Perjalanan Dinas Bersama Mb Melvi
Namaku Iwan, 27 th. Aku baru saja lulus dari
sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Saat ini
aku sedang bekerja disebuah perusahaan swasta
di Jakarta. Aku masih berstatus karyawan
dalam masa percobaan. Sehingga mau tidak
mau aku harus bekerja ekstra giat, agar bisa
lolos dan diangkat menjadi karyawan tetap.
Kerja lembur siap aku laksanakan, tugas luar
kota juga aku siap berangkat. Pokoknya, aku
siap melaksanakan tugas apapun demi diangkat
sebagai karyawan tetap.
Pagi tu aku dipanggil pimpinan. Aku mendapat
tugas selama satu minggu di Yogyakarta. Wah
asyik nich. Dalam hati aku berpikir pasti bisa
menyelesaikan tugas dalam waktu kurang dari
satu minggu. Jadi ada waktu untuk jalan-jalan.
Ternyata aku tidak pergi sendiri. Aku ke Jogja
bersama seorang karyawati yang lebih senior.
Namanya Melvi. Aku biasa memanggilnya Mbak
Melvi, karena ia lebih tua dari aku. Usianya
sekitar 35 tahun. Mbak Melvi sudah
berkeluarga. Suaminya seorang pilot yang biasa
melayani rute luar negeri. Sehingga jarang di
rumah. Itu semua aku ketahui dari teman-teman
di kantor. Dari mereka pula aku tahu bahwa
Mbak Melvi tinggal bersama ibu dan anaknya
yang masih berusia sekitar tiga tahun. Selama
ini hubunganku dengan Mbak Melvi baik. Sebab
selain supel, Mbak Melvi juga suka membantu
teman. Itulah sebabnya aku no problem
bertugas dengannya.
Pagi itu kami janjian ketemu di bandara. Sambil
menunggu Mbak Melvi aku mampir di KFC. Tak
beberapa lama Mbak Melvi datang.
“Hai, sudah lama menunggu,”sapanya
“Ah tidak Mbak,”jawabku sambil menawarkan
untuk makan bareng.
Aku agak tertegun melihat penampilam Mbak
Melvi pagi itu. Ia memang cantik, kulitnya putih
mulus. Maklumlah istri pilot umumnya memang
cantik. Tapi pagi itu penampilan Mbak Melvi
bukan hanya cantik, tapi juga sexy. Ia
mengenakan t shirt ketat warna putih, sehingga
dadanya terlihat begitu menonjol. Aku menduga
ukuranya 36 B. Apalagi Mbak Melvi memakai
bra warna hitam.
Aku langsung mengajak Mak Melvi untuk chek
in pesawat. Maksudku agar pikiran kotor tidak
terlalu lama berada di dalam otakku. Tapi saat
berjalan aku kembali melihat pemandangan
indah. Mbak Melvi mengenakan celana panjang
ketat. Pantatnya yang bulat dan kencang jelas
terlihat. Aku jadi lebih ser-seran saat melihat
bayangan celana dalamnya yang membentuk
garis segi tiga. Dengan penampilan seperti itu,
Mbak Sivi terlihat jauh lebih muda dari usianya.
Tidak ada yang tahu bahwa ia sudah punya
anak.
Tak beberapa lama kemudian kami sudah
terbang menuju Yogyakarta. Dalam perjalanan
kami ngobrol.
“Wah, harusnya Mbak Melvi bisa gratis dong
kalau naik pesawat, kan suami Mbak
pilot,”ujarku membuka pembicaraan.
“Ah, nggak juga. Apalagi suamiku melayani rute
luar negeri,”jawabnya.
Pembicaraan kami terus berlangsung.
Terkadang menyinggung masalah keluarga. Dari
situlah aku tahu bahwa suami Mbak Melvi lebih
sering diluar rumah. Dalam sebulan mungkin
hanya satu minggu suami Mbak Melvi di rumah.
Selebihnya terbang. Bahkan pernah suami Mbak
Melvi berada di luar negeri selama hampir dua
bulan.
Beberapa saat kemudian pesawat kami
mendarat di Yogyakarta. Jarak Jakarta-
Yoryakarta memang hanya 45 menit perjalanan
udara. Kami dijemput oleh karyawan kantor
cabang Yogyakarta. Selanjutnya langsung diatar
ke hotel. Selanjutnya semua berjalan seperti
biasa. Setiap hari aku dan Mbak Melvi ke kantor
cabang Jogja untuk menyelesaikan tugas. Tidak
ada yang aneh.
Yang aneh adalah selama di Jogja hampir
setiap malam aku onani. Sebab setiap malam
aku melihat Mbak Melvi berpakaian sexy. Setiap
malam kami makam di warung lesehan
Malioboro. Namanya juga ke Jogja, kalau nggak
makam di Malioboro rasanya nggak afdol. Dari
hotel kami naik becak kadang naik andong.
Selama perjalanan becak atau andong sering
ajrut-ajrutan. Sehingga aku yang duduk
disamping Mbak Melvi bisa menyaksikan
pemandangan indah. Buah dada Mbak Melvi
yang montok itu bergoyang-goyang. Ingin
rasanya aku meremas-erman buah dada yang
montok itu. Dan ujung-ujungnya aku onani di
kamar mandi hotel.
Begitulah selama empat hari aku dan Mbak
Melvi menyelesaikan tugas di Jogja. Tidak ada
yang terjadi selain aku sering onani di kamar
mandi hotel sambil membayangkan tubuh Mbak
Melvi. Tepat seperti yang kami rencanakan,
tugas kami selesai lebih cepat dan kami
berencana akan jalan-jalan ke pasar Bringharjo
membeli batik pesanan teman-teman sambil
melihat-lihat kota Jogja.
Setelah seharian berjalan-jalan kami capek
juga. Mbak Melvi memborong banyak baju batik
dan cindera mata lainnya. Bawaan kami jadi
setumpuk.
“Wan aku titip belanjaanku dulu ya, aku mau ke
ATM sebentar,”kata Mbak Melvi saat akan
masuk ke hotel.
“OK Mbak”jawabku singkat sambil masuk hotel.
Sesampai di kamar aku mau langsung tidur.
Tapi sebelumnya mandi dulu. Dan lagi-lagi aku
onani sambil membayangkan tubuh Mbak Melvi
yang sintal itu. Setelah selesai aku keluar kamar
mandi sambil tetap telanjang. Betapa kegetnya
aku saat keluar kamar mandi. Karena saat itu
aku melihat seseorang sedang membongkar
barang bawaanku. Ternyata Mbak Melvi sedang
mengambil batik dan cindera mata yang ia
titipkan padaku.
“Aduh, maaf Wan, aku masuk kamarmu,”ujar
Mbak Melvi
“Nggak pa-pa mbak,”ujarku gugup
Melihat aku telanjang bulat seperti itu Mbak
Melvi jadi salah tingkah. Tapi anehnya Mbak
Melvi tidak berusaha menutup muka atau
memalingkan mukanya. Bahkan matanya tertuju
pada tubuhku yang polos tanpa selembar
benang itu. Sesekali ia melirik penisku yang
agak tegang.
“Tadi aku ketuk pintu berkali-kali tapi tidak ada
jawaban, jadi aku langsung saja masuk. Ya
sudah aku balik ke kamar dulu,”jawabnya
sambil buru-buru pergi meninggalkan kamarku.
Aku hanya diam tertegun. Aku merasa ada
kenikmatan tersendiri saat berdiri telajang di
depan Mbak Melvi. Ingin rasanya aku
mengulangi hal itu, berdiri telanjang bulat di
depan Mbak Melvi.
Aku merapikan barang-barang bawaanku sambil
siap-siap untuk chek out besok pagi. Saat
memasukkan oleh-oleh, ternyata ada beberapa
batik milik Mbak Melvi yang masih berada di
tasku. Mungkin karena tadi ia terburu-buru, jadi
ada yang tertinggal.
Setelah berpakaian aku berniat mengantarkan
batik milik Mbak Melvi. Sambil sekalian keluar
cari makan. Aku ketuk pintu kamar Mbak Melvi,
tapi tidak ada jawaban. Sampai tiga kali aku
mengetuk masih belum ada jawaban. Ternyata
pintunya tidak terkunci. Perlahan-lahan aku
masuk. Aku terkejut saat masuk, sebab aku
mendengar seseorang sedang mendesah-desah.
Aku beranikan diri berjalan menuju tempat tidur.
Betapa terkejutnya aku saat melihat
pemandangan di atas tempat tidur. Mbak Melvi
sedang tidur terlentang tanpa sehelai benang
menempel di tubuhnya. Ia memejamkam mata
sambil tangannya mengelus-elus vaginanya.
Aku berdiri di samping tempat tidur. Aku
menikmati pemandangan indah itu. Mbak Melvi
memang cantik. Kulitnya putih bersih mulus.
Kini aku bisa melihat dari dekat ia telanjang
bulat. Buah dadanya yang besar itu kini bisa
aku saksikan secara langsung. Putingnya yang
coklat kemerahan tampak mengacung. Mungkin
Mbak Melvi sedang horny berat.
Tangannya tak henti-hentinya mengelus-elus
vaginanya yang tertutup rambut kemaluan yang
cukup lebat. Kadang kala ia memasukkan
jarinya ke dalam vaginanya. Melihat hal itu
penisku langsung berdiri. Aku memberanikan diri
mendekatinya. Perlahan aku duduk
disampingnya. Mbak Melvi masih memejamkan
mata, sehingga ia tidak mengetahui
kehadiranku.
Aku beraniknan diri memegang buah dadanya.
Kepalang tanggun pikirku. Aku tak mampu lagi
menahan geloraku untuk menyentuh tubuh
Mbak Melvi. Dengan gemetar tanganku
menyentuh buah dada Mbak Melvi. Ah…nikmat
sekali saat tanganku menyentuh buah dada
Mbak Melvi. Aku teruskan dengan mengelus-
elusnya. Tak lupa aku juga memilin-milin
putting susu yang sudah mancung itu.
Tiba-tiba Mbak Melvi membuka matanya. Aku
langsung menghentikan kegiatanku. Aku takut ia
akan marah besar melihat kelakuanku.
“Lho, kok berhenti Wan, turusin aja…..”ujarnya
sambil menetapku.
“OK Mbak, aku juga suka kok
melakukannya,’jawabku sambil kembali
mengulang kegiatanku. Kali ini aku tidak hanya
mengelus-elus, tapi juga meremas-remas buah
dada Mbak Melvi yang montok itu. “Emangnya
celanamu nggak kesempitan, tuh burungmu
sudah kepingin keluar,”ujar Mbak Melvi saat aku
naik ranjang. Mbak Melvi benar, penisku
memang sudah tegang. Bahkan sejak
dikamarku, penisku sudah ingin keluar dari
celanaku. Sebab selama aku membayangkan
tubuh Mbak Melvi yang sintal itu, penisku selalu
berdiri. Apalagi saat aku melihat Mbak Melvi
telajang bulat.
Aku langsung melucuti pakaianku. Kini aku
telanjang dan segera naik ranjang. Penisku yang
16 cm itu terlihat tegak lengkap dengan urat-
uratnya. Mbak Melvi kemudian bangun dari
tidurnya. Ia memintaku untuk tidur terlentang.
Selanjutnya ia segera mengulum penisku. Tak
bisa aku mengungkapkan dengan kata-kata
betapa kenikmatan yang aku rasakan.
“Mbak, aku juga ingin merasakan
punyamu,”ujarku.
Mbak Melvi langsung merubah posisinya.
Merebahkan tubuhnya diatasku. Ia arahkan
vaginanya tepat diatas mukaku. Kami
memainkan gaya 69. Mbak Melvi langsung
mengocok penisku. Sesekali ia juga mengulum
dan menjilati penisku yang sudah berdiri tegak.
Ahh….nikmat sekali rasanya. Mulut Mbak Melvi
yang biasanya hanya bisa aku lihat, kini
mengulum penisku. Aku sampai merem melek
merasakan nikmatnya lidah Mbak Melvi yang
bermain-main di sekujur penisku.
Aku pun mengimbanginya dengan menjilati
vagina Mbak Melvi. Rambut kemaluannya yang
hitam lebat itu terlihat kontras dengan kulitnya
yang putih. Segera tercium olehku bau khas
vagina. Nafsuku semakin menggelora. Lidahku
segera beraksi. Sesekali aku mengigit bibir
vagina Mbak Melvi.
“Ahh….ahh…enak Wan..ahh…terus..ahh..terus
sayang…..”ujar Mbak Melvi merasakan jilatanku
Tanganku juga tidak tinggal diam. Pantat Mbak
Melvi yang sintal itu aku remas-remas.
Kadangkala aku tekan pantat Mbak Melvi
sehingga vaginanya menekan mukaku. Dan
Mbak Melvi kembali menjerit pelan merasakan
kenikmatan di selangkangannya. Terlebih lagi
saat aku menjilati clitorisnya.
“Wan….ahh…ahh…eennaakkk…
terruuss….teruuss..sayyaan ggg…..ahh….”
Mendengar desahan Mbak Melvi aku semakin
memperhebat jilatanku. Tapi tiba-tiba Mbak
Melvi memintaku mengentikan jilatanku di
vaginanya. Ia juga mencabut penisku dari
mulutnya.
“Wan, aku nggak tahan lagi…”ujarnya
Ia memintaku tetap tidur terlentang. Selanjutnya
Mbak Melvi berlutut di atasku. Ia genggam
penisku yang tegang dan mengarahkannya tepat
di vaginanya. Selanjutnya perlahan-lahan
penisku memasuki liang kenikmatan Mbak
Melvi.
“Ahh….Mbak…ahh…ahh…”ujarku saat penisku
mulai memasuki vagina Mbak Melvi.
Kenikmatan luar biasa segera aku rasakan.
Hingga akhirnya penisku benar-benar masuk
seluruhnya di dalam vagina Mbak Melvi. Sambil
tersenyum Mbak Melvi membiarkan vaginanya
membekap penisku. Selanjutnya pantatnya mula
bergerak naik turun.
“Ahh….enaakkk Mbak…
ahh..nikkmaattt…”desahku
“Iya…aku juga..ennaakk Wan..”jawab Mbak
Melvi
Semakin lama gerakan pantat Mbak Melvi
semakian cepat. Aku mengimbanginya dengan
menggerakkan pantatku juga naik turun. Sambil
terus menyodokkan penisku, tanganku juga
bekerja meremas-remas buah dada Mbak Melvi
yang bergoyang.
Semakin lama gerakan pantat Mbak Melvi
semakin cepat dan tidak beraturan. Matanya
terpejam, terlebih saat aku meremas buah
dadanya. Mukanya yang putih terlihat memerah.
Sambil menjerit pelan ia gerakkan pantatnya
naik turun.
“Ahh…Wan….ahh….nniikkkmaaatt….ohhh…”jerit
Mbak Melvi pelan.
Tiba-tiba Mbak Melvi rubuh. Tubuhnya
menindih tubuhku dengan vagina yang masih
terisi penisku. Ia memelukkan erat-erat sambil
menekan pantatnya dalam-dalam. Aku
merasakan ada carian hangat menyemprot
penisku. Rupanya Mbak Melvi orgasme.
Beberapa saat kemudian Mbak Melvi
mengangkat pantatnya. Ia tidur terlentang
disampingku. Nafasnya yang ngos-ngosan
pelahan-lahan mulai teratur kembali. Sambil
tersenyum aku remas-remas buah dadanya
yang montok itu. Mbak Melvi membalasnya
dengan meremas-remas penisku yang masih
tegang.
“Kenapa sayang, kamu mau main lagi
ya,”ujarnya yang aku jawab dengan anggukan
kepala
Mbak Melvi tersenyum dan langsung mengambil
posisi. Kali ini ia nungging di depanku. Wow,
pantatnya yang sexy itu membuat aku tak tahan
lagi. Rupanya Mbak Melvi ingin meraskan
hunjaman penisku dari belakang.
Aku segera mengarahkan penisku ke vagina
Mbak Melvi. Liang nikmat itu terlihat memerah
dan basah. Sejenak aku gosok-gosokkan ujung
penisku pada vagina Mbak Melvi. Ia membalas
dengan mengoyng-goyangkan pantatnya.
Selanjutnya aku mulai menggerakan pantatku ke
depan seiring dengan masukkan penisku ke
dalam laing kenikmatan Mbak Melvi.
“Ohh…Mbak….nniikkkmmaatt…..”desahku saat
penisku memasuki vagina Mbak Melvi.
Aku melanjutkan gerakan pantatku maju
mundur. Penisku keluar masuk vagina Mbak
Melvi. Kenikmatan luar biasa kembali aku
rasakan. Penisku seperti dipijit-pijit. Terlebih
lagi Mbak Melvi mulai menggerakkan pantatnya
seperti berputar. Ahh…penisku seperti dipilin-
pilin rasanya. Aku hanya bisa memejamkan
mata sambil terus menyodokkan penisku
dalam-dalam.
“Ohh..Mbak…ennaakk…ahh…
nniikkkmmaattt…..”desahku tak kuasa
merasakan kenikmatan vagina Mbak Melvi
“Iya Wan….teerrruuss…ahh……
ennaakkk….ahh….terruuss saayyyaanggg….”ujar
Mbak Melvi
Aku terus memasukkan penisku. Kali ini gerakan
pantatku lebih kupercepat. Sesekali aku remas-
remas pantat Mbak Melvi yang sexy itu.
Tiba-tiba aku meraskan tubuh Mbak Melvi
menegang. Ia menjerit pelan sambil tangannya
mencengkeram ujung ranjang.
“Ahh…ahh…aakkuu…kkeellluaarrr…ahh…..”jerit
Mbak Melvi sambil matanya terpejam
Mbak Melvi rupanya kembali orgasme. Aku pun
merasakan penisku semakin tegang. Cairan
hangat yang menyembur dalam vagina Mbak
Melvi semakin membuat penisku berdenyut. Dan
akhirnya aku tak kuasa menahan spermaku
yang ingin segera keluar.
Segera aku percepat gerakan penisku. Semakin
lama gerakan penisku semakin cepat. Akupun
tak mampu lagi menahan spermaku lebih lama.
Akhirnya . Crroott…crroott…
ccrrooott.......spermaku muncrat di dalam
vagina Mbak Melvi, cairan kental putih itu
muncrat banyak sekali. Aku setengah berteriak
saat spermaku muncrat.
“Ahh..ahh…nniikkkmaatt…ahh….”jeritku pelan
Aku diamkan sejenak penisku di dalam liang
vagina Mbak Melvi. Nikmat sekali.
"Semprotanmu nikmat sekali Wan,"kata Mbak
Melvi.
Selanjutnya aku turun dari ranjang. Aku raih
sebotol air mineral sambil mengatur nafasku
yang ngos-ngosan. Kemudian aku berbaring di
sebelah Mbak Melvi yang juga rebah di ranjang.
“Mbak hebat deh….mainnya hot
banget….”ujarku
“Kamu juga oke banget……lain kali kita main lagi
ya…..yang lebih hot”ujar Mbak Melvi sambil
berdiri dan menuju kamar mandi. Aku
merasakan tubuhku capek luar biasa. Tanpa
terasa tiga jam lebih aku beradu nafsu dengan
Mbak Melvi. Dalam keadaan terlentang tanpa
terasa aku tertidur.
Tiba-tiba ada yang memukul-mukul mukaku.
“Wan bangun….sudah siang, kita harus segera
chek out,”
Ternyata Mbak Melvi membangunkan aku. Saat
kulihat jam sudah menunjukkan pukul 10.15
WIB. Rupanya kami tertidur setelah berburu
nafsu semalam. Aku segera bangun dan
mengenakan kembali pakaianku. Semalam kami
tertidur dalam keadaan telanjang.
Aku langsung kembali ke kamarku. Setelah
merapikan barang-barang kami kembali ke
Jakarta. Kenangan manis di Yogyakarta itu tak
pernah terlupakan. Terlebih lagi perusahaan
menganggap tugasku bersama Mbak Melvi
berhasil. Aku diangkat menjadi karyawan tetap.
Bukan main senangnya aku menerima surat
pengankatan sebagai karyawan tetap. Tapi yang
paling menyenangkan aku jadi bisa bertemu
Mbak Melvi setiap hari. Dan kenangan manis di
Yogyakarta bisa terulang beberapa kali,
tentunya saat Mbak Melvi lama tidak bertemu
suaminya. Thanks Mbak Melvi aku suka
menemanimu.
0 komentar: