mas kalau begitu, mbak maya mau beres-beres rumah dulu ya, nanti malam lanjut lagi"
"kalau sudah sepi hi hi hi" lanjutnya sambil berbalik dan mencium bibirku, aku tidak membalasnya
"kenapa mas?" tanya mbak maya
"Karena mbak memikirkan hal lain... aku ingin tahu yang mbak pikirkan" ucapku
"Hmmm... " gumamnya
"Ini hanya rahasia kecil, dan sampai sekarang membuat mbak merasa bersalah kepada suami mbak yang amat mbak cintai, ketika mbak melakukannya dengan mas Arya, mbak teringat suami mbak yang sekarang jualan di daerah mas arya"
"Dia orang yang baik mas, juga pengertian dan sayang sekali dengan mbak dan isti..."
"Hingga mbak menemukan suatu kenyataan pahit kalau suami mbak tidak bisa menghamili mbak" jelasnya yang seakan-akan memutar ingatannya kembali ke masa lalu. Mbak maya kembali merebahkan tubuhnya di atas tubuhku yang sedang rebahan di tempat tidur.
"Mbak Cuma pengen curhat, karena jika curhat sama tetangga bisa-bisa di usir dari desa" lanjutnya
"Memangnya kenapa mbak?apakah karena ini?" tanyaku kepada mbak maya
"Bukan mas, kalau yang barusan kita lakukan mbak rasa, mas arya bisa jaga rahasia, bisa kan?" tanyanya kepadaku
"Bisa mbak..." ucapku
"Sebenarnya ini tentang isti, setelah mbak tahu suami mbak tidak bisa menghamili mbak, mbak sempat stress bener-bener stress. Hingga pada saat itu muncul hal gila" jelasnya terpotong
"Hal gila?" tanyaku
"Iya, hal gila, hal gila dengan merayu bapak untuk menghamiliku mas..." jelasnya yang membuat aku bangkit dari rebahanku dan begitupun dengan mbak maya.
"Sudah mas jangan kaget gitu, ya mau bagaimana lagi mas, mbak terlalu sayang sama suami mbak, tapi tenang saja mas mbak juga sudah jarang gituan sama bapak setelah isti lahir..."
"Setelah isti lahir, akhirnya suami mbak merasa hebat dan itu membuat mbak bahagia begitu pula bapak, walau setelah isti lahir bapak tidak pernah meminta kadang malah mbak yang minta hi hi hi" ucapnya dengan senyum nakal. Dan aku hanya memandangnya dengan senyuman.
"Ah aku kira, dia menyesal melakukannya denganku ternyata dia butuh juga, aku? Sangat butuh he he he he" bathinku
"Mas jangan bilang sama Ibu lho mas, apalagi sama isti hi hi hi" ucapnya
"Iya mbak, tidak mungkinlah aku bilang sama mereka" ucapku
"Ini semua juga perintah bapak, karena dari kemarin mbak merayu bapak tapi bapak tidak mau, terus waktu mas sampai disini eh mas malah sakit..."
"Ya bapak nyuruh saya merawat mas dan... sekalian saja bapak nyuruh aku sama mas, sekalian mau balas jasa katanya" jelas mbak maya
"Balas jasa?" tanyaku heran
"Iya balas jasa, karena dulu sekali sewaktu bapak masih nol, makan saja susa, kakek mas arya yang membiayai semua kebutuhan dari makan, rumah, menikah dengan ibu sampai persalinan ketika mbak lahir" jelasnya
"Sudah ya mas, nanti lagi ngobrolnya... hi hi hi" jelasnya kemudian mencium bibirku dan kali ini aku membalasnya
"Pokoknya selama mas disini, mas boleh make kapanpun tapi jangan sampai ketahuan Ibu sama Isti ya mas hi hi hi" ucapnya dengan senyuman nakal. Aku hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan sama mbak maya kemudian mba maya memberesi kamar.
"Nanti malam lanjut lagi ya mas, mbak maya pengen lagi, biasanya orang kota pinter gaya-gaya gitu. Pokoknya terserah mas arya hi hi hi "
"Dadah mas arya ganteng..." ucapnya sambil mengecup keningku yang kemudian mbak maya berlalu meninggalkanku sendiri di dalam kamar. Bener-bener aneh, sayang sama suaminya tapi kenapa minta tambah ya? Perlukah aku selidiki?. Dan tiba-tiba mbak maya masuk lagi ke dalam kamar seakan-akan tahu pertanyaan dalam pikiranku.
"Jangan mikir macam-macam ya mas, mbak maya cuma melaksanakan tugas hi hi hi dn satu lagi mas jangan bikin mbak jatuh cinta sama mas arya lho, karena mbak cintanya cuma sama suami mbak hi hi hi" ucapnya, kemudian aku pegang tangganya
"Mbak, mending tidak usah kita lakukan lagi mbak, ini yang pertama dan terakhir, kasihan suami mbak maya" ucapku dengan tatapan mata yang tajam
"Sssst... jangan keras-keras, mbak sama suami mbak memang saling mencintai, tapi..."
"Mbak pernah menemukan sekali dalam sematpon-nya itu foto dia sama cewek lagi selpi gitu mas, kalau selpi-nya kaya di tipi-tipi itu tidak apa-apa mas, lha wong selpi-nya sambil telanjang mas" jelasnya kepadaku
"Berarti mbak mau balas dendam ceritanya?katanaya cinta banget sama suaminya?" tanyaku dengan nada sedikit bercanda
"Ya bukan balas dendam mas, sekali-kali nyoba yang lain mas hi hi hi...." ucapnya kepadaku, yang kemudian melepaskan genggaman tanganku
"dah cowonk ganteng,hmmm... KONTOL-nya gede hihihi" ucapnya dengan santainya langsung keluar dari kamarku. Hadeeeeh... tepuk jidat dah aku dan langsung rebah di kasur ini. kemudian aku tertidur kembali, ketika siang menjelang aku terbangun karena mbak maya masuk ke dalam kamar membawakan makanan. Aku disuapinya walaupun setelah istirahat ini badanku seudah merasa sehat kembali.
Hari ini kulalaui dengan berbaring saja, sore hari mbak maya hadir untuk menyeka tubuhku tapi aku menolaknya karena aku sudah agak mendingan dan kuputskan untuk mandi. Sedikit kekecewaan di wajah mbak maya tapi tak kuhiraukan, aku tidak mau mengambil resiko karena Ibu dan Isti sudah berada di rumah. Sinar mentari mulai larut dalam kegelapan malam. Ketika malam menjelang setelah aku membereskan kamar aku diajak untuk makan malam bersama mereka. Tampak kegembiraan di rumah ini, andai saja Ayah dan Ibu bisa seperti ini. Ayah? Tiba-tiba darah ini mendidih bagaikan petir inging mencabik-cabik lelaki itu. Segera kuselesaikan makan malam itu dan kembali ke dalam kamar. Aku kemudian melihat kembali kalung pemberian nenek, sebuah kalung dengan bandul yan terbuat dari batu entah itu batu permata atau batu giok yang tembus pandang didalamnya ada sebuah motif berbentuk seekor kerbau yang jika diputarkan bandul kalung itu akan tampak kerbau yang sedang berjalan. Kusimpan kembali kalung itu didalam tas. Sejenak aku keluar dan duduk-duduk di teras kamarku dengan asap dunhill yang menemaniku.
"Ah, tinggal setengah bungkus" bathinku,
Kumasukan korek gas kedalam bungkus dunhill dan kuletakan di teras rumah untuk mengambil minuman di kamar tapi sialnya aku malah mengantuk. Tanpa mengambil dunhill kesayangan kukunci pintu dan tertidur pulas. Ditengah malam, aku terbangun karena ada suara ketukan dipintu kamarku. Ketika aku membuka pintu kamarku....
"Kamu siapa nang (nak)?" ucap kakek wicak (kakekku)
"Siapa kamu le (nak), sudah jangan menangis" ucap nenek mahesawati (nenekku)
Aku mash menangis dan menangis melihat keadaan mereka, tak menyangka jika kehidupan mereka seburuk ini. Tidak menyangka jika Ayahku, anak mereka membuat semua ini terjadi. Tidak menyangka jika mereka harus merasakan pahitnya hidup karena Ayahku.
"Arya, hiks hiks hiks Arya Mahesa Wicaksono, anak dari Mahesa Wicaksono"
"Arya kesini untuk menemui kakek dan nenek" ucapku tersengal sengal dengan kucuran air mata yang mengalir di pipiku. Jeritan kerasku membuat semua orang yang cerada di desa itu berkumpul di gubuk ini untu kmelihatnya. Tampak air mata juga ikut menetes dari pipi lelaki setengah baya ini. seorang nenek dari luar kemudian masuk membuatkan aku minuman, dan aku masih dalam memeluk kakek dan menggenggam tangan neneku.
"Benarkah kamu Arya, anak mahesa" ucap neneku, yang kemudian mencoba bangkit aku yang tahu itu kemudian membantunya dan kemudian bersandar di dada kakekku. Kini kakek dan nenekku berada dihadapanku dan aku masih berlutut di atas tanah memandang mereka. Kupeluk mereka berdua, kata-kata kangen selalu keluar dari mulutku, kata-kata rindu dan sayang menggelontor selalu dari bibirku untuk mereka. Lama sekali aku memeluk lama pula aku menangis.
"Iya nek, kek, Arya kesini karena dari dulu Arya tidak pernah bertemu kakek dan nenek" ucapku dengan langan air mata yang tak tahu bagaimana cara menghentikannya. Kedua tangan nenek kemudian memegang kedua pipiku dan melihat wajahku.
"Duh gusti, akhire kowe goleki aku karo mbah kakungmu leeeeee.....(Ya Tuhan, akhirnya kamu mencari aku dan kakekmu naaaaaak)" ucap nenek sembari air matanya keluar
"Ganteng yo pak'e putune dewe iki (ganteng ya pak, cucu kita ini)" ucap nenek sembari memandang kakekku
"Wah iyo, ganteng untung kowe ki koyo Ibumu (wah iya, ganten, untung kamu seperti ibumu)" ucap kakek dengan senyum mengembang yang kemudian mereka berdua memeluku dengan sangat erat. Momen indah ini aku rasakan dengan sangat memilukan, akhirnya aku bisa bertemu dengan mereka. Elusan dari tangan yang sudah mulai kasar karena kulit yang mulai menggelambir terasa sangat lembut aku rasakan di kepalaku. Terasa linangan air mata mereka membasahi kepalaku. Lama kami berpelukan tampak semua orang yang melihat kemudian ikut menangis.
"Ini minumnya den" ucap seorang nenek yang menyediakan minuman kepadaku dan kakek yang dibawanya dari arah luar, memang dalam gubuk ini hanya ada ranjang ini saja. Aku mengucapkan terima kasih kepada nenek itu, nenek itu kemudian duduk di atas tanah tak jauh dari tempatku berlutut.
"Kakek dan nenek ikut Arya pulang kerumah ya?" ucapku
"Tidak, nenek dan kakek tidak akan ikut arya, tidak, sekalipun arya memaksa, kami tidak ingin bertemu mahesa lagi" ucap kakek yang kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi wajah kebencian
"Kenapa kek? Daripada kakek tinggal ditempat ini, nanti kakek dan nenek tambah sakit, Akan arya buatkan rumah sendiri untu kakek dan nenek nanti biar Arya bisa sering ketemu dengan kakek dan nenek" ucapku
"Tidak Arya, kakek dan nenek tidak bisa" ucap kakekku
"Kata Pak roto, Kakek dulu orang berpunya kenapa sekarang tinggaldi tempat seperti ini. kakek dan nenek harus ikut arya!" paksaku
"Tidak Arya, kakek dan nenek tidak bisa" ucap kakekku kembali
"Adakah sesuatu antara kakek dan nenek dengan Ayah?" tanyaku
"Banyak...." ucap kakek
"Ceritakan kepada Arya semuanya, kenapa kakek tidak inginbertemu ayah?agar arya tahu siapa sebenarnya ayah" ucapku sambil memandang mereka berdua. Mereka kemudian saling memandang dan mengarahkan pandangan ke arahku
"Biarkan kakekmu yang bercerita, kemarilah nenek masih kangen sama kamu arya" ucap nenek, aku sedikit menggeser tubuhku dan kuletakan kepalaku di pangkuan nenekku.
"Akan kakek ceritakan semuanya...."
"Surti, kamu tidak perlu duduk dibawah seperti itu, kamu bukanlah pelayanku lagi bangkitlah jangan kau rendahkan dirimu dihadapanku" ucap kakek kepada nenek tua yang duduk tidak jauh dariku
"Tidak ndoro, sekalipun ndoro bukan ndoro saya lagi, tapi dalam hati kami, di hati masyarakat desa banyu biru dan desa bayu abang, ndorolah yang telah menjadi penolong kami, kami tidak bisa melupakan itu semua ndoro, apapun yang terjadi, kami semua adalah abdi ndoro" jelas nenek surti, yang kemudian di iyakan oleh orang-orang yang berada di sekitarnya, tampak mereka masih menaruh hormat kepada kakekku. Kakek dan Nenek hanya tersenyum meliat mereka semua.
Secara perlahan kakek menceritakan semua dari awal, tentang seorang juragan paling kaya di daerahnya memilik istri bernama mahesawati. Dialah kakekku bernama Wicaksono. Kehidupan mereka dikatakan lebih dari cukup, hidup bergelimangan harta tapi tak membuat kakek dan nenek takabur. Hingga lahirlah seorang anak yang kemudian di beri nama mahesa wicaksono.
"Dulu itu uhuk uhuk... nenek memberi nama itu kepada Ayahmu dengan tujuan, dia menjadi seekor kerbau yang kuat,hebat dan bijaksana serta tidak bodoh tapi uhuk uhuk uhuk...." ucap nenekku menyela
"Sudah, nek biar kakek yang bercerita..." ucap kakek yang kemudian kakek melanjutkan ceritanya itu
"Mahesa adalah kerbau? Mimpi itu...." bathinku dalam hati
Mahesa tumbuh menjadi laki-laki yang pintar, pintar dalam berbicara dan pintar dalam ilmu pengetahuan. Dia bersahabat dengan seorang tetangga kakek bernama Nicolas Rahman, ketika berumur 13 tahun Nico ditinggal oleh Ayah Ibunya karena kecelakaan dan kemudian di asuh oleh Kakek dan nenek. Waktu berjalan umur mereka pun bertambah, bukan menjadi laki-laki bijaksan yang disiapkan untuk menjadi penerus kakek tapi Ayah menjadi seorang pemuda yang ugal-ugalan, bengal, mabok-mabokan, pecandu narkoba, dan suka main perempuan. Itu dikarenakan Ayah dan Om Nico salah dalam pergaulan hingga membuat kakek dan nenek kelimpungan dan sering berurusan dengan polisi.
Kelakuan Ayah dan Om Nico berlanjut dengan suka main judi, hingga semua harta kakek dan nenek ludes. Bahkan ketika itu kakek dan nenek diancam dibunuhnya jika mereka tidak melunasi hutang-hutangnya. Dengan terpaksa kakek dan nenek menjual semua kekayaan merekatapi tetap tidak cukup. Kemudian Ayah mendengar kabar jika dulu kakek Ayah (Ayah dari Kakek Wicak) pernah bercengkrama mengenai menikahkan cucunya.
"Pada dasarnya itu bukanlah janji, melainkan hanya candaan kakek buyutmu seandainya tidak dilaksanakannya pun itu tidak melanggar janji kakek buyutmu" ucap kakekku, aku hanya memandang kakek dan masih setia mendengarkan cerita dari mereka
Ayah kemudian memaksa kakek dan nenek agar membuat pernikahan antara Ayah dan Ibu terlaksana. Kakek dan nenek menolak tapi ancaman dibunuh membuat mereka akhirnya tunduk pada kemauan Ayah. Ayah memaksa Kakek dan Nenek untuk berbohong kepada kakek Warno dan nenek Ayu jika itu adalah janji yang harus di lunasi. Karena pada dasarnya kakek warno dan nenek ayu tidak tahu menahu soal itu, mereka akhirnya menyetujuinya.
"Tujuan Ayahmu adalah bisa menjadi pejabat di daerahmu, dan mengeruk semua uang di daerahmu itu. Arya tahukan jika dulu kakek warno adalah seorang kepala daerah" ucap kakek, dan aku hanya menganggukan kepala
Setelah pertunangan itu, karena terbelit hutang yang sangat besar mau tidak mau Ayah harus segera mendapatkan Ibu dan terjadilah pemerkosaan itu. Semua rencana itu dibicarakan di rumah kakek, kakek yang mengetahuinya kemudian mencegah mereka tapi yang didapatkan adalah pukulan dan cacian dari mereka berdua. Hingga pernikahan selesai dilangsungkan, Ayah tidak pernah lagi menjenguk Kakek dan nenek. Kakek dan nenek dilarang menjenguk cucunya yang ketika itu lahir, ya menjengukku. Kakek dan nenek terus memaksa ingin bertemu denganku tapi yang didapat oleh kake dan nenek adalah sebuah balasan yang selama ini tidak diharapkan orang tua dari anaknya. Kakek dan nenek kemudian di miskinkan kembali oleh Ayah, dengan cara menjual satu-satunya rumah milik mereka. Pada saat itu kakek dan nenk tinggal di gubuk kecil di desa banyu abang.
"Pernah saat itu, kakek dikirimi uang oleh Ayahmu, ketika kakek bertanya ini uang dari hasil kerjanya atau mengambil hak orang lain. Ayahmu langsung marah-marah tak tentu dia menyeret kakek dan nenek di tengah jalan mencaci maki dan bahkan meludahi"
"Di bilangnya kakek dan nenek adalah orang tua tidak tahu diuntung...." ucap kakekku, mendengar itu hatiku terasa berdetak semakin kencang, semakin panas terbakar oleh api kebencianku
Hingga suatu hari kakek dan nenek memutuskan untuk pindah ke desa banyu biru dengan tujuan menghidnari anaknya. Pernah sesekali Ayah mencari kakek dan nenek, tapi penduduk desa bungkam akan keberadaan kakek dan nenek. Karena mereka tahu Ayah akan menyiksanya lagi. Hingga sekarang di desa banyu biru ini kakek masih mendapatkan pelayanan layaknya seorang juragan dari penduduk desa, karena kebaikan-kebaikan yang dilakukan dari masa lampau. Ya, kakek selalu mencoba untu berbagi ketika masa jayanya, menyekolahkan anak tetangga, menikahkan mereka yang kekurangan biaya, membangunkan rumah-rumah penduduk dan masih banyak lagi kebaikanb-kebaikan yang tidak bisa dilupakan oleh mereka semua.
"Pak'e kayane wes cukup wektune (pak, kelihatanya sudah cukup waktunya)" ucap nenek kepada kakek yang tidak pernah aku pahami dan mengerti. Kemudian nenek mengambil sebuah kalung dari dalam kenditnya.
"Jika suatu saat nanti, Mahesa terjatuh dan tersungkur perlihatkanlah kalung ini" ucap nenek kemudian mereka berdua memelukku
"Kakek sayang kamu Arya"
"Nenek sayang kamu Arya" ucap mereka berdua
"Jadilah laki-laki yang disegani kawan maupun lawan , bersikaplah bijaksana, tanggung jawab dan jadi orang yang selalu bisa mengayomi orang kecil......." ucap kakekku yang kemudian erat memelukku begitupal nenekku
"Kakek dan nenek sangat bahagia, Arya mencari kakek dan nenek, ini kebahagiaan kami yang kedua... setelah melihat Ayah kamu lahir dulu..." ucap nenekku, pelukan mereka begitu erat posisiku masih dibawah mereka, sambil berlutut akupun memeluk kakek dengan sangat erat. Kurasakan hangat tubuh mereka dalam dekapanku aroma wangi tubuh mereka tercium disela-sela udara yang masuk dalam hidungku.
Lama kami berpelukan karena memang aku sangat rindu dengan mereka, mungkin bukan rindu tapi rasa ingin bersama mereka selalu, jika rindu kan sudah pernah ketemu kemudian tak pernah bertemu lagi dalam waktu yang lama. Kepala Kakek dan nenekku berada di kedua bahuku terasa ciuman hangat di kedua bahuku begitupula aku secara bergantian aku menciumi bahu mereka.Lama kami berpelukan hingga akhirnya aku merasakan hal yang aneh pelukan yang semula erat menjadi sangat lemah, deru nafas yang mengalir di bahuku menjadi sangat pelan hingga tidak terasa. Tiba-tiba tubuh mereka yang semula mereka sendiri yang menahan beban tubuhnya kini roboh ke arah tubuhku . Kurasakan tak ada lagi nafas yang di bahuku.... Mataku mendelik kutolehkan ke arah kanan dan kiriku kulihat mata mereka berdua terpejam dengan senyuman indah di bibir mereka. Air mata ini mengucur deras, bibirku yang semula tersungging ke atas karena bertemu mereka sekarang menjadi sebuah kubah.
"KAKEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK"
"NENEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEK"
"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"
Senyuman mereka ketika bertemu tidak akan pernah aku lupakan, kupeluk tubuh mereka erat hingga aku tidak ingin melepaskannya. Baru pertama kali ini bertemu, baru pertama kali in melihat mereka, baru pertama kali ini bercengkrama dengan mereka tapi kenapa...Ya mereka telah menghembuskan nafas terakhirnya, aku masih memeluknya dan memeluknya. Mendapati takdir yang dialami mereka sangat pahit, sangat pahit dan sangat pahit. Tubuh mereka kini aku rebahkan berdampingan dalam pelukanku yang terduduk di belakang tubuh kakek dan nenek, tubuh sepasang manusia yang selalu bersama sehidup-semati. Kudaratkan pelukan dan ciuman di kening mereka dan pipi mereka secara bergantian. Tetes air mata ini tak tertahankan membuatnya seperti air terjun yang tak pernah kering. Warga semua berdatangan, melihat seorang lelaki dan perempuan yang dulu mengayomi, menghidupi mereka kini telah terbaring kaku. Setuap warga bergantian memeluk dan mencium tangan kanan kakek dan nenek. Aku seperti orang gila yang tak ingin melepas tubuh mereka dari dekapanku andai saja warga tidak menyadarkan aku mungkin aku akan menjadi patung yang terus memeluk tubuh kakek dan nenekku.
Pada hari itu juga warga dari desa banyu abang juga berdatangan semua warga, tidak tua tidak muda semua berdatangan. Dibantu dengan warga aku memnguburkan kakek dan nenek dari Ayahku ini. tampak Pak roto dan keluarganya beserta penduduk desa juga hadir. Tangis menderu, air mata berjatuhan layaknya hujan dari langit. Doa telah dipanjatkan dan Warga mulai berdiri meninggalkan makam untuk melanjutkan aktifitas kembali dengan rasa haru dan sedih dalam hati mereka. Di antara makam mereka yang berdampingan, aku yang berlutut kemudian bangkit dan memandang langit biru yang mulai tercoret oleh kegelapan. Seakan-akan langit tahu kesedihanku, butiran air turun dari langit mencoba menghapus air mataku.
"HEI MAHESA WICAKSONO, KAMU HARUS MEMBAYAR INI SEMUA!" teriakku lantang, semua orang yang berada disitu memandangku. Dalam rintik hujan itu warga mulai meninggalkan makam, aku masih berdiri disitu menikmati hujan yang meghilangkan tangisku.
"Sudahlah den, cita-cita mereka sudah terwujud yaitu bertemu dengan den arya" ucap nenek surti sembari memayungiku, aku terhanyut dan memeluknya sambil menangis. Di tenangkannya diriku dengan elusan lembut di punggungku. Ditemaninya aku pulang dan Diceritakannya kepadaku berbagai penderitaan kakek dan nenek karena Ayah, ya kakek dan nenek menderita bahkan di hari tuanya mereka memilih tinggal di gubuk tua walau banyak warga yang menawari untuk merawat mereka.
Pada hari kedua kepergiaanku, aku tinggal di desa bayu biru untuk melakukan doa selama 7 hari atas kepergian kakek wicaksono dan nenek mahesawati. Banyak cerita indah mengenai kakek dan neneku, warga secara bergantian menceritakan bagaimana kehidupan kakek dan nenek selama masih menjadi orang terpandang. Mereka bahkan tak mengenal waktu ketika menceritakan apa yang mereka dapatkan dari kakek dan nenek. Cerita-cerita mereka membuat aku tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala bagaiamana kakek sehebat itu memiliki anaka seperti Ayah. 7 hari berlalu, hingga akhirnya aku harus meninggalkan tempat ini.
Aku kemudian berpamitan kepada seluruh warga di desa banyu biru dan berterima kasih kepada mereka kutinggalkan uang sebesar 30 juta kepada kepala desa mereka. Nenek Surti mengantar kepergianku hingga di mulut jalan setapak. Dia juga menambahi sedikit cerita bagaimana perlakuan Ayah terhadap warga sekitar. Warga sebenarnya berani melawan hanya saja karena menghormati Kakek mereka mengurungkan niat mereka. Aku berpisah dengan nenek surti, aku kemudian melewati jalan berangkatku dengan penuh rasa sakit di hatiku. Memang aneh dimana-mana perjalan pulang selalu lebi cepat dari perjalanan berangkat.
Aku telah sampai di desa banyu abang langsung aku menuju ke rumah pak roto dengan membawa kesedihan dalam hatiku walaupun begitu aku harus tetap mup-on. Aku tiba di rumah pak roto mereka menyambutku dengan senyuman. Kucoba menghilangkan duka dalam hatiku dan kembali ke kehidupan semula.
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
Di hari kedatanganku aku mencoba melakukan semua aktifitas seperti biasa di keluarga pak roto. Ya beres-bereslah atau mungkin membantu pak roto bertani, mbak maya berjualan. Semua kegitan itu akhirnya membuatku bisa kembali tegar dan hatiku kuat kembali . pada hari ke-12 Tubuh ini terasa sangat letih dan tiba-tiba saja badanku panas pada malam harinya, yang mampu aku lakukan hanya tidur. Padahal besok aku harus pulang. Pada pagi harinya di hari ke13 kepergianku pak roto mengetahui aku sakit ketika pak roto tidak mendapatiku makan pagi, dan mbak maya disuruhnya untuk merawatku.
"Mbak Maya...." ucapku lirih, kemudian aku bangkit menatapnya yang sedang menyeka tubuhku.
"Sudah mas, tiduran saja biar saya yang merawat mas, mas tidak udah khwatir..." ucap mbak maya dengan senyumannya
Kami kemudian berbincang-bincang kembali membahas yang tidak perlu dibahas. Kepalaku kemudian menengadah keatas melihat langit-langit kamar. Tiba-tiba mbak maya mengecup leherku.
Aku jadi kaget ketika mbak maya mengecup leherku.
"Eh... mbak bikin kaget saja..." ucapku
"Mas arya yang bikin kaget mbak..."balasnya kepadaku
"Yeee... kok bisa aku mbak...?" belaku
"Ya bisa, itu nyatanya batang tiba-tiba berdiri, mau keluar dari celana dalam mas..." ucapnya sedikit melirik dedek arya
"HEEEEH! Maaf-maaf mbak, tidak tahu aku mbak...." ucapku kemudian di balas dengan tawa cekikikan dari mbak maya. Kemudian mbak maya bangkit hendak meninggalkan aku sendiri di kamar, tapi ternyata hanya mengunci pintu dan duduk kembali di tepi kasur yang tak beranjang ini. Aku jadi bingung dengan kelakuan mbak maya, melihatnya dengan wajah yang sayu kepdaku. Direbahkannya kepalanya di dadaku, dan memluk erat diriku.
"Mbak... ada apa?" ucapku kepadanya, kemudian mbak maya bangkit dan mendaratkan bibir tipisnya ke bibirku. Bathinku menolak tapi tubuhku tidak sama sekali, ditambah hampir beberapa bulan ini Ibu sibuk dengan urusannya. Aku membalas ciuman dari mbak maya, tanganku turun ke dada mbak maya yang ditutupi kaos ketat dengan belahan dada yang lumayan memerlihatkan belahan dadanya dan lengat sedikit tertutup kaosnya. Kuremasi tonjolan itu, ciumanku tetap berjalan lebih ganas dari sebelumnya. Kusedot dengan penuh nafsu dan ku jilati bibir mbak maya dengan penuh birahi, mbak maya pun membalasnya dengan sangat galak. Remasan tanganku kemudian mencoba membuka kaos yang dikenakannya. Kuloloskan bajunya hingga tersembulah susu yang terbungkus BH berpenyangga. Kuremas susu itu dengan kedua telapak tanganku serta kuciumi bagian lembah susunya.
"Aaaaahhh... mas Aryiaaaaahhhh.... enak mas, teruuuusssshhhh" ucapnya
"hmmm.... mmm.... mmmm...." ucapku tersumbat oleh lembah susunya
Kuhentikan ciuman itu, kemudian aku lepas BH mbak maya. Dan Bullll..... terpampanglah susu mbak maya yang montok dan lumayan besar, paling tidak lebih besar punya mbak maya ketimbang punya tante ima, dibandingkan dengan Ibuku? jelas punya Ibu number one. Kuremasi kedua susu itu dengan lembut, dan sesekali aku melumat bibir mbak maya. Semakin gemas aku dengan susunya yang telah lama aku tidak pernah merasakannya. Aku jilati dengan caraku, jilati melingkar pada susu kirinya memutar semakin lama semakin mendekati putingnya pada susu bagian kirinya aku elus dengan jari-jariku memutar seirama dengan jilatan lidahku pada susu kanannya dan ketika sampai pada putingnya aku mainkan putingnya dengan jariku.
"Ahhh... mas... nikmaaathhh mashh... ssssshhhhh..."
"Terushhh mash... mashhh aaaahhhhh.... ufthhh....." racaunya.
Secara bergantian susu mbak maya yang sedikit kendor kebawah ini aku nikamti. Desahan dan racauan semakin keras terdengar. Aku jadi semakin bersemangat menggarap susu mbak maya ini, kemarin dapat kopinya sekarang dapat susunya.
"Mbak..." ucapku sambil memandangnya, kedua tanganku masih meremas susu mbak maya. Mbak maya yan melihatku kemudian menciumku dengan penuh hasrat ingin dipuaskan.
Kurebahkan tubuh mbak maya di kasur itu dan kulorotkan hingga terlepas. Kucium susu mbak maya semakin lama semakin turun keperutnya. Terlihat goyangan tubuh mbak maya yang kegelian. Ciumanku turun semakin turun dan ahhh aroma wangi segar vagina yang tidak pernah aku rasakan. Sedikit aku angkat pinggang mbak maya, langsung aku jilati dari bagian bawah antara anus dan vagina ke atas, begitu berulang-ulang hingga mbak maya kelojotan merasakan jilatanku. Jilatanku kemudian aku variasikan dengan sedotan-sedotan halus pada klitorisnya. HEI! DIMANA AKU MENDPATKAN TENAGA INI?! AKU KAN SAKIT! Masa bodohlah....
"ahh... mas... tempekku mbok apakno... (Vaginaku di apakan)"
"suamiku tidak pernah mashhhh.... aiiiiih nikmat mas... terus... terusssh mash...." racaunya
Aku kemudian menaruh sebatang jari tengahku ke dalam vagina mbak maya, kutanamkan di dalamnya. Kemudian dengan menekuknya aku kocok vagina mbak maya secara kasar dan keras.
"AAAH AAAAH AAAH.... aish auh ouwh...."
"ah.. ah.. ah.. ah.. ah.. enaaaaak... terus mash... "racaunya menerima setiap kocokan jariku didalamnya. Lama aku melakukan hal itu disertai sedotan-sedotan kasar pada klitorisnya.
"aissssh... aissssh.... efthhhh ah ah haaaaaaaaaaaahhhhhhhhh"
"aku mau pipis... ouwh aish ah ah" racaunya. Semakin mendengar racaunya semakin keras aku mengocok vagina mbak maya.
"aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa" teriak mbak maya, terasa cairan hangat keluar dari dalam vaginanya membasahi jari-jariku. Kulihat wajah mbak maya nampak puas menerima pelayananku, aku yang tidak dalam kondisi fit kemudian duduk bersandar mengumpulkan tenaga. Tiba-tiba mbak maya bangkit dan dilorotkannya celanaku dengan paksa maka berdiri tegaklah dedek arya "TOEEEENG... AKU BEBAS! YAELAH.... MASA GAK ADA YANG PERAWAN KAKAK??!". Cerewet sekali ini dedek aryaku, sudah puasa lama masih saja mencari perawan.
"Aaaaaa.... besar banget massssss...." ucap mbak maya kaget, dengan lembut mbak maya kemudian mengocok dedek arya
"Aku capek, mbak masih belum fit, terserahhhhhhhhhhh" ucapku terpotong dan merintih merasakan dedek arya yang masuk dalam rongga mulut mbak maya. Dikulumnya dedek arya dengan sangat buas, tanpa memegangnya mbak maya menjilati setiap bagian dari dedek arya layaknya seekor anjing yang mengendus-endus dengan posisi mbak maya yang sedikit menungging. Dijilatinya dan dikulumnya setiap nano meter dedek arya.
"Terus mbahhhk oufth kulum sedot mbak, sedot kontolku... aiiiih ufth enaaaak mbak" rintih nikmatku
Disedotnya dedek arya dengan ganas dan dengan sangat bernfsu. Melihat pemandangan itu membuat aku semakin menggebu-gebu, posisi mbak maya yang menungging dan mengulumi dedek arya. Dengan segenap kekuatan bulan eh dengan segenap kekuatanku aku kemudian bangkit dan menarik mbak maya untuk rebah kembali. Kuarahkan dedek arya menuju liang senggamanya. Perlahan aku memasukannya, perlahan pula aku mendorongnya.
"Ufthhhhhhhhhhhhhhhhh.... pelan mashhhh... besaarhhhh sakithhhh massshhhh"
"Teruuuusssh masssshhh lebih dhalammmhhhh ehhhh" racaunya
"Pelan apa terus mbak" ucapku sambil menghentikan aksiku
"Pelan mas tapi terus, burung mas itu beshhhhhar" ucapnya kepadaku
"Burung?" tanyaku
"Cepetan masukin kontol, KONTOL mas... KONTOL MAS ARYA KE MEMEKKU!" pinta mbak maya sedikit membentak. Aku tersenyum kemudian aku masukan dedek arya ke dalam memek mbak maya dan bless vagina mbak may telah menelan semua dedek arya. Tenggelamlah sudah kapal dedek arya yang selama ini berlayar dengan gagahnya dan kini harus tenggelam dan hanyut dalam pusaran vagina mbak maya.
"Aissssssssssh besaaaaaar penuh bangetttttttttt...."
"Kontolmu mas, kontolmu mentok didalammmmmhhhhhh"
"kenthu aku... kenthu tempekku mas... kenthu yang dalammmhhh ouewhhh"racau mbak maya
Kembali aku menggoyang dan menggoyang pinggulku semakin lama semakin cepat. Susu mbak maya tampak berguncang seirama dengan goyangan pinggulku. Dengan cepat langsung aku tangkap kedua buah susu itu dengan kedua tanganku, aku remas sangat keras. Semakin keras aku menggoyang semakin keras aku meremas susu mbak maya.
"Remas....aissshh ufth.... goyang teruuussssshshhh nikmat massshhh....."
"sedikit lagi mas, sedikit lagi aaaaaaaaahhhhh...." racaunya
Kugoyang pinggulku dengan keras dan cepat membuat mbak maya belingsatan tubuhnya bergerak ke kanan dan keiri, kadang tubuhnya melengking ke atas ketika aku hujamkan sedalam mungkin dedek arya.
"mashhh... aku keluarrrr..... mau keluarrrhhhh aaaahhh" ucap mbak maya
"kelauaaaarrrr.... aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh" teriak mbak maya ketika di puncak kenikmatan. Aku yang sebentar lagi merasakan muntahnya lahar, terus menggoyang tanpa mempedulikan mbak maya.
"aduh mas, aduh mas.... berhenti dulu...." ucapnya sambil kedua tangannya memegang kedua tanganku yang masih meremas dua buah susunya. Dan...
Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot
Tanpa pikir panjang kukeluarkan sperma itu ke dalam vagian mbak maya. Aku rebah di atas tubuh mbak maya, yang kemudian memelukku erat. Aku kelelahan sangat kelelaha karena tubuh ini masih belum fit. Kuciumi tubuh indahnya dan kemudian kukecup keningnya. Kupeluk erat tubuh mbak maya, hingga aku tertidur di atasnya.
Suara ayam yang petok-petok di siang hari membangunkan aku kudapati diriku terbaring disamping mbak maya. Kulihat mbak maya ikut terbangun kemudian tersenyum kepadaku. Dipeluknya aku kembali dan diciumnya bibirku kami saling melumat dan saling menyedot.
"Sudah ya mas, sudah sembuh belum sakitnya?" ucap mbak maya kepadaku. Memang setelah persetubuhan pagi tadi tubuhk tampak ringan. Kulihat mbak maya kemudian bangkit dan memakai satu per satu bajunya.
"Iya mbak, sudah agak mendingan" ucapku kepada mbak maya, kulihat dari wajahnya dengan taapan sedikit melamun itu tersirat suatu kepuasan tersendiri tetapi ada sesuatu yang tampaknya mengganjal dalam hatinya
"Mbak...." ucapku lirih memanggilnya
"Ada apa mas?" jawabnya, dengan sedikit tersenyum mencoba menyembunyikan sebuah teka-teki dalam hidupnya
"Cuma pengen manggil saja mbak, karena... tidak apa-apa... tidak jadi he he he" ucapku cengengesan
"Terima kasih mbak..." lanjutku, dijawabnya hanya dengan seyum dan anggukan yang kemudian memandang entah kemana.
Kulihat wajah ayunya yang telah mendapat kepuasan itu kembali memandang tembok di samping kasur. Tatapan yang kosong membuat aku merasa bersalah kepadanya. Dengan lembut dan tubuh telanjangku, aku beranjak dari tempatku kemudian memeluknya dari belakang. Mbak maya yang menyadari hal itu hanya tersenyum dan mendorong sedikit tubuhnya ke arahku.
"Mas..." ucapnya lirih yang hanya terdengar olehku
"Iya mbak...mmmm.... aku minta maaf jika semuanya terjadi sejauh ini" ucapku lirih tepat ditelinga kanannya
"Ndak papa owk mas, Cuma..." balasnya
"Cuma apa mbak?" tanyaku kembali kepadanya
"Jangan sampai Ibu dan Isti tahu ya, kalau masih ingin lagi mbak siap" ucapnya lirih kepadaku, aneh bagiku kenapa yang disebutkan hanya Ibu Roto dan Anaknya, kenapa Pak Roto tidak disebutkan?
"Bingung ya mas? Hi hi hi..." ucapnya tiba-tiba dengan senyuman nakal
"Hm... mungkin mbak..." jawabku
"Sebenarnya... "ucapnya lirih, membuat aku bertanya-tanya dalam diamku aku masih tetap memeluknya. Seakan-akan tahu rasa penasaranku, mbak maya kemudian melanjutkan kalimat yang terpotong itu
"Sebenarnya, mbak maya disuruh sama bapak untuk merawat mas arya" ucapnya
"saya tahu mbak..." jawabku lirih
"Kalau semisal sampai sejauh ini, mas Arya jangan marah ya mas, mbak cuma menjalankan perintah bapak saja" lanjutnya, aneh sangat aneh.
"Berarti kejadian tadi itu juga perintah pak roto? Dan pak roto juga sudah tahu?" tanyaku memburu kepadanya
"Jangan marah gitu mas, mbak maya jelasin ya tapi mas jangan marah-marah nantinya karena kontol mas jadi sasaran tempikku, habis mas ganteng sich... hi hi hi" jawabnya yang semakin aku tidak mengerti, dari kata-katanya terlihat bagaimana dia membutuhkan dedek arya
"Jadi bingung mbak, sebenarnya aku juga seneng kok mbak, kenapa harus marah-marah sama mbak? Kan dapat durian runtuh mbak" ucapku sambil melepaskan pelukanku dan merebah di tempat tidur
"Syukur kalau gitu, takutnya mas arya itu marah kalau dapet lawan wong ndeso..." ucapnya yang benar-benar tidak masuk akal, ndeso sich ndeso tapi bodi kamu, wajah kamu KOTA!
"Ya sudah mas kalau begitu, mbak maya mau beres-beres rumah dulu ya, nanti malam lanjut lagi"
"kalau sudah sepi hi hi hi" lanjutnya sambil berbalik dan mencium bibirku, aku tidak membalasnya
"kenapa mas?" tanya mbak maya
"Karena mbak memikirkan hal lain... aku ingin tahu yang mbak pikirkan" ucapku
"Hmmm... " gumamnya
"Ini hanya rahasia kecil, dan sampai sekarang membuat mbak merasa bersalah kepada suami mbak yang amat mbak cintai, ketika mbak melakukannya dengan mas Arya, mbak teringat suami mbak yang sekarang jualan di daerah mas arya"
"Dia orang yang baik mas, juga pengertian dan sayang sekali dengan mbak dan isti..."
"Hingga mbak menemukan suatu kenyataan pahit kalau suami mbak tidak bisa menghamili mbak" jelasnya yang seakan-akan memutar ingatannya kembali ke masa lalu. Mbak maya kembali merebahkan tubuhnya di atas tubuhku yang sedang rebahan di tempat tidur.
"Mbak Cuma pengen curhat, karena jika curhat sama tetangga bisa-bisa di usir dari desa" lanjutnya
"Memangnya kenapa mbak?apakah karena ini?" tanyaku kepada mbak maya
"Bukan mas, kalau yang barusan kita lakukan mbak rasa, mas arya bisa jaga rahasia, bisa kan?" tanyanya kepadaku
"Bisa mbak..." ucapku
"Sebenarnya ini tentang isti, setelah mbak tahu suami mbak tidak bisa menghamili mbak, mbak sempat stress bener-bener stress. Hingga pada saat itu muncul hal gila" jelasnya terpotong
"Hal gila?" tanyaku
"Iya, hal gila, hal gila dengan merayu bapak untuk menghamiliku mas..." jelasnya yang membuat aku bangkit dari rebahanku dan begitupun dengan mbak maya.
"Sudah mas jangan kaget gitu, ya mau bagaimana lagi mas, mbak terlalu sayang sama suami mbak, tapi tenang saja mas mbak juga sudah jarang gituan sama bapak setelah isti lahir..."
"Setelah isti lahir, akhirnya suami mbak merasa hebat dan itu membuat mbak bahagia begitu pula bapak, walau setelah isti lahir bapak tidak pernah meminta kadang malah mbak yang minta hi hi hi" ucapnya dengan senyum nakal. Dan aku hanya memandangnya dengan senyuman.
"Ah aku kira, dia menyesal melakukannya denganku ternyata dia butuh juga, aku? Sangat butuh he he he he" bathinku
"Mas jangan bilang sama Ibu lho mas, apalagi sama isti hi hi hi" ucapnya
"Iya mbak, tidak mungkinlah aku bilang sama mereka" ucapku
"Ini semua juga perintah bapak, karena dari kemarin mbak merayu bapak tapi bapak tidak mau, terus waktu mas sampai disini eh mas malah sakit..."
"Ya bapak nyuruh saya merawat mas dan... sekalian saja bapak nyuruh aku sama mas, sekalian mau balas jasa katanya" jelas mbak maya
"Balas jasa?" tanyaku heran
"Iya balas jasa, karena dulu sekali sewaktu bapak masih nol, makan saja susa, kakek mas arya yang membiayai semua kebutuhan dari makan, rumah, menikah dengan ibu sampai persalinan ketika mbak lahir" jelasnya
"Sudah ya mas, nanti lagi ngobrolnya... hi hi hi" jelasnya kemudian mencium bibirku dan kali ini aku membalasnya
"Pokoknya selama mas disini, mas boleh make kapanpun tapi jangan sampai ketahuan Ibu sama Isti ya mas hi hi hi" ucapnya dengan senyuman nakal. Aku hanya mengiyakan saja apa yang dikatakan sama mbak maya kemudian mba maya memberesi kamar.
"Nanti malam lanjut lagi ya mas, mbak maya pengen lagi, biasanya orang kota pinter gaya-gaya gitu. Pokoknya terserah mas arya hi hi hi "
"Dadah mas arya ganteng..." ucapnya sambil mengecup keningku yang kemudian mbak maya berlalu meninggalkanku sendiri di dalam kamar. Bener-bener aneh, sayang sama suaminya tapi kenapa minta tambah ya? Perlukah aku selidiki?. Dan tiba-tiba mbak maya masuk lagi ke dalam kamar seakan-akan tahu pertanyaan dalam pikiranku.
"Jangan mikir macam-macam ya mas, mbak maya cuma melaksanakan tugas hi hi hi dn satu lagi mas jangan bikin mbak jatuh cinta sama mas arya lho, karena mbak cintanya cuma sama suami mbak hi hi hi" ucapnya, kemudian aku pegang tangganya
"Mbak, mending tidak usah kita lakukan lagi mbak, ini yang pertama dan terakhir, kasihan suami mbak maya" ucapku dengan tatapan mata yang tajam
"Sssst... jangan keras-keras, mbak sama suami mbak memang saling mencintai, tapi..."
"Mbak pernah menemukan sekali dalam sematpon-nya itu foto dia sama cewek lagi selpi gitu mas, kalau selpi-nya kaya di tipi-tipi itu tidak apa-apa mas, lha wong selpi-nya sambil telanjang mas" jelasnya kepadaku
"Berarti mbak mau balas dendam ceritanya?katanaya cinta banget sama suaminya?" tanyaku dengan nada sedikit bercanda
"Ya bukan balas dendam mas, sekali-kali nyoba yang lain mas hi hi hi...." ucapnya kepadaku, yang kemudian melepaskan genggaman tanganku
"dah cowonk ganteng,hmmm... KONTOL-nya gede hihihi" ucapnya dengan santainya langsung keluar dari kamarku. Hadeeeeh... tepuk jidat dah aku dan langsung rebah di kasur ini. kemudian aku tertidur kembali, ketika siang menjelang aku terbangun karena mbak maya masuk ke dalam kamar membawakan makanan. Aku disuapinya walaupun setelah istirahat ini badanku seudah merasa sehat kembali.
Hari ini kulalaui dengan berbaring saja, sore hari mbak maya hadir untuk menyeka tubuhku tapi aku menolaknya karena aku sudah agak mendingan dan kuputskan untuk mandi. Sedikit kekecewaan di wajah mbak maya tapi tak kuhiraukan, aku tidak mau mengambil resiko karena Ibu dan Isti sudah berada di rumah. Sinar mentari mulai larut dalam kegelapan malam. Ketika malam menjelang setelah aku membereskan kamar aku diajak untuk makan malam bersama mereka. Tampak kegembiraan di rumah ini, andai saja Ayah dan Ibu bisa seperti ini. Ayah? Tiba-tiba darah ini mendidih bagaikan petir inging mencabik-cabik lelaki itu. Segera kuselesaikan makan malam itu dan kembali ke dalam kamar. Aku kemudian melihat kembali kalung pemberian nenek, sebuah kalung dengan bandul yan terbuat dari batu entah itu batu permata atau batu giok yang tembus pandang didalamnya ada sebuah motif berbentuk seekor kerbau yang jika diputarkan bandul kalung itu akan tampak kerbau yang sedang berjalan. Kusimpan kembali kalung itu didalam tas. Sejenak aku keluar dan duduk-duduk di teras kamarku dengan asap dunhill yang menemaniku.
"Ah, tinggal setengah bungkus" bathinku,
Kumasukan korek gas kedalam bungkus dunhill dan kuletakan di teras rumah untuk mengambil minuman di kamar tapi sialnya aku malah mengantuk. Tanpa mengambil dunhill kesayangan kukunci pintu dan tertidur pulas. Ditengah malam, aku terbangun karena ada suara ketukan dipintu kamarku. Ketika aku membuka pintu kamarku....
Dimalam ini, di desa banyu abang yang sangat dingin dan membuat semua bulu kuduk berdiri. Lelap tidurku dengan gangguan pada ketukan pintu, membuatku tersadar dan terbangun dari mimpi basahku eh mimpi indahku. Perlahan dengan perasaan yang sangat malas dengan mata yang enggan untuk terbuka ku angkat tubuhku yang sangat berat ini dari tempat ternyamanku. Terasa beban tubuh in imenjadi 1 ton, sangat berat. Ku letakan satu tanganku di daun telinga eh daun pintu.
Kleeeeek..... suara daun pintu dan terbukalah pintu itu
“AAAAA” aku sedikit berteriak terkejut yang tertahan dengan apa yang didepanku
Tampak seorang wanita dengan kulit putihnya memakai jarit yang hanya dililitkannya di sebagian tubuhnya hingga menutupi pahanya. Rambutnya digelungnya ke belakang, tampak senyuman seorang wanita yang manis dan menentramkan. Sekilas tampak bayangan Ibu terlukis di wajah wanita ini. membuat aku tersentak dan terhenyak kaget seketika itu. Tapi bayangan itu mulai pudar seperti tinta spidol yang terkena oleh air, bayangan itu menghilang dan berganti dengan wajah seorang waria eh wanita desa, Mbak Maya.
“Mbak....” ucapku terheran-heran dengan kedatangannya di malam hari ini
“Sssst hi hi hi... udah mbak kunci semua pintu rumah, dari yang depan sampai belakang ini kuncinya” ucapnya sambil menunjukan kunci pintu rumah.
“Maksudnya mbak? “ tanyaku pura-pura bodoh, ya sebenarnya posisi saat itu belum bisa membuat otakku berpikir jernih karena rasa kantuk yang menusuk di mataku.
“Eh... sepi tuh di depan kamar mas, asyik tuh kalau main di depan” ucapnya tiba-tiba membangkitkan gairah dedek arya. Sekejap dedek arya menangkap sebuah sinyal permainan, perlahan bangkit seperti halnya zombie yang bangkit secara perlahan-lahan tapi pasti. Nafsuku yang sudah mulai bangkit dan menyelubungi tubuhku ini, aku kemudian menarik mbak maya ke depan teras yang tak berlampu.
“Eh... mas mau kemana? Di dalam saja, mbak kan cuma bercanda” ucapnya
“Salah siapa tadi mengajakku ke teras kamar” ucapku
Dalam posisi duduk di depan teras kamar, langsung aku peluk mbak maya, ku hujamkan ciumanku di bibir manisnya. Mulutnya tertutup, wajahnya ketakutan karena aksiku bisa saja diketahui oleh orang sekitar. Tapi masa bodohlah, aku sudah tidak bisa menahan apa yang namanya keinginan dedek arya.
“Mbak kok ditutup mulutnya?” ucapnya kepadaku
“Di dalam saja mas, takut ada orang” jawabnya sembari mencoba melepaskan pelukan dariku
“Tadi katanya minta diluar, tadi katanya orang kota bisa gaya-gaya, pengen tidak? Kalau tidak sudahan saja” jawabku, entah kenapa jiwaku seakan-akan berubah menjadi seorang pecinta seks, semoga saja hanya hari ini karena memang sudah berbulan-bulan aku tidak memegang namanya wanita.
Mbak maya kemudian dengan sedikit malu mengangguk dan membuka sedikit mulutnya. Ku hujamkan kembali bibirku ke mulut mbak maya, kumasukan lidahku ke dalam mulut mbak maya dengan perlahan. Kusapu tiap nano meter bibirnya dengan lidahku, mbak maya hanya membukan mulutnya tanpa bisa memberi perlawanan. Udara dingin membuatku, memaksaku untuk segera mendapatkan kehangatan dari tubuhmbak maya. Perlahan mbak maya mulai mengimbangi ciuman di bibirku, disedotnya lidahku dengan bibirnya. Membuat nafsu ini semakin meledak-ledak. Dengan tetap menium bibirnya, kurebahkan tubuh mbak maya di atas lantai yang keras ini. Perlahan ciumanku turun ke lehernya dan kusapu habis dengan jilatan-jilatan pada bagian leher jenjangnya itu.
“eehh.... ehhh.... esssssshhhhhh... pel... lan mashhh gelihhhh....”
“Geliiihh... mashhh.... ouwhhh.... essshhhhh aaahhhhhh” rintihnya
Aku tak menghiraukan lagi apa yang dia katakan, jilatan dan ciumanku kemudian turun ke bagian atas dadanya. Kujilati setiap bagian itu layaknya aku menjilati es krim. Jilatan semakin turun hingga belahan susu mbak maya yang indah ini. pelan tapi pasti ciuman dan jilatanku di sela-sela belahan itu membuat mbak maya menggelinjang geli dan nikmat. Tangan kiriku menelusup di balik punggung mbak maya, tangan kananku kemudian menarik dan melepas secara perlahan jarit mbak maya. Secara bergantian tangan kanan dan kiriku menahan tubuh maya, karena jarit itu dipakai dengan cara membungkus tubuhnya jadi ketika tangan kananku sudah mulai melepasnya dan aku putar kebelakang tangan kananku langsung menahan tubuh mbak maya dan giliran tangan kiriku menarik jarit itu. Secara perlahan dan bergantian akhirnya jarit itu terlepas dari tubuhnya, aku langsung buang jarit itu ke depan kamar yang aku tempati. Terpampanglah tubuh montok dengan payudara yang lumayan besar dihadapanku.
“Mas, jangan cuma dilihat dicicipi juga mas....”
“Apa perlu pakai kopi hitam biar tambah nikmat?”tanya mbak maya menggoda, godaan ini lebih dahsyat dari pada godaan Tante Ima apa lagi wajah lugu desanya itu yang membuatku semakin bernafsu.
“Tidak perlu mbak, susu mentahnya juga enak...” ucapku yang langsung memajukan kepalaku
Dengan penuh gairah aku mainkan susu mbak maya dengan menggunakan metode yang sama. Aku elus-elus sekitar puting mbak maya dengan lidahku dan susu satunya aku elus-elus dengan menggunakan jari-jariku. Lama aku melakukannya dengan memutari setiap puting susunya dengan lidahku dan jari-jariku secara bergantian.
“Mashhh, di susuhhh mashhh susuhkuuhhhh aehhhh, cepetanhh...” rintihnya penuh nafsu. Aku tidak langsung mengikuti arahan mbak maya tapi aku menggigit kecil pada susu kanannya. Tercupanglah susu kanan mbak maya, kupindahkan bibirku ke susu kirinya dan kucupang kembali.
“Aashhhhhh sakit mashhhh enakkkkhhhh... lagih mash oiwh lagihhh....” rintihnya kembali sambil memandang ke arah aksiku
Setelah aku mendapatkan dua cupangan yang sangat merah, langsung aku lahap pentil susu kirinya. Kumainkan lidahku di susu kirinya dan jari tanngan kananku mempermainkan pentil susu kanannya. Tangan kiriku tak cuma diam saja, tangan kiriku meremas-remas daerah di sekitar susu kirinya. Seecara bergantian aku melakukan hal itu dan membuat mbak maya merintih-rintih dengan sedikit berteriak yang tertahan
“aaaaaahhhhhhhfffftttt.......”
“Enak mashhhh ter.....rushh..... ashhhhhh.....”
“Di mimikhhh mashh..... ahhhhhhhhhhh” hanya rintihan dan desahan yang aku dengar dari mulutunya.
Segenap kekutan aku lakukan tapi aku sudah tidak tahan lagi aku ingin menuju ke arah selangkangan yang indah itu. Jilatanku ku arahkan di lebah susu mbak maya turun.... turun.... dan turuuuunnn.... kurenggangkan kedua paha indah nan putih itu dan terbukalah sebuah liang kenikmatannya. Perlhan aku majukan bibirku dan kujulurkan lidahku. Llidahku menyapu bagian bawah vagina mbak maya hingga keatas bibir vaginanya. Dengan perlahan aku bolak-balik menyapu vagina mbak maya.
“Aaaaaah.... mashhhh.... “
“emmmmhhhhh.... teruuuuussssssshhhhh....”
“dijilat yang dalem mashhhhh aisssshhhhh......”rintihnya
Lidahku ini kemudian menyeruak ke dalam vagina mbak maya dan kupermainkan di dalam vaginanya. Pinggul mbak maya terangkat keatas membuat aku semakin bersemangat memainkan lidahku di dalam vaginanya.
“Ahhh... mash... kok tambah enak gini... ahhh... tempikku keenakan mashhh ouwhh... jilatiiiihh yanggg kerassssh... anget bangethhhh masshhh lidahh muwhh ouwhhh aisssshhhhh....”
“Terus mashh.... ash ah ah ah aaaaaaahhhhh” Rintihnya kembali
Aku kemudian memasukan jariku, dan bibirku ku alihkan ke klitorisnya. Kusedot-sedot dan kumainkan klitorisnya dengan bibir dan lidahku. Jariku masuk menyeruak dan mengocok vaginanya. Paha kiri mbak maya aku letakan di atas bahu kiriku jadi aku lebih leluasa dalam menikmati vaginanya. Lama aku bermain disitu membuat mbak maya tidak tahan dengan kenikmatan itu.
“ter....rushhh.. masshh....tempikku enak mas.... jilati terussh mashh... aku suka kamu jilatih ouwhhh ... jilatanmu enaaaakkkhhh.... itilku... itilku aissshhhhh sedoooth terusss mashhhh..... enaaakhh bangeettthhhh aah eeeeh oooogggh aaah aaisssssssssssssssshh... kocok kerrrrrassss mashhh... ouwhhh enakkhhh essshhhhh..... ediaaaan enaaak mashhhh....”
“Akuhh... mauhhh kel.... luarhhhh aaaahhhhh”
“aku keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarr..... ahhhhh.... kontol kontooooooool aku pengen kontolmuhhhhhhhhh massshh aryaaaaaaaaaaaahhhh....” teriak mbak maya sembari mengangkat pinggulnya keatas, menggelinjang. Kurasakan cairan kenikmatan itu mengalir melalui jariku segera aku menangkap pinggul mbak maya dan kusodorkan bibirku ke vaginanya serta kuhisap cairan kenikmatan itu. Setelah mbak maya terlihat lebih tenang akhirnya aku memberinya waktu beristirahat.
“Hash hash hash hash... enak mas hash hash”
“Belum pernah mbak maya merasakan sehebat ini, tadi siang hash hash hash juga sama....”
“Istirahat dulu mas” ucapnya dengan tubuh telanjang yang tergeletak lemas di depan kamar, aku hanya tersenyum kepadanya. Kulihat dunhill masih tergeletak di depan kamarku. Kuraih dan kuhisap sebatang dengan posisi menyamping mbak maya. Kulirik dia masih terpejam dengan nafas yang sangat kelelahan. Kujulurkan kakiku kebawah teras kamar ini, karena kamar ini memang di buat aga sedikit meninggi dari area sekitarnya. Lama aku menikmati dunhill mild hingga setengah batang telah menjadi abu.
Mbak maya bangkit dan jongkok di depanku, dilepasnya celana kolorku. Toeeeeeennnggg....”Aku bebaaaaaaaaaaaaaas” dedek arya. Aku melihat tingkah mbak maya hanya tersenyum. Elusnya secara perlahan dan tenang dipandanginya dedek arya dengan seksama.
“Gede ya mas, pasti banyak yang suka ini mesti” ucapnya
“Dari sananya mbak, kalau banyak ya saya tidak bakalan sama mbak maya” ucapku sedikit cengengesan
“jadi yang suka sedikit ya mas?hi hi hi untung saja sedikit kalau banyak mbak tidak kebagian”
“Hmmm.... Kemarin mbak maya sudah kasih kopi, hari ini susu, sekarang mbak maya mau permennya mas Arya” ucapnya sedikit nakal dengan meliriku yang sedang menikmati batang dunhill di tangan kananku
Tak main-main, bibir tipis mungil mbak maya langsung melahap dedek arya dengan perjuangan yang sangat berat. Terlihat mbak maya mencoba memasukan semua batang dede arya tapi tak mampu, dengan masih menyisakan sedikit batang yang tidak terkulum mbak maya memaju-mundurkan kepalanya dengan sapuan lidah disetiap batang dedek arya. Dengan bertumpu pada tangan kananku, tangan kiriku megelus rambut mbak maya dengan lembut. Terlihat sosok wanita berumur 30 tahun dengan tubuh telanjang sedang menikmati batang permenku, batang dedek arya Sesekali aku menekan kepala mbak maya lebih dalam ke arah dedek arya.
“Hah hah hah hah hah... mas jangan ditekan, kontolnya itu panjang besar, bisa tersedak mbak” protesnya yang ketika aku menekan kepalanya kemudian meronta dan melepaskan kulumannya
“Sabar kenapa... nanti juga dapat yang lain hi hi hi” lanjutnya dan kembali mengulum batang dedek arya kembali
“Ehmmmm.... iya mbak.... oufthhhh.... terus mbak.... nikmatihhhh.... emuthh mbak essshhh ehmmmm... ayohh mbak emuttthhh kontolku, kulum emuthhhhhh” rintihku, kemudian aku angkat tangan kananku dan aku hisap dunhill yang tersisa kemudian aku membuangnya. Dan kupegang kepala mbak maya dengan kedua tanganku. Lama dia mengulum dan menikmati sensasi permainan di alam terbuka. Aku kemudian menarik kepalanya
“Mbak dijilati mbak kontol arya” ucapku, langsung dia memegang batang dedek arya di tekan ke atas perutku dan di jilatinya dari bawah. Membuatku merebah dengan bertumbu pada kedua siku tanganku.
“Mbakhh.... dijilat dibawah telurku mbakkhhh akkhhhh” rintihku, dengan sigap mbak maya menjilati bagian bawah akarku kadang mengulum-ulum zakarku dengan bibir manisnya itu. Kepalaku menengadah keatas dan membuat sensasi yang lebih dahsyat lagi. Beberapa menit setelah itu mbak maya bangkit dan berdiri dihadapanku, kupandang tubuhnya dengan senyum nakalku.
“Mas, ayo dimasukin mbak sudah pengen...” ucapnya kepadaku
“Ya dimasukan to mbak” jawabku
“Lho, ya mas yang masukin kok malah saya itu bagaimana?” balasnya memelas kepadaku
“Sini, mbak sekarang mbak jongkok di atas kontolku dan dimasukan” ucapku
“Lho kok malah saya yang diatas mas?” tanyanya
“Katanya pengen gaya-gaya...”ucapku dengan senyuman nakal yang kemudian menarik tubuhnya ke arahku. Kukulumi kedua susunya dan kemudian aku arahkan dia untuk jongkok di atas dedek arya.
“Mbak, kontolku di pegangi mbak biar pas masuk ke tempik mbak maya” ucapku, mbak maya yang sekarang dalam posisi jongkok kemudian dengan tangan kanannya memegang dedek arya. Diarahkannya dedek arya ke dalam liang senggamanya. Perlahan secara perlahan sensai kejepit aku rasakan dari seiap nano meter batang dedek arya.
“Oefthhhhh.... besar mas, susssaaaahhhhhhh.... kontol kontolmu geddddehhhh ouwhhhh... tempikku gak muathhhhhh asssshhh ehmmm aduuuuhhhh aaaahhhhh”
“Oufth... mas mbak ndak khuuuuaaaathhhh... ni kontolh apa teroooongghhhh aaahhh... sobek vaginaaakuuuhh masssshhhh ouwhhhh...” rintihnya yang kemudian dia memeluk kepalaku. Terlihat wajahnya meringis kesakitan dan batang dedek arya sangat pelan sekali masuk ke dalam vagina mbak maya.
“Aduh mash... ini kontol apa terong mashhhh aufthhh....”
“sakiiith masssshhhh.... ahhhhh.....” setiap rintihan dari mulutnya beriringan dengan tenggelamnya dedek arya dalam vaginanya
“Tapi sukakan mbakhhh...aaaaahhhhh?” ucapku kepada mbak maya, mbak maya hanya mengangguk dan terus mencoba menekan masuk dedek arya ke dalam vaginanya yang sempit dan sedikit agak keset, mungkin karena cairannya sudah mulai mengering. Dan bleessssss.....
“Uedian tenan mas hah hah hah hah.... kontol mas arya dalem banget terasa... nyampe rahimku mashh... ehmm ... kamu yang pertama mas nyampeh situh aaaaah....” ucapnya tersengal-sengal sambil sedikit melonggarkan pelukannya dan memandangku dengan wajah ngos-ngosannya.
“Ayo mbak digoyang...” ucapku menggodanya
“Digoyang gimana mas, goyang kontol ndak papa mas, ini terong mas... gede, ndower tempikku mash hash hash hash...” balasnya
“Ya sudah, mending selesai sekarang saja mbak...” godaku kepada mbak maya
“Jangaaaaaaaaan maaaaaaaas, biar didalem dulu, enak ini... mas ndak punya tempik jadi ndak bisa ngrasain enaknya dimasuki kontol terong hihihihhhh” ucapnya sedikit tersengal-sengal
Aku masih menunggunya untuk beraksi, lama aku menunggu tapi tak ada aksi dari mbak maya. Dengan sedikit memaksa aku angkat tubuh mbak maya dan aku turunkan kembali. Mbak maya kaget dengan aksiku kemudian meyuruhku diam. Mbak maya mulai memompa perlahan tubuhnya, perlahan dan perlahan. Goyangan itu semakin lama semakin cepat dan menggila. Aku hanya tetap duduk dan bersandar pada kedua tanganku. Pandanganku terhalang oleh kedua susu besar mbak maya ini yang terguncang naik turun seperti piston pada iklan motor.
“Aduuuhh.... kontol... kontoollll mu enak mas.... nyampe daleeemmhhh ouwhhh... kontolh ah terongggh aissshhh... dalem bangethhh... ooooh.... duh mak’e pak’e... aaaahhhh.... tempikku sobeeekkkk aaaahhhhhh”
“Kontolmu enak tenaaaaaaaaaaaaannnhhhh aaaah aaaaaaisssshhh oufthhhh... enak banget ouwh enak banget... ouwhhhhh yakin msh enake puolhhh mass..... aaaaaah”
Semakin cepat dia menggotang, erangan kenikmatan semakin keras terdengar. Semakin erat pula pelukannya di kepalaku membuat aku sulit bernafas karena tersumpal oleh susu indahnya ini.
“Haduh mash mash....ahhhhhh.... baru inighhhh.... ahhhhh... tempikku keenakan mashhh...”
“enaakhhh tenaaaaaaanhh rassanyaaahhh... aaahh... uenakkee puoollllll aishhh.... ouwhh oggghhhh... edan aku kedanan kontolhhh mashhh aryahhhhh aaaaaaah” (Kedanan=tergila-gila)
“Terus mbak, enakh TEMPIKMU ENAK MBAK! Ouwhhh... tempikmu nyepit kontolku... aaahhhhh... enak mbakkhhh...” teriakku yang terhalang oleh susunya, membuat mbak maya semakin mempercepat goyangannya.
“Aku lonthemu mashhh aaahhh... aku mau kamu kenthuuuu setiaphhh hariiiih ahhhh.... enakhhh tenanhhhh aishhhh ouwhhhh.... dalem banget... tempiikku dag gak kuatttthhhhh aaaaahhhh...”
“Mas, aku mau keluarhhh..... ooouwwwwwhhhhh... aku mau keluarhhhh... kontolmu buat aku keluarhhhh aaaaaahhhhhhh”
“Aisssh... ah ah aaaaaaaaaaaahhh......”
“KONTOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOLLLLLMU ENAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKK” teriak mbak maya seakan-akan tidak mempedulikan lagi sekitarnya. Bersama dengan teriakkannya terasa air hangat mengalir di sela-sela vaginanya membasahi batang dedek arya. Mbak maya kemudian memelukku dengan sangat erat membuat aku semakin gelagapan untuk bernafas, bagaimana tidak? susu gan susu suhu nempel di wajah kamu menyumbat hidung kamu. Aku mencoba untuk bertahan dengan tidak bernafas cukup lama dan akhirnya longgar juga pelukan mbak maya. Butiran-butiran debu ehb butiran keringat mengalir di sekujur tubuhnya seakan-akan habis lari berkilo-kilo jauhnya. Aku melihat mbak maya sedikit ngos-ngosan tidak membuat aku merasa iba terhadap dirinya. Segra aku turunkan dari pangkuanku dan aku arahkan mbak maya untuk menungging sambil berdiri. Ketika aku mengarahkan tubuh mbak maya tangaku menyenggol dan memukul dunhil yang didalamnya ada koreknya aku tidak begitu mempedulikannya. Kemudian Kedua tanganya memegang tiang di depan kamar ini (kamar belakang mempunyai teras sehingga ada sedikit atap yang mempunyai tiang). Aku dan mbak maya sekarang sama-sama berdiri di atas tanah.
“Mas, hash hash hash hash ini apa laghi? Aku ndak kuat hash hash hash” ucapnya sedikit tersengal
“Katanya pengen gaya? Atau udahan saja mbak?” ucapku dengan senyuman nakal, entah sekarang aku menjadi sedikit berani dalam berkata-kata. Mbak maya menggelengkan kepalanya.
“Terserah mash aryah hash hash pokoknya aku nurut mash mau diapakan sajah hash hash hash.. jadi lonthemu aku juga mauh mashhh... enak owk... hash hash hash....” ucapnya tersengal-sengal
“Kalau lonthe enggak mbak, aku pengennya mbak maya jadi wanita lemah lembut yang nurut sama aku” ucapku sedikit nakal ke mbak maya
“Iya... mashhh terserah mash aryahhhh....” balasnya
Perlahan aku pegang pantat indah mbak maya dengan perlahan dan lembut. Kubuka sedikit dan kumasukan dedek arya ke dalam vaginanya. Tiba-tiba tangan kanan mbak maya memegang dedek arya dan mengarahkannya. Dan blesss... masuklah dedek arya kedalam rongga kenikmatan mbak maya. Perlahan aku tekan dedek arya ke dalam dan lebih dalam membuat kepala mbak maya terdongak keatas dengan mata terpejam. Akupun mulai menggoyang dengan penuh semangat dengan kedua tanganku berpegang pada pinggang mbak maya.
“Aiiishhh ah ah ah ahaffttttttthhhhh oueh ouoh ouh ouwwwhhh....”
“Terushh mas enak.... kontol mas enak.... dalemmmhh bangethhhhh oufthfttffffffhhhhhhh... kenthu aku mash.... ouwhh... kenthu aku... ouwhhggghhh yang dalemmm massshhhh....” rintihnya
“Tempik mbak maya juga enakhhhh ahhhhhhhhhhh tambah sempithhh aaaaahhh” ucapku
Tiba-tiba terbesit rasa kangen terhadap Ibuku, bu dimana Ibu sekarang, aku benar-benar kangen. Setiap aku melakukannya dengan wanita selain Ibu aku kurang bisa menikmatinya walaupun sebenarnya aku butuh. Kucoba melupakan apa yang terbesit di dalam pikiranku, kucoba konsentrasi untuk memuaskan wanita yang sedikit berubah menjadi liar ini. kugoyang semakin keras dan semakin cepat, membuat mbak maya semakin merintih kenikmatan karena dedek aryaku.
“Aaah aaah mashhh.... terussshhh mashhh.... kocok tempikkuhhhh enaaaaakkkhhhh ouwwwhhhh... ya gitu mashhh teruuussssshhhhh.... tempikku keenakannnnhhh ahhhhh... ”
“Kontol mash Arya enak... ouwwwwwwwwwhhhhh.... nusuk dalem banget tempikku uwenaaakkk aaaakkkhhhhh....”
“Tempiku enak di goyang mas Aryyaaaaaaahhhhh....ouefth... aisshhhhh.... aku pengen dikenthu teruusssshh....ouuwwhhh... kenthu... enakk kenthu sama mas aryyaaaaaaaaahhhh....”
Aku hanya terdiam dengan nafasku semakin tersengal-sengal. Mendengar rintihan mbak maya semakin meracau, dengan sigap aku membungkuk dan memeluk mbak maya dengan kedua tanganku meremas susu mbak maya. Memang ketika dalam posisi ini hentakanku kurang begitu keras tapi aku tak tahan melihat susu mbak maya yang terlihat dari samping walaupun terlihat sedikit itu hampir jatuh. Kupeluk erat tubuhnya dengan kedua tangan meremas kedua susunya.
“Ayo mashh ter....rushh.... ahhhhh”
“Kenthu.... kenthuuuuhhhh... tempikkuhhh mashhhh....”
“Aku pengenhhh mbokhhh kenthuhhhhh ter...russsshhh aahhhhhhh”
Lama aku menggoyang tampak tubuh mbak maya semakinliar bergoyang ke kanan dan kiri. Kulepaskan pelukanku. Kupegang pinggang mbak maya, ku hentakan lebih dalam dan lebih keras lagi. Mbak maya hanya menjerit nikmat.
“aaaaaaaaaaaaaahh aaaaaaaaaaahhh......”
“kontol enaaaaaaaakkkkhh.....” rintihnya semakin gila dan liar
“aa.....akkkk...kuh.... maa.....auh....kel...ah ah ahha... luar mashhh.....”
“lebihhh kencenghhhh aaaaaahhh......” rintihnya menuju puncak, aku hanya mampu menengadah keatas sambil terus menggoyang menikmati setiap sensasi yang diberikan oleh vagina mbak maya.
“aaaaaaaaaaa......aaaaaaaaaaaaa......ufthhhhhhhhhhhhhhhh”
Terasa lilnangan air hangat dari vagina mbak maya, tampak mbak maya kemudian menghela nafas yang panjang. Aku berhenti sejenak, mbak maya kini mencoba berdiri aku memeluknya dengan sedikit membungkuk dengan posisi dedek arya masih tertancap didalam vaginanya. Mbak maya kemudian menoleh kebelakang dengan mulut terbuka langsung aku daratkan ciuman pada bibir manisnya.
“hmmmm....mmmmm... mas enak.... mas, bapak ma suamiku ndak pernah bisa buat aku gila seperti ini” ucapnya lirih
“Mbak, lagi ya....” ucapku penuh harap agar aku bisa segera selesai, mbak maya hanya menganggukan kepalanya saja. Kutarik tubuh mbak maya ke tengah-tengah diantara kamar dan kamar mandi secara perlahan dan tetap aku cium bibirnya tanpa harus melepas dedek arya. Kuarahkan pandangan mbak maya menuju sawah dan bebukitan yang pernah aku lihat ketika aku pertama kali berada di belakang rumah pak roto ini. Dengan segera karena aku sudah sedikit merasakan sensitif pada ujung dedek arya, aku posisikan mbak maya agak sedikit menungging dan kedua lengannya aku pegang dengan kedua tanganku.
“Mbak, belum pernah main sambil lihat pemandangan kan?” ucapku
“Belum mas, mas arya bener-bener buat mbak gila, ini pertama kalinya mas” jawabnya
Tanpa babibu langsung aku menggoyang tubuh mbak maya dengan sangat keras. Pada goyangan pertama aku hentakan dedek arya dengan sangat keras kemudian aku memaju mundurkan pinggulku dengan secepatnya agar aku bisa mendapatkan puncak kenikmatan.
“Aisshhhh... teruuusssshhhhhh terusssshhhh mas.....”
“Enakkhhhh aish ufthh.... tempiku keenakkkkkhhhhaaaannn aaaahhhh... kontolmuwh aahh aahh aahh aku cinta kontolmuwh massshhhhh...”
“Kontolmu bikin ngilu tempekkkuuuuhhh masshhhh aaaaaaaaaaaaahhhhhh”
“Aku meh methu maneh mashhhhh (Aku mau keluar lagi).... aduhhhh aishhhhh aftttthhhh aaaaaaaahhhhhh”
Aku semakin menggila kurasakan denyut nadi dedek arya berdetak semakin keras. Kupercepat goyangan pada pinggulku, semakin cepat dan cepaaaaattt! Ya harus cepat, aku sudah tidak tahan, aku ingin segera mengeluarkannya di tempik wanita ini, wanita pemuasku ya aku harus segera mengeluarkannya! Ibu aku kaengeeeeeeeeeeeeen banget sama Ibu.....
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh.............” teriak mbak maya
Crooot crooot crooot croooot crooot crooot croooot crooot crooot croooot crooot crooot croooot
Dan keluarlah lahar panas dari dedek arya meledak membasahi vaginanya, mebasahi rahim mbak maya. Aku kemudian kembali memeluknya dan kuposisikan mbak maya sedikit berdiri. Kedua tanganku meremas susu mbak maya dan aku menciumnya. Mbak maya yang tidak kuat lagi akhirnya roboh jatuh ke bawah dengan posisi seperti orang merangkak.
“Hah Hah Hah mas... baru kali ini enak banget hash hash has....” ucapnya lirih, kulihat dedek arya masih menegang dengan sisa cairan yang mengalir di batangnya dan sedikit dari lubang kencingnya
“Mbak dibersihkan pakai mulut mbak...” ucapku kepada mbak maya, tanpa menjawab mbak maya kemudian bangkit dan berlutut dihadapanku. Kemudian dia mulai menjilati sisa-sisa cairan kenikmatan kami di batang dedek arya, aku masih berdiri dan menyaksikan itu seakan-akan tak percaya bahwa selama ini sudah ada 3 wanitab takluk olehku tanpa aku meminta mereka melayaniku.
“Mbak, tadi keluar di dalam, mbak ndak takut hamil hash hash hass” ucapku sedikit tersengal
“Malah aku pengen dihamili mas arya hi hi hi” ucapnya sambil menghentikan sejenak jilatannya
“Waduuuuuuuhhhhh.....” ucapku, memang sudah tergila-gila sama dedek arya mungkin mbak maya sampai bisa bilang seperti itu.
“mbak... ndak takut ketahuan tadi teriak keras-keras...” ucapku lirih
“Dah terlanjur mas, kalau ketahuan ya mau gimana lagi mas, lagian ini malam hari tadi mbak maya kesini juga sudah jam 12 malam, orang sudah pada tidur sekalipun dengar ya paling mereka anggapnya tetangga lagi main hi hi hi hi hash hash hash has” ucapnya kemudian mengulum batang dedek arya
Aku masih berdiri dan kulihat dunhill tergeletak, dengan sedikit membungkuk aku kemudian ambil dubhill yang didalamnya sudah ada korek itu. Kusulut satu dan ku jatuhkan lagi. Sambil berdiri dan merokok dunhill kupandangi sawah, bukit dan bulan yang bersinar terang itu. Dengan posisi itiu aku merasa semakin gagah karena ada seorang wanita yang sedang mengulumi, menjilati dan membersihkan dedek arya hingga dedek arya tertidur dalam lelapnya. Aku gagah dengan sinar rembulan menyinari kami berdua.
Mbak maya kemudian bangkit dari berlututnya, rokok dunhill telah habis. Dia kemudian memelukku dengan wajah manjanya dia minta bibirnya dipuaskan oleh bibirku. Lama kami berciuman lama kami berpelukan, kami pun menyudahinya. Kugendiong mbak maya untuk aku kembalikan ke dalam rumah tak lupa mengambil jarit yang dia pakai sebelumnya. Aku berjalan dengan menggendong mbak maya ke pintu belakang. Kemudian mbak maya membuka pintu dengan posisi masih aku gendong
“Mas, aku diantar sampai kamar ya?” ucapnya dengan kecupan, aku hanya mengangguk dan kuantar sampai kamarnya
“Mbak, lha isti kemana?” bisikku
“Aku titipin sama mertua mas” ucapnya sambil aku merebahkan tubuhnya
“makasih ya mas, kalau mas mau lagi tinggal bilang mas, biar mbak maya semakin rajin merawat tubuh hihihi” ucapnya lirih, aku kemudian bangkit untuk meninggalkan mbak maya
“Mas salam perpisahan dulu sama kontol mas” ucapnya, dan sedikit menarik pinggangku, mbak maya mengulum dedek arya yang sedang tertidur
“Sudah mbak jangan lama-lama nanti bangun lagi he he he” ucapku, ternyata mbak maya tidak melepaskannya dan masih mengulumnya
“Kalau bangun bisa pingsan aku mas hi hi hi” ucapnya, tanpa dia sadari dedek arya bangun kembali
“Aduuuhhh mash kok bangun???” ucap mbak maya
“Sudah dibilang jangan lama-lama, sekarang tanggung jawab lagi mbak” ucapku sembari naik ke tempat tidur dan memposisikan diriku di tengah-tengah selangkangannya
“Mas, sudah mashhh mbak maya ndak kuat hash hash hash...” ucapnya dengan nafas sedikit tersengal-sengal dan tangannya menutupi vaginanya
“Ssssttt... katanya mau jadi lontheku, ya nurut sama aku to ya...” ucapku sedikit nakal, mbak maya kemudian tersenyum nakal dan membuka kedua tangannya ditaruhnya kedua tangan itu di atas kepalanya.
“Pasrah aku mash... dah ndak kuatt...” ucap mbak maya, aku kemudian memasukan dedek arya, kedua kakinya aku letakan di atas bahuku
“eeeehhhhhhhhhmmmm..........” rintih mbak maya sambil satu tanganya menutupi mulutnya
“Siap mbak?” ucapku berbisik dengan senyuman nakal
“Siap ndak siap kudu siap mas, lha wong sudah masuk ditu terongnya” bisik mbak maya dengan wajah sayu penuh kelelahan, tubuhnya tampak layu dengan butir-butir keringat yang masih tersisa membasahi seluruh tubuhnya.
Aku kemudian mulai menggoyang secara perlahan di vagina mbak maya. Melihat mbak maya yang tampak kelelahan aku memepercepat goyanganku, tangan mbak maya kemudian beralih keselangkanagnya. Mencoba menahan gempuran pinggulku yang memaju mundurkan dedek arya. Buah dadanya tercepi kedua lengannya tampak semakin membusung indah dengan goyangan naik turun yang dia dapatkan dari dedek arya. Wajahnya tampak seperti orang kesakitan, terpejam dan menggeleng ke kanan dan kekiri. Kenikmatan birahi yang dia dapatkan membuatnya menggigit bibir bawahnya. Aku masih menggoyang dengan keringat semakin mengucur, suara decit ranjang mbak maya tidak membuatku menghentikan goyanganku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan pak roto yang ada di kamar sebelah, sekalipun aku tidak peduli aku tetap menahan setiap desahan-desahan dari mulutku. Mulut mbak maya terus menggigit bibir bawahnya sambil menahan setiap desahan ingin keluar dari mulutnya.
“ehhhhmmmmmm.... erggghhhhhh.... erggghhhhhh.... erggghhhhhh.... erggghhhhhh....” rintihnya tertahan dengan kepala yang terus bergerak menoleh kekanan kekiri kadang menengadah ke atas
Melihat posisi mbak maya yan hanya bisa memjamkan mata dengan kedua tangan yang seakan-akan menahan laju goyangan pinggulku (walau sebenarnya tidak menahan) dan susu mbak maya yang membusung itu membuat nafasku bertambah terengah-engah. Aku turunkan kaki mbak maya tepat di pinggangku lalu aku memeluk tubuhnya kedua tangan mbak maya kemudian menelusup diantara ketiakku dan memelukku erat. Kepalanya tepat pada bahu kananku, wajahnya sekilas masih tampak menahan jeritan nikmat.
“massshh... mbak dah ndak kuathhhh urggggghhhh....” bisiknya pelan di telinga kananku
“sebentar lagi mbak” ucapku di telinga kanannya sembari menciumnya
Aku tak menghentikan goyangan tubuhku, aku masih memompanya sumur mbak maya ini. aku terus memompa berharap menemukan sumber air yang segera mengucur keluar dari sumurnya. Jepitan kaki mbak maya semakin kencang pada pinggangku, kucuran keringat berjatuhan dari tubuhku dan bersatu dengan keringat mbak maya. Hawa panas tubuh mbak maya sangat terasa dengan bumbu kekenyalan susunya yang menyentuh pada bagian dadaku. Gesekan antar kulit dedek arya dan liang senggamanya sangat terasa llicin dan semakin hangat, otot vagiananya tampak seperti menjepit secara perlahan seakan-akan memberi tanda bahwa sumber mata air itu akan segera muncul dengan usaha memompaku. Desahan tertahan tampak terdenganr ditelinga kananku membuat. Aku menciumi pipi kanan mbak maya yang masih terpejam karena kelakuan nakal dari dedek arya.
“Mashh... sudahhhh aku ndak kuathhh... mauh keluarhhh....” bisikan rintih kenikmatan, kemudian aku menoleh sedikit kerahnya yang masih terpejam karena kenikmatan ini.
“Sama mbak, sebentar lagihhh... hmmmmmerrrrggghhhhh.....” ucapku sambil terus menggoyang. Sementara aku masih menggenjot, tiba-tiba tubuh mbak maya bergerak tak terkontrol, melengking membuatku menghentikan sebentar goyangan pada pinggulku. Kedua kakinya mengapit dan menekan pinggulku sangat keras.
“Aku keluarrhhhhhhhhh... enakkkh mashhh.... aahhhhhhhhhhhh” bisiknya lirih ditelinga kananku
Akhirnya keluar juga sumber mata air itu, Aku yang hampir menuju puncak gemilang cahaya eh menuju puncak kenikmatan itu kembali menggenjot, memompa, menggoyang pinggulku kembali.
“aduuuhhh mashhh sudaaahhhhhh aku ndak kuathhh.....” ucapnya sangat lirih untuk didengar
“Ini sebentar lagihhh...........”
“Aku keluar mbakkkkhhhhh.......” bisikku lirih ditelinganya
Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot
Semburan kenikmatan itu aku keluarkan dalam posisi konvensional yang sangat menggairahkan. kupeluk tubuh mbak maya dengan sangar erat, mbak maya membalasnya dengan sangat erat pula. Aliran nafas kami yang berlomba-lomba mendapatkan oksigen seakan-akan bersatu untuk saling memberi kehangatan. Kupeluk tubuhnya erat, aliran butir-butir keringatk mengalir dan bersatu dengan tubuh mbak maya. Nafas ku dan mbak maya masih belum teratur dan masih terus berpelukan. Lama kami berpelukan menunggu kekuatan pada tubuhku kembali.
Aku kemudian bangkit dari pelukan itu, kutatap mbak maya yang wajahnya masih terbungkus keringat. Matanya terpejam seakan-akan ingin segera terlelap dalam tidurnya. Aku kemudian menyeka keringat pada bagian keningnya lalu wajahnya. Ku turunkan kepalaku dan kucium bibir indahnya itu. Dedek arya masih dalam penguasaan liang senggamanya. Lama kami berciuman dan kulihat mbak maya tetap tidak membuka matanya, karena mungkin terlalu lelah. Aku kemudian bangkit, kuposisikan diriku diatas tubuh mbak maya kemudian aku kangkangkan pahaku tepat diatas dadanya.
“Mbak, arya pengen mbak bersihin ini?” ucapku sambil menyodorkan dedek arya ke mulutnya
“Hash hash hash hash hash hash... emmmmmm slurppp... emmmm...” tanpa berkata-kata dan sedikit membuka matanyambak maya kemudian mengulum batang penisku sebisanya dengan sisa tenaga yang tersisa dari tubuhnya. Setelah semuanya berakhir aku kemudian bangkit dari dada mbak maya, dan duduk sebentar di sebelahnya. Kupandangi mbak maya dengan wajah kemenangan lalu aku kecup bibir indahnya.
“Makasih ya mbak....” ucapku kepda mbak maya di telingan kanannya
“Hash... hash... hash... samahh –samahhh mashhhh....” ucap mbak maya sembari membuka matanya dan melihatku. Tergurat senyum indah dari bibirnya. Aku kemudian bangkit mengecup sebentar keningnya dan melangkah keluar dengan ketelanjanganku ini.
“Dadah mashhh hash hash arya ganteng, dadahh jugahhh kontol aryahhh gantenghhh heh hash hash...” ucapnya sambil membusungkan susunya dengan segenap kekuatanya
“Dadah mbak maya montok semok “ ucapku sambil meremas kedua susunya
Aku kemudian meninggalkan mbak maya di dalam kamar, terlihat kamar pak roto tertutup rapat dan hanya ada suara dengkuran saja. Kututup pintu dan ku melangkah mengambil dunhillku yang berada di tanah. Aku menuju kamar kututup pintu dan kurebahkan tubuhku. Sial besok sudah hari ke-14 dan aku harus pulang, ah parah padahal lagi enak-enaknya begitu bathinku berkata. Tapi mau apa lagi kalau harus lama disini aku juga tidak bisa karena aku masih punya misi dan aku kangen sama Ibu. Ibu apa kabarmu disana? Aku kemudian terlelap dalam tidur telanjangku hingga pagi meng-upper cut kepalaku.
Aku terbangun, kupakai pakaianku kulihat jam pada telepon cerdasku menunjukan pukul 08:00, gila aku kesiangan. Aku kemudian bangkit dan segera aku mandi, ketika aku membuka pintu mbak maya sudah berada di depanku membawa sarapan. Aku pun tertahan disana, kami berbincang-bincang dan kukatakan kepadanya kalau aku akan pulang hari ini karena badanku sudah mendingan karena mbak maya yang merawatnya. Mbak maya pun tersenyum dan bilang kepadaku agar nanti waktu pulang hati-hati. Mbak maya menemaniku sarapan dikatakannya bapak dan ibu akan pulang nanti pas jam setengah sebelas, jadi kalau mau pamit aku harus menunggunya. Setelah makan pagi aku kemudian beranjak ke kamar mandi.
Ketika berada dalam kamar mandi aku teringat jika hari ini aku akan pulang, dengan menggunakan handuk yang masih melilit pinggangku aku keluar. Aku mencari mbak maya di dalam rumah, kutemukan dia ada di dapur sedang mencuci piring. Aku kemudian menariknya dengan memaksa untuk mengikutiku. Kutarik menuju dalam kamar mandi.
“Eh eh eh.... mau ngapain mas?” ucapnya ketika sudah berada dalam kamar mandi
“Mau ini....” ucapkku yang dengan kasar langsung melolosi pakaian mbak maya. Mbak maya tampak tidak meolaknya
“Mbak maaf kalau lama-lama nanti bapak sama Ibu keburu pulang” ucapku yang disambut ciuman pada bibirku. Kami berciuman sebentar dan langsung aku posisikan mbak maya menungging dengan berpegangan pada pinggir bak mandi. Tanpa basa-basi aku langsung menusuk vagina mbak maya tentunya dengan bantuan tangan mbak maya dan sleeep.... ah hangat.
“Aiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhh...... sakit mas pelan”
“maaf mbak, keburu bapak ibu pulang....” dan aku menggoyangnya dengan kasar
“Aduuuuuh.... mashhhh......”
Aku semakin cepat menggoyang karena waktuku tidak banyak, semakin cepat menggoyang untnuk meraih kenikmatan. Lama aku menggoyang tubuhnya, lama pula aku meremasi kedua susunya itu dalam posisi membungkuk dan memeluknya
“ouftthhhh.... terus mash.... kontolmuhhh.... bikin aku gilaaahh mashh... ahhh aku suka kontolhhh ouwhhhh mashhh aryaaahhhh.... ooooooohhhhhhh”
“bikin aku cepeth keluarhhhh.....” rintihnya
“Iya mbak, aku juga sudah kerasa ngilu mbak...” ucapku
“keluar mbak... aku keluaaaaaaaaaaaarrrr.....” jertku tertahan
“Aku juga massshhhh aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh” rintihnya
Dan dalam waktu dan tempo cepat akhirnya aku bobol dan muncrat ke dalam vagina mbak maya, kurasakan aliran cairan hangat kami. Kutarik tubuh mbak maya dan aku kemudian berpelukan kucium bibirnya. Dengan mengambil gayung dibelakang tubuh mbak maya, aku siram tubuh kami berdua dengan air. Mbak maya dengan telaten memandikan aku, setiap bagian tubuhku disabuninya tak lupa pada bagian dedek arya dikulumnya. Aku juga melakuakn hal yang sama setiap tubuhnya aku sabuni dan pada bagian memeknya aku jilati. Acara mandi selesai dan aku kembali kekamar begitu pula mbak maya. Aku berberes kamar dan kembali kedalam rumah lalu duduk sambil menunggu kedatangan pak roto. Mbak maya tampak menyuguhkan aku teh dan susunya yan menepel didadanya walau terbungkus, tapi bungkusnya terlalu ketat dan sempit.
“makasih mbak...” ucapku
“sama-sama mas arya ganteng...” jawab mbak maya
“ini tehnya boleh dicampur sama susu ndak mbak?” ucapku
“Boleh sich, tapi tuh yang dibawah sana... haloooo... nanti pasti minta masuk ke sarang hi hi hi” jawabnya
“Beneran nich...” ucapku
“Jangan mas ah... besok-besok saja, bisa patah tulangku mas....”
“semalam saja aku dah mau pingsan tapi enak hi hi hi...” ucapnya sedikit nakal, wajahnya masih tampak lelah tapi senyumannya seakan-akan tak pudar kemanisannya
“makanya jangan nggoda gitu he he he....” ucapku
Lama kami mengobrol yang nakal-nakal akhirnya kulihat pak roto dan bu roto baru saja masuk dalam rumah. Aku kemudian menyampaikan rasa terima kasihku dan kuserahkan bungkusan berisi uang sisa dari uang yang aku serahkan kepada penduduk desa banyu biru. Pak Roto sangat berterima kasih dengan bingkisan itu kemudian memelukku dengan erat. Setelah aku berpamitan dengan mereka aku menaiki REVIA disaat itu mbak maya menghampiriku.
“Mas, ini jangan jadi yang terakhir ya?” ucapnya berbisik kepadaku
“Ya kalau bisa ya mbak... makanya mbak maya main ke daerahku nemenin suaminya biar ketemu aku mbak” ucapku berbisik kepadanya
“Iya kapan-kapan, pokoknya yang terakhir, aku dibuatkan momongan ya mas hi hi hi” bisiknya kepadaku sembari meninggalkan aku dan berdiri di samping Pak dan Bu Roto.
“Heeeeh!????” ucapku, yang kemudian mbak manya memberi secarik kertas berisi nomor Hpnya. Aku kemudian mengantonginya dan kulepaskan tanganku ke atas sebagai salam perpisahan kepada mereka.
Aku pulang... aku pulang.... dalam perjalanan pulang pikiranku kembali kalut dari kakek nenek yang sudah tiada ditambah dengan perlakuan Ayah. Dalam perjalanan pulang yang menempuh waktu yang cukup lama itu akhirnya aku sampai pada daerah perkotaan tempat aku tinggal. Sebentar aku mampir ke sebuah warung nasi kucing didekat daerah rumahku yang mana menjadi langgananku ketika aku sedang sendiri di rumah. Perbicangan dengan mereka orang-orang yang aku kenal membuat rasa lelahku sedikit hilang. Disela-sela obrolan aku kemudian sms mbak maya, untuk memberitahukan ini adalah nomorku. Dan mbak maya langsung menanggapinya, cukup sebentar sms-an kami karena aku mengakhirinya dan kemudian pulang menuju rumah. Dan kutemukan rumah, sebuah rumah dimana aku tinggal. Ketika aku masuk kerumah...
“KAMU INI DARI MANA SAJA! PERGI TIDAK BILANG-BILANG! LIHAT DARI KEMARIN SAMPAI DIRUMAH IBU KAMU KHAWATIR!” bentak Ayahku, aku hanya tertunduk dan membisu. Tumben ayah mau menanyakan kabarku?? Tapi kenapa marah-marah, biasanya aku pergi tak pamit juga dia tidak memarahiku.
“JAWAB!” bentak ayahku kembali
“Arya, jalan-jalan Romo...” ucapku lirih
“DASAR BAJINGAN KAMU INI!” Bentaknya sembari meninggalkan aku
Aku kemudian melangkah masuk, tak kudapati Ibu. Aku kemudian naik keatas menuju kamarku. Kulihat Ibu memakai Kaos longgar mirip dengan baby doll dengan belahan dada yang tidak begitu kebawah, lenganya hanya tertutupi sedikit. Bagian bawah mengenakan celana ketat selutut. Ibu kemudian menghampiriku, rasanya aku sudah kangen sama Ibu dan Ibu sekaran sedang menyambutku.
PLAK....
Aku ditampar oleh Ibu dan aku tertunduk diam di hadapannya. Kudengar Ayah sedang berteriak-teriak tidak karuan dengan orang yang berada dalam telepon genggamnya dan dia melangkah menuju ke pekarangan rumah. Kurasakan Ibu masih berdiri di hadapanku dengan hawa kemarahan yang sangat besar. Aku masih terdiam dan tertunduk.
“Bu.... Maaf....” ucapku lirih
“Pergi terus saja, tidak usah pulang sekalian, sekalian saja main sama perempuan-perempuan diluar sana” ucapnya sedikit meninggi. Aku hanya terdiam dan tertunduk, aku kemudian mencoba menggenggam lengan tangan Ibu tapi ditepisnya.
“Urus diri kamu sendiri...” ucapnya sambil meninggalkan aku, Ibu kemudian keluar dan ketika Ibu sudah berada didepan pintu kamarku.
“Ibu tidak tahu selama ini aku mengalami apa, dan Ibu hanya marah karena tidak ada kabar dariku, apakah Ibu juga pernah menanyakan kabarku ketika Ibu berada dirumah tante ratna dan rumah kakek? Aku selalu tanya kabar Ibu tapi Ibu jarang membalasnya, Ibu kalau sudah punya yang baru bilang saja ke Arya, Arya terima!” ucapku kemudian menutup dan mengunci pintu
Dok Dok Dok Dok....
“Naaaak.... maafin Ibu naaaak.... buka pintunya.....” ucap Ibu di balik pintu
Aku masih kesal dengan sambutan Ibu kemudian berbaring dan merebahkan tubuh. Aku tidak menghiraukan ketuka pintu itu lagi, aku rasanya sudah benar-benar sangat kesal. Memang aku salah ketika aku pergi dan tidak mengabari Ibu dan Ayah, tapi kenapa mereka tidak menanyakan kabar aku ketika mereka sedang sibuk-sibuknya. Aku kemudian tertidur dalam mimpiku.
Tengah malam aku terbangun, kubuka buku-buku mata kuliahku dan aku belajar walaupun sedikit. Karena esok pagi adalah Ujian Akhir Semester aku mempelajari sesuai dengan apa yang harus aku pelari hingga mata ini tak mampu terbuka. Pagi hari aku terbangun, ketika aku keluar dari pintu kamar aku disambut oleh Ibu dengan senyumannya. Aku hanya melewati Ibu tanpa menggubrisnya, ibu mencoba menahan tapi tak kuhiraukan. Apakah dia tidak tahu betapa aku rindu kepadanya selama ini? Aktifitasku kembali seperti semula, makan pagi bersama keluarga dan berangkat menuju kampus. Ketika di dalam garasipun aku mengacuhkan Ibu tanpa memandangnya sedikitpun aku berangkat kuliah.
Selama 2 minggu aku manjalani Ujian Akhir semester dengan baik dan rasa kesal kepada Ibu. Tapi sebenarnya apa salah Ibu? Kenapa aku marah? Ya mungkin karena rasa kangenku selama ini kepada Ibu membuatku terasa sentimentil ketika harus mendapat perlakuan tidak menyenangkan ketika aku pulang. Padahal jika ditilik lebih dalam lagi sebenarnya kesalahan ada padaku. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau minta maaf sebelum Ibu yang meminta maaf, pokoknya harus seperti itu titik. Setelah dua minggu berlalu aku kemudian masih dalam posisi minggu santai menunggu yudisiumku (terima raport di kuliahan). Dan Yes! IP 3,75 aku dapatkan. Di sela-sela aku berada dikampus bersama teman-teman kampusku termasuk Rahman.
Kutakut mamaku marah... ku takut papaku marah... ku takut mereka marah karena terlambat sekolah... bunyi telepon dari BU DIAN! (percakapan di bawah ini yang bercetak miring adalah Bu Dian) aku langsung lari menjauhi teman-temanku dan bersembunyi di balik gedunng kuliah. Sambil menyalakan pasti tahulah apa rokokku, kuangkat telepon dari Bu Dian.
“Ya, halo selamat siang Bu”
“halooo... bagaimana kabarnya Ar?”
“Baik bu, bagaimana dengan bu dian?”
“Saya juga baik, Oh ya ini saya mau mengabari kalau KTI kita bakan dilombakan lagi ditingkat nasional karena kemarin kita masuk ke tiga besar, jadi ya mungkin kita harus bekerja ekstra keras lagi, bagaimana masih mau membantu?”
“Ohh... Siap Bu, sekarang Bu Dian dimana?”
“Sekarang saya masih di provinsi di luar pulau, jadi nanti kita saling email saja ya?”
“Oke bu siap, nanti di email saja bu, akan saya bantu kekurangan-kekuranganya dan saya mohon maaf tidak bisa membantu Bu Dian dalam presentasi”
“Iya, tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf Ar, nanti kirimi email kamu ya”
“Siap Ibu Dosenku...”
“Kamu itu apaan sich, ya sudah, dah dulu ya” tuuuuuut...
Bu Dian.. Oh Bu Dian andai saja kamu seumuran denganku pasti langsung aku tembak dirimu dengan M-16ku. Kuselesaikan hisapan-hisapan rokokku di belakang gedung, memang sich aga berbau pesing mau bagaimana lagi pada ujung gedung ada kamar mandi dan sekarang aku tepat di belakang gedung yang dibelakangku persis adalah kamar mandi. Kunikmati hisapan demi hisapan sambil duduk merenungkan masalah demi masalah yang menghujaniku. Kukirim emailku melalui BBM ke Bu Dian
Kleeeeek..... suara daun pintu dan terbukalah pintu itu
“AAAAA” aku sedikit berteriak terkejut yang tertahan dengan apa yang didepanku
Tampak seorang wanita dengan kulit putihnya memakai jarit yang hanya dililitkannya di sebagian tubuhnya hingga menutupi pahanya. Rambutnya digelungnya ke belakang, tampak senyuman seorang wanita yang manis dan menentramkan. Sekilas tampak bayangan Ibu terlukis di wajah wanita ini. membuat aku tersentak dan terhenyak kaget seketika itu. Tapi bayangan itu mulai pudar seperti tinta spidol yang terkena oleh air, bayangan itu menghilang dan berganti dengan wajah seorang waria eh wanita desa, Mbak Maya.
“Mbak....” ucapku terheran-heran dengan kedatangannya di malam hari ini
“Sssst hi hi hi... udah mbak kunci semua pintu rumah, dari yang depan sampai belakang ini kuncinya” ucapnya sambil menunjukan kunci pintu rumah.
“Maksudnya mbak? “ tanyaku pura-pura bodoh, ya sebenarnya posisi saat itu belum bisa membuat otakku berpikir jernih karena rasa kantuk yang menusuk di mataku.
“Eh... sepi tuh di depan kamar mas, asyik tuh kalau main di depan” ucapnya tiba-tiba membangkitkan gairah dedek arya. Sekejap dedek arya menangkap sebuah sinyal permainan, perlahan bangkit seperti halnya zombie yang bangkit secara perlahan-lahan tapi pasti. Nafsuku yang sudah mulai bangkit dan menyelubungi tubuhku ini, aku kemudian menarik mbak maya ke depan teras yang tak berlampu.
“Eh... mas mau kemana? Di dalam saja, mbak kan cuma bercanda” ucapnya
“Salah siapa tadi mengajakku ke teras kamar” ucapku
Dalam posisi duduk di depan teras kamar, langsung aku peluk mbak maya, ku hujamkan ciumanku di bibir manisnya. Mulutnya tertutup, wajahnya ketakutan karena aksiku bisa saja diketahui oleh orang sekitar. Tapi masa bodohlah, aku sudah tidak bisa menahan apa yang namanya keinginan dedek arya.
“Mbak kok ditutup mulutnya?” ucapnya kepadaku
“Di dalam saja mas, takut ada orang” jawabnya sembari mencoba melepaskan pelukan dariku
“Tadi katanya minta diluar, tadi katanya orang kota bisa gaya-gaya, pengen tidak? Kalau tidak sudahan saja” jawabku, entah kenapa jiwaku seakan-akan berubah menjadi seorang pecinta seks, semoga saja hanya hari ini karena memang sudah berbulan-bulan aku tidak memegang namanya wanita.
Mbak maya kemudian dengan sedikit malu mengangguk dan membuka sedikit mulutnya. Ku hujamkan kembali bibirku ke mulut mbak maya, kumasukan lidahku ke dalam mulut mbak maya dengan perlahan. Kusapu tiap nano meter bibirnya dengan lidahku, mbak maya hanya membukan mulutnya tanpa bisa memberi perlawanan. Udara dingin membuatku, memaksaku untuk segera mendapatkan kehangatan dari tubuhmbak maya. Perlahan mbak maya mulai mengimbangi ciuman di bibirku, disedotnya lidahku dengan bibirnya. Membuat nafsu ini semakin meledak-ledak. Dengan tetap menium bibirnya, kurebahkan tubuh mbak maya di atas lantai yang keras ini. Perlahan ciumanku turun ke lehernya dan kusapu habis dengan jilatan-jilatan pada bagian leher jenjangnya itu.
“eehh.... ehhh.... esssssshhhhhh... pel... lan mashhh gelihhhh....”
“Geliiihh... mashhh.... ouwhhh.... essshhhhh aaahhhhhh” rintihnya
Aku tak menghiraukan lagi apa yang dia katakan, jilatan dan ciumanku kemudian turun ke bagian atas dadanya. Kujilati setiap bagian itu layaknya aku menjilati es krim. Jilatan semakin turun hingga belahan susu mbak maya yang indah ini. pelan tapi pasti ciuman dan jilatanku di sela-sela belahan itu membuat mbak maya menggelinjang geli dan nikmat. Tangan kiriku menelusup di balik punggung mbak maya, tangan kananku kemudian menarik dan melepas secara perlahan jarit mbak maya. Secara bergantian tangan kanan dan kiriku menahan tubuh maya, karena jarit itu dipakai dengan cara membungkus tubuhnya jadi ketika tangan kananku sudah mulai melepasnya dan aku putar kebelakang tangan kananku langsung menahan tubuh mbak maya dan giliran tangan kiriku menarik jarit itu. Secara perlahan dan bergantian akhirnya jarit itu terlepas dari tubuhnya, aku langsung buang jarit itu ke depan kamar yang aku tempati. Terpampanglah tubuh montok dengan payudara yang lumayan besar dihadapanku.
“Mas, jangan cuma dilihat dicicipi juga mas....”
“Apa perlu pakai kopi hitam biar tambah nikmat?”tanya mbak maya menggoda, godaan ini lebih dahsyat dari pada godaan Tante Ima apa lagi wajah lugu desanya itu yang membuatku semakin bernafsu.
“Tidak perlu mbak, susu mentahnya juga enak...” ucapku yang langsung memajukan kepalaku
Dengan penuh gairah aku mainkan susu mbak maya dengan menggunakan metode yang sama. Aku elus-elus sekitar puting mbak maya dengan lidahku dan susu satunya aku elus-elus dengan menggunakan jari-jariku. Lama aku melakukannya dengan memutari setiap puting susunya dengan lidahku dan jari-jariku secara bergantian.
“Mashhh, di susuhhh mashhh susuhkuuhhhh aehhhh, cepetanhh...” rintihnya penuh nafsu. Aku tidak langsung mengikuti arahan mbak maya tapi aku menggigit kecil pada susu kanannya. Tercupanglah susu kanan mbak maya, kupindahkan bibirku ke susu kirinya dan kucupang kembali.
“Aashhhhhh sakit mashhhh enakkkkhhhh... lagih mash oiwh lagihhh....” rintihnya kembali sambil memandang ke arah aksiku
Setelah aku mendapatkan dua cupangan yang sangat merah, langsung aku lahap pentil susu kirinya. Kumainkan lidahku di susu kirinya dan jari tanngan kananku mempermainkan pentil susu kanannya. Tangan kiriku tak cuma diam saja, tangan kiriku meremas-remas daerah di sekitar susu kirinya. Seecara bergantian aku melakukan hal itu dan membuat mbak maya merintih-rintih dengan sedikit berteriak yang tertahan
“aaaaaahhhhhhhfffftttt.......”
“Enak mashhhh ter.....rushh..... ashhhhhh.....”
“Di mimikhhh mashh..... ahhhhhhhhhhh” hanya rintihan dan desahan yang aku dengar dari mulutunya.
Segenap kekutan aku lakukan tapi aku sudah tidak tahan lagi aku ingin menuju ke arah selangkangan yang indah itu. Jilatanku ku arahkan di lebah susu mbak maya turun.... turun.... dan turuuuunnn.... kurenggangkan kedua paha indah nan putih itu dan terbukalah sebuah liang kenikmatannya. Perlhan aku majukan bibirku dan kujulurkan lidahku. Llidahku menyapu bagian bawah vagina mbak maya hingga keatas bibir vaginanya. Dengan perlahan aku bolak-balik menyapu vagina mbak maya.
“Aaaaaah.... mashhhh.... “
“emmmmhhhhh.... teruuuuussssssshhhhh....”
“dijilat yang dalem mashhhhh aisssshhhhh......”rintihnya
Lidahku ini kemudian menyeruak ke dalam vagina mbak maya dan kupermainkan di dalam vaginanya. Pinggul mbak maya terangkat keatas membuat aku semakin bersemangat memainkan lidahku di dalam vaginanya.
“Ahhh... mash... kok tambah enak gini... ahhh... tempikku keenakan mashhh ouwhh... jilatiiiihh yanggg kerassssh... anget bangethhhh masshhh lidahh muwhh ouwhhh aisssshhhhh....”
“Terus mashh.... ash ah ah ah aaaaaaahhhhh” Rintihnya kembali
Aku kemudian memasukan jariku, dan bibirku ku alihkan ke klitorisnya. Kusedot-sedot dan kumainkan klitorisnya dengan bibir dan lidahku. Jariku masuk menyeruak dan mengocok vaginanya. Paha kiri mbak maya aku letakan di atas bahu kiriku jadi aku lebih leluasa dalam menikmati vaginanya. Lama aku bermain disitu membuat mbak maya tidak tahan dengan kenikmatan itu.
“ter....rushhh.. masshh....tempikku enak mas.... jilati terussh mashh... aku suka kamu jilatih ouwhhh ... jilatanmu enaaaakkkhhh.... itilku... itilku aissshhhhh sedoooth terusss mashhhh..... enaaakhh bangeettthhhh aah eeeeh oooogggh aaah aaisssssssssssssssshh... kocok kerrrrrassss mashhh... ouwhhh enakkhhh essshhhhh..... ediaaaan enaaak mashhhh....”
“Akuhh... mauhhh kel.... luarhhhh aaaahhhhh”
“aku keluaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarr..... ahhhhh.... kontol kontooooooool aku pengen kontolmuhhhhhhhhh massshh aryaaaaaaaaaaaahhhh....” teriak mbak maya sembari mengangkat pinggulnya keatas, menggelinjang. Kurasakan cairan kenikmatan itu mengalir melalui jariku segera aku menangkap pinggul mbak maya dan kusodorkan bibirku ke vaginanya serta kuhisap cairan kenikmatan itu. Setelah mbak maya terlihat lebih tenang akhirnya aku memberinya waktu beristirahat.
“Hash hash hash hash... enak mas hash hash”
“Belum pernah mbak maya merasakan sehebat ini, tadi siang hash hash hash juga sama....”
“Istirahat dulu mas” ucapnya dengan tubuh telanjang yang tergeletak lemas di depan kamar, aku hanya tersenyum kepadanya. Kulihat dunhill masih tergeletak di depan kamarku. Kuraih dan kuhisap sebatang dengan posisi menyamping mbak maya. Kulirik dia masih terpejam dengan nafas yang sangat kelelahan. Kujulurkan kakiku kebawah teras kamar ini, karena kamar ini memang di buat aga sedikit meninggi dari area sekitarnya. Lama aku menikmati dunhill mild hingga setengah batang telah menjadi abu.
Mbak maya bangkit dan jongkok di depanku, dilepasnya celana kolorku. Toeeeeeennnggg....”Aku bebaaaaaaaaaaaaaas” dedek arya. Aku melihat tingkah mbak maya hanya tersenyum. Elusnya secara perlahan dan tenang dipandanginya dedek arya dengan seksama.
“Gede ya mas, pasti banyak yang suka ini mesti” ucapnya
“Dari sananya mbak, kalau banyak ya saya tidak bakalan sama mbak maya” ucapku sedikit cengengesan
“jadi yang suka sedikit ya mas?hi hi hi untung saja sedikit kalau banyak mbak tidak kebagian”
“Hmmm.... Kemarin mbak maya sudah kasih kopi, hari ini susu, sekarang mbak maya mau permennya mas Arya” ucapnya sedikit nakal dengan meliriku yang sedang menikmati batang dunhill di tangan kananku
Tak main-main, bibir tipis mungil mbak maya langsung melahap dedek arya dengan perjuangan yang sangat berat. Terlihat mbak maya mencoba memasukan semua batang dede arya tapi tak mampu, dengan masih menyisakan sedikit batang yang tidak terkulum mbak maya memaju-mundurkan kepalanya dengan sapuan lidah disetiap batang dedek arya. Dengan bertumpu pada tangan kananku, tangan kiriku megelus rambut mbak maya dengan lembut. Terlihat sosok wanita berumur 30 tahun dengan tubuh telanjang sedang menikmati batang permenku, batang dedek arya Sesekali aku menekan kepala mbak maya lebih dalam ke arah dedek arya.
“Hah hah hah hah hah... mas jangan ditekan, kontolnya itu panjang besar, bisa tersedak mbak” protesnya yang ketika aku menekan kepalanya kemudian meronta dan melepaskan kulumannya
“Sabar kenapa... nanti juga dapat yang lain hi hi hi” lanjutnya dan kembali mengulum batang dedek arya kembali
“Ehmmmm.... iya mbak.... oufthhhh.... terus mbak.... nikmatihhhh.... emuthh mbak essshhh ehmmmm... ayohh mbak emuttthhh kontolku, kulum emuthhhhhh” rintihku, kemudian aku angkat tangan kananku dan aku hisap dunhill yang tersisa kemudian aku membuangnya. Dan kupegang kepala mbak maya dengan kedua tanganku. Lama dia mengulum dan menikmati sensasi permainan di alam terbuka. Aku kemudian menarik kepalanya
“Mbak dijilati mbak kontol arya” ucapku, langsung dia memegang batang dedek arya di tekan ke atas perutku dan di jilatinya dari bawah. Membuatku merebah dengan bertumbu pada kedua siku tanganku.
“Mbakhh.... dijilat dibawah telurku mbakkhhh akkhhhh” rintihku, dengan sigap mbak maya menjilati bagian bawah akarku kadang mengulum-ulum zakarku dengan bibir manisnya itu. Kepalaku menengadah keatas dan membuat sensasi yang lebih dahsyat lagi. Beberapa menit setelah itu mbak maya bangkit dan berdiri dihadapanku, kupandang tubuhnya dengan senyum nakalku.
“Mas, ayo dimasukin mbak sudah pengen...” ucapnya kepadaku
“Ya dimasukan to mbak” jawabku
“Lho, ya mas yang masukin kok malah saya itu bagaimana?” balasnya memelas kepadaku
“Sini, mbak sekarang mbak jongkok di atas kontolku dan dimasukan” ucapku
“Lho kok malah saya yang diatas mas?” tanyanya
“Katanya pengen gaya-gaya...”ucapku dengan senyuman nakal yang kemudian menarik tubuhnya ke arahku. Kukulumi kedua susunya dan kemudian aku arahkan dia untuk jongkok di atas dedek arya.
“Mbak, kontolku di pegangi mbak biar pas masuk ke tempik mbak maya” ucapku, mbak maya yang sekarang dalam posisi jongkok kemudian dengan tangan kanannya memegang dedek arya. Diarahkannya dedek arya ke dalam liang senggamanya. Perlahan secara perlahan sensai kejepit aku rasakan dari seiap nano meter batang dedek arya.
“Oefthhhhh.... besar mas, susssaaaahhhhhhh.... kontol kontolmu geddddehhhh ouwhhhh... tempikku gak muathhhhhh asssshhh ehmmm aduuuuhhhh aaaahhhhh”
“Oufth... mas mbak ndak khuuuuaaaathhhh... ni kontolh apa teroooongghhhh aaahhh... sobek vaginaaakuuuhh masssshhhh ouwhhhh...” rintihnya yang kemudian dia memeluk kepalaku. Terlihat wajahnya meringis kesakitan dan batang dedek arya sangat pelan sekali masuk ke dalam vagina mbak maya.
“Aduh mash... ini kontol apa terong mashhhh aufthhh....”
“sakiiith masssshhhh.... ahhhhh.....” setiap rintihan dari mulutnya beriringan dengan tenggelamnya dedek arya dalam vaginanya
“Tapi sukakan mbakhhh...aaaaahhhhh?” ucapku kepada mbak maya, mbak maya hanya mengangguk dan terus mencoba menekan masuk dedek arya ke dalam vaginanya yang sempit dan sedikit agak keset, mungkin karena cairannya sudah mulai mengering. Dan bleessssss.....
“Uedian tenan mas hah hah hah hah.... kontol mas arya dalem banget terasa... nyampe rahimku mashh... ehmm ... kamu yang pertama mas nyampeh situh aaaaah....” ucapnya tersengal-sengal sambil sedikit melonggarkan pelukannya dan memandangku dengan wajah ngos-ngosannya.
“Ayo mbak digoyang...” ucapku menggodanya
“Digoyang gimana mas, goyang kontol ndak papa mas, ini terong mas... gede, ndower tempikku mash hash hash hash...” balasnya
“Ya sudah, mending selesai sekarang saja mbak...” godaku kepada mbak maya
“Jangaaaaaaaaan maaaaaaaas, biar didalem dulu, enak ini... mas ndak punya tempik jadi ndak bisa ngrasain enaknya dimasuki kontol terong hihihihhhh” ucapnya sedikit tersengal-sengal
Aku masih menunggunya untuk beraksi, lama aku menunggu tapi tak ada aksi dari mbak maya. Dengan sedikit memaksa aku angkat tubuh mbak maya dan aku turunkan kembali. Mbak maya kaget dengan aksiku kemudian meyuruhku diam. Mbak maya mulai memompa perlahan tubuhnya, perlahan dan perlahan. Goyangan itu semakin lama semakin cepat dan menggila. Aku hanya tetap duduk dan bersandar pada kedua tanganku. Pandanganku terhalang oleh kedua susu besar mbak maya ini yang terguncang naik turun seperti piston pada iklan motor.
“Aduuuhh.... kontol... kontoollll mu enak mas.... nyampe daleeemmhhh ouwhhh... kontolh ah terongggh aissshhh... dalem bangethhh... ooooh.... duh mak’e pak’e... aaaahhhh.... tempikku sobeeekkkk aaaahhhhhh”
“Kontolmu enak tenaaaaaaaaaaaaannnhhhh aaaah aaaaaaisssshhh oufthhhh... enak banget ouwh enak banget... ouwhhhhh yakin msh enake puolhhh mass..... aaaaaah”
Semakin cepat dia menggotang, erangan kenikmatan semakin keras terdengar. Semakin erat pula pelukannya di kepalaku membuat aku sulit bernafas karena tersumpal oleh susu indahnya ini.
“Haduh mash mash....ahhhhhh.... baru inighhhh.... ahhhhh... tempikku keenakan mashhh...”
“enaakhhh tenaaaaaaanhh rassanyaaahhh... aaahh... uenakkee puoollllll aishhh.... ouwhh oggghhhh... edan aku kedanan kontolhhh mashhh aryahhhhh aaaaaaah” (Kedanan=tergila-gila)
“Terus mbak, enakh TEMPIKMU ENAK MBAK! Ouwhhh... tempikmu nyepit kontolku... aaahhhhh... enak mbakkhhh...” teriakku yang terhalang oleh susunya, membuat mbak maya semakin mempercepat goyangannya.
“Aku lonthemu mashhh aaahhh... aku mau kamu kenthuuuu setiaphhh hariiiih ahhhh.... enakhhh tenanhhhh aishhhh ouwhhhh.... dalem banget... tempiikku dag gak kuatttthhhhh aaaaahhhh...”
“Mas, aku mau keluarhhh..... ooouwwwwwhhhhh... aku mau keluarhhhh... kontolmu buat aku keluarhhhh aaaaaahhhhhhh”
“Aisssh... ah ah aaaaaaaaaaaahhh......”
“KONTOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOLLLLLMU ENAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKK” teriak mbak maya seakan-akan tidak mempedulikan lagi sekitarnya. Bersama dengan teriakkannya terasa air hangat mengalir di sela-sela vaginanya membasahi batang dedek arya. Mbak maya kemudian memelukku dengan sangat erat membuat aku semakin gelagapan untuk bernafas, bagaimana tidak? susu gan susu suhu nempel di wajah kamu menyumbat hidung kamu. Aku mencoba untuk bertahan dengan tidak bernafas cukup lama dan akhirnya longgar juga pelukan mbak maya. Butiran-butiran debu ehb butiran keringat mengalir di sekujur tubuhnya seakan-akan habis lari berkilo-kilo jauhnya. Aku melihat mbak maya sedikit ngos-ngosan tidak membuat aku merasa iba terhadap dirinya. Segra aku turunkan dari pangkuanku dan aku arahkan mbak maya untuk menungging sambil berdiri. Ketika aku mengarahkan tubuh mbak maya tangaku menyenggol dan memukul dunhil yang didalamnya ada koreknya aku tidak begitu mempedulikannya. Kemudian Kedua tanganya memegang tiang di depan kamar ini (kamar belakang mempunyai teras sehingga ada sedikit atap yang mempunyai tiang). Aku dan mbak maya sekarang sama-sama berdiri di atas tanah.
“Mas, hash hash hash hash ini apa laghi? Aku ndak kuat hash hash hash” ucapnya sedikit tersengal
“Katanya pengen gaya? Atau udahan saja mbak?” ucapku dengan senyuman nakal, entah sekarang aku menjadi sedikit berani dalam berkata-kata. Mbak maya menggelengkan kepalanya.
“Terserah mash aryah hash hash pokoknya aku nurut mash mau diapakan sajah hash hash hash.. jadi lonthemu aku juga mauh mashhh... enak owk... hash hash hash....” ucapnya tersengal-sengal
“Kalau lonthe enggak mbak, aku pengennya mbak maya jadi wanita lemah lembut yang nurut sama aku” ucapku sedikit nakal ke mbak maya
“Iya... mashhh terserah mash aryahhhh....” balasnya
Perlahan aku pegang pantat indah mbak maya dengan perlahan dan lembut. Kubuka sedikit dan kumasukan dedek arya ke dalam vaginanya. Tiba-tiba tangan kanan mbak maya memegang dedek arya dan mengarahkannya. Dan blesss... masuklah dedek arya kedalam rongga kenikmatan mbak maya. Perlahan aku tekan dedek arya ke dalam dan lebih dalam membuat kepala mbak maya terdongak keatas dengan mata terpejam. Akupun mulai menggoyang dengan penuh semangat dengan kedua tanganku berpegang pada pinggang mbak maya.
“Aiiishhh ah ah ah ahaffttttttthhhhh oueh ouoh ouh ouwwwhhh....”
“Terushh mas enak.... kontol mas enak.... dalemmmhh bangethhhhh oufthfttffffffhhhhhhh... kenthu aku mash.... ouwhh... kenthu aku... ouwhhggghhh yang dalemmm massshhhh....” rintihnya
“Tempik mbak maya juga enakhhhh ahhhhhhhhhhh tambah sempithhh aaaaahhh” ucapku
Tiba-tiba terbesit rasa kangen terhadap Ibuku, bu dimana Ibu sekarang, aku benar-benar kangen. Setiap aku melakukannya dengan wanita selain Ibu aku kurang bisa menikmatinya walaupun sebenarnya aku butuh. Kucoba melupakan apa yang terbesit di dalam pikiranku, kucoba konsentrasi untuk memuaskan wanita yang sedikit berubah menjadi liar ini. kugoyang semakin keras dan semakin cepat, membuat mbak maya semakin merintih kenikmatan karena dedek aryaku.
“Aaah aaah mashhh.... terussshhh mashhh.... kocok tempikkuhhhh enaaaaakkkhhhh ouwwwhhhh... ya gitu mashhh teruuussssshhhhh.... tempikku keenakannnnhhh ahhhhh... ”
“Kontol mash Arya enak... ouwwwwwwwwwhhhhh.... nusuk dalem banget tempikku uwenaaakkk aaaakkkhhhhh....”
“Tempiku enak di goyang mas Aryyaaaaaaahhhhh....ouefth... aisshhhhh.... aku pengen dikenthu teruusssshh....ouuwwhhh... kenthu... enakk kenthu sama mas aryyaaaaaaaaahhhh....”
Aku hanya terdiam dengan nafasku semakin tersengal-sengal. Mendengar rintihan mbak maya semakin meracau, dengan sigap aku membungkuk dan memeluk mbak maya dengan kedua tanganku meremas susu mbak maya. Memang ketika dalam posisi ini hentakanku kurang begitu keras tapi aku tak tahan melihat susu mbak maya yang terlihat dari samping walaupun terlihat sedikit itu hampir jatuh. Kupeluk erat tubuhnya dengan kedua tangan meremas kedua susunya.
“Ayo mashh ter....rushh.... ahhhhh”
“Kenthu.... kenthuuuuhhhh... tempikkuhhh mashhhh....”
“Aku pengenhhh mbokhhh kenthuhhhhh ter...russsshhh aahhhhhhh”
Lama aku menggoyang tampak tubuh mbak maya semakinliar bergoyang ke kanan dan kiri. Kulepaskan pelukanku. Kupegang pinggang mbak maya, ku hentakan lebih dalam dan lebih keras lagi. Mbak maya hanya menjerit nikmat.
“aaaaaaaaaaaaaahh aaaaaaaaaaahhh......”
“kontol enaaaaaaaakkkkhh.....” rintihnya semakin gila dan liar
“aa.....akkkk...kuh.... maa.....auh....kel...ah ah ahha... luar mashhh.....”
“lebihhh kencenghhhh aaaaaahhh......” rintihnya menuju puncak, aku hanya mampu menengadah keatas sambil terus menggoyang menikmati setiap sensasi yang diberikan oleh vagina mbak maya.
“aaaaaaaaaaa......aaaaaaaaaaaaa......ufthhhhhhhhhhhhhhhh”
Terasa lilnangan air hangat dari vagina mbak maya, tampak mbak maya kemudian menghela nafas yang panjang. Aku berhenti sejenak, mbak maya kini mencoba berdiri aku memeluknya dengan sedikit membungkuk dengan posisi dedek arya masih tertancap didalam vaginanya. Mbak maya kemudian menoleh kebelakang dengan mulut terbuka langsung aku daratkan ciuman pada bibir manisnya.
“hmmmm....mmmmm... mas enak.... mas, bapak ma suamiku ndak pernah bisa buat aku gila seperti ini” ucapnya lirih
“Mbak, lagi ya....” ucapku penuh harap agar aku bisa segera selesai, mbak maya hanya menganggukan kepalanya saja. Kutarik tubuh mbak maya ke tengah-tengah diantara kamar dan kamar mandi secara perlahan dan tetap aku cium bibirnya tanpa harus melepas dedek arya. Kuarahkan pandangan mbak maya menuju sawah dan bebukitan yang pernah aku lihat ketika aku pertama kali berada di belakang rumah pak roto ini. Dengan segera karena aku sudah sedikit merasakan sensitif pada ujung dedek arya, aku posisikan mbak maya agak sedikit menungging dan kedua lengannya aku pegang dengan kedua tanganku.
“Mbak, belum pernah main sambil lihat pemandangan kan?” ucapku
“Belum mas, mas arya bener-bener buat mbak gila, ini pertama kalinya mas” jawabnya
Tanpa babibu langsung aku menggoyang tubuh mbak maya dengan sangat keras. Pada goyangan pertama aku hentakan dedek arya dengan sangat keras kemudian aku memaju mundurkan pinggulku dengan secepatnya agar aku bisa mendapatkan puncak kenikmatan.
“Aisshhhh... teruuusssshhhhhh terusssshhhh mas.....”
“Enakkhhhh aish ufthh.... tempiku keenakkkkkhhhhaaaannn aaaahhhh... kontolmuwh aahh aahh aahh aku cinta kontolmuwh massshhhhh...”
“Kontolmu bikin ngilu tempekkkuuuuhhh masshhhh aaaaaaaaaaaaahhhhhh”
“Aku meh methu maneh mashhhhh (Aku mau keluar lagi).... aduhhhh aishhhhh aftttthhhh aaaaaaaahhhhhh”
Aku semakin menggila kurasakan denyut nadi dedek arya berdetak semakin keras. Kupercepat goyangan pada pinggulku, semakin cepat dan cepaaaaattt! Ya harus cepat, aku sudah tidak tahan, aku ingin segera mengeluarkannya di tempik wanita ini, wanita pemuasku ya aku harus segera mengeluarkannya! Ibu aku kaengeeeeeeeeeeeeen banget sama Ibu.....
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh.............” teriak mbak maya
Crooot crooot crooot croooot crooot crooot croooot crooot crooot croooot crooot crooot croooot
Dan keluarlah lahar panas dari dedek arya meledak membasahi vaginanya, mebasahi rahim mbak maya. Aku kemudian kembali memeluknya dan kuposisikan mbak maya sedikit berdiri. Kedua tanganku meremas susu mbak maya dan aku menciumnya. Mbak maya yang tidak kuat lagi akhirnya roboh jatuh ke bawah dengan posisi seperti orang merangkak.
“Hah Hah Hah mas... baru kali ini enak banget hash hash has....” ucapnya lirih, kulihat dedek arya masih menegang dengan sisa cairan yang mengalir di batangnya dan sedikit dari lubang kencingnya
“Mbak dibersihkan pakai mulut mbak...” ucapku kepada mbak maya, tanpa menjawab mbak maya kemudian bangkit dan berlutut dihadapanku. Kemudian dia mulai menjilati sisa-sisa cairan kenikmatan kami di batang dedek arya, aku masih berdiri dan menyaksikan itu seakan-akan tak percaya bahwa selama ini sudah ada 3 wanitab takluk olehku tanpa aku meminta mereka melayaniku.
“Mbak, tadi keluar di dalam, mbak ndak takut hamil hash hash hass” ucapku sedikit tersengal
“Malah aku pengen dihamili mas arya hi hi hi” ucapnya sambil menghentikan sejenak jilatannya
“Waduuuuuuuhhhhh.....” ucapku, memang sudah tergila-gila sama dedek arya mungkin mbak maya sampai bisa bilang seperti itu.
“mbak... ndak takut ketahuan tadi teriak keras-keras...” ucapku lirih
“Dah terlanjur mas, kalau ketahuan ya mau gimana lagi mas, lagian ini malam hari tadi mbak maya kesini juga sudah jam 12 malam, orang sudah pada tidur sekalipun dengar ya paling mereka anggapnya tetangga lagi main hi hi hi hi hash hash hash has” ucapnya kemudian mengulum batang dedek arya
Aku masih berdiri dan kulihat dunhill tergeletak, dengan sedikit membungkuk aku kemudian ambil dubhill yang didalamnya sudah ada korek itu. Kusulut satu dan ku jatuhkan lagi. Sambil berdiri dan merokok dunhill kupandangi sawah, bukit dan bulan yang bersinar terang itu. Dengan posisi itiu aku merasa semakin gagah karena ada seorang wanita yang sedang mengulumi, menjilati dan membersihkan dedek arya hingga dedek arya tertidur dalam lelapnya. Aku gagah dengan sinar rembulan menyinari kami berdua.
Mbak maya kemudian bangkit dari berlututnya, rokok dunhill telah habis. Dia kemudian memelukku dengan wajah manjanya dia minta bibirnya dipuaskan oleh bibirku. Lama kami berciuman lama kami berpelukan, kami pun menyudahinya. Kugendiong mbak maya untuk aku kembalikan ke dalam rumah tak lupa mengambil jarit yang dia pakai sebelumnya. Aku berjalan dengan menggendong mbak maya ke pintu belakang. Kemudian mbak maya membuka pintu dengan posisi masih aku gendong
“Mas, aku diantar sampai kamar ya?” ucapnya dengan kecupan, aku hanya mengangguk dan kuantar sampai kamarnya
“Mbak, lha isti kemana?” bisikku
“Aku titipin sama mertua mas” ucapnya sambil aku merebahkan tubuhnya
“makasih ya mas, kalau mas mau lagi tinggal bilang mas, biar mbak maya semakin rajin merawat tubuh hihihi” ucapnya lirih, aku kemudian bangkit untuk meninggalkan mbak maya
“Mas salam perpisahan dulu sama kontol mas” ucapnya, dan sedikit menarik pinggangku, mbak maya mengulum dedek arya yang sedang tertidur
“Sudah mbak jangan lama-lama nanti bangun lagi he he he” ucapku, ternyata mbak maya tidak melepaskannya dan masih mengulumnya
“Kalau bangun bisa pingsan aku mas hi hi hi” ucapnya, tanpa dia sadari dedek arya bangun kembali
“Aduuuhhh mash kok bangun???” ucap mbak maya
“Sudah dibilang jangan lama-lama, sekarang tanggung jawab lagi mbak” ucapku sembari naik ke tempat tidur dan memposisikan diriku di tengah-tengah selangkangannya
“Mas, sudah mashhh mbak maya ndak kuat hash hash hash...” ucapnya dengan nafas sedikit tersengal-sengal dan tangannya menutupi vaginanya
“Ssssttt... katanya mau jadi lontheku, ya nurut sama aku to ya...” ucapku sedikit nakal, mbak maya kemudian tersenyum nakal dan membuka kedua tangannya ditaruhnya kedua tangan itu di atas kepalanya.
“Pasrah aku mash... dah ndak kuatt...” ucap mbak maya, aku kemudian memasukan dedek arya, kedua kakinya aku letakan di atas bahuku
“eeeehhhhhhhhhmmmm..........” rintih mbak maya sambil satu tanganya menutupi mulutnya
“Siap mbak?” ucapku berbisik dengan senyuman nakal
“Siap ndak siap kudu siap mas, lha wong sudah masuk ditu terongnya” bisik mbak maya dengan wajah sayu penuh kelelahan, tubuhnya tampak layu dengan butir-butir keringat yang masih tersisa membasahi seluruh tubuhnya.
Aku kemudian mulai menggoyang secara perlahan di vagina mbak maya. Melihat mbak maya yang tampak kelelahan aku memepercepat goyanganku, tangan mbak maya kemudian beralih keselangkanagnya. Mencoba menahan gempuran pinggulku yang memaju mundurkan dedek arya. Buah dadanya tercepi kedua lengannya tampak semakin membusung indah dengan goyangan naik turun yang dia dapatkan dari dedek arya. Wajahnya tampak seperti orang kesakitan, terpejam dan menggeleng ke kanan dan kekiri. Kenikmatan birahi yang dia dapatkan membuatnya menggigit bibir bawahnya. Aku masih menggoyang dengan keringat semakin mengucur, suara decit ranjang mbak maya tidak membuatku menghentikan goyanganku. Aku sudah tidak peduli lagi dengan pak roto yang ada di kamar sebelah, sekalipun aku tidak peduli aku tetap menahan setiap desahan-desahan dari mulutku. Mulut mbak maya terus menggigit bibir bawahnya sambil menahan setiap desahan ingin keluar dari mulutnya.
“ehhhhmmmmmm.... erggghhhhhh.... erggghhhhhh.... erggghhhhhh.... erggghhhhhh....” rintihnya tertahan dengan kepala yang terus bergerak menoleh kekanan kekiri kadang menengadah ke atas
Melihat posisi mbak maya yan hanya bisa memjamkan mata dengan kedua tangan yang seakan-akan menahan laju goyangan pinggulku (walau sebenarnya tidak menahan) dan susu mbak maya yang membusung itu membuat nafasku bertambah terengah-engah. Aku turunkan kaki mbak maya tepat di pinggangku lalu aku memeluk tubuhnya kedua tangan mbak maya kemudian menelusup diantara ketiakku dan memelukku erat. Kepalanya tepat pada bahu kananku, wajahnya sekilas masih tampak menahan jeritan nikmat.
“massshh... mbak dah ndak kuathhhh urggggghhhh....” bisiknya pelan di telinga kananku
“sebentar lagi mbak” ucapku di telinga kanannya sembari menciumnya
Aku tak menghentikan goyangan tubuhku, aku masih memompanya sumur mbak maya ini. aku terus memompa berharap menemukan sumber air yang segera mengucur keluar dari sumurnya. Jepitan kaki mbak maya semakin kencang pada pinggangku, kucuran keringat berjatuhan dari tubuhku dan bersatu dengan keringat mbak maya. Hawa panas tubuh mbak maya sangat terasa dengan bumbu kekenyalan susunya yang menyentuh pada bagian dadaku. Gesekan antar kulit dedek arya dan liang senggamanya sangat terasa llicin dan semakin hangat, otot vagiananya tampak seperti menjepit secara perlahan seakan-akan memberi tanda bahwa sumber mata air itu akan segera muncul dengan usaha memompaku. Desahan tertahan tampak terdenganr ditelinga kananku membuat. Aku menciumi pipi kanan mbak maya yang masih terpejam karena kelakuan nakal dari dedek arya.
“Mashh... sudahhhh aku ndak kuathhh... mauh keluarhhh....” bisikan rintih kenikmatan, kemudian aku menoleh sedikit kerahnya yang masih terpejam karena kenikmatan ini.
“Sama mbak, sebentar lagihhh... hmmmmmerrrrggghhhhh.....” ucapku sambil terus menggoyang. Sementara aku masih menggenjot, tiba-tiba tubuh mbak maya bergerak tak terkontrol, melengking membuatku menghentikan sebentar goyangan pada pinggulku. Kedua kakinya mengapit dan menekan pinggulku sangat keras.
“Aku keluarrhhhhhhhhh... enakkkh mashhh.... aahhhhhhhhhhhh” bisiknya lirih ditelinga kananku
Akhirnya keluar juga sumber mata air itu, Aku yang hampir menuju puncak gemilang cahaya eh menuju puncak kenikmatan itu kembali menggenjot, memompa, menggoyang pinggulku kembali.
“aduuuhhh mashhh sudaaahhhhhh aku ndak kuathhh.....” ucapnya sangat lirih untuk didengar
“Ini sebentar lagihhh...........”
“Aku keluar mbakkkkhhhhh.......” bisikku lirih ditelinganya
Crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot crooot
Semburan kenikmatan itu aku keluarkan dalam posisi konvensional yang sangat menggairahkan. kupeluk tubuh mbak maya dengan sangar erat, mbak maya membalasnya dengan sangat erat pula. Aliran nafas kami yang berlomba-lomba mendapatkan oksigen seakan-akan bersatu untuk saling memberi kehangatan. Kupeluk tubuhnya erat, aliran butir-butir keringatk mengalir dan bersatu dengan tubuh mbak maya. Nafas ku dan mbak maya masih belum teratur dan masih terus berpelukan. Lama kami berpelukan menunggu kekuatan pada tubuhku kembali.
Aku kemudian bangkit dari pelukan itu, kutatap mbak maya yang wajahnya masih terbungkus keringat. Matanya terpejam seakan-akan ingin segera terlelap dalam tidurnya. Aku kemudian menyeka keringat pada bagian keningnya lalu wajahnya. Ku turunkan kepalaku dan kucium bibir indahnya itu. Dedek arya masih dalam penguasaan liang senggamanya. Lama kami berciuman dan kulihat mbak maya tetap tidak membuka matanya, karena mungkin terlalu lelah. Aku kemudian bangkit, kuposisikan diriku diatas tubuh mbak maya kemudian aku kangkangkan pahaku tepat diatas dadanya.
“Mbak, arya pengen mbak bersihin ini?” ucapku sambil menyodorkan dedek arya ke mulutnya
“Hash hash hash hash hash hash... emmmmmm slurppp... emmmm...” tanpa berkata-kata dan sedikit membuka matanyambak maya kemudian mengulum batang penisku sebisanya dengan sisa tenaga yang tersisa dari tubuhnya. Setelah semuanya berakhir aku kemudian bangkit dari dada mbak maya, dan duduk sebentar di sebelahnya. Kupandangi mbak maya dengan wajah kemenangan lalu aku kecup bibir indahnya.
“Makasih ya mbak....” ucapku kepda mbak maya di telingan kanannya
“Hash... hash... hash... samahh –samahhh mashhhh....” ucap mbak maya sembari membuka matanya dan melihatku. Tergurat senyum indah dari bibirnya. Aku kemudian bangkit mengecup sebentar keningnya dan melangkah keluar dengan ketelanjanganku ini.
“Dadah mashhh hash hash arya ganteng, dadahh jugahhh kontol aryahhh gantenghhh heh hash hash...” ucapnya sambil membusungkan susunya dengan segenap kekuatanya
“Dadah mbak maya montok semok “ ucapku sambil meremas kedua susunya
Aku kemudian meninggalkan mbak maya di dalam kamar, terlihat kamar pak roto tertutup rapat dan hanya ada suara dengkuran saja. Kututup pintu dan ku melangkah mengambil dunhillku yang berada di tanah. Aku menuju kamar kututup pintu dan kurebahkan tubuhku. Sial besok sudah hari ke-14 dan aku harus pulang, ah parah padahal lagi enak-enaknya begitu bathinku berkata. Tapi mau apa lagi kalau harus lama disini aku juga tidak bisa karena aku masih punya misi dan aku kangen sama Ibu. Ibu apa kabarmu disana? Aku kemudian terlelap dalam tidur telanjangku hingga pagi meng-upper cut kepalaku.
Aku terbangun, kupakai pakaianku kulihat jam pada telepon cerdasku menunjukan pukul 08:00, gila aku kesiangan. Aku kemudian bangkit dan segera aku mandi, ketika aku membuka pintu mbak maya sudah berada di depanku membawa sarapan. Aku pun tertahan disana, kami berbincang-bincang dan kukatakan kepadanya kalau aku akan pulang hari ini karena badanku sudah mendingan karena mbak maya yang merawatnya. Mbak maya pun tersenyum dan bilang kepadaku agar nanti waktu pulang hati-hati. Mbak maya menemaniku sarapan dikatakannya bapak dan ibu akan pulang nanti pas jam setengah sebelas, jadi kalau mau pamit aku harus menunggunya. Setelah makan pagi aku kemudian beranjak ke kamar mandi.
Ketika berada dalam kamar mandi aku teringat jika hari ini aku akan pulang, dengan menggunakan handuk yang masih melilit pinggangku aku keluar. Aku mencari mbak maya di dalam rumah, kutemukan dia ada di dapur sedang mencuci piring. Aku kemudian menariknya dengan memaksa untuk mengikutiku. Kutarik menuju dalam kamar mandi.
“Eh eh eh.... mau ngapain mas?” ucapnya ketika sudah berada dalam kamar mandi
“Mau ini....” ucapkku yang dengan kasar langsung melolosi pakaian mbak maya. Mbak maya tampak tidak meolaknya
“Mbak maaf kalau lama-lama nanti bapak sama Ibu keburu pulang” ucapku yang disambut ciuman pada bibirku. Kami berciuman sebentar dan langsung aku posisikan mbak maya menungging dengan berpegangan pada pinggir bak mandi. Tanpa basa-basi aku langsung menusuk vagina mbak maya tentunya dengan bantuan tangan mbak maya dan sleeep.... ah hangat.
“Aiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhh...... sakit mas pelan”
“maaf mbak, keburu bapak ibu pulang....” dan aku menggoyangnya dengan kasar
“Aduuuuuh.... mashhhh......”
Aku semakin cepat menggoyang karena waktuku tidak banyak, semakin cepat menggoyang untnuk meraih kenikmatan. Lama aku menggoyang tubuhnya, lama pula aku meremasi kedua susunya itu dalam posisi membungkuk dan memeluknya
“ouftthhhh.... terus mash.... kontolmuhhh.... bikin aku gilaaahh mashh... ahhh aku suka kontolhhh ouwhhhh mashhh aryaaahhhh.... ooooooohhhhhhh”
“bikin aku cepeth keluarhhhh.....” rintihnya
“Iya mbak, aku juga sudah kerasa ngilu mbak...” ucapku
“keluar mbak... aku keluaaaaaaaaaaaarrrr.....” jertku tertahan
“Aku juga massshhhh aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh” rintihnya
Dan dalam waktu dan tempo cepat akhirnya aku bobol dan muncrat ke dalam vagina mbak maya, kurasakan aliran cairan hangat kami. Kutarik tubuh mbak maya dan aku kemudian berpelukan kucium bibirnya. Dengan mengambil gayung dibelakang tubuh mbak maya, aku siram tubuh kami berdua dengan air. Mbak maya dengan telaten memandikan aku, setiap bagian tubuhku disabuninya tak lupa pada bagian dedek arya dikulumnya. Aku juga melakuakn hal yang sama setiap tubuhnya aku sabuni dan pada bagian memeknya aku jilati. Acara mandi selesai dan aku kembali kekamar begitu pula mbak maya. Aku berberes kamar dan kembali kedalam rumah lalu duduk sambil menunggu kedatangan pak roto. Mbak maya tampak menyuguhkan aku teh dan susunya yan menepel didadanya walau terbungkus, tapi bungkusnya terlalu ketat dan sempit.
“makasih mbak...” ucapku
“sama-sama mas arya ganteng...” jawab mbak maya
“ini tehnya boleh dicampur sama susu ndak mbak?” ucapku
“Boleh sich, tapi tuh yang dibawah sana... haloooo... nanti pasti minta masuk ke sarang hi hi hi” jawabnya
“Beneran nich...” ucapku
“Jangan mas ah... besok-besok saja, bisa patah tulangku mas....”
“semalam saja aku dah mau pingsan tapi enak hi hi hi...” ucapnya sedikit nakal, wajahnya masih tampak lelah tapi senyumannya seakan-akan tak pudar kemanisannya
“makanya jangan nggoda gitu he he he....” ucapku
Lama kami mengobrol yang nakal-nakal akhirnya kulihat pak roto dan bu roto baru saja masuk dalam rumah. Aku kemudian menyampaikan rasa terima kasihku dan kuserahkan bungkusan berisi uang sisa dari uang yang aku serahkan kepada penduduk desa banyu biru. Pak Roto sangat berterima kasih dengan bingkisan itu kemudian memelukku dengan erat. Setelah aku berpamitan dengan mereka aku menaiki REVIA disaat itu mbak maya menghampiriku.
“Mas, ini jangan jadi yang terakhir ya?” ucapnya berbisik kepadaku
“Ya kalau bisa ya mbak... makanya mbak maya main ke daerahku nemenin suaminya biar ketemu aku mbak” ucapku berbisik kepadanya
“Iya kapan-kapan, pokoknya yang terakhir, aku dibuatkan momongan ya mas hi hi hi” bisiknya kepadaku sembari meninggalkan aku dan berdiri di samping Pak dan Bu Roto.
“Heeeeh!????” ucapku, yang kemudian mbak manya memberi secarik kertas berisi nomor Hpnya. Aku kemudian mengantonginya dan kulepaskan tanganku ke atas sebagai salam perpisahan kepada mereka.
Aku pulang... aku pulang.... dalam perjalanan pulang pikiranku kembali kalut dari kakek nenek yang sudah tiada ditambah dengan perlakuan Ayah. Dalam perjalanan pulang yang menempuh waktu yang cukup lama itu akhirnya aku sampai pada daerah perkotaan tempat aku tinggal. Sebentar aku mampir ke sebuah warung nasi kucing didekat daerah rumahku yang mana menjadi langgananku ketika aku sedang sendiri di rumah. Perbicangan dengan mereka orang-orang yang aku kenal membuat rasa lelahku sedikit hilang. Disela-sela obrolan aku kemudian sms mbak maya, untuk memberitahukan ini adalah nomorku. Dan mbak maya langsung menanggapinya, cukup sebentar sms-an kami karena aku mengakhirinya dan kemudian pulang menuju rumah. Dan kutemukan rumah, sebuah rumah dimana aku tinggal. Ketika aku masuk kerumah...
“KAMU INI DARI MANA SAJA! PERGI TIDAK BILANG-BILANG! LIHAT DARI KEMARIN SAMPAI DIRUMAH IBU KAMU KHAWATIR!” bentak Ayahku, aku hanya tertunduk dan membisu. Tumben ayah mau menanyakan kabarku?? Tapi kenapa marah-marah, biasanya aku pergi tak pamit juga dia tidak memarahiku.
“JAWAB!” bentak ayahku kembali
“Arya, jalan-jalan Romo...” ucapku lirih
“DASAR BAJINGAN KAMU INI!” Bentaknya sembari meninggalkan aku
Aku kemudian melangkah masuk, tak kudapati Ibu. Aku kemudian naik keatas menuju kamarku. Kulihat Ibu memakai Kaos longgar mirip dengan baby doll dengan belahan dada yang tidak begitu kebawah, lenganya hanya tertutupi sedikit. Bagian bawah mengenakan celana ketat selutut. Ibu kemudian menghampiriku, rasanya aku sudah kangen sama Ibu dan Ibu sekaran sedang menyambutku.
PLAK....
Aku ditampar oleh Ibu dan aku tertunduk diam di hadapannya. Kudengar Ayah sedang berteriak-teriak tidak karuan dengan orang yang berada dalam telepon genggamnya dan dia melangkah menuju ke pekarangan rumah. Kurasakan Ibu masih berdiri di hadapanku dengan hawa kemarahan yang sangat besar. Aku masih terdiam dan tertunduk.
“Bu.... Maaf....” ucapku lirih
“Pergi terus saja, tidak usah pulang sekalian, sekalian saja main sama perempuan-perempuan diluar sana” ucapnya sedikit meninggi. Aku hanya terdiam dan tertunduk, aku kemudian mencoba menggenggam lengan tangan Ibu tapi ditepisnya.
“Urus diri kamu sendiri...” ucapnya sambil meninggalkan aku, Ibu kemudian keluar dan ketika Ibu sudah berada didepan pintu kamarku.
“Ibu tidak tahu selama ini aku mengalami apa, dan Ibu hanya marah karena tidak ada kabar dariku, apakah Ibu juga pernah menanyakan kabarku ketika Ibu berada dirumah tante ratna dan rumah kakek? Aku selalu tanya kabar Ibu tapi Ibu jarang membalasnya, Ibu kalau sudah punya yang baru bilang saja ke Arya, Arya terima!” ucapku kemudian menutup dan mengunci pintu
Dok Dok Dok Dok....
“Naaaak.... maafin Ibu naaaak.... buka pintunya.....” ucap Ibu di balik pintu
Aku masih kesal dengan sambutan Ibu kemudian berbaring dan merebahkan tubuh. Aku tidak menghiraukan ketuka pintu itu lagi, aku rasanya sudah benar-benar sangat kesal. Memang aku salah ketika aku pergi dan tidak mengabari Ibu dan Ayah, tapi kenapa mereka tidak menanyakan kabar aku ketika mereka sedang sibuk-sibuknya. Aku kemudian tertidur dalam mimpiku.
Tengah malam aku terbangun, kubuka buku-buku mata kuliahku dan aku belajar walaupun sedikit. Karena esok pagi adalah Ujian Akhir Semester aku mempelajari sesuai dengan apa yang harus aku pelari hingga mata ini tak mampu terbuka. Pagi hari aku terbangun, ketika aku keluar dari pintu kamar aku disambut oleh Ibu dengan senyumannya. Aku hanya melewati Ibu tanpa menggubrisnya, ibu mencoba menahan tapi tak kuhiraukan. Apakah dia tidak tahu betapa aku rindu kepadanya selama ini? Aktifitasku kembali seperti semula, makan pagi bersama keluarga dan berangkat menuju kampus. Ketika di dalam garasipun aku mengacuhkan Ibu tanpa memandangnya sedikitpun aku berangkat kuliah.
Selama 2 minggu aku manjalani Ujian Akhir semester dengan baik dan rasa kesal kepada Ibu. Tapi sebenarnya apa salah Ibu? Kenapa aku marah? Ya mungkin karena rasa kangenku selama ini kepada Ibu membuatku terasa sentimentil ketika harus mendapat perlakuan tidak menyenangkan ketika aku pulang. Padahal jika ditilik lebih dalam lagi sebenarnya kesalahan ada padaku. Tapi mau bagaimana lagi, aku tidak mau minta maaf sebelum Ibu yang meminta maaf, pokoknya harus seperti itu titik. Setelah dua minggu berlalu aku kemudian masih dalam posisi minggu santai menunggu yudisiumku (terima raport di kuliahan). Dan Yes! IP 3,75 aku dapatkan. Di sela-sela aku berada dikampus bersama teman-teman kampusku termasuk Rahman.
Kutakut mamaku marah... ku takut papaku marah... ku takut mereka marah karena terlambat sekolah... bunyi telepon dari BU DIAN! (percakapan di bawah ini yang bercetak miring adalah Bu Dian) aku langsung lari menjauhi teman-temanku dan bersembunyi di balik gedunng kuliah. Sambil menyalakan pasti tahulah apa rokokku, kuangkat telepon dari Bu Dian.
“Ya, halo selamat siang Bu”
“halooo... bagaimana kabarnya Ar?”
“Baik bu, bagaimana dengan bu dian?”
“Saya juga baik, Oh ya ini saya mau mengabari kalau KTI kita bakan dilombakan lagi ditingkat nasional karena kemarin kita masuk ke tiga besar, jadi ya mungkin kita harus bekerja ekstra keras lagi, bagaimana masih mau membantu?”
“Ohh... Siap Bu, sekarang Bu Dian dimana?”
“Sekarang saya masih di provinsi di luar pulau, jadi nanti kita saling email saja ya?”
“Oke bu siap, nanti di email saja bu, akan saya bantu kekurangan-kekuranganya dan saya mohon maaf tidak bisa membantu Bu Dian dalam presentasi”
“Iya, tidak apa-apa, tidak perlu minta maaf Ar, nanti kirimi email kamu ya”
“Siap Ibu Dosenku...”
“Kamu itu apaan sich, ya sudah, dah dulu ya” tuuuuuut...
Bu Dian.. Oh Bu Dian andai saja kamu seumuran denganku pasti langsung aku tembak dirimu dengan M-16ku. Kuselesaikan hisapan-hisapan rokokku di belakang gedung, memang sich aga berbau pesing mau bagaimana lagi pada ujung gedung ada kamar mandi dan sekarang aku tepat di belakang gedung yang dibelakangku persis adalah kamar mandi. Kunikmati hisapan demi hisapan sambil duduk merenungkan masalah demi masalah yang menghujaniku. Kukirim emailku melalui BBM ke Bu Dian
Kubalas dengan ucapan sama-sama ke BBM bu Dian dan tak ada balasan lagi darinya. Tumben pakai emoticon senyum yang berkedip ada apa dengan Bu Dian?huoooooooo...... aku masih terduduk selonjor dengan bau pesing yan mengitari hidungku. Tiba-tiba aku mendengar suara perempuan yang aku kenal.
“Halo Om Nico, apa kabar? Ada apa ya om?”
“Tidak Om, dia sedang sama teman-temannya”
“Kurang tahu om, memangnya kenapa om?”
“APA?! Sebentar om akan saya cek terlebih dahulu karena I-Bankingnya saya tahu passwordnya, nanti saya telepon lagi om”
Ku dengar suara perempuan yang aku kenal di samping gedung tepat di depan kamar mandi, om nico? Apakah om nico-nya Rahman? sebenarnya aku penasaran dengan suara perempuan ini tapi siapa jika sekarang aku memunculkan diriku, bisa gasssssswat ini. Aku tetap menahan keinginanku untuk mengintip siapa wanita tersebut. Bayanganku terus merangkai setiap serpihan-serpihan wajah dalam ingatanku. Kudengar lagi suara perempuan itu lagi.
“Hal Om Nico”
“setelah saya cek ternyata tabungannya hanya berkisar di angka 20 juta om”
“Kelihatannya Rahman tidak memiliki tabungan selain yang ini om, karena yang saya tahu Cuma tabungan ini saja dan selama ini dia hanya mengambil uang lewat ATM yang saya pegang om”
“iya om siap, kalau nanti ada kabar lagi akan saya kabari”
Kudengar langkah menghilang dari tempat suara tadi. Segera aku mengintip ke arah Kamar mandi tadi untuk melihat siapa sebenarnya wanita tadi.
“AJENG! WHAT HELL IS GOING ON IN HERE!??? WHAT THE FUCK!” bathinku berteriak
“Halo Om Nico, apa kabar? Ada apa ya om?”
“Tidak Om, dia sedang sama teman-temannya”
“Kurang tahu om, memangnya kenapa om?”
“APA?! Sebentar om akan saya cek terlebih dahulu karena I-Bankingnya saya tahu passwordnya, nanti saya telepon lagi om”
Ku dengar suara perempuan yang aku kenal di samping gedung tepat di depan kamar mandi, om nico? Apakah om nico-nya Rahman? sebenarnya aku penasaran dengan suara perempuan ini tapi siapa jika sekarang aku memunculkan diriku, bisa gasssssswat ini. Aku tetap menahan keinginanku untuk mengintip siapa wanita tersebut. Bayanganku terus merangkai setiap serpihan-serpihan wajah dalam ingatanku. Kudengar lagi suara perempuan itu lagi.
“Hal Om Nico”
“setelah saya cek ternyata tabungannya hanya berkisar di angka 20 juta om”
“Kelihatannya Rahman tidak memiliki tabungan selain yang ini om, karena yang saya tahu Cuma tabungan ini saja dan selama ini dia hanya mengambil uang lewat ATM yang saya pegang om”
“iya om siap, kalau nanti ada kabar lagi akan saya kabari”
Kudengar langkah menghilang dari tempat suara tadi. Segera aku mengintip ke arah Kamar mandi tadi untuk melihat siapa sebenarnya wanita tadi.
“AJENG! WHAT HELL IS GOING ON IN HERE!??? WHAT THE FUCK!” bathinku berteriak
0 komentar: