Kenikmatan Dari Sebuah Salon
Aku bekerja disebuah salon, mulanya servis
salon hanya untuk perawatan muka dan rambut.
Tapi atas permintaan customer, akhirnya salon
memberi servis pijat juga. Customernya
sebenarnya lebih banyak ibu2 katimbang
bapak2nya. Ketika servis pijat mulai ditawarkan,
belum banyak customer yang mau. Aku
memang bisa melakukan servis apa saja, selain
perawatan rambut dan muka, pijat pun ok saja.
Suatu sore ada om om yang mampir ke salon,
minta dipotong rambutnya. Karena aku tidak
sedang mengerjakan customer, maka om
tersebut aku yang melayani. Sambil memotong
rambutnya, aku menawarkan pijat. "Siapa yang
mijet", tanya om Toni, demikian dia mengaku
namanya. "Ines om", jawabku. "emangnya
kamu udah pengalaman urusan mijet lelaki. kan
biasanya disini customernya prempuan melulu",
katanya sambil tersenyum. "Mijet lelaki atau
prempuan kan sama saja om", jawabku.
"Memangnya istimewanya apa pijet disini", dia
bertanya, kelihatan sudah mulai minat. "Pijet
ditambahi dengan scrub seluruh badan, sekalian
perawatan badan", jawabku. "Scrub seluruh
badan, telanjang dong. Tempatnya dimana",
katanya lagi sambil tersenyum nakal. "Diatas
om, ada ruang khusus untuk mijet, tertutup kok
om, jadi ada privacynya. Ya gak telanjang lah
om, emangnya mau ngapain pake telanjang
segala", jawabku menerangkan. "Kalo gak
telanjang, gak bisa seluruh tubuh dong, katanya
seluruh tubuh", sanggahnya lagi. "Om pake cd
saja, kalo mau telanjang, mijetnya gak disini
dong om", kataku sambil tersenyum genit. "O,
gitu ya, boleh deh, abis potong mijet. kamu ya
yang mijet", akhirnya dia memutuskan.
"Emangnya om mau dipijet sama siapa, kan
yang lain lagi megang tamu", kataku sambil
menyelesaikan pekerjaan memotong.
Setelah beres, aku mengajak om Toni ke lantai
atas, dan masuk ke ruang pijet. Pintu kututup,
dia malah menguncinya, "Biar privacy". Aku
biarkan saja. Kuberikan handuk dan dia
menyelinap masuk re ruang ganti yang hanya
dialingi dengan korden saja. Dia keluar dengan
membelitkan handuk di pinggangnya, "Kamu gak
buka baju Nes, ntar keringatan". Aku membuka
baju dan jins ku. Aku hanya mengenakan tank
top pendek dan celana pendek ketat. Om Toni
membelalak melihat bodiku. "Nes, kamu seksi
sekali, om yang mijet kamu aja ya", katanya
sambil menelungkup didipan. Aku segera
membalurkan scrub kepahanya dan mulai
memijat sambil mengurutkan scrubnya.
Pijatanku makin keatas, sampai batas handuk,
kemudian langsung ke pinggang, terus sampe
ke pundak. Setelah selesai, scrub aku bersihkan
dengan anduk basah. "Depannya enggak Nes,
sekalian aja", pintanya sambil membalikkan
badan.
Aku terkejut ketika dia sudah berbaring
telentang, kontolnya nongol dari lipatan
handuknya, rupanya dia gak pake cd lagi.
Kontolnya besar dan panjang dan sudah keras
sepertinya. "Ih om, kok ngaceng sih", kataku
genit. "Berdua sama cewek cakep dan seksi
kaya kamu, mana bisa nahan napsu. Remes
kontol om aja ya Nes", katanya sambil menarik
tanganku dan diarahkan ke kontolnya. Aku
menurut saja, langsung kubuka lipatan
handuknya, sehingga terbukalah akses ke
kontolnya. Kuremes dan kukocok pelan, "om
besar banget kontolnya, panjang lagi.
Ngacengnya keras banget". "emangnya Ines
belum pernah ngeliat kontol besar", jawabnya.
"Udah sih om, tapi yang sebesar kontol om
belum", napsuku bangkit juga, sehingga
kocokanku makin cepat. Aku emmang suka
dengan lelaki yang kontolnya besar seperti ini.
Dia segera duduk dan memeluk aku. Bibirku
langsung diciumnya. "Om, jangan disini, om",
aku menghindar. "Kalo ditempat lain Ines mau
kan", katanya sambil turun dari dipan. Dia
segera mengenakan kembali pakaiannya, "Ines
bubar salon jam berapa, kita ke motel yuk".
"Sekarang udah waktunya pulang sih om. Kok di
motel, om", kataku genit sambil mengenakan
pakaian luarku lagi. "Yah kalo mau all night ya
cek in di hotel aja ya", dia segera keluar dari
ruang pijet dan turun ke lantai dasar, "Om
tunggu dipengkolan depan ya". AKu
mengantarkan ke kasir, dia membereskan
pembayaran dan keluar salon. Segera aku
beres2, dan meninggalkan salon yang sudah
mulai sepi karena sudah waktunya jam tutup.
Aku berjalan menuju pengkolan jalan, dibawah
pohon kulihat ada mobil menunggu. Segera aku
menghampiri mobil, om Toni senyum sambil
membukakan pintu' "Kita makan dulu ya Nes,
laper nih". "Iya biar om kuat nanti. Om, beliin
Ines pakaian dulu ya, buat besok kerja, kan
katanya mau all night sama om", pintaku.
Dengan cepat mobil melaju ke department store
yang cukup tenama yang letaknya tidak berapa
jauh dari salon tempat aku bekerja. Aku beli
beberapa potong pakaian dan juga lingeri yang
seksi. Kemudian langsung menuju ke hotel.
"Katanya mau makan, om", tanyaku. "Beli di
hotel aja", jawabnya. "Kan mahal om", kataku
lagi. "Buat Ines apa sih yang mahal", katanya
sambil tersenyum.
Sudah jam 7 malam. Sampai di hotel dan
masuk ke kamar, aku dipersilahkan untuk mandi
duluan, "Kamu mau makan apa saja kan Nes,
om mau pesan room service". "Iya om", sambil
masuk kamar mandi membawa lingeri dan
daleman seksi yang kubeli tadi. Ketika aku
mandi, ternyata pesanan makanan sudah
diantar. Aku keluar kamar mandi memakai
lingeriku. Bentuknya seperti daster yang tipis,
dalemannya aku cuma mengenakan cd minim
yang tipis, sewarna dengan luarnya. Om Toni
membelalak melihat aku, "Nes, kamu napsuin
sekali, bisa saja kamu merangsang napsu om.
Udah pengalaman urusan rangsang merangsang
ya Nes". "Pengalaman sih enggak om, tapi ...",
jawabku genit. "Dah sering main sama om om
ya Nes, asik dong kita malam ini, kamu makan
dulu deh, om mau mandi", katanya sambil
masuk kamar mandi. "Om gak makan", tanyaku.
"Sudah, sambil nunggu kamu mandi", jawabnya,
lalu menghilang ke kamar mandi. Memang
dimeja sudah ada 1 piring kosong. Om Toni beli
sate kambing, biar hot kali. Aku segera makan
sate kambing bagianku. Selesai makan, om Toni
keluar dari kamar mandi hanya dengan lilitan
handuk dipinggang. Kontolnya tampak
menyembul dari balik handuknya.
Lampu kamar segera dipadamkannya. Yang
menyala sekarang hanya lampu tidur yang
temaram. Biar lebih romantis, katanya. Dia
segera membaringkan tubuhnya disampingku.
Dia menggeliat dan menghadap ke arahku. Aku
menggeser badanku mendekati om Toni.
Kontolnya langsung melonjak begitu
bersentuhan dengan lenganku. Aku berbaring
diam di sampingnya. Tiba-tiba om Toni
memeluk dadaku. “Kenapa om, dingin
yaaa……..”, kataku, dia meluncurkan tangan
kirinya ke atas kepalaku. Dengan reflek aku
mengangkat kepalaku dan tangannya jadi
memeluk kepalaku. Dengan manja aku
menyandarkan kepalaku ke bahu kirinya. Dia
mengelus kepalaku dengan lembut. Diciuminya
rambut dan kepalaku dengan lembut. Dia
semakin mempererat pelukannya. Tiba tiba dia
melingkarkan kakinya ke pahaku. Sehingga
pahaku menyentuh kontolnya. "Om…”, desahku
sambil menengadahkan wajahku ke wajahnya.
Dia segera memagut bibirku. Lama bibir kami
berpagutan. Kami sampai terengah-engah
karena terlalu bersemangatnya berciuman. Kami
berhenti berciuman karena sudah tidak bisa
bernafas lagi. Setelah menarik nafas sebanyak-
banyaknya, kami saling berpandangan, dan
tersenyum. Dia kembali merenggut lenganku
dan cepat memagut bibirku. aku layani
cumbuan nya. Dia remas-remas toketku yang
montok. Aku mendengus-dengus dan seperti
kejang-kejang waktu dia memlelintir pentilku.
Dia pelan2 mengangkat lingeri melewati perutku
dan kemudian meloloskannya melewati
kepalaku. Aku tertunduk ketika lingeri telah
terlepas. Dia cepat-cepat memeluk dan
merebahkanku ke kasur. Dia kembali memagut
bibirku. Aku menggeliat-geliat. Diciuminya
toketku. Aku agak menggeliat. Kemudian dia
mulai menjilati toketku, memutari toketku
bergantian. Diselingi dengan gigitan-gigitan
kecil. Kemudian disedotnya putingku, sambil
digigit pelan. aku menggeliat sambil
mengangkat pantatku. Dia menggapai cd ku
dan dipelorotkan ke bawah.
Sambil tetap menggigit dan mengisap pentilku,
dia menggunakan kaki kanannya untuk
menurunkan cd ku sampai terlepas sama sekali.
Kemudian diusapnya memekku yang dilingkari
jembut yang lebat. Dia mengangkat kepalanya
untuk lebih jelas melihat memekku. Kemudian
dia mengulum pentilku. Kemudian jilatannya
mulai turun ke arah perutku. Aku agak
meregang waktu lidahnya menelusuri permukaan
kulitku dari mulai pentil sampai ke arah
pusarku. Kemudian dia kembali memandangi
memekku. Dia duduk langsung menghadap
memek ku. Kontolnya yang keras nongol dari
lipatan handuknya, yang kemudian dilepasnya.
"Nes, jembut kamu lebat sekali, pasti napsu
kamu besar ya. Kamu gak puas kan kalo cuma
dientot seronde", katanya sambil mendekatkan
wajahnya ke memek ku. Aku hanya mendesah
saja. Pelan diciumnya memekku. Aku
menggeliat. Kemudian dijilatinya dengan lembut
sekitar bibir memekku. Aku mengangkat
pantatku sambil berpegangan pada spre sambil
mendesah, “aaaaaaahhhhhh..”. Dia kemudian
menciumi pahaku. Aku melonjak-lonjakan
pantatku beberapa kali. Setelah agak lama
menciumi pangkal paha sampat lututku, dia
mulai mengarahkan jilatannya pada memekku.
Dia menjilati bibir memekku. Aku menggelinjang
dan mendesah :”auuhhhhhhhhh…….”. Dibukanya
sedikit bibir memekku yang sudah basah kuyup,
dan segera menjilat itilku,
“AAAGGGHHHHHHHH……..!!!!!!”, lenguhku keras
dan mengangkat pantatku tinggi-tinggi.
Dimasukkannya lidahnya ke dalam memek ku
kemudian diputar-putar dengan tekanan yang
kuat ke sekeliling memekku. Aku semakin
bernapsu. Kujambak rambutnya sambil menekan
kepalanya semakin keras ke arah memekku.
Sesekali dia menggigit itilku diselingi dengan
sedotan. Napasku makin tidak beraturan. Aku
mendesah-desah dan kadang-kadang menjerit
kecil, terutama pada saat itilku digigit-gigit.
Akhirnya, kedua kakiku menjepit kepalanya
dengan kuat sekali. Kedua tanganku juga
menekan kepalanya sekuat tenaga sehingga
hidungnya pun tenggelam dalam bukit
memeknya. Aku mengerang dan menggelinjang.
Dia menyedot memekku sambil menggigit itilku
terus. Aku terhempas ke kasur dengan
mengeluarkan suara dengusan yang kuat. Dia
terbebas dari jepitan kakiku. Dia tampak
terengah-engah sedang aku tergeletak lemas.
Diciumnya sekali lagi memekku. Aku hanya
tersenyum, "Om, luar biasa deh lidahnya, pake
lidah saja Ines sudah nyampe, apalagi pake
kontol besar om ya".
Om Toni cuma tersenyum dan turun dari tempat
tidur mencari handuk untuk melap mulut dan
mukanya yang berlepotan cairan memeknya.
Setelah melap mukanya , dia kembali ke tempat
tidur. Belum sempat naik ke ranjang, aku sudah
menyambutnya dengan pelukan dan ciuman.
Sekarang giliranku menciumi leher, dada dan
pentilnya. Lidahku berputar-putar disekitar
pentilnya. Kemudian aku mulai menyedot-
nyedot dan menggigit-gigit kecil pentilnya. Dia
tampak keenakan. Aku meluncur kebagian
bawah. Kuelus kontolnya mulai dari pangkal
sampai kekepalanya. Kemudian sambil
berjongkok, kujilati kepala kontolnya. Kuputari
dengan lidah. Kugigit kecil dan kujilati. Lama-
lama dia tak tahan berdiri kuperlakukan begitu.
Diapun duduk di tepi tempat tidur. Aku kembali
menjilati kontolnya, dari kepala, batang sampai
ke bijinya. Dia merem melek dan mendesah
keenakan. Kemudian kepalanya kuemut. Lidahku
menjilati kepalanya yang sudah masuk mulutku.
Dia sampai bergetar menahan rasa geli-geli
nikmat itu. Dan kemudian dengan keras aku
menyedot kontolnya. Dia menjepit kepalaku
dengan kedua kakinya.
Dia nggak mau kalau sampai mengalami
ngecret ketika kuemut. Dia berdiri dan
menarikku berdiri juga. Dia memelukku dan
mencium bibirku dengan mesra. “Luar biasa
kamu, Nes”, bisiknya. Aku cuma tersenyum
manja. Diapun membaringkanku di ranjang.
Pantatku diganjal bantal. "Buat apa om, kan
kontol om panjang, masuknya pasti dalem",
tanyaku. Dia diam saja. Karena diganjal.
memekku jadi merekah. Dia menjilati memekku
sekali lagi. Aku menggeliat waktu lidahnya
masuk ke memekku dan menyentuh itilku.
Kemudian dia menaiki tubuhku dan kontolnya
ditempelkannya di bibir memekku. Didorongnya
kepala kontolnya dengan jari supaya masuk ke
memekku. Aku mendesah waktu kepala
kontolnya memasuki memekku. Kemudian dia
menggerakkan sedikit maju mundur sehingga
dengan pelan tapi pasti seluruh kontolnya
terbenam di memekku. Aku mendesah dan
berpegangan erat pada sprei. Setelah kontolnya
masuk semua, dia menciumi bibirku, kemudian
agak membungkukkan badanya untuk
mengemut pentilku. “Siap, Nes?”, tanyanya.
“Hmmmm..”, aku mengangguk kecil dan
tersenyum. Dia meletakkan kedua tangannya di
samping bahuku seperti orang push up.
Kemudian pelan-pelan mulai mengangkat
pantatnya. Setengah kontolnya keluar, kemudian
didorong lagi. Semakin lama gerakannya naik
turun semakin cepat. Toketku terguncang-
guncang waktu dia melakukan gerakan
memompa ini. Dengan gemas dia mencium,
menyedot dan menggigit pentilku juga. Aku
mengimbangi gerakannya dengan memutar
pantatku seirama dengan gerakan pantatnya
naik turun. Terasa sekali kontolnya seperti
mengaduk-aduk memekku. Memekku sesekali
kukejang2kan memijat kontolnya yang sedang
keluar masuk dengan cepat.
Karena capai diapun menegakkan tubuhnya
dengan posisi berdiri di atas lutut. Untuk
keseimbangan, dia membuka kakiku lebar-lebar.
Sambil berpegangan pada pahaku, diapun
memberikan pijatan-pijatan berputar di pangkal
paha sampai daerah sekitar memekku. Aku
menjadi mendengus keenakan. Gerakan putaran
pantatku jadi semakin liar. Dengan posisi ini dia
bisa memandangi dengan leluasa keluar
masuknya kontolnya di memekku. Kadang-
kadang dia merendahkan pantatnya sehingga
sodokan di bagian atas dinding memekku lebih
terasa. Aku mulai menceracau, gerakan
pantatku sudah mulai melonjak-lonjak tak
karuan, dia sengaja menghentikan gerakan maju
mundurku. Setelah pantatku gerakannya
pelahan lagi, dia tarik pelan-pelan kontolnya dan
kemudian memberikan sodokan yang cepat ke
memekku. Pantatku langsung
melonjak dan berputar lagi dengan keras. Setiap
dia menarik kontolnya, terasa bibir memekku
ikut tertarik keluar. Tapi begitu dia
menyodokkan kontolnya, bibir memekku terasa
melipat ke dalam dan seperti menelan
kontolnya.
Setengah jam kemudian, badanku sudah basah
oleh keringat. Dia apalagi. Kadang-kadang aku
mengangkat badanku, menciumnya dan
kemudian menjatuhkan badanku lagi. Yang jelas
sprei tempat tidur sudah tidak beraturan lagi.
Aku masih mengelinjang-gelinjang menikmati
sodokan-sodokan kontolnya. Akhirnya, aku
merenggut lehernya dan mendekapnya dengan
kuat. Kakiku juga menjepit pinggangnya kuat
sekali, sambil mendesah
“aaagggghhhhhhh………….”. Diapun bia menunggu
lebih lama lagi. Segera dijatuhkannya badanku
ke kasur dan akupun dipeluknya dengan erat
sambil mempercepat pompaannya. Pantatnya
hampir-hampir tidak bisa bergerak karena
jepitan kakiku. Dia mempercepat gerakan
kontolnya, dan sekali, dua kali, tiga kali, sampai
empat kali dia mengejan, menyemprotkan
pejunya didalam memekku. Badannya menjadi
tegang sambil masih berpelukan kuat denganku.
Beberapa saat tubuh kami masih tegang
berpelukan sambil menahan nafas berusaha
menikmatinya. Akhirnya tubuh kami menjadi
lemas dan pelukankupun mengendor. Kakiku
sudah tidak menjepit pinggangnya lagi. Tapi dia
masih tetap tergeletak di atas tubuhku. Dia
mencium kening, mata, hidung dan bibirku.
Akhirnya kami saling melepaskan pelukan.
Dengan pelahan dicabutnya kontolnya dari
memekku. Aku sedikit menggelinjang dia
mencabutnya. "Om, nikmat banget deh dientot
sama om. Lagian om mesra banget deh
memperlakukan Ines, seperti Ines ini pacar om
saja. Istirahat dulu ya om, abis itu Ines masih
kepingin ngerasain kontol om ngaduk2 memek
Ines lagi", kataku. "Iya sayang, apa sih yang
gak boleh untuk kamu", jawabnya sambil
tersenyum. Setelah itu kami berpelukan dan
tertidur karena kelelahan.
Paginya aku terbangun karena terasa ada yang
mengusap2 memekku. Rupanya om Toni yang
sudah bangun duluan, sudah mulai aktivitas
ronde kedua. Kulihat kontolnya sudah mulai
ngaceng lagi. Dia mulai mengusap-usap itil dan
memekku. Rasanya seperti melayang setiap kali
dia menyentuh itilku. Apalagi ketika dia mulai
menjilati pentilku, aku makin lemah tak berdaya.
Lututku terasa lemas yang membuat dia mudah
menjelajahi memekku karena menjadi terbuka.
Sambil memeluk pinggangku dengan tangan kiri,
dia mulai memainkan jari kanannya di
memekku. Dengan ibu jari dan jari tengah, dia
membuka memekku. Jari telunjuknya mulai
meraba-raba itilku. Aku terlonjak setiap dia
mengusap itilku dibarengi eranganku. Aku
meremas-remas sendiri toketku, sambil
menahan kenikmatan di pagi hari. Puas
memainkan itilku, lidahnya mulai berperan.
Setiap jilatan membuat aku menjerit. Aku
berusaha menjepit kepalanya dengan pahaku,
sehingga dia semakin ganas memainkan
lidahnya. Sesekali dia mengisap itilku dengan
keras. Aku menjadi semakin berisik
mengeluarkan erangan.
Kini giliranku membelai, mencium, menjilat, dan
meremas kontolnya yang sudah ngaceng.
Kugenggam kontolnya, terasa besar dan keras.
Satu kocokan, kini giliran om Toni yang
terpaksa memejamkan mata merasakan
nikmatnya genggaman tanganku. Tanpa
berlama-lama lagi, aku lumat kontolnya di
dalam mulutku. Sedikit gigitan, aku jilati seluruh
permukaan kontolnya. Aku hampir tersedak
karena ujung kontolnya yang panjang
menyentuh pangkal rongga mulutku, sementara
di luar masih tersisa. Aku semakin bernafsu
mengulum kontolnya. Pelan tapi pasti aku
keluar masukkan kontolnya di mulutku. Lidah
kusentuhkan ke ujung kontolnya. Pahanya
makin terbuka membuat kontolnya makin
mengacung kencang. Aku mulai menjilati dan
mengulum kantung pelernya. Posisiku yang
merangkak setengah menunduk membuat
bongkahan pantatku menjulang keatas. Dia
mengusap pantatku dan kemudian menarik
lenganku. Aku diciumnya sambil direbahkan
keranjang. Dia merebahkan badannya disisi ku.
Berbaring miring, dia mengisap toketku. Dia
mulai bermain lagi di memekku. Kali ini
usapannya sedikit keras dan cepat menggosok
itilku. Aku menggelinjang karenanya. Tiba-tiba
aku merasakan tubuhku mengejang, aku kembali
nyampe. Sungguh hebat permainan om Toni,
pintar sekali dia merangsang napsuku sehingga
aku cepat sekali bisa nyampe. "Om, sarapannya
enak banget deh, om pinter banget ngilik Ines,
sebentar aja Ines dah nyampe", desahku.
Dia tidak menjawab, malah menindih tubuhku.
Aku bisa merasakan bobot tubuhnya terutama
di bagian bawah pinggangnya. Tangannya
sudah tegak di sisi toketku menopang badannya
sendiri. Aku bisa merasakan bagian tubuh
bawahnya bergerak-gerak berusaha
mengarahkan acungan kontolnya. Aku pun
langsung meraih kontolnya dan membimbingnya
ke memekku. Om Toni mendorong kuat
pantatnya dan aku merasakan rangsekan
kontolnya di dinding memekku. Perlahan cairan
memekku melumasi permukaan kontolnya.
Mulai dia menarik kembali kontolnya sedikit dan
membenamkannya lagi sampai akhir seluruh
kontolnya dilumat memekku. Sodokan pertama
kontolnya masuk seluruhnya Aku pun
merasakan sekali lagi kenikmatan luar biasa itu.
Apalagi, dia tidak langsung memompa
pantatnya cepat-cepat dan keras. Pertama
masuk penuh, dia menahannya dan
memandangi wajahku sambil mengecup bibirku.
Nikmat banget rasanya. Setelah itu, mulailah
dia menggerakkan pantatnya mengangkat dan
menekan yang membuat kontolnya keluar
masuk bergesekan dengan memekku. Aku
menyambut setiap gerakannya dengan jepitan
dan gerakan kecil pantatnya. Aku mengerang
makin lama makin keras. Karena eranganku
sambil mendongakkan kepala membuatnya
tambah bernapsu. Semakin kuat dan cepat
sodokannya membuatku merasakan akan
nyampe lagi. Aku hanya bisa mencengkram
punggungnya keras-keras ketika aku mencapai
puncak. Kepalaku mendongak ke atas hingga
kedua bola mataku hanya terlihat tinggal
putihnya. Setelah aku nyampe, dia langsung
menghentikan gerakannya membiarkan
kontolnya merasakan cengkraman kuat
memekku. Tindakannya juga membuat aku
merasakan kenikmatan luar biasa. Kali ini
terasa lebih nikmat karena denyutan memekku
tertahan kontolnya, "Om, nikmat sekali...,"
kataku sambil memeluknya kuat-kuat dan
menciumi pipi dan pundak nya. Sekali lagi dia
tersenyum, "Enak?". "Banget, lebih nikmat dari
semalem. Om hebat banget deh mainnya",
jawabnya. "Gaya lain...?" tanyanya. Aku
langsung mengangguk.
Om Toni membalik badanku dan mengangkat
badanku bagian bawah dengan memeluk
pinggang dari belakang. Tak menunggu lama
dia langsung memasukkan kontolnya. Aku
menunduk sambil menggigit bibir merasakan
seluruh kontolnya terbenam makin dalam di
memekku. Pantatku terangkat tinggi yang
membuat dia langsung mendorong dengan
cepat. Aku mengikuti irama dengan mendorong
pantatku ke belakang. Masuk hitungan belasan
menit menyodok memekku, belum ada tanda-
tanda dorongannya melemah. Sebaliknya justru
makin kuat, membuat aku juga makin bernafsu.
Tetesan peluh mulai membasahi badan, namun
baik aku maupun dia justru makin bersemangat.
Pantat dan pinggangku makin bergerak liar
membuat dia tak mampu menahan
lenguhannya.
Kemudian ganti aku yang berinisiatif.
Kulepaskan kontolnya dari memekku dan
mendorongnya sampai telentang. Aku langsung
menaiki tubuhnya dan duduk di atas kontolnya
yang masih ngaceng. Ketika aku bergerak naik
turun, dia meremas toketku yang terguncang-
guncang. Telapaknya yang besar berusaha
meraup seluruh permukaan toketku.
Remasannya makin kuat membuat aku makin
mempercepat gerakanku. Sekali lagi aku harus
mengaku kalah. Karena meski aku telah
mencoba berbagai goyangan, justru aku yang
kembali yang nyampe duluan. aku langsung
ambruk menindihnya yang sudah siap
menerimaku dengan pelukan dan kecupan. "Om
kuat banget sih..", desahku.
"Kamu di bawah lagi ya...?", jawabnya. Aku
mengangguk lemah dan menggulingkan
badannya ke sisi kanannya. Aku memasukkan
kontol nya ke mulutku. Puas mengulum dan
menjilati kontol yang dipenuhi lendir memekku,
aku kembali merebahkan diri. Dia langsung naik
dan dorongan dimulai dengan perlahan dan
terus semakin lama semakin kuat dan cepat.
Tiba-tiba sodokannya terasa lebih keras dari
sebelumnya. Sesaat kemudian dia mengerang
panjang dan menyodokkan kontolnya sangat
kuat beberapa kali. Aku pun bisa merasakan
hangatnya pejunya muncrat di dalam memekku.
Dia masih terus menyodok terputus-putus dan
semakin melemah. Pejunya terasa mengalir
keluar setiap dia menyodokkan lagi kontolnya.
Setelah benar-benar selesai, dia pun ambruk
menindihku. Dia terdiam sesaat di atasku. Aku
mengusap lembut kepalanya, "Puas om...?". Om
Toni hanya mengangguk. Badannya terasa
lemas. "Nes, nikmatnya benar-benar ngga ada
yang nyamain...". "Om juga hebat. Ines selalu
ko duluan. Terima kasih ya om untuk
kenikmatan ini. Kapan2 Ines mau kok
ngeladenin napsu om lagi....". Dia mengeratkan
rangkulannya. Aku pun membalasnya diikuti
kecupan di bibir. Setelah semuanya selesai,
kami mandi bersama, berpakaian kembali dan
meninggalkan hotel. Dia mengantarkanku ke
salon tempat aku kerja......
0 komentar: