Rumput Tetangga Memang Lebih Hijau


Seperti biasanya aku bangun pagi, namun hari
itu aku sama sekali tidak bersemangat untuk
bekerja. Pagi itu badanku terasa sangat pegal
sekali, maklum saja aku bekerja sebagaikuli
angkut dipelabuhan. Jadi aku bebas dan tidak
terikat oleh perusahaan karena aku mendapat
uang langsung dari orang yg membutuhkan
tenagaku untuk mengangkut barang masuk
kedalam kapal. Lagipula tidak setiap hari ada
kapal datang ketempatku.
Pagiku itu aku pergi kewarung sebelah untuk
membeli mie instant dan telur buat sarapan
pagiku. Setelah membeli mie instant dan telur
aku langsung pulang kerumah, namun sebelum
memasak mie aku masuk kekamar untuk
mengecas HP bututku yg kemarin belum
sempat aku cas. Setelah kucolok kan pengecas
ke HP bututku aku langsung kedapur untuk
memasak mie.
Namun sial sekali, ternyata gas elpiji 3 kg ku
habis. Mau beli kewarung namun sisa uang
didalam dompetku hanya pas buat beli rokok
sebungkus.
“ Waduh sialan, apes bener dah gue.. mana gas
abis eh duit tinggal 10 ribu didompet.. Nasib
bener dah “ gumamku dalam hati.
Untung saja aku melihat disamping rumahku
ada istri tetanggaku yg sedang memasak, aku
nekat minta tumpangan masak mie walau harus
menanggung malu. Biasanya juga mereka bila
ada perlu mereka pun sering meminta
pertolonganku, dan mereka juga maklum dengan
kehidupanku yg sebatang kara yg pekerjaannya
tidak tetap yg tinggal disebuah pondok beratap
daun. Aku sebenarnya sudah menikah dan
punya 1 anak, laki-laki. Mungkin sekarang
anakku itu sekarang sudah SMU kelas 3. Namun
karena kemiskinanku, mereka meninggalkanku
begitu saja tanpa ada perceraian resmi dari
pengadilan.
Sudah genap 15 tahun aku ditinggal keluargaku,
namun aku hanya bisa tetap tabah menjalani
kehidupanku yg miskin, sedikit demi sedikit aku
meraih penghasilan agar kehidupanku terus
berjalan.
“ Tin, aku boleh gak numpang masak mie?
Soalnya gas elpiji ku habis, mau beli lagi gak
punya uang “ kataku kepada istri tetanggaku yg
bernama Titin yg baru saja menikah dan belum
genap setahun usia pernikahan mereka. Dan
belum punya anak.
“ Ya boleh dong bang, tapi tunggu aku selesai
ya, dikit lagi. Soalnya suami saya udah nunggu
didalem mau berangkat kerja “ kata Titin
“ Oke.. kalo udah kasi tau ya, aku mau mandi
dulu “ kataku meninggalkannya an pulang
kerumahku.
Aku pun pergi kekamar mandi yg kumuh milikku
dan aku langsung mandi didalamnya. Selesai
mandi terdengar suara titin yg memanggilku
pertanda ia sudah selesai memasak untuk
suaminya. Setelah selesai berpakaian aku
langsung pergi kedapur tetanggaku yg
bersebelahan dengan dapurku.
“ Udah ya Tin masaknya? “ kataku
“ Udah bang, silahkan pake kompornya “ kata
Titin
“ Tin, suamimu udah berangkat belum? “
tanyaku
“ Udah, barusan berangkat tuh bang “ katanya
“ Yah, telat aku, soalnya aku ada yg mau di
omongkan dengan dia. Mau nanya kedia apa
jadi atau gak berangkat kesumatera? “ kataku
sambil memasak mie
“ Ya jadi tuh bang, tapi katanya aku disuruh
jangan ikut. Soalnya kata dia gak lama. Cuma
seminggu aja. Abang mau ikut ya? “ tanya Titin
“ Belum tau Tin, soalnya aku gak punya uang
buat ongkos “ kataku
“ Nah, emangnya ada urusan apa sama suami
saya? “ tanya Titin
“ Gak.. Cuma mau pinjem uang buat pergi
kekampung, soalnya ini udah musim buah... aku
mau beli buahnya langsung dari pohon terus
aku mau jual kesini, ya ambil untung dikit aja
lah “ kataku
“ Kalo gitu kekampung ku aja, disana juga lagi
panen buah. Dikebun ayah Titin lagi panen
durian, kalo mau ikut sama Titin aja pulang
kekampung. Ntar ongkos jangan dipikirin. Abang
gak perlu keluar modal, modal dari Titin dan
abang yg tukang jual buahnya. Ntar untungnya
kita bagi dua “ kata Titin
“ Ntar suami kamu gimana? Udah tau? “ kataku
“ Suami Titin ntar dikasi tau. Lagian dia juga
suruh nyari orang buat jual buah hasil panen
kebun ayah Titin “ katanya
“ Ya oke lah kalo gitu, ntar kalo mau pulang
kampung kasi tau aja sama abang, mienya
udah masak, abang makan dulu ya Tin.
Makasih udah mau kasi tumpangan kompornya
“ kataku
“ Ya udah, Titin juga mau mandi. Ntar Titin kasi
tau kalo mau pulang sama abang “ katanya
Akupun langsung pulang dengan membawa
semangkuk mie yg sudah kumasak tadi.
Didapur langsung saja aku santap habis Mie ku
dan selesai makan aku masuk kekamar dan
membereskan kamarku dan menjalar sampai
seisi rumah. Hari itu aku habiskan dengan
beres-beres rumah, karena sudah lama sekali
aku tidak membereskannya.
Beberapa hari kemudian Titin memanggilku...
“ Bang Jay, kesini bentar “ katanya dari jauh
memanggilku didapur
“ Ya tunggu bentar “ kataku langsung
menghampirinya
“ Ya ada apa Tin? “ kataku setelah sampai
padanya
“ Bang, suami Titin udah kasi izin, kita
berangkat setelah suami Titin berangkat “
katanya
“ Ya bagus lah, abang udah gak sabar neh,
soalnya abang juga lagi perlu uang “ kataku
“ Buat apa bang? “ tanyanya
“ Ya buat bayar hutang dan keperluan sehari-
hari, udah beberapa hari ini abang gak kerja “
kataku
“ Kalo gitu pake aja uang Titin dulu, nih ambil “
katanya sambil memberiku uang seratus ribu
rupiah
“ Makasih Tin, ntar abang pasti ganti “ kataku
“ Ya udah bang, yg sabar aja... Oh ya, boleh
minta tolong gak? Soalnya suami Titin udah
pergi kerja. Titin gak kuat angkut air buat cuci
pakaian “ katanya
“ Oh itu gampang Tin, mau berapa ember? “
tanyaku
“ Ya secukupnya aja lah bang, tuh ada ember,
penuhin aja tong yg kosong itu. Titin mau ambil
pakaian kotor dulu didalam “ katanya
“ Oke.. “ kataku sambil mengambil dua buah
ember dan langsung pergi kesumur
Beberapa menit kemudian, Tong yg kosong itu
sudah penuh semua terisi dengan air yg aku
ambil disumur. Aku memperhatikan Titin yg
sedang asyik menyikat baju, dan yg membuatku
tidak mau pergi adalah saat aku melihat Titin
yg sedang menyikat baju dengan posisi duduk
mengangkang, Titin yg memakai Daster putih
tipis yg hanya sebatas paha panjangnya dan
sedikit basah dengan air sehingga tampak
dimataku Titin tidak memakai BH dan memakai
celana dalam putih.
Aku terkesima dengan pemandangan itu, namun
Titin tidak menyadari bahwa aku sedang
memperhatikannya. Kontan saja penisku berdiri
tegak dan terasa sesak sekali di dalam celana
jeans ku. Ingin sekali aku mendekap tubuhnya
dalam pelukanku namun ia istri orang, aku
harus bisa menahan rasa yg bergejolak ini,
walau memang sudah lama sekali aku tidak
merasakan hangatnya tubuh wanita aku harus
bisa menahan nafsuku.
“ Tin.. abang pulang dulu ya, udah penuh
semua kan? “ kataku
“ Oh ya bang, makasih banyak ya “ katanya
Aku pun langsung pulang kerumahku, namun
timbul pikiran isengku. Letak posisi duduk Titin
berada tepat didepan lubang kecil dirumahku,
langsung saja aku menuju kesana dan
mengintip Titin yg sedang asyik mencuci
pakaian dan tak pernah aku sadari hal ini.
Tampak jelas sekali selangkangannya yg masih
tertutup celana dalamnya. Tak lama berselang,
aku melihat Titin berdiri dan melepaskan celana
dalamnya dan kemudian langsung dicuci nya
sambil kembali duduk seperti semula. Aku
semakin tidak tahan, akupun melepas celana ku
dan ku keluarkan batang penisku yg semakin
sesak bila tidak dikeluarkan. Aku langsung
mengocok penisku sambil melihat kemaluan
Titin yg nyaris tidak berbulu, mungkin saja
sering dicukurnya.
“ Aaahhh yessss.... aaaahhhhh “ desahku
sambil mengocok penisku
Lama sekali aku mengintip Titin yg tidak
bergerak dari posisi duduknya, memang
cuciannya banyak sekali. Dan tidak terasa aku
mencapai klimaks, aku semprotkan spermaku ke
dinding sambil mengerang...
“ OOOhhhhhh yesssss aaaaahhhhhh “ desahku
“ Crrooottt..... crrroootttt.... croooottttt “
Kumasukkan lagi penisku kedalam celana dan
aku langsung menuju kekamar dan berbaring
disana. Aku masih terus mengkhayal kan tubuh
Titin, andai saja aku punya kamera barangkali
sudah aku abadikan momen tsb. Rasa yg
menggebu-gebu itu terus melandaku,
seandainya ia sudah janda aku pasti berani
mendekatinya. Aku hanya bisa pasrah karena ia
masih berstatus istri orang.
“ Bang.... Lagi ngapain? Kok itunya dibuka “
kata Titin yg memergokiku yg sedang berbaring
dikamar yg tak kusadari penisku sedang berdiri
tegak keluar dari dalam retsleting celanaku
Kontan saja aku dengan cepat berbalik badan
untuk membetulkan posisi penisku dan
kumasukkan lagi kedalam celanaku.
“ Astaga... kenapa bisa masuk “ kataku dalam
hati
“ Bang... tolongin sekali lagi.. bak air kamar
mandi Titin kosong, Titin mau mandi gak ada
air “ kata Titin sambil mendekatiku dan duduk
dibelakangku dikasur.
Aku membalikkan badanku dan kebetulan pas
sekali wajahku menghadap payudara Titin yg
tertutup daster. Aku sempat terdiam..
“ Titin tadi dengar suara abang waktu nyuci,
Titin tau abang tadi ngintip Titin, ngaku aja “
katanya sambil mengusap wajahku
“ Eeehh... gaakk... kamu kenapa masuk kesini?
Yaa.. udah, tungguin diluar abang ambilin
airnya
“ Nanti aja... Titin masih mau disini “ katanya
“ Jangan... kamu ntar tetangga yg lain pada
tau... kamu cepet keluar “ kataku
Titin pun beranjak dari ranjangku, namun ia
tidak keluar malah ia mengunci pintu kamarku.
Ia pun melepaskan dasternya dan
terpampanglah semua tubuh Titin yg sudah
tidak ada penutup lagi. Kedua payudaranya aku
melihat sangat padat sekali dan aku lihat
putingnya berwarna cokelat muda. Kemudian ia
mendekatiku dan meraih retsleting celanaku dan
dibukanya. Lalu ia menurunkan celanaku dan
aku menjadi telanjang dibagian bawah.
Sungguh aku tak berdaya diperlakukan seperti
itu, lalu ia berdiri dan membisikkan
ketelingaku...
“ Titin mau bang, bisa kan kasi Titin
kehangatan? Udah lama Titin gak disentuh
suami Titin “ katanya
“ Taa.. ta..pi.. oohhh yeeaaahhhh “ desahku
saat Titin mengulum penisku
Dengan lembut ia memperlakukan penisku,
hingga buah zakarku pun dijilatnya, entah
keberuntungan apa yg aku dapatkan hari ini
sehingga orang yg baru saja aku khayalkan itu
tiba-tiba datang masuk kekamarku..
Tak lama kemudian aku menahan kepalanya
memberinya tanda bahwa menyuruhnya
berhenti. Aku menarik tubuh Titin dan
mendorongnya kekasur sehingga ia menjadi
terlentang dikasur. Aku buka kedua kakinya dan
pahanya dan langsung saja aku jilat
kemaluannya. Kumasukkan jari tengahku
kedalam lubang kemaluannya dan aku jilat
klitorisnya dengan lidahku.
“ Aaawww... aaahhh Geeellliiii bang “ katanya
Lima menit aku memainkan lidahku menjilat
kemaluannya, dan cairan nikmat Titin pun
meleleh keluar dan langsung saja aku lumat.
Aku pun berdiri dan memegang batang penisku
dan ku lihat sudah memberikan lampu hijau
dengan mengangkangkan kedua kakinya. Pelan
tapi pasti dan ku hujamkan penisku masuk
kedalam kemaluannya.
“ Arrghhh aaahhhh “ erangnya
Sungguh nikmat kemaluan Titin, sejenak aku
diamkan dan terasa sekali berdenyut dikepala
penisku seakan seperti di pijat dari dalam.
Akupun menggoyangkan pantatku maju mundur
menusuk kemaluan Titin, belum seberapa aku
merasakan hangat sekali dikepala penisku
seakan disembur cairan hangat. Ternyata Titin
sedang orgasme.
“ Aaaarrghhh aaahhhh bang... aaahhhh “
desahnya menggelinjang hebat
Aku berhenti sejenak membiarkan Titin
menikmati orgasmenya, setelah Titin tenang aku
melanjutkan goyangan pantatku. Semula yg
terasa lambat kini aku percepat, beberapa menit
kemudian Titin mencengkram tanganku dan aku
merasakan hangat lagi di kepala penisku. Titin
orgasme kedua kalinya.
“ Arrrggghhhhh yeeeeaaaahhhhh bang... “
desahnya
Penisku semakin basah, aku merasakan sangat
licin. Akupun mencabut penisku dan aku lap
dengan celana dalamku penisku dan aku juga
lap kemaluan Titin yg sudah banjir sampai
kering. Setelah kering aku belum memasukkan
penisku lagi kedalam kemaluan Titin, aku
menyempatkan diri menyusui payudara Titin dan
aku sedot putingnya.
“ Arrgghh bang, udah... sakit bang “ katanya
Akupun menghujamkan lagi kepala penisku dan
masuk seluruhnya dan langsung saja aku
goyang sekuat tenaga karena aku sudah tidak
tahan, semakin cepat dan semakin keras suara
Titin mengerang, sambil menggoyangkan pantat
aku menutup mulut Titin agar suaranya tidak
keluar.
“ Ssstt.... diam Tin, ntar ada yg denger “ kataku
Akupun melanjutkan gerakkan ku memompa
rahim Titin, perpaduan bunyi sentuhan pahaku
dengan paha Titin menjadi sebuah irama dan
akupun akhirnya mencapai klimaks kedua dan
langsung saja aku menyemprotkan spermaku
dirahimnya supaya ia bisa hamil dan dibalasnya
dengan semprotan didalam kemaluannya..
“ Aaaaarrggghhhh.... Tin... oohhhh yeeessss
aaaahhhhhhh “ desahku
“ Hmmmbbbbb.... aaaarrrggghhhhh aaaaahhhhh
aahhhh aaaaaaahhhh “ desah titin
“ Crrroooottt.... Crrottt... Crrroootttttt “
Akupun terkulai lemas disamping Titin dan
tanpa kusadari aku tertidur dalam keadaan
telanjang. Pas aku bangung ternyata hari sudah
mulai gelap dan aku lihat Titin sudah tidak ada
disampingku. Langsung saja aku pergi mandi
membersihkan semua kotoran yg melekat
ditubuh akibat pergumulanku dengan Titin tadi
siang. Selesai mandi aku mengganti alas
kasurku yg kotor dengan spermaku dan cairan
kemaluan Titin.
Dua hari kemudian kamipun berangkat menuju
terminal dengan membawa 2 buah Tas yg berisi
pakaian. Didalam bis titin hanya diam saja dan
akupun tidak mau mengganggunya. Akhirnya
kami sampai di kampung halaman Titin semasa
kecil. Disana aku dan Titin menginap dirumah
ayah Titin yg sudah uzur. Dirumah itu hanya
tinggal ayah dan adik Titin yg masih SMU. Ayah
Titin lemah tak berdaya dan terbaring sakit
dikasur. Adik Titin lah yg mengurus ayahnya
sedangkan Titin hanya bisa mengirim uang
kepada adiknya untuk keperluan sekolah dan
keperluan sehari-hari.
“ Bang.. ke kebun yuk “ ajak Titin
“ Maen lagi ya.. mau kan? “ kataku
Titin mengangguk tanda setuju, dikebun aku
menggumuli Titin, dikebun itu sangat sepi
sekali, aku dan Titin bebas melakukan hubungan
intim. Entah berapa kali aku melakukannya
dengan Titin selama berada dikampung, dan aku
juga tidak pernah menghitung berapa banyak
cairan spermaku yg masuk kedalam rahim Titin.
Dan ketika pulang kekota aku sengaja jarang
melakukannya dengan Titin karena aku takut
anak yg lahir kelak mirip denganku. Tak terasa
bulan berlalu dan akhirnya Titin hamil. Suami
Titin sangat girang melihat Titin hamil dan
sering sekali suaminya bercerita denganku
tentang kehamilan Titin. Aku sendiri tidak tahu
bahwa itu anakku atau bukan. Pada 3 bulan
pertama kehamilan Titin aku juga pernah
menggauli tubuh Titin.
Dan ketika bayi itu lahir ternyata tidak mirip
denganku tetapi mirip dengan Titin dan anak yg
lahir itu adalah bayi perempuan. Aku menjadi
lega karena hubunganku dengan Titin akan
terus terjaga tanpa diketahui oleh suaminya.
Sekian cerita iniyg mungkin dalm bentuk
pengunaan bahasa, ejaan ataupun penulisan
ternyata ada kekurangan mohon di mengerti
karena kurangnya pengalaman dalam
pendidikan. Terima Kasih

0 komentar: